Hubungan Kelembaban denganKeberadaan Streptococcus

82 Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Novi Suripatty 2008, bahwa ada hubungan antara pencahayaan dengan kualitas udara dalam ruang.

5.1.2.3 Hubungan Kelembaban denganKeberadaan Streptococcus

Hasil pengukuran kelembaban menunjukkan bahwa kelembaban ruangan tersebut berada di atas batas normal sesuai dengan PerMenKes RI 1077MENKESPERV2011 tentang pedoman penyehatan udara dalam ruang rumah yang menyatakan bahwa kelembaban ideal berkisar 40-60. Berdasarkan uji statistik menggunakan chi square didapat hasil nilai p value 0,010 0,05 yang artinya ada hubungan antara kelembaban dengan keberadaan Streptococcus di udara pada rumah susun Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang. Adanya hubungan antara kelembaban dengan keberadaan Streptococcus mungkin disebabkan jarangnya atau bahkan tidak pernah dibukanya ventilasi serta ditutupnya lubang angin sebagai tempat pertukaran udara.Ventilasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kelembaban.Ventilasi yang kurang dapat menyebabkan kelembaban bertambah Mukono, 2000:156. Menurut Slamet 2002 ruangan dengan ventilasi tidak baik jika dihuni seseorang akan mengalami kenaikan kelembaban yang disebabkan tubuh dari penguapan cairan tubuh dari kulit karena uap pernafasan. Kelembaban ruangan yang dianggap nyaman adalah 40-60. Bila kelembaban ruangan di atas 60 akan menyebabkan berkembangbiaknya organisme patogen maupun organisme yang bersifat alergen. Namun bila kelembaban ruangan di bawah 40 misalnya 20-30 dapat menimbulkan ketidaknyamanan, iritasi mata, dan kekeringan pada membran mukosa misal tenggorokan. 83 Mikroba mempunyai nilai kelembaban optimum.Pada umumnya untuk pertumbuhan ragi dan bakteri diperlukan kelembaban yang tinggi di atas 85, sedangkan untuk jamur dan aktinomisetes memerlukan kelembaban yang rendah di bawah 80. Kadar air bebas di dalam larutan aw atau water activity merupakan nilai perbandingan antara tekanan uap air larutan dengan tekanan uap air murni, atau 1100 dari kelembaban relatif. Nilai aw untuk bakteri pada umumnya terletak di antara 0,90 -0,99, sedangkan bakteri halofilik mendekati 0,75. Keadaaan kekeringan menyebabkan proses pengeringan protoplasma, yang berakibat berhentinya kegiatan metabolisme. Pengeringan secara perlahan-lahan menyebabkan perusakan sel akibat pengaruh tekanan osmosis dan pengaruh lainnya dengan naiknya kadar zat terlarut Dwidjoseputro, 2005. Karena itulah kelembaban yang terlalu tinggi dapat menyebabkan suburnya pertumbuhan mikroorganisme, terutama Streptococcus yang pada akhirnya dapat mengganggu kesehatan penghuni rumah PerMenkes, 2011. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Yuliani Setyaningsih, dkk 1998, bahwa ada hubungan antara kelembaban dengan inventaris mikroorganisme udara.

5.1.2.4 Hubungan Kepadatan Hunian dengan Keberadaan Streptococcus