commit to user
2.2.2 Biokomposit
Harizamrry 2008 melakukan penelitian tentang biokomposit. Biokomposit adalah gabungan dari dua kata bio dan komposit. Bio itu sendiri adalah suatu unsur
yang berasal dari bahan-bahan organik. Sedangkan komposit yang berarti suatu material yang terdiri dari dua atau lebih material yang di gabungkan secara makro
digabungkan secara mekanis, membentuk material baru dengan sifat yang lebih baik. Jadi dapat disimpulkan secara umum, biokomposit adalah gabungan dua atau
lebih material yang digabungkan secara makro namun material penggabungannya hanya material yang bersifat organik. Hal ini tentunya untuk membentuk material
baru yang memiliki sifat lebih baik. Dalam prosesnya pembuatan material biokomposit hampir sama dengan proses pembuatan biomassa namun yang
membedakan adalah fungsinya. Biasanya material komposit adalah material yang digunakan untuk komoditas bahan atau material komponen. Sedangkan biomassa
biasanya digunakan untuk komoditas bahan bakar pemanfaatan energi alternatif.
2.2.3 Perekat Binder
Vest 2003 meneliti tentang pengepresan material padat. Bahwa pada pengepresan kompaksi tekanan rendah membutuhkan bahan perekat untuk
membantu pembentukan ikatan diantara partikel pada sampel. Penambahan pengikat yang digunakan dalam pengepresan dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu
bahan perekat organik dan anorganik. Bahan-bahan perekat organik antara lain: molasses
, coaltar, bitumen, kanji dan resin; sedangkan bahan pengikat anorganik antara lain: tanah liat, semen, lime, dan sulphite liquior.
Ozbayoglu 2003 melakukan penelitian tentang pengaruh macam-macam pengikat pada pengepresan Angouran Smithsonite Fines. Berikut adalah data
pengujian pada pengepresan Angouran Smithsonite Fines pada kandungan perekat 5, kandungan air 6, tekanan pengepresan 200 kgcm² dan temperatur
pemanassan 100ºC sebagai berikut:
commit to user
Tabel. 2.2 Pengaruh macam-macam perekat Kristanto, 2007.
Binder Crushing Load
kgsampel -
Tetes tebu Dextrin
Kanji Bentonit
Lime Black cement
Na Cl Polyvinyl Acetate
Peridur XC3 CMC
144 434
561 209
143 141
245 193
218 140
297 266
141
Hinkle dan Rosenthal 2003 menyatakan bahwa fungsi utama perekat dalam proses pengepresan adalah sebagai bahan perekatpengikat. Dengan adanya
perekat, maka sampel yang dihasilkan pemilihan jenis dan kandungan perekat yang tepat akan sangat menentukan kualitas sampel yang akan dibuat. Ada beberapa
kriteria yang harus diperhatikan dalam memilih perekat yang akan digunakan sebagai pengikat, antara lain:
a Kesesuaian antara perekat dengan bahan yang akan diikat.
b Kemampuan perekat untuk dapat meningkatkan sifat-sifat material
pengepresan. c
Kemudahan untuk memperolehnya. d
Harga murah.
commit to user
2.2.4 Tetes Tebu Molasses
Winoto 2009 manyatakan bahwa, tebu merupakan salah satu jenis tanaman yang hanya dapat ditanam di daerah yang memiliki iklim tropis.
Perkebunan tebu di Indonesia menempati luas areal + 232 ribu hektar, yang tersebar di Medan, Lampung, Semarang, Solo, dan Makassar. Dari seluruh
perkebunan tebu yang ada di Indonesia, 50 di antaranya adalah perkebunan rakyat, 30 perkebunan swasta, dan hanya 20 perkebunan negara. Pada tahun
2002 produksi tebu Indonesia mencapai +2 juta ton. Tebu-tebu dari perkebunan diolah menjadi gula di pabrik-pabrik gula. Dalam proses produksi di pabrik gula,
ampas tebu dihasilkan sebesar 90 dari setiap tebu yang diproses, gula yang termanfaatkan hanya 5, sisanya berupa molasses tetes tebu dan air.
Molasses merupakan salah satu hasil sampingan pabrik gula yang memiliki
sukrosa sekitar 30 dan gula reduksi sekitar 25 , berupa glukosa dan fruktosa. Molasses
masih dapat diolah menjadi beberapa produk lain seperti gula cair, penyedap makanan MSG, alkohol dan dry yeast untuk roti, protein tunggal, pakan
ternak, asa citric dan acetic acid alcohol. Kristanto, 2007. Selama ini medium fermentasi yang sering digunakan untuk produksi
alginat baik oleh bakteri A. Vinelandii maupun P.aerugionosa adalah media sintetis. Molasses
merupakan hasil samping industri gula yang mengandung senyawa nitrogen, trace element dan kandungan gula yang cukup tinggi terutama kandungan
sukrosa sekitar 34 dan kandungan total karbon sekitar 37 Suastuti, 1998.
2.2.5 Proses Pembuatan Pellet