commit to user
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Kinerja keuangan bank merupakan salah satu dasar penilaian terhadap kemampuan bank dalam menjalankan fungsinya sebagai penghimpun dan
pengelola dana masyarakat. Perbaikan kondisi kinerja keuangan perbankan nasional membawa kepada suatu alam persaingan yang ketat diantara bank-bank
umum dari suatu periode ke periode berikutnya, sebagai bahan pertimbangan bagi manajemen dalam melaksanakan kegiatan operasi dan penyusunan rencana
kerja anggaran bank, untuk memonitor pelaksanaan dari suatu kebijakan perusahaan yang telah diterapkan, sehingga dapat diadakan perbaikan di masa
yang akan datang. Menurut Hatta 2008, secara empirik, pengaruh inflasi terhadap
pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari krisis tahun 1997 - 1998 yang mengakibatkan terganggunya sektor riil. Krisis ini diawali dari krisis di sektor
moneter depresiasi nilai tukar rupiah dengan dolar yang kemudian merambat kepada semua sektor tanpa terkecuali. Tingkat Inflasi ketika itu sebesar 77,60
yang diikuti pertumbuhan ekonomi minus 13,20. Adapun terganggunya sektor riil tampak pada kontraksi produksi pada hampir seluruh sektor perekonomian.
Tahun 1998, seluruh sektor dalam perekonomian kecuali sektor listrik,gas,dan air bersih. Inflasi sesungguhnya mencerminkan kestabilan nilai mata uang.
commit to user
2
Stabilitas tersebut tercermin dari stabilitas tingkat harga yang kemudian berpengaruh terhadap realisasi pencapaian tujuan pembangunan ekonomi suatu
negara, seperti pemenuhan kebutuhan dasar, pemerataan distribusi pendapatan dan kekayaan, perluasan kesempatan kerja, dan stabilitas ekonomi. Guna
mendukung peningkatan kinerja perbankan, pemerinyah telah banyak mengeluarkan kebijakan di bidang keuangan. Paket 1 Juni 1983 PAKJUN ’83
dapat dikatakan sebagai kebijakan liberalisasi perbankan. Bank dapat menentukan tingkat bunga yang dianggap memadai dengan mempertimbangkan
berbagai faktor, antara lain perbedaan tingkat inflasi antar negra, disparitas mata uang domestik dengan mata uang negara lain, perbedaan suku bunga domestik
dengan suku bunga internasional, dan perbedaan pendapatan nasional antar negara. Dengan berhasilnya liberalisasi perbankan, maka arus pengalihan Rupiah
ke mata uang asing dapat dibendung. Dalam lingkup yang lebih luas, keberhasilan liberalisasi perbankan dipengaruhi oleh sistem dana masyarakat
untuk tujuan investsi jangka panjang dan peningkatan ekspor. Tahun 1988 pada bulan Oktober mengeluarkan paket 1988 PAKTO
’88, yang berisikan bahwa pemerintah menjamin dana masyarakat yang ada di bank secara preventif dan memberi kesempatan yang sama antar bank swasta
dan bank pemerintah untuk dapat bersaing dalam menghimpun dana masyarakat. Hasil kebijakan tersebut cukup memuaskan dengan meningkatnya dana deposito,
giro, tabungan. Sesuai dengan Undang-Undang perbankan no 10 tahun 1998, penghimpunan dana yang berupa simpanan masyarakat yang salah satunya
commit to user
3
adalah dilakukan oleh Bank Umum. Bentuk simpanan masyarakat tersebut dapat berupa: Giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan dan bentuk lain
yang dapat dipersamakan Implikasi dari perkembangan tersebut adalah semakin tingginya
kompetisi di dunia bisnis,sehingga perlu adanya manajemen pemasaran jasa yang berbeda dengan pemasaran tradisional yang telah dikenal selama ini.
Perkembangan tersebut mengakibatkan iklim bisnis di Indonesia pun berubah. Masing-masing perusahaan akan berupaya untuk dapat merebut pasar yang ada
untuk produk dan jasa yang sama,akibatnya masyarakat sebagai konsmen akan mempunyai posisi tawar yang tinggi dalam menentukan pilihan terhadap produk
dan jasa yang akan dibelinya. Perusahaan dituntut untuk mempunyai daya saing terhadap perusahaan pesaingnya. Daya saing tersebut dapat diujudkan melalui
kegiatan-kegiatan fungsional yang cermat dan tepat. melikuidasi bank – bank yang dinilai tidak sehat dan tidak layak lagi untuk beroperasi. Hal ini
menimbulkan krisis kepercayaan dari masyarakat terhadap industri perbankan. Sumber utama pendapatan bank berasal dari kegiatan penyaluran kredit dalam
bentuk pendapatan bunga untuk bank konvesional dan bagi hasil untuk bank syariah. Terkonsentrasinya usaha bank dalam penyaluran kredit tersebut
disebabkan oleh beberapa alasan. Pertama, sifat usaha bank yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi antara unit surplus dengan unit defisit. Kedua,
penyaluran kredit memberikan spread yang pasti sehingga besarnya pendapatan dapat diperkirakan. Ketiga, melihat posisinya dalam pelaksanaan kebijaksanaan
commit to user
4
moneter, perbankan merupakan sektor usaha yang kegiatannya paling diatur dan dibatasi. Keempat, sumber utama dana bank berasal dari dana masyarakat
sehingga secara moral mereka harus menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit, namun dalam pelaksanaan tidak semua dana yang
dihimpun dari masyarakat bisa tersalurkan dengan baik sesuai dengan tolak ukur yang telah ditetapkan dan penyaluran kredit kepada masyarakat kerap kali
mengalami hambatan dalam hal pengembalian pinjaman kepada pihak bank dan nyaris semua bank beroperasi di Indonesia mengalami kredit macet
bermasalah. Pemerintah selaku regulator haus selalu berusaha untuk menghidupkan dan memperbaiki dunia perbankan melalui berbagai paket
kebijaksanaan yang berupa paket deregulasi, khususnya yang berkenaan dengan sektor perbankan. Pada dasarnya inti dari semua kebijaksanaan yang ada adalah
untuk memberikan kebebasan kepada dunia perbankan dalam usahanya menghimpun dana dari masyarakat dan kemudian menyalurkannya kembali
kepada masyarakat. Pengamatan yang dilakukan di lembaga perbankan, diketahui permintaan
kredit selalu berubah tergantung pada bebeapa hal antaa lain: suku bunga, pendapatan, status pekerjaaan, dan jangka waktu kedit Suku bunga merupakan
salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan dalam rangkan menghimpun dan menyalurkan dana pada masyarakat. Tingkat suku bunga pada dasarnya
merupakan refleksi dan kekuatan permintaan dan penawaran dana. Dengan demikian perkembangan dan tingkat suku bunga mencerminkan tingkat kelangkaan
commit to user
5
atau kecukupan dana dimasyarakat. Naik tuunnya pemintaan kedit tergantung perilaku konsumen, artinya dalam hukum permintaan yang menyatakan bahwa, bila
suatu harga barang naik ceteris paribus maka, jumlah yang diminta konsumen akan barang tersebut turun maka jumlah barang tersebut yang diminta konsumen
akan naik Cateris paribus berarti bahwa semua faktor-faktor lain yang mempengaruhi jumlah barang yang diminta dianggap tidak berubah Boediono,
1998. Para ahli ekonomi membedakan pemakaian istilah fungsi permintaan dan kurva permintaan. Fungsi permintaan menghubungkan kuantitas yang diminta
dengan harga barang tersebut juga dengan faktor-faktor lainnya yang besar pengaruhnya terhadap permintaan, seperi : pendapatan konsumen yang
bersangkutan, harga barang pengganti, harga barang komplementer dan citarasa. Kurva atau skedul permintaan hanya menghubungkan kuantitas yang diminta
dengan harga satuan barang tersebut Soediyono, 1983 : 18.Fungsi permintaan menghubungkan kuantitas yang diminta dengan harga barang tersebut juga dengan
faktor-faktor lainnya yang besar pengaruhnya terhadap permintaan Suku bunga merupakan sejumlah rupiah yang dibayar akibat telah mempergunakan dana sebagai
balas jasa. Menurut Samuelson dan Nordhaus 1995, tingkat
bunga adalah pembayaran yang dilakukan untuk
penggunaan uang. Tingkat bunga adalah jumlah bunga yang dibayarkan per unit waktu.
Masyarakat harus membayar peluang untuk meminjam uang. Biaya untuk meminjam uang, diukur dalam
rupiah per tahun untuk setiap rupiah yang dipinjam,
adalah tingkat bunga. Perubahan suku bunga merupakan
commit to user
6
perubahan dalam permintaan uang kredit. Kenaikan suku bunga mengakibatkan penurunan permintaan agregatpengeluaran investasi,sebaliknya, peningkatan suku
bunga akan mengakibatkan peningkatan permintaan agregat . Dalam lingkup
eksternal tingkat suku bunga sangat berperan terhadap arus modal masuk dan keluar. Pendapatan adalah penerimaan tingkat hidup dalam satuan rupiah yang
dapat dinikmati seorang individu atau keluarga yang didasarkan atas penghasilannya atau sumber-sumber
pendapatan lain. Menurut Winardi 2001:249 pendapatan merupakan pendapatan tingkat
hidup yang dapat dinikmati oleh individu di masyarakat Pendapatan masyarakat yang digunakan untuk mengembalikan kredit, harus jelas dan riil. Pendapatan
masyarakat tersebut sebagai sumber penghasilan dari berbagai macam mata pekerjaan, seperti pegawai negeri, wiraswasta, petani, pengusaha dan perajin
Pengaruh perubahan pendapatan terhadap mempunyai dua kemungkinan. Pada umumnya pengaruh pendapatan terhadap permintaan adalah positif dalam arti
bahwa kenaikan pendapatan akan menaikkan permintaan. Hal ini terjadi apabila barang tersebut merupakan barang superior atau normal. Ini seperti efek selera dan
efek banyaknya pembeli yang mempunyai efek positif. Pada kasus barang inferior, maka kenaikkan pendapatan justru menurunkan permintaanWijya,1991.
Kosumen selalu beusaha untuk dapat memenuhi segala kebutuhannya dilakukan usaha tambahan agar dapat membantu menambah pendapatannya.
Berbagai cara dilakukan masyarakat mulai dari investasi sederhana sampai dengan investasi bermodal besar. Dampaknya pada sektor moneter adalah
commit to user
7
permohonan modal usaha dan investasi akhinya semakin meningkat. Permohonan modal tersebut, mengarah kepada permohonan kredit ke lembaga
perbankan yang semakin meningkat. Faktor lain yang mempengaruhi pemohonan kedit adalah
jangka waktu pinjaman. Semakin lama jangka waktu pinjaman maka akan memberikan resiko yang lebih besar pada kredit tersebut.
Petimbangan resiko kredit menyebabkan seorang nasabah akan memikirnya jangka waktu yang akan diambil dalam pengambilan kredit di bank.
Terkait dengan hal tersebut banyak penelitian yang telah dilakukan antara lain: Banjarnahor 2006 melakukan penelitian dengan judul Analisis
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Permintaan Kredit Pada PT Bank Sumut Cabang Tarutung. Hasil dari penelitian adalah faktor suku bunga kredit,
jumlah kredit, jangka waktu dan pelayanan nasabah berpengaruh terhadap keputusan permintaan kredit. Faktor yang dominan mempengaruhi keputusan
permintaan kredit pada PT Bank Sumut Cabang Tarutung adalah faktor tingkat suku bunga kredit.
Situngkir 2008 melakukan penelitian berjudul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nasabah Dalam Memutuskan Pengambilan Kredit Pada PT Bank
Internasional Indonesia Medan. Hasil dari penelitian adalah faktor tingkat suku bunga kredit, proses penyaluran kredit, lokasi bank dan jumlah kredit
berpengaruh terhadap keputusan permintaan kredit. Faktor yang dominan mempengaruhi nasabah terhadap keputusan permintaan kredit pada PT Bank
Internasional Indonesia Medan adalah faktor tingkat suku bunga kredit
commit to user
8
Aryaningsih 2008 melakukan penelitian dengan judul pengaruh suku bunga, inflasi dan jumlah pendapatan terhadap permintaan kredit di PT BPB
Cabang Pembantu Kediri. Hasil penelitiaannya menyatakan bahwa ketiga faktor suku bunga, inflasi dan jumlah pedapatan mempunyai pengaruh
signifikan terhadap permintaan kredit secara simultan. Secara parsial Suku bunga dan jumlah pendapatan mempunyai pengaruh signifikan terhadap
permintaan kredit sedangkan inflasi tidak berpengaruh Arsyid 2008 dalam penelitiannya yang berjudul faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan masyarakat terhadap kredit pemilikan rumah sederhana di Kabupaten Bandung menyatakan bahwa secara Multiple
serempak Harga, Pendapatan, Selera, Suku Bunga Kredit, Jangka Waktu Kredit, Lokasi, dan sarana Prasarana memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap Permintaan KPRS di Kabupaten Bandung. Namun secara parsial hanya Pendapatan dan selera saja yang secara signifikan berpengaruh positif terhadap
Permintaan KPRS di Kabupaten Bandung. Sedangkan Harga, Suku Bunga Kredit, Jangka Waktu Kredit, Lokasi, dan sarana Prasarana, secara parsial tidak
berpengaruh signifikan terhadap Permintaan KPRS di Kabupaten Bandung. Berdasarkan penelitian-penelitian diatas diketahui bahwa jumlah
permintaan kedit dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain: suku bunga, pendapatan nasabah, poses. Lokasi dan status pekejaan nasabah dan pengamatan
pada PD BKK Tanon Kabupaten Sragen, secara proporsional naik turunnya nilai permintaan kredit seperti pada tabel berikut:
commit to user
9
Tabel 1 Jumlah Penyaluran Kredittahun 2006.2008.2010 Berdasarkan Suku Bunga
Bulan Suku bunga
Jumlah Permintaan kredit dan prosentase Kredit 2006
Kredit 2008 Kredit 2010
Januari 1,8
747,500,000 0.081
827,500,000 0.086
727,500,000 0.071
Februari 1,8
636,000,000 0.069
746,000,000 0.078
836,000,000 0.082
Maret 1,6
1,143,000,000 0.125
1,313,000,000 0.137
1,413,000,000 0.138
April 1,7
845,500,000 0.092
927,500,000 0.097
907,500,000 0.089
Mei 1,69
738,000,000 0.080
628,000,000 0.065
688,000,000 0.067
Juni 1,76
1,128,500,000 0.123
1,158,500,000 0.121
1,268,500,000 0.124
Juli 1,68
1,242,500,000 0.135
1,303,500,000 0.136
1,413,500,000 0.138
Agustus 1,68
601,500,000 0.066
531,500,000 0.055
641,500,000 0.063
September 1,67
645,500,000 0.070
615,500,000 0.064
605,500,000 0.059
Oktober 1,70
616,900,000 0.067
647,500,000 0.067
717,500,000 0.070
November 1,67
714,000,000 0.078
765,500,000 0.080
885,500,000 0.087
Desember 1,97
116,900,000 0.013
129,920,000 0.014
109,920,000 0.011
Total 9,175,800,000
1.000 9,593,922,008
1.000 10.213.920.000
1000 Sumber: BKK Tanon, 2010
Tabel diatas diketahui bahwa jumlah kredit selalu mengalami peningkatan mulai tahun 2006,2008 dan 2010 dengan suku bunga mulai dai 1,67 sd 1,9, hal ini menunjukkan
bahwa pemintaan uang dalam bentuk kedit selalu mengalami kenaikan meskipun suku bunga relative tinggi
Tabel 2 Jumlah Penyaluran Kredit Berdasarkan Jangka Waktu
Jumlah kredit Rp Jangka waktu
2006 2008
2010 Pendek dibawah 3 tahun
5,238,500,000 5,600,500,000
5.840.500.000 Panjang di atas 3 tahun
3,937,300,000 3,993,420,000
4.373.420.000 Total
9,175,800,000 9,593,922,008
10.213.920.000
Sumber: BKK Tanon, 2010 Tabel diatas diketahui bahwa jumlah kredit yang disalurkan mengalami
kenaikan baik yang besifat jangka pendek maupun jangka panjang namun jumlah
commit to user
10
kenaikan kredit jangka pendek lebih besar dibandingkan dengan kredit jangka panjang. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat lebih menyukai kredit jangka
pendek.
Tabel 3
Jumlah Penyaluran Kredit Berdasarkan Pendapatan Nasabah Pendapatan
Jumlah kredit Rp 2006
2008 2010
500.000 2.000.000 2,526,500,000
2,886,500,000 2.318.420.000
2.000.000 4.000.000 2,712,000,000
2,714,000,000 3.323.500.000
4.000.000 3,937,300,000
3,993,420,000 4.572.000.000
Total 9,175,800,000
9,593,922,008 10.213.920.000
Sumber: BKK Tanon, 2010 Tabel diatas dapat diketahui bahwa berdasarkan tingkat pendapatan
nasabah jumlah kredit untuk yang bepenghasilan di bawah 2 juta semula mengalami kenaikan tetapi tahun 2010 mengalami penuruan, untuk nasabah
yang berpenghasilan diatas 2 juta sampai 4 juta mengalami kenaiakan dai tahun 2006 sampai tahun 2010, sedangkan nasabah yang berpenghasilan diatas 4 juta
selalu mengalami kenaikan. Tabel tersebut diatas nampak bahwa faktor suku bunga, jangka waktu kredit dan jumlah pendapatan berpengaruh pada permintaan
kredit Tingginya suku bunga kredit tersebut menyebabkan prosentase laju penyaluran kredit mengalami penurunan. Suku bunga tinggi telah membuat
ongkos pemeliharaan uang tunai terlalu tinggi Demikan juga dari tabel tersebut nampak bahwa jangka waktu kredit dan pendapatan masyarakat mempengaruhi
permintaan kredit. Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan penelitian dengan
commit to user
11
judul ”Analisis Tentang Pengaruh Suku bunga, Pendapatan Nasabah, Status Pekerjaan Nasabah, Jangka Waktu Kredit Terhadap Jumlah
Pengambilan Kredit Pada Nasabah PD BKK Tanon Kabupaten Sragen”.
B. Perumusan masalah