Tinjauan Pustaka ANALISIS dan PEMBAHASAN

commit to user 19 3. Untuk mengetahui dan mencari solusi mengendalikan populasi pemasangan reklame. 4. Untuk mengetahui permasalahan-permasalahan yang timbul ketika menyelenggarakan dan memungut pajak reklame.

E. MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi Pembaca. Dapat menambah informasi, pengetahuan dan wawasan tentang pemungutan pajak reklame tahunan dan insidentil di kota Surakarta. 2. Bagi Universitas Sebagai bahan referensi bagi penulisan tugas akhir selanjutnya dengan tema yang sama. 3. Bagi DPPKA Dapat memberikan masukan atau referensi dalam melakukan pengendalian populasi reklame dan pemungutan pajak reklame tahunan dan insidentil di kota Surakarta. Sebagai sumber informasi mengenai fakta pertumbuhan reklame di kota Surakarta.

BAB II ANALISIS dan PEMBAHASAN

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Pajak commit to user 20 Dalam memahami mengapa seseorang harus membayar pajak adalah untuk membiayai pembangunan yang terus dilaksanakan guna menunjang sarana dan prasarana di Negara atau daerah tertentu. Negara pada dasarnya memerlukan dana untuk kepentingan rakyat. Didalam Undang-undang Perpajakan no 28 tahun 2007, pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Dalam bukunya tentang Hukum Pajak, Wirawan B. Ilyas dan Richard Burton menjelaskan mengenai fungsi pajak, yang dapat digolongkan dalam beberapa penjabaran, yaitu: a. Fungsi Budgeter Adalah sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yaitu pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan, dan bila ada sisa surplus akan digunakan sebagai tabungan pemerintah untuk investasi pemerintah. b. Fungsi Regulerend Adalah alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan dibidang sosial dan ekonomi. Fungsi ini umumnya dapat dilihat pada sektor swasta, seperti yang dikemukakan Dr. Soemitro Djojohadikusumo, yaitu fiscal policy sebagai suatu alat pembangunan yang harus mempunyai satu tujuan yang barsamaan secara langsung menemukan dana-dana yang akan digunakan untuk public investmen dan secara tidak langsung digunakan untuk menyalurkan private saving ke arah sektor-sektor yang produktif maupun digunakan untuk mencegah pengeluaran-pengeluaran yang menghambat pembangunan. commit to user 21 c. Fungsi Demokrasi Adalah bentuk wujud sistem gotong-royong, termasuk kegiatan pemerintah dan pembangunan demi kemaslahatan kebaikan manfaat manusia. Fungsi demokrasi pada masa sekarang lebih sering dikaitkan dengan hak seseorang apabila akan memperoleh pelayanan dari pemerintah setelah mereka membayar pajak yang terutang. d. Fungsi Redistribusi Adalah fungsi yang lebih menekankan pada unsur pemerataan dan keadilan dalam masyarakat. Misal, dengan adanya tarif progresif yang mengenakan pajak lebih besar kepada masyarakat yang mempunyai penghasilan besar dan pajak yang lebih kecil kepada masyarakat yang mempunyai penghasilan lebih sedikit. 2. Sistem pemungutan pajak dapat dibagi menjadi empat macam, yaitu: a. Official assessment system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemerintah atau biasa dikenal sebagai fiskus pemungut pajak untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. Dengan sistem ini masyarakat bersifat pasif dan menunggu dikeluarkannya suatu ketetapan pajak oleh fiskus. b. Semiself assessment system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang pada fiskus atau wajib pajak untuk menentukan besarnya pajak seseorang yang terutang. Jadi dengan sistem ini masyarakat juga berperan dalam menentukan besarnya pajak yang terutang untuk setiap bulannya, baru pada akhir tahun pajak commit to user 22 fiskus menentukan besarnya utang pajak yang sesungguhnya berdasarkan data yang dilaporkan oleh wajib pajak. c. Self assessment system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang penuh kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang, tanpa adanya campur tangan dari fiskus, kecuali wajib pajak melanggar ketentuan yang berlaku. d. Withholding system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang pada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang terutang. Dengan sistem ini, wajib pajak dan fiskus bersifat pasif, hanya pihak ke tiga yang bertugas menghitung, melaporkan, dan membayarkan pajak yang terutang. Fiskus hanya bertugas mengawasi pelaksanaan pemotongan pemungutan pajak yang dilakukan oleh pihak ke tiga Mardiasmo, 2009:5 3. Penagihan Pajak Di zaman sekarang ini peran serta masyarakat dalam mendukung pembangunan yang dilakukan pemerintahan sangat diharapkan. Sesuai dengan kerangka sistem self assessment yang dianut dalam UU Perpajakan sejak tahun 1983, memberikan kepercayaan penuh kepada wajib pajak untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan pajaknya sendiri. Akan tetapi, dalam kenyataannya terdapat cukup kendala dalam pelaksanaan pemungutan pajak ini. Masih banyak masyarakat yang dengan sengaja maupun dengan berbagai alasan tidak melaksanakan kewajibannya membayar pajak kepada Negara. Dengan terlambatnya pajak yang dibayarkan atau pun tidak dibayarkan pajak yang terutang tentu saja menjadi beban administrasi tunggakan pajak . Oleh karena commit to user 23 itu, untuk mencairkan dana-dana yang tidak atau belum dibayarkan dilakukan tindakan penagihan pajak sesuai dengan ketentuan pajak yang berlaku. Dalam bukunya Pemeriksaan Pajak, Hardi menjelaskan penagihan pajak sendiri telah diatur dalam UU No. 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa. Dalam rangka penagihan pajak dilakukan secara bertahap, artinya tindakan diawali dengan surat teguran, tetapi bila wajib pajak tidak menghiraukan baru dilakukan tindakan secara paksa. Ada tiga hal kriteria diterbitkannya Surat Paksa SP, yaitu: a. Apabila penanggung pajak tidak melunasi utang pajak sampai dengan tanggal jatuh tempo dan telah diterbitkan surat teguran atau surat peringatan. b. Bahwa terhadap penanggung pajak telah dilakukan penagihan seketika dan sekaligus. c. Penanggung pajak tidak memenuhi ketentuan dalam keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran pajak. Dalam bukunya Pemeriksaan Pajak, Hardi menjelaskan jika Surat Paksa SP sudah tidak mampu untuk menagih penanggung pajak, maka tindakan penagihan lebih lanjut dengan tindakan penyitaan atau pelelangan. Prinsip dari tindakan penyitaan yang dilakukan oleh juru sita adalah untuk memperoleh jaminan pelunasan utang pajak dan tidak mengubah status kepemilikan suatu barang, bahkan barang yang disita bisa dititipkan kepada penanggung pajak atau dapat disimpan ditempat lain. Oleh karena itu, penyitaan dapat dilakukan terhadap barang milik penanggung pajak yang berada di tempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan, atau tempat lain. Penyitaan tersebut dilakukan, baik terhadap barang bergerak maupun barang tidak bergerak. Tindak penagihan terakhir adalah dengan pelelangan. Pelelangan merupakan upaya hukum dalam rangka mencairkan tunggakan pajak sebagaimana diataur dalam pasal 25 commit to user 24 UU Penagihan Pajak. Pasal 25 ayat 1 menyatakan “apabila utang pajak dan atau biaya penagihan pajak tidak dilunasi setelah penyitaan, pejabat berwenang melaksanakan penjualan secara lelang terhadap barang yang disita melalui kantor lelang” 4. Penggolongan Pajak Berdasarkan buku Perpajakan karangan Sumarso, jenis-jenis pajak yang dikenakan kepada wajib pajak dapat digolongkan kedalam tiga golongan, yaitu menurut sifatnya, menurut sasaran atau objeknya, dan menurut lembaga pemungutannya. a. Menurut sifatnya, jenis pajak dapat dibagi dua, yaitu: 1 Pajak langsung adalah pajak yang pembebanannya tidak dapat dilimpahkan pihak lain, tetapi harus menjadi beban langsung wajib pajak yang bersangkutan dan dilakukan secara berulang-ulang misalnya, PPh. 2 Pajak tidak langsung adalah pajak yang pembebanannya dapat dilimpahkan ke pihak lain, misalnya Pajak Pertambahan Nilai PPN . b. Menurut sasaran atau objeknya, jenis pajak dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: 1 Pajak subyektif adalah pajak yang pengenaannya memperhatikan pada keadaan pribadi wajib pajak atau pengenaan pajak yang memperhatikan keadaan subjeknya. 2 Pajak obyektif adalah pajak yang pengenaannya memperhatikan pada obyeknya baik berupa benda, keadaan, perbuatan atau peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa memperhatikan keadaan pribadi subyek pajak maupun tempat tinggal. commit to user 25 c. Menurut lembaga pemungutannya, Waluyo 2010:56 memaparkan jenis pajak dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: 1 Pajak pusat adalah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara pada umumnya. 2 Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah baik tingkat I maupun daerah tingkat II dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah masing-masing . 5. Pengertian Pajak Daerah Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pajak daerah adalah pajak-pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah misal: Propinsi, Kabupaten, Kota yang diatur berdasarkan peraturan daerah masing-masing dan hasil pemungutannya digunakan untuk pembiayaan rumah tangga daerah. Sedangkan menurut UU No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana diubah dengan UU No. 34 Tahun 2000, pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, dimana hasilnya digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah. Jenis pajak daerah dibedakan menurut wilayah kekuasaan pihak pemungutanya. Menurut wilayah pemungutannya pajak daerah dibagi menjadi: a. Pajak Propinsi yang terdiri dari: 1 Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di atas Air. 2 Bea balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di atas Air. 3 Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor. commit to user 26 4 Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan. b. Pajak Kabupaten Kota, yang terdiri dari: a Pajak Hotel b Pajak Restoran c Pajak Hiburan d Pajak Reklame e Pajak Parkir f Pajak Penerangan Jalan g Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C 6. Pengertian Pajak Reklame Reklame adalah benda, alat-alat, atau media yang bentuk dan coraknya beragam yang dipergunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan dan memujikan barang, jasa atau orang ataupun untuk menarik perhatian umum kepada suatu barang, jasa atau orang yang ditempatkan atau dilihat, dibaca, atau didengar dari suatu tempat oleh umum. a. Dasar Hukum Penyelenggaraan Reklame Tahunan. 1 Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 1999 tentang pajak reklame. 2 Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2001 tentang perubahan keputusan walikota nomor 03DRT1999 tentang pedoman pelaksanaan reklame. b. Dasar Hukum Penyelenggaraan Reklame Insidentil. 1 Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 1999 tentang pajak reklame. 2 Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2001 tentang perubahan keputusan walikota nomor 03DRT1999 tentang pedoman pelaksanaan reklame. commit to user 27 3 Peraturan Daerah Kota Surakarta nomor 7 tahun 2009 tentang retribusi pemakaian kekayaan daerah. Objek pajak reklame berdasarkan PERDA No. 5 tahun 1999 tentang Pajak Reklame adalah penyelenggara reklame yang jenisnya meliputi: k. Reklame papan billboard l. Reklame kain m. Reklame melekat stiker n. Reklame selebaran o. Reklame berjalan p. Reklame kendaraan q. Reklame peragaan r. Reklame udara s. Reklame suara t. Reklame film slide Pajak reklame sendiri digolongkan menjadi dua, yaitu: Pajak Reklame Tahunan dan Pajak Reklame Isidentil. a. Pajak reklame tahunan, pajak reklame yang sifat pembayarannya dibayar per tahun misal, reklame papanbillboard, reklame berjalan, reklame kendaraan, reklame udara, reklame suara, dan reklame film slide. b. Pajak reklame insidentil, pajak reklame yang sifat pembayarannya dibayar pada jangka waktu kurang dari satu tahun, maksimal satu bulan dan minimal 1 minggu penayangan misal, selebaran, spanduk, umbul-umbul, baliho, MMT, dan stiker. Untuk reklame insidentil jika masa tayangnya sudah habis tidak diperkenankan untuk diperpanjang lagi. commit to user 28

B. Analisis Data dan Pembahasan

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pemungutan Pajak Reklame Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) (Studi Pada Dinas Pendapatan Kabupaten Nias)

7 96 50

EVALUASI KONTRIBUSI PAJAK REKLAME TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN ANGGARAN 2006 2008

0 4 76

ANALISIS POTENSI PENERIMAAN PAJAK REKLAME DAN EFEKTIVITAS PAJAK REKLAME DALAM MENINGKATKAN Analisis Potensi Penerimaan Pajak Reklame Dan Efektivitas Pajak Reklame Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah(Studi Kasus pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keu

1 6 16

ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK HOTEL, RESTORAN, REKLAME, DAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH Analisis Kontribusi Pajak Hotel, Restoran, Reklame, Dan Pajak Parkir Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta (Studi pada Dinas Pendapatan Pengelol

0 1 18

ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK HOTEL, RESTORAN, REKLAME, DAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH Analisis Kontribusi Pajak Hotel, Restoran, Reklame, Dan Pajak Parkir Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta (Studi pada Dinas Pendapatan Pengelol

0 1 18

Pengaruh Pemungutan Pajak Hiburan, Pajak Reklame dan Pajak Parkir terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Bandung.

0 1 18

Pelaksanaan Pemungutan serta Kontribusi Pajak Reklame terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Padang.

0 0 6

Analisis pemungutan pajak reklame di Surakarta dan manfaatnya terhadap peningkatan pendapatan daerah.

0 0 12

Analisis pemungutan pajak reklame pada fasilitas umum terhadap pendapatan asli daerah kota Surakarta Cintani Dara Dwinta

0 0 55

BAB III GAMBARAN UMUM PAJAK REKLAME A. Pengertian Pajak - Analisis Pemungutan Pajak Reklame Sebagai Pendapatan Asli Daerah Kota Medan

0 0 30