commit to user
BAB II DASAR TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
Undang 2002 dalam penelitiannya seekor sapi mampu menghasilkan kotoran padat dan cair 23,6 kghari dan 9,1 kghari. Seekor sapi muda yang sudah
dikebiri akan memproduksi 15-30 kg kotoranhari. Namun, kotoran sapi yang masih baru tidak dapat langsung dipakai sebagai pupuk tanaman, tetapi harus
mengalami proses pengomposan terlebih dahulu. Beberapa alasan mengapa bahan organik seperti kotoran sapi perlu dikomposkan sebelum dimanfaatkan sebagai
pupuk tanaman antara lain adalah: a
Bila tanah mengandung cukup udara dan air, penguraian bahan organik berlangsung cepat sehingga dapat mengganggu pertumbuhan tanaman,
b Penguraian bahan segar hanya sedikit sekali memasok humus dan unsur hara
ke dalam tanah, c
Struktur bahan organik segar sangat kasar dan dayanya terhadap air kecil, sehingga bila langsung dibenamkan akan mengakibatkan tanah menjadi
sangat remah, d
Kotoran sapi tidak selalu tersedia pada saat diperlukan, sehingga pembuatan kompos merupakan cara penyimpanan bahan organik sebelum
digunakan sebagai pupuk. Iwan 2002 meneliti akan kandungan nitrogen N, phospor P dan kalium
K dalam kotoran sapi potong tertera pada Tabel 2.1. Hasil analisis laboratorium Lokal Penelitian Sapi Potong dan BPTP Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Jawa Timur terhadap kompos organik hi-grade produksi Lokal Penelitian Sapi Potong.
commit to user
Tabel. 2.1. Kandungan unsur kimia dalam suatu kotoran sapi Iwan, 2002
Kotoran sapi tidak serta merta langsung bisa digunakan sebagai pupuk tanaman atau campuran media tanam karena masih mengandung gas-gas berbahaya
yang bisa mematikan tanaman. Oleh karena itu, penggunaan pupuk kandang harus melalui proses pengolahan terlebih dahulu. Tahap pertama kotoran sapi
difermentasikan dan dicampur dengan bahan-bahan organik seperti cacahan gedebog pisang atau cacahan rumput. Setelah tercampur ditambah kapur dan
difermentasikan kembali selama tiga sampai empat hari sesuai dengan kebutuhan. Jika dalam skala besar biasanya jangka yang diperlukan sekitar 14 sampai 21 hari.
Selanjutnaya ditambahkan tepung dedak, tepung jagung, molasses tetes tebu dan pemberian starter bakteri pembusuk. Strater dibuat sendiri di laboratorium
tanaman hias. Perkembangan bakteri pembusuk saat ini telah berhasil dibuat dan mengembangkan sebanyak dua belas macam starter diantaranya: DMAZ®
Dekomper MAZ, STARDA® strater Dahsyat, STARBIO® Starter bio, STARKO® Strater komplit, PSBB® Phosphat solubilizing Bactery Bengkalis-
pelarut fospat dari bengkalis dan lai sebagainya Windukencana, 2009. Dalam penelitian ini digunakan kotoran sapi sisa hasil biogas. Pada kotoran
ini tidak berbau lagi dikarenakan sudah diberikan bakteri pengurai seperti STARBIO®, buatan dari PT. Lembah Hijau Multifarm Solo. Serbuk pengurai
limbah organik tinja, lemak, rambut, sampah makanan dan lain-lain yang apabila terkena air berubah menjadi miliaran mikroba yang memangsa kotoran organik
dalam septic tank anda serta memangsa bakteri yang mengeluarkan bau tidak sedap. STARBIO® merupakan produk terbaru teknologi canggih yang akan
membantu kita mengatasi masalah kotoran ternak, septic tank saluran limbah dengan cara baru. STARBIO® merupakan mikroba bakteri yang berfungsi
commit to user
menguraikan limbah menjadi bahan asal alami yang tidak berbau. Dalam septic tank, STARBIO® bekerja memangsa endapan isi septic tank yang sudah menahun
dan menguraikannya menjadi bahan alami, kembali ke tanah, tanpa bau, beracun, ramah lingkungan Taufiq, 2008.
Widyawati 2006 menyatakan bahwa fungsi molasses bagi pupuk kompos adalah dapat menghambat kandungan gas metan CH
4
yang terkandung di dalam kotoran hewan ternak. Kadar metan dalam kotoran hewan merupakan unsur yang
paling tidak dibutuhkan oleh tanaman. Selain itu molasses juga berfungsi mengoptimalkan sintesis protein mikroba pada tanah dan juga mampu
menyediakan energi tersedia, sumber nitrogen untuk aktivitas dan pertumbuhan mikrobia dalam rumen khususnya bakteri golongan selulolitik dan hemiselulolitik
tercermin dari degradasi serat kasarnya. Iwan 2002 menyatakan bahwa kotoran sapi dapat dibuat menjadi beberapa
jenis kompos yaitu curah, blok, granula dan bokhasi. Kompos sebagai pupuk organik yang berbahan kotoran sapi mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan
pupuk anorganik. Selain itu, kompos juga mempunyai prospek dan peluang yang besar untuk dipasarkan secara lebih meluas untuk mengurangi ketergantungan
petani terhadap pupuk kimia. Penyediaan kompos organik yang berkelanjutan dan praktis dapat mempermudah petani untuk memanfaatkannya sebagai penyubur
tanah dan tanaman pertaniannya. Isroi 2009 melakukan penelitian tentang macam-macam bentuk pupuk
organik. Pupuk organik yang umum dikemas dalam bentuk granul atau dikenal dengan istilah POG Pupuk Organik Granul. Bentuk granul dipilih karena petani
sudah terbiasa dengan pupuk granul. Dalam hal ini petani mengalami masalah karena terbiasa dengan pemakaian pupuk granul yang sudah dilnilai paling
sempurna dalam keseharianya. Bentuk granul juga memudahkan untuk aplikasi dan pengemasan. Salah satu kelemahan POG adalah proses produksinya yang cukup
sulit. Pembuatan POG minimal harus melewati 7 tahap pembuatan. Setiap tahapan ada tingkat kesulitannya tersendiri.
Isroi 2009 melakukan penelitian tentang perbandingan bentuk pupuk secara fungsional. Keunggulan POP Pupuk Organik Pelet bentuk alternatif pupuk
organik adalah bentuk pelet. Pelet memiliki keunggulan yang sama dengan POG,
commit to user
yaitu: kemudahan aplikasi, pengemasan, dan transportasi. Keunggulan yang lain adalah proses pembuatan yang lebih singkat dan mudah.. Tidak adanya pupuk
organik yang berbentuk pelet di pasaran merupakan salah satu pemicu utama dari dibentuknya POP ini. Tantangan POP kemungkinan adalah resistensi dari petani.
Keunggulan penting POP adalah dari sisi teknik dan biaya produksi. Tahapan produksi POP sangat singkat dan sederhana. Tahapan pentingnya hanya 4 tahap
saja. Jadi bisa menghemat sekitar tiga tahap. Tahapan ini juga akan berimbas pada ongkos produksi. Karena tahapannya yang sederhana dan singkat dan relatif murah.
Harga POP bisa dibuat murah, kira-kira bisa 30-50 dari harga POG. Berikut adalah tahap-tahap dalam pembuatan POP Pupuk Organik Pelet:
1. Pengomposan bahan mentah
2. Pencampuran dengan bahan-bahan lain
3. Pembuatan pelet
4. Pengeringan
5. Pengemasan
Adapun peralatan yang dibutuhkan adalah. Isroi, 2009 : 1.
Mesin pelet 2.
Pengering jika perlu 3.
Alat-alat pendukung: a
Meja conveyor b
Pisau pemotong pelet
Gambar 2.1. Konsep mesin pres untuk pembuatan POP Isroi, 2009
commit to user
Sugondo 2000 melakukan penelitian tentang manufaktur pelet, Di mana pelet mentah dapat dibentuk dengan pengepresan uniaksial. Pada proses ini
diperlukan bahan pengikat perekat dan pelumas lubricant. Pengikat dimaksudkan untuk menambah daya ikat antar partikel sehingga tidak terjadi
keretakan dan laminasi. Pelumas dimaksudkan untuk mengurangi keausan dinding cetakan die dan meningkatkan daya geser partikel. Pelumas yang digunakan
dalam peletisasi uranium dioksida ialah seng stearat dan tidak digunakan senyawa pengikat lain.
Diposeno 2010 melakukan penelitian tentang variasi campuran antara kotoran sapi dengan molasses. Untuk campuaran terbaik perbandingan antara
kotoran sapi dengan molasses yaitu sebesar 50:50, yaitu 50 kotoran sapi dan 50 molasses
.
2.2 Landasan Teori