Pengelola Pura TINJAUAN DTW TAMAN BALI RAJA

24 merupakan putra dari Dewi Njung Asti dengan Hyang Wisnu yaitu Sang Gangga Tirta. Sang Gangga Tirta dibawa oleh Sanghyang Subali ke Tirta Harum. Sesampainya di Tirta Harum Sang Gangga Tirta dirawat oleh Sanghyang Aji Rembat dan Sanghyang Subali kembali ke Tolangkir. Nama Sang Gangga Tirta lalu diganti menjadi Sang Anom. Sang Anom tumbuh menjadi remaja putra yang rupawan dan pindah ke Rewataka Singasara Jero Puri. Hubunganpun terjalin antara Sang Anom dengan Ni Dewi Ayu Mas, dikarenakan Ni Dewi Ayu Mas terus tinggal di Tamanbali, dikarenakan Ni Dewi Ayu Mas sakit jika tinggal di Gelgel. Ni Dewi Ayu Mas pun hamil anak dari Sang Anom. Sanghyang Sekar Angsana amat marah mendengar berita tersebut dan memerintahkan prajurit untuk membunuh Sanghyang Aji Rembat dan Sang Anom di Tamanbali. Sang Anom tertangkap dan dibawa ke Gelgel. Sesampainya di Gelgel, Sanghyang Sekar Angsana memerintahkan untuk menangkap Sanghyang Aji Rembat. Sanghyang Subali turun dari Tolangkir menuju Gelgel dan menceritakan asal usul dari Sang Anom kepada Sanghyang Sekar Angsana dan meminta agar Sang Anom memperistri Dewi Ayu Mas.Sanghyang Sekar Angsana sangat menyayangi Sang Anom dan membuatkan Sang Anom Puri disebelah utara pasar Gelgel yang bernama Puri Denpasar atau Puri Kilian. Namun karena merasa tidak nyaman Sang Anom dan Dewi Ayu Mas kembali ke Tamanbali. Sang Anom meninggalkan Dewi Ayu Mas pada saat hamil untuk bertapa, dengan pesan jika kelak anaknya lahir di beri nama I Dewa Garba Jata. Pada saat I Dewa Garba Jata lahir beliau mempertanyakan keberadaan ayahnya kepada Dewi Ayu Mas. Dewi Ayu Mas menceritakan ciri-ciri khas dari Sang Anom. Dari Jero Puri I Dewa Garba Jata berjalan ke barat dengan keadaan menangis di sebuah pohon cempaka. Sanghyang Aji Rembat menyematkan cempaka yang terjatuh di telinga I Dewa Garba Jata, tangis I Dewa Garba Jata pun terhenti sehingga dia berpesan jika nanti dibangun Pelinggih ditempat itu diberi nama Pura Tingaling. Perjalanan pun dilanjutkan ke barat karena kelelahan I Dewa Garba Jata beristirahat mesanekan dan tempat itu diberinama Senetan atau Pura Senetan. Perjalanan dilanjutkan kembali ke selatan menuju sebuah bukit karena I Dewa Garba Jata masih kecil maka beliau naik ke batu besar dan bukit itu diberi nama Batu Madeg atau Pura Batu Madeg. Perjalanan dilanjutkan ke utara menuju Alas 25 Dawa yang sekarang disebut Sidawa sampai diutara beliau menjumpai tanah yang menyerupai sebuah bukit, dilihatnya tanah tersebut bergerak naik sedikit demi sedikit, karena I Dewa Garba Jata terus memperhatikan tanah tersebut pun berhenti bergerak sehingga diberi nama Bukit Buwung. Dari atas Bukit Buwung I Dewa Garba Jata melihat asap di selatan dan kemudian beliau kembali ke selatan dan bertemulah I Dewa Garba Jata dengan ayahnya di Pura Taman di Pelinggih Pulo. Dari pelinggih inilah I Dewa Garba Jata melihat kepulan asap, sehingga pelinggih ini diberi nama Pelinggih Pulo. Sang Anom lalu memberi pesan kepada I Dewa Garba Jata untuk kembali pulang dan menjaga ibunya, maka I Dewa Garba Jata kembali pulang ke Jero Puri dan menceritakan semuanya kepada ibunya. Sang Anom Bagus memiliki kesaktian yang luar biasa maka kemudian Sang Anom Bagus mendirikan Kerajaan Tamanbali. Dalam amsa pemerintahannya inilah kemudian Sang Anom mendirikan suatu tempat pemujaan yakni Pura Kawitan Mahagotra Tirta Harum dan juga Taman Narmada Bali Raja Dwijendra, 2010. Berdasarkan wawancara dengan Pemangku Pura Taman Narmada Bali Raja pada 08 Oktober 2015, pada tahun 1970 muncul seekor ular berkepala tiga dari tengah taman, pengelingsir Maha Gotra Tirta Harum meyakini hal tersebut merupakan petunjuk dari leluhur untuk tetap memperhatikan Pura Taman Narmada Bali Raja, sehingga pada tahun 1972 Pura Taman Narmada dikembangkan dan dilengkapi dengan natar yang difungsikan untuk tempat persembahyangan yang tepat berada di sebelah timur Pelinggih Pulo. Pada tahun 1974 Karya Agung pertama kali dilaksanakan di Pura Taman Narmada Bali Raja. Dan pada tahun 2006 pemugaran terhadap pelinggih dilakukan melihat kondisi Pelinggih pura yang telah rusak, dan ditambahkan bale gong serta penataan layout pada area pura , sehingga sirkulasi yang nyaman pun tercipta saat Piodalan dilaksanakan.

2.4 Potensi dan Permasalahan Kawasan DTW Taman Bali Raja

Potensi dan permasalahan di Kawasan DTW Taman Bali Raja dapat ditinjau dari aspek fisik dan non fisik diantaranya :