Kondisi Non Fisik DTW Taman Bali Raja

23

2.3 Sejarah Pura Taman Narmada Bali Raja

Informasi dari berdirinya Pura Taman Narmada Bali Raja dan sejarah Ksatria Tamanbali diperoleh dari Babad Satria Tamanbali dan didukung dari hasil wawancara dengan pemangku Pura Taman Narmada Bali Raja yaitu Dewa Aji Mangku Taman pada Kamis, 08 Oktober 2015. Asal mula didirikannya Pura Taman Narmada Bali Raja ini diceritakan bahwa Sanghyang Subali memiliki ikatan darah dengan Sanghyang Aji Rembat. Sanghyang Aji Rembat berpesraman di Kentel Gumi, Sanghyang Subali ini bertempat tinggal di Gunung Agung atau Gunung Tohlangkir, Sanghyang Sekar Angsana bertempat tinggal di Gelgel. Ida Mas Kuning bertempat di Pucak Tuluk Biu Gunung Abang, Kintamani. Begitu juga dengan saudara-saudara yang lainnya memiliki tempat tinggal di lokasi yang berbeda. Sanghyang Subali sekembalinya dari Gunung Agung merasa lelah dan kehausan karena menempuh perjalanan jauh. Sesampainya di Sungai Melangit Sanghyang Subali menancapkan tongkat yang dibawa beliau di sebuah batu besar di tebing sungai. Setelah beliau menancapkan tongkat tersebut keluarlah air dari batu besar tersebut yang berbau harum yang keharumannya tercium hingga ke Tegalwangi dan seorang gadis cantik yang bernama Dewi Njung Asti, karena keharuman dari air tersebut kemudian air itu diberi nama Tirta Harum. Dewi Njung Asti ditugaskan untuk menjaga air yang berbau wangi tersebut. Tidak saja tercium didaratan, keharuman dari Tirtha Harum pun tercium hingga ke Wisnu Loka, sehingga Hyang Wisnu mencium keharuman air tersebut. Lalu Hyang Wisnu memutuskan untuk turun ke dunia dan mandi disana. Pada saat Hyang Wisnu mandi beliau melihat Dewi Njung Asti. Dewi Njung Asti melihat air mani Hyang Wisnu dan memakannya dan akhirnya Dewi Njung Asti hamil. Pada saat Dewi Njung Asti hamil Hyang Wisnu menemui Dewi Njung Asti dan bertanya mengenai asal usul dari dirinya. Lalu Dewi Njung Asti diajak ke Wisnu Loka. Sanghyang Aji Rembat memiliki putra Sira Dukuh Suladri. Ida Mas Kuning memiliki dua orang putra yaitu Ida Tapadhana dan Ida Nagapuspa. Sanghyang Sekar Angsana berputrikan Ni Dewi Ayu Mas. Pada saat itu Sanghyang Subali emmohon kepada Hyang Wisnu untuk diberikan putra, dan permohonannya pun terkabul. Hyang Wisnu memberikan Sanghyang Subali seorang putra yang 24 merupakan putra dari Dewi Njung Asti dengan Hyang Wisnu yaitu Sang Gangga Tirta. Sang Gangga Tirta dibawa oleh Sanghyang Subali ke Tirta Harum. Sesampainya di Tirta Harum Sang Gangga Tirta dirawat oleh Sanghyang Aji Rembat dan Sanghyang Subali kembali ke Tolangkir. Nama Sang Gangga Tirta lalu diganti menjadi Sang Anom. Sang Anom tumbuh menjadi remaja putra yang rupawan dan pindah ke Rewataka Singasara Jero Puri. Hubunganpun terjalin antara Sang Anom dengan Ni Dewi Ayu Mas, dikarenakan Ni Dewi Ayu Mas terus tinggal di Tamanbali, dikarenakan Ni Dewi Ayu Mas sakit jika tinggal di Gelgel. Ni Dewi Ayu Mas pun hamil anak dari Sang Anom. Sanghyang Sekar Angsana amat marah mendengar berita tersebut dan memerintahkan prajurit untuk membunuh Sanghyang Aji Rembat dan Sang Anom di Tamanbali. Sang Anom tertangkap dan dibawa ke Gelgel. Sesampainya di Gelgel, Sanghyang Sekar Angsana memerintahkan untuk menangkap Sanghyang Aji Rembat. Sanghyang Subali turun dari Tolangkir menuju Gelgel dan menceritakan asal usul dari Sang Anom kepada Sanghyang Sekar Angsana dan meminta agar Sang Anom memperistri Dewi Ayu Mas.Sanghyang Sekar Angsana sangat menyayangi Sang Anom dan membuatkan Sang Anom Puri disebelah utara pasar Gelgel yang bernama Puri Denpasar atau Puri Kilian. Namun karena merasa tidak nyaman Sang Anom dan Dewi Ayu Mas kembali ke Tamanbali. Sang Anom meninggalkan Dewi Ayu Mas pada saat hamil untuk bertapa, dengan pesan jika kelak anaknya lahir di beri nama I Dewa Garba Jata. Pada saat I Dewa Garba Jata lahir beliau mempertanyakan keberadaan ayahnya kepada Dewi Ayu Mas. Dewi Ayu Mas menceritakan ciri-ciri khas dari Sang Anom. Dari Jero Puri I Dewa Garba Jata berjalan ke barat dengan keadaan menangis di sebuah pohon cempaka. Sanghyang Aji Rembat menyematkan cempaka yang terjatuh di telinga I Dewa Garba Jata, tangis I Dewa Garba Jata pun terhenti sehingga dia berpesan jika nanti dibangun Pelinggih ditempat itu diberi nama Pura Tingaling. Perjalanan pun dilanjutkan ke barat karena kelelahan I Dewa Garba Jata beristirahat mesanekan dan tempat itu diberinama Senetan atau Pura Senetan. Perjalanan dilanjutkan kembali ke selatan menuju sebuah bukit karena I Dewa Garba Jata masih kecil maka beliau naik ke batu besar dan bukit itu diberi nama Batu Madeg atau Pura Batu Madeg. Perjalanan dilanjutkan ke utara menuju Alas