Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Penggunaan pupuk organik yang berasal dari kotoran hewan semakin berkembang. Dahulu limbah kotoran ternak merupakan salah satu masalah yang berdampak sistemik bagi lingkungan di sekitar area peternakan. Dewasa ini kotoran sapi mulai dikembangkan ke arah energi alternatif dan pemanfaatan pupuk organik. Karena kurangnya pengetahuaan para petani akan pendayagunaan pupuk organik maka para petani lebih memilih pupuk kimiawi yang mudah didapat. Sesuai dengan data Lembaga Penelitian Tanah LPT akibat pemakaian pupuk kimiawi, 79 tanah sawah di Indonesia bahan organik BO sangat rendah. Kondisi ini memerlukan penyembuhan. Untuk meningkatkan kandungan bahan organik, dibutuhkan tambahan bahan-bahan organik pupuk organik berkisar 5-10 tonhektar. Kebutuhan pupuk organik yang sangat besar memicu peneliti dalam mengkaji dalam usaha menciptakan pupuk organik yang tepat guna. Berdasarkan peninjauan di lapangan, Pondok Pesantren Abdurrahman bin Auf yang berada di Klaten Jawa Tengah memiliki luas lahan kurang lebih mencapai lima hektar. Pondok Pesantren Abdurahman bin Auf memiliki beberapa unit usaha, diantaranya peternakan ayam, peternakan bebek, peternakan angsa, peternakan kambing dan peternakan sapi. Pondok Pesantren memiliki santri sebanyak 120 orang dan 30 diantaranya aktif dalam bidang swadaya peternakan tersebut. Dengan jumlah sapi mencapai 100 ekor, volume kotoran yang dapat dimanfaatkan juga sangat besar. Seekor sapi mampu menghasilkan kotoran padat dan cair sekitar 23,6 kghari dan 9,1 kghari Undang, 2002. Jika Pondok Pesantren tersebut memiliki 100 ekor sapi dengan rata-rata kotoran yang dihasilkan adalah 2.360 kghari untuk kotoran sapi berwujud padat dan 910 kghari untuk kotoran sapi berwujud cair. Sebagian besar kotoran basah sapi dimanfaatkan untuk kepentingan biogas dan pupuk kandang berwujud cair. Namun, beberapa masalah juga timbul dari kotoran sapi pasca biogas yang dinilai cukup potensial jika diteliti lebih lanjut. Peneliti sebelumnya menyatakan bahwa kotoran sapi sisa biogas jauh commit to user lebih baik dari pada kotoran sapi baru. Gas metan yang terkandung di dalam kotoran sapi tersebut sangat tidak dibutuhkan oleh tanaman pertanian. Gambar 1.1. Peternakan sapi milik Pondok Pesantren Abdul Rahman Bin Auf Klaten Beberapa penelitian tentang limbah ternak kotoran sapi semakin banyak mendatangkan manfaat. Selain untuk keperluan biogas, kotoran sapi ini dapat mendatangkan manfaat lain seperti dijadikan pupuk organik untuk keperluan pertanian. Pupuk organik bisa berasal dari kotoran hewan ternak pupuk kandang dan bisa pula dari pembusukan dedaunan. Untuk pupuk organik yang berasal dari kotoran hewan, material penyusun utamanya adalah kotoran sapi dan kambing. Namun, selain mudah didapat dalam aplikasinya kotoran sapi lebih banyak digunakan sebagai bahan dasar pupuk kompos organik. Seiring dengan perkembangan teknologi pupuk organik, banyak berbagai macam bentuk pupuk organik diantaranya adalah: 1. Pupuk Organik Granul berbentuk bulatan dengan demensi tertentu Pupuk dalam bentuk granul mempunyai keunggulan baik pada proses handling di lapangan penyebaran dan proses packing yang cukup baik. Namun, pupuk granul ini memiliki kelemahan pada proses pembuatan yang cukup panjang. Selain itu, pupuk dalam bentuk granul tidak mudah hancur dalam air dan memiliki harga yang cukup mahal. 2. Pupuk Organik Bokhasi berbentuk boxtrapesium dengan dimensi sesuai kebutuhan pupuk ini sangat mudah dibuat namun dengan mencampurkan kotoran sapi dengan beberapa bahan pendukung seperti, jerami, molasses, commit to user air daun dan lain sebagainya. Kelemahan pupuk organik bokhasi adalah bentuk kurang baik dan proses packing yang sulit. 3. Pupuk Organik Curah serbukpowder Proses pembuatan pupuk curah yang cukup mudah karena mirip dengan proses pembuatan pupuk bokhasi yang dilanjutkan dengan proses penghancuran crushing. Pupuk dalam bentuk serbuk memiliki kelemahan pada proses handling di lapangan yang cukup sulit, karena ukuran partikel serbuk yang terlalu kecil dan ringan. 4. Pupuk Organik Cair berbentuk cair berasal dari urin sapi dan zat lainya Pupuk dalam bentuk ini sangat baik jika dilihat dari proses hancurnya. Namun kelemahan dari pupuk berbentuk cair adalah kadungan nutrisi yang ada dalam pupuk ini tidak sebanding dengan pupuk organik yang berasal dari kotoran sapi padat. 5. Pupuk Organik Pelet berbentuk silinder dan berdimensi sesuai kebutuhan Bentuk pelet merupakan bentuk baru yang sedang dikembangkan Sebelumnya beberapa peneliti berusaha menemukan komposisi yang tepat campuran antara kotoran sapi dengan bahan pencampurnya. Namun seiring dengan perkembangan pupuk kompos yang yang berasal dari kotoran sapi diperlukan proses pembuatan pupuk yang lebih efisien dengan memanfaatkan teknologi yang ada, di antaranya dengan menggunakan mesin pellet. Mesin pellet yang digunakan menyerupai mesin pellet yang digunakan untuk membuat pakan ternak. Pupuk yang dibuat ini dinamakan pupuk organik biokomposit, karena tidak menggunakan bahan kimia sehingga bersifat organik. Hal ini sesuai dengan perkembangan teknologi pertanian saat ini yaitu dengan memanfaatkan pupuk organik yang mempunyai dampak lebih bagus daripada pemanfaatan pupuk kiimia. Dimana pengertian dari pupuk organik biokomposit itu sendiri adalah penggabungan dua unsur yang berasal dari biosif menjadi satu antara pupuk kompos limbah biogas dan perekat tetes tebu binder dengan persentasi yang ditentukan.

1.2 Perumusan Masalah