4.1.6. Hubungan antara jumlah nodul efektif dengan parameter pertumbuhan.
Untuk mengetahui hubungan jumlah nodul efektif dengan parameter pertumbuhan pada tanaman E. cyclocarpum dilakukan uji korelasi Pearson pada
taraf 1 Tabel 11. Tabel 11 Hasil analisis korelasi antara jumlah nodul efektif dengan beberapa
parameter pertumbuhan bibit E. cyclocarpum.
Korelasi Nilai
koefisien korelasi r
Kriteria hubungan
Jumlah nodul efektif dengan tinggi semai 0,205
Lemah Jumlah nodul efektif dengan diameter semai
0,250 Lemah
Jumlah nodul efektif dengan jumlah helai daun 0,247
Lemah Jumlah nodul efektif dengan berat segar tajuk
0,205 Lemah
Jumlah nodul efektif dengan berat segar akar 0,348
Lemah Jumlah nodul efektif dengan persentase infeksi FMA
0,175 Lemah
Jumlah nodul efektif dengan jumlah nodul 0,759
Kuat Jumlah nodul efektif dengan berat kering total
0,202 Lemah
Jumlah nodul efektif dengan serapan N 0,248
Lemah Jumlah nodul efektif dengan serapan P
0,205 Lemah
Jumlah nodul efektif dengan CN ratio 0,143
Sangat lemah Jumlah nodul efektif dengan indek mutu bibit
0,183 Sangat lemah
Jumlah nodul efektif dengan penambahan bakteri 0,076
Sangat lemah Analisis hubungan antara jumlah nodul efektif dengan berbagai parameter
pertumbuhan bibit E. cyclocarpum Tabel 11. Data pada Tabel 11 menunjukkan bahwa hubungan antara jumlah nodul efektif dengan parameter tinggi semai,
diameter semai, jumlah helai daun, berat segar takuk, berat segar akar, persentase infeksi FMA, berat kering total dan serapan hara N, serapan hara P merupakan
hubungan yang lemah. Hubungan antara jumlah nodul efektif dengan jumlah nodul merupakan hubungan yang kuat. Hubungan jumlah nodul efektif dengan
CN ratio, indek mutu bibit dan penambahan jenis bakteri merupakan hubungan yang sangat lemah.
Untuk mengetahui hubungan jumlah nodul efektif dengan parameter pertumbuhan pada tanaman L. leucocephala dilakukan uji korelasi Pearson pada
taraf 1 Tabel 12. Tabel 12 Hasil analisis korelasi antara jumlah nodul efektif dengan beberapa
parameter pertumbuhan bibit L. leucocephala.
Korelasi Nilai
koefisien korelasi r
Kriteria hubungan
Jumlah nodul efektif dengan tinggi semai 0,955
Sangat kuat Jumlah nodul efektif dengan diameter semai
0,905 Sangat kuat
Jumlah nodul efektif dengan jumlah helai daun 0,946
Sangat kuat Jumlah nodul efektif dengan berat segar tajuk
0,962 Sangat kuat
Jumlah nodul efektif dengan berat segar akar 0,965
Sangat kuat Jumlah nodul efektif dengan persentase infeksi FMA
0,946 Sangat kuat
Jumlah nodul efektif dengan jumlah nodul 0,978
Sangat kuat Jumlah nodul efektif dengan berat kering total
0,948 Sangat kuat
Jumlah nodul efektif dengan serapan N 0,682
Sedang Jumlah nodul efektif dengan serapan P
0,799 Kuat
Jumlah nodul efektif dengan CN ratio 0,516
Sedang Jumlah nodul efektif dengan indek mutu bibit
0,909 Sangat kuat
Jumlah nodul efektif dengan penambahan bakteri 0,129
Sangat lemah Analisis hubungan antara jumlah nodul efektif dengan berbagai parameter
pertumbuhan bibit L. leucocephala Tabel 12. Data pada Tabel 12 menunjukkan bahwa hubungan antara jumlah nodul efektif dengan parameter tinggi semai,
diameter semai, jumlah helai daun, berat segar tajuk, berat segar akar, persentase infeksi FMA, jumlah nodul, berat kering total dan indek mutu bibit merupakan
hubungan yang sangat kuat. Hubungan antara jumlah nodul efektif dengan serapan hara N dan CN ratio merupakan hubungan yang sedang. Hubungan
antara jumlah nodul efektif dengan serapan hara P merupakan hubungan yang kuat, serta penambahan jenis bakteri merupakan hubungan yang sangat lemah.
Untuk mengetahui hubungan jumlah nodul efektif dengan parameter pertumbuhan pada tanaman P. falcataria dilakukan uji korelasi Pearson pada
taraf 1 Tabel 13. Tabel 13 Hasil analisis korelasi antara jumlah nodul efektif dengan beberapa
parameter pertumbuhan bibit P. falcataria.
Korelasi Nilai
koefisien korelasi r
Kriteria hubungan
Jumlah nodul efektif dengan tinggi semai 0,951
Sangat kuat Jumlah nodul efektif dengan diameter semai
0,955 Sangat kuat
Jumlah nodul efektif dengan jumlah helai daun 0,937
Sangat kuat Jumlah nodul efektif dengan berat segar tajuk
0,994 Sangat kuat
Jumlah nodul efektif dengan berat segar akar 0,966
Sangat kuat Jumlah nodul efektif dengan persentase infeksi FMA
0,485 Sedang
Jumlah nodul efektif dengan jumlah nodul 0,926
Sangat kuat Jumlah nodul efektif dengan berat kering total
0,990 Sangat kuat
Jumlah nodul efektif dengan serapan N 0,984
Sangat kuat Jumlah nodul efektif dengan serapan P
0,939 Sangat kuat
Jumlah nodul efektif dengan CN ratio 0,359
Lemah Jumlah nodul efektif dengan indek mutu bibit
0,979 Sangat kuat
Jumlah nodul efektif dengan penambahan bakteri 0,230
Lemah Analisis hubungan antara jumlah nodul efektif dengan berbagai parameter
pertumbuhan bibit P. falcataria Tabel 13. Data pada Tabel 13 menunjukkan bahwa hubungan antara jumlah nodul efektif dengan parameter tinggi semai,
diameter semai, jumlah helai daun, berat segar tajuk, berat segar akar, jumlah nodul, berat kering total, indek mutu bibit, serapan hara N dan serapan hara P
merupakan hubungan yang sangat kuat. Hubungan antara jumlah nodul efektif dengan persentase infeksi FMA merupakan hubungan yang sedang. Hubungan
jumlah nodul efektif dengan CN ratio dan penambahan jenis bakteri merupakan hubungan yang lemah.
Untuk mengetahui hubungan jumlah nodul efektif dengan parameter pertumbuhan pada tanaman C. calothyrsus dilakukan uji korelasi Pearson pada
taraf 1 Tabel 14. Tabel 14 Hasil analisis korelasi antara jumlah nodul efektif dengan beberapa
parameter pertumbuhan bibit C. calothyrsus.
Korelasi Nilai
koefisien korelasi r
Kriteria hubungan
Jumlah nodul efektif dengan tinggi semai 0,893
Kuat Jumlah nodul efektif dengan diameter semai
0,880 Kuat
Jumlah nodul efektif dengan jumlah helai daun 0,905
Sangat kuat Jumlah nodul efektif dengan berat segar tajuk
0,331 Lemah
Jumlah nodul efektif dengan berat segar akar 0,881
Kuat Jumlah nodul efektif dengan persentase infeksi FMA
0,661 Sedang
Jumlah nodul efektif dengan jumlah nodul 0,983
Sangat kuat Jumlah nodul efektif dengan berat kering total
0,858 Kuat
Jumlah nodul efektif dengan serapan N 0,896
Kuat Jumlah nodul efektif dengan serapan P
0,697 Sedang
Jumlah nodul efektif dengan CN ratio 0,683
Sedang Jumlah nodul efektif dengan indek mutu bibit
0,874 Kuat
Jumlah nodul efektif dengan penambahan bakteri 0,052
Sangat lemah Analisis hubungan antara jumlah nodul efektif dengan berbagai parameter
pertumbuhan bibit C. calothyrsus Tabel 14. Data pada Tabel 14 menunjukkan bahwa hubungan antara jumlah nodul efektif dengan parameter tinggi semai,
diameter semai, berat segar akar, berat kering total, serapan hara N dan indek mutu bibit merupakan hubungan yang kuat. Hubungan antara jumlah nodul
efektif dengan jumlah helai daun dan jumlah nodul merupakan hubungan yang sangat kuat. Hubungan jumlah nodul efektif dengan persentase infeksi FMA,
serapan hara P dan CN ratio merupakan hubungan yang sedang, serta penambahan jenis bakteri merupakan hubungan yang sangat lemah.
4.1.7. Nilai ketergantungan mikoriza relatif RMD, Persen respon pertumbuhan PGR dan Ketergantungan terhadap fosfor DPU.
Peranan fungi mikoriza arbuskula FMA terhadap tanaman inang tidak hanya dilihat dari kemampuan FMA tersebut dalam meningkatkan pertumbuhan
tanaman inangnya, akan tetapi perlu juga diketahui bagaimana tingkat ketergantungan tanaman itu sendiri terhadap FMA. Ketergantungan terhadap
mikoriza mycorrhizal dependency sebagai derajat dimana suatu tanaman tergantung pada kondisi mikoriza untuk memproduksi pertumbuhan atau hasil
maksimum pada tingkat kesuburan tanah tertentu Declerk, Plenchette dan Strullu 1995. Nilai relative mycorrhizal dependency RMD, percent growth response
PGR dan dependency of P uptake DPU Tabel 15. Tabel 15 Rerata nilai ketergantungan mikoriza relatif RMD, persen respon
pertumbuhan PGR dan ketergantungan terhadap fosfor DPU pada tanaman uji E. cyclocarpum, L. leucocephala, P. falcataria dan
C. calothyrsus.
Tanaman Perlakuan B.
kering total g
K. hara P
RMD PGR
DPU Kontrol 3,07
0,11 Glomus sp
5,90 0,14
47,9 92,2 21,4
E. cyclocarpum Gigaspora sp
4,02 0,11
23,6 30,9 0 Kontrol 0,28
0,10 Glomus sp
0,77 0,30
63,6 175,0 66,7 L. leucocephala
Gigaspora sp 0,29
0,13 3,45 3,6
23,1 Kontrol 0,09
0,16 Glomus sp
0,67 0,21
83,9 622,2 23,8 P. falcataria
Gigaspora sp 0,12
0,16 25,0 33,3 0
Kontrol 0,18 0,12
Glomus sp 1,22
0,30 85,3 577,7 93,3
C. calothyrsus Gigaspora sp
0,23 0,13
21,7 27,8 7,7 Tingkat ketergantungan RMD, respon pertumbuhan PGR dan
ketergantungan tanaman bermikoriza terhadap fosfor DPU dipengaruhi oleh jenis FMA yang diinokulasikan serta tanaman inangnya. Meskipun tidak
dilakukan analisis keragaman ternyata nilai RMD, PGR dan DPU lebih tinggi atau optimal pada mikoriza jenis Glomus sp pada ke-empat tanaman uji
E. cyclocarpum, L. leucocephala, P. falcataria dan C. calothyrsus bila dibandingkan dengan kontrol dan perlakuan dengan inokulasi FMA jenis
Gigaspora sp.
Pada bibit
E. cyclocarpum perlakuan Glomus sp nilai RMD sebesar 47,9 berada pada moderatelly dependent, nilai PGR 92,2 dan nilai DPU sebesar
21,4. Sedangkan perlakuan Gigaspora sp nilai RMD sebesar 23,6 berada pada marginally dependent, nilai PGR 30,9 dan nilai DPU 0. Pada bibit
L. leucocephala perlakuan Glomus sp nilai RMD sebesar 63,6 berada pada highly dependent, nilai PGR 175 dan nilai DPU sebesar 66,7. Sedangkan
perlakuan Gigaspora sp nilai RMD sebesar 3,45 berada pada marginally dependent, nilai PGR 3,6 dan nilai DPU 23,1.
Bibit P. falcataria perlakuan Glomus sp nilai RMD sebesar 83,9 berada pada very highly dependent, nilai PGR 622,2 dan nilai DPU sebesar 23,8.
Sedangkan perlakuan Gigaspora sp nilai RMD sebesar 25,0 berada pada marginally dependent, nilai PGR 33,3 dan nilai DPU 0. Sedangkan bibit
C. calothyrsus perlakuan Glomus sp nilai RMD sebesar 85,3 berada pada very highly dependent, nilai PGR 577,7 dan nilai DPU sebesar 93,3. Sedangkan
perlakuan Gigaspora sp nilai RMD sebesar 21,7 berada pada marginally dependent, nilai PGR 27,8 dan nilai DPU 7,7. Kondisi ini menggambarkan
bahwa asosiasi FMA pada tanaman uji E. cyclocarpum, L. leucocephala, P. falcataria dan C. calothyrsus dipengaruhi oleh jenis FMA dan tanaman yang
menjadi inangnya host.
Untuk melihat bagaimana jumlah spora FMA pada media tanam, maka dilakukan sieving FMA. Dari hasil sieving 100 gram media sampel tanaman uji
E. cyclocarpum, L. leucocephala, P. falcataria dan C. calothyrsus jumlah rerata spora FMA yang ditemukan pada media tersebut bervariasi. Beberapa bentuk
spora FMA yang ditemukan pada media tanam Gambar 32.
A B
C D
Gambar 32 Struktur spora FMA pada media tanam E. cyclocarpum A, L. leucocephala B, P. falcataria C dan C. calothyrsus D
pada pembesaran 400x.
4.2. Pembahasan 4.2.1. Tinggi tanaman