13. Jumlah bintil akar nodul efektif
Untuk melihat perbedaan pengaruh inokulasi FMA terhadap jumlah bintil akar efektif maka dilakukan uji Duncan. Berdasarkan hasil uji Duncan pengaruh
inokulasi FMA pada ke-empat tanaman uji E. cyclocarpum, L. leucocephala, P. falcataria, dan C. calothyrsus perlakuan mikoriza jenis m1 Glomus sp
menunjukkan pengaruh beda nyata terhadap rerata jumlah bintil akar nodul efektif dibandingkan dengan perlakuan m0 kontrol, tetapi perlakuan m2
Gigaspora sp menunjukkan pengaruh beda tidak nyata terhadap rerata jumlah bintil akar nodul efektif dibandingkan dengan perlakuan m0 kontrol. Rerata
jumlah bintil akar nodul efektif tertinggi terlihat pada perlakuan m1 Glomus sp. Pada Gambar 14 terlihat pada ke-empat tanaman uji yang diberi perlakuan, maka
rerata jumlah nodul efektif tertinggi terlihat pada tanaman C. calothyrsus yaitu 4,8 nodul.
.9 .1
7 .2
1 .1
7 3
.7 3
.8 7
4 .8
.4 3
.1 7
.0 7
1 2
3 4
5 6
E. cyclocarpum L. leucocephala
P. falcataria C. calothyrsus
J u
m la
h B
in til
A k
a r
N o
d u
l E
fe k
tif
m0 m1
m2
Gambar 14 Pengaruh perlakuan inokulasi mikoriza terhadap rerata jumlah bintil akar nodul efektif.
4.1.2. Pengaruh inokulasi bakteri fiksasi nitrogen BFN
Berdasarkan hasil sidik ragam, inokulasi bakteri fiksasi nitrogen BFN pada tanaman uji E. cyclocarpum, L. leucocephala, P. falcataria, dan C.
calothyrsus menunjukkan pengaruh beda nyata pada beberapa variabel pengamatan. Untuk melihat perbedaan pengaruh perlakuan BFN terhadap
parameter yang diukur maka dilakukan uji Duncan. Hasil uji Duncan pengaruh faktor tunggal BFN menunjukkan antara perlakuan b0 kontrol, b1
Shinorhizobium sp dan perlakuan b2 Rhizobium sp menunjukkan pengaruh beda nyata untuk beberapa variabel pengamatan yang diukur Lampiran 5.
1. Diameter semai
Inokulasi bakteri fiksasi nitrogen BFN hanya berpengaruh nyata pada tanaman P. falcataria Gambar 15 dengan nilai rerata diameter semai tertingi
terlihat pada perlakuan b1 Shinorhizobium sp dan b0 kontrol berturut - turut 1,65 mm dan 1,71 mm. Namun demikian, jika dilihat dari ke-empat tanaman uji
maka nilai rerata diameter semai tertinggi terlihat pada tanaman E. cyclocarpum yaitu 5,5 mm, selanjutnya tanaman L. leucocephala 2,09 mm, C. calothyrsus
1,76 mm serta tanaman P. falcataria 1,71 mm Gambar 15.
5 .3
6
2 .0
9 1
.7 1
1 .7
5 5
.4 3
2 .0
9 1
.6 5
1 .6
4 5
.5
2 .1
2 1
.4 6
1 .7
6 1
2 3
4 5
6
E. cyclocarpum L. leucocephala
P. falcataria C. calothyrsus
D iam
et er
S em
ai m
m
b0 b1
b2
Gambar 15 Pengaruh perlakuan inokulasi BFN terhadap rerata diameter semai
umur 4 bulan
2. Jumlah daun
Perlakuan inokulasi BFN pada tanaman uji, untuk parameter jumlah daun menunjukkan berpengaruh nyata pada tanaman E. cyclocarpum dan P. falcataria
serta menunjukkan pengaruh tidak nyata pada tanaman L. leucocephala dan C. calothyrsus Gambar 16. Pada tanaman E. cyclocarpum, nilai rata - rata
diameter semai tertinggi berturut - turut diberikan oleh perlakuan b1 Shinorhizobium sp dan b2 Rhizobium sp. Sedangkan pada tanaman
P. falcataria nilai rata - rata diameter semai tertinggi terdapat pada perlakuan b1 Shinorhizobium sp dan b0 kontrol. Jika dibandingkan dengan ke-empat
tanaman uji maka nilai rata - rata jumlah daun tertinggi terlihat pada tanaman E. cyclocarpum yaitu 21,6 helai Gambar 16.
1 8
.4 1
3 .9
3 1
1 .0
7 1
.8 7
2 1
.6
1 3
.5 7
1 .9
1 .8
3 2
.6 7
1 3
.1 2
1 .2
7 1
1 .0
7
5 10
15 20
25
E. cyclocarpum L. leucocephala
P. falcataria C. calothyrsus
Ju m
lah H
e la
i D a
u n
b0 b1
b2
Gambar 16 Pengaruh perlakuan inokulasi BFN terhadap rerata jumlah daun
umur 4 bulan
Gambar 16 Pengaruh perlakuan inokulasi BFN terhadap rerata jumlah daun
umur 4 bulan
3. Berat segar akar
3. Berat segar akar
Pengaruh perlakuan BFN pada tanaman uji secara umum tidak memberikan pengaruh nyata pada tanaman L. leucocephala, P. falcataria dan
C. calothyrsus. Pengaruh inokulasi BFN terhadap parameter berat segar akar hanya berpengaruh nyata pada tanaman E. cyclocarpum Gambar 17. Pada
tanaman E. cyclocarpum, nilai rata - rata berat segar akar tertingi terlihat pada perlakuan b1 Shinorhizobium sp dan b2 Rhizobium sp. Jika dibandingkan
dengan ke-empat jenis tanaman uji maka nilai rata - rata berat segar akar tertinggi terlihat pada tanaman E. cyclocarpum yaitu 10,52 g Gambar 17.
Pengaruh perlakuan BFN pada tanaman uji secara umum tidak memberikan pengaruh nyata pada tanaman L. leucocephala, P. falcataria dan
C. calothyrsus. Pengaruh inokulasi BFN terhadap parameter berat segar akar hanya berpengaruh nyata pada tanaman E. cyclocarpum Gambar 17. Pada
tanaman E. cyclocarpum, nilai rata - rata berat segar akar tertingi terlihat pada perlakuan b1 Shinorhizobium sp dan b2 Rhizobium sp. Jika dibandingkan
dengan ke-empat jenis tanaman uji maka nilai rata - rata berat segar akar tertinggi terlihat pada tanaman E. cyclocarpum yaitu 10,52 g Gambar 17.
8 .4
8 1
.5 2
1 .1
5 10
12
1 .5
6 1
.4 3
1 .5
2 1
.2 4
1 .2
6 1
.4 5
1 .4
.7 2
1 .6
3 2
4 6
8
E. cyclocarpum L. leucocephala
P. falcataria C. calothyrsus
B e
ra t Se
g a
r A k
a r
g
b0 b1
b2
Gambar 17 Pengaruh perlakuan inokulasi BFN terhadap rerata berat segar akar Gambar 17 Pengaruh perlakuan inokulasi BFN terhadap rerata berat segar akar
4. Persentase infeksi mikoriza 4. Persentase infeksi mikoriza
Inokulasi BFN berpengaruh nyata terhadap parameter persentase infeksi mikoriza pada beberapa tanaman uji. Pengaruh inokulasi BFN terhadap
parameter persentase infeksi mikoriza menunjukkan pengaruh nyata pada tanaman E. cyclocarpum dan P. falcataria. Nilai rata - rata persentase infeksi
Inokulasi BFN berpengaruh nyata terhadap parameter persentase infeksi mikoriza pada beberapa tanaman uji. Pengaruh inokulasi BFN terhadap
parameter persentase infeksi mikoriza menunjukkan pengaruh nyata pada tanaman E. cyclocarpum dan P. falcataria. Nilai rata - rata persentase infeksi
mikoriza tertinggi terlihat pada tanaman E. cyclocarpum dan P. falcataria dengan perlakuan b2 Rhizobium sp yaitu 25,88 dan 15,56. Sedangkan inokulasi
BFN pada tanaman L. leucocephala dan C. calothyrsus untuk parameter persentase infeksi mikoriza berpengaruh tidak nyata Gambar 18.
2 1
.8 6
2 .1
9
1 1
.6 7
7 .4
1 1
8 .2
5 1
8 .3
3
9 .6
3 6
.6 7
2 5
.8 8
1 5
.1 8
1 5
.5 6
1 6
.4 8
5 10
15 20
25 30
E. cyclocarpum L. leucocephala
P. falcataria C. calothyrsus
P e
rs en
ta s
e In
fe ksi
M iko
ri z
a
b0 b1
b2
Gambar 18 Pengaruh perlakuan inokulasi BFN terhadap rerata persentase infeksi
mikoriza
5. Serapan hara N Pengaruh inokulasi BFN terhadap serapan hara N pada tanaman uji,
secara umum menunjukkan beda tidak nyata pada tanaman E. cyclocarpum, L. leucocephala dan C. calothyrsus. Inokulasi BFN untuk parameter serapan hara
N berpengaruh nyata pada tanaman P. falcataria. Pada ke-empat tanaman uji
serapan hara N tertinggi terlihat pada tanaman E. cyclocarpum yang diberikan oleh perlakuan BFN jenis b1 Shinorhizobium sp yaitu 11,78 gtanaman
Gambar 19.
7 .4
9
1 .2
8 2
.0 4
2 .1
7 1
1 .7
8
1 .4
7 2
.1 2
.1 3
9 .8
2
1 .6
3 .5
2 .4
6 2
4 6
8 10
12 14
E. cyclocarpum L. leucocephala
P. falcataria C. calothyrsus
S e
ra pa
n H a
ra N
g t
a n
a m
a n
b0 b1
b2
Gambar 19 Pengaruh perlakuan inokulasi BFN terhadap rerata serapan hara N
6. Serapan hara P
Pengaruh inokulasi BFN terhadap serapan hara P pada tanaman uji menunjukkan pengaruh beda tidak nyata pada tanaman E. cyclocarpum,
L. leucocephala dan C. calothyrsus. Inokulasi BFN untuk parameter serapan hara P berpengaruh sangat nyata pada tanaman P. falcataria.
Pada ke-empat tanaman uji serapan hara P tertinggi terlihat pada tanaman E. cyclocarpum yang diberikan
oleh perlakuan BFN jenis b2 Rhizobium sp yaitu 0,82 gtanaman Gambar 20.
Gambar 20 Pengaruh perlakuan inokulasi BFN terhadap rerata serapan hara P
.5 2
.1 5
.1 1
.2 2
.7 3
.1 6
.1 6
.3 3
.8 2
.1 6
.0 5
.2 9
0.1 0.2
0.3 0.4
0.5 0.6
0.7 0.8
0.9
E. cyclocarpum L. leucocephala
P. falcataria C. calothyrsus
S e
ra p
a n
H a
ra P
g t
an am
an
b0 b1
b2
4.1.3. Pengaruh interaksi fungi mikoriza arbuskula FMA dengan inokulasi
bakteri fiksasi nitrogen BFN
Pengaruh interaksi perlakuan FMA dan BFN pada tanaman uji, secara statistik berdasarkan hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa interaksi
perlakuan FMA dengan BFN pada tanaman C. calothyrsus menunjukkan pengaruh beda tidak nyata untuk semua parameter pertumbuhan yang diukur.
Sedangkan pada tanaman E. cyclocarpum, P. falcataria dan L. leucocephala terdapat interaksi perlakuan FMA dan BFN yang berbeda nyata pada beberapa
parameter yang diukur Lampiran 6.
1. Diameter semai
Pengaruh interaksi FMA dan BFN pada tanaman uji untuk parameter diameter semai secara statistik menunjukkan pengaruh beda tidak nyata pada
tanaman E. cyclocarpum, L. leucocephala, dan C. calothyrsus serta tanaman P. falcataria menunjukkan pengaruh nyata. Berdasarkan hasil uji lanjut Duncan
interaksi perlakuan FMA dan BFN yang memberikan nilai rata - rata diameter
semai tertinggi pada tanaman P. falcataria adalah perlakuan m1b0 Glomus sp x kontrol yaitu 2,34 mm dan perlakuan m1b1 Glomus sp x Shinorhizobium sp
yaitu 2,15 mm Gambar 21.
1 .3
5 2
.3 4
1 .4
4 1
.3 5
2 .1
5 1
.4 4
1 .3
4 1
.5 7
1 .4
8
0.5 1
1.5 2
2.5
m 0 m 1
m 2
Pelakuan Mikoriza D
iam e
ter S
e ma
i m
m
b0 b1
b2
Gambar 21 Pengaruh interaksi perlakuan inokulasi FMA dengan BFN terhadap
rerata diameter semai P. falcataria umur 4 bulan. 2. Jumlah daun
Pengaruh interaksi perlakuan FMA dan BFN menunjukkan pengaruh beda tidak nyata pada tanaman E. cyclocarpum, L. leucocephala, dan C. calothyrsus,
sedangkan pada tanaman P. falcataria menunjukkan pengaruh nyata. Interaksi perlakuan FMA dan BFN yang memberikan nilai rata - rata jumlah daun tertinggi
terdapat pada tanaman P. falcataria adalah perlakuan m1b0 Glomus sp x kontrol yaitu 14 helai dan perlakuan m1b1 Glomus sp x Shinorhizobium sp
yaitu 13,5 helai Gambar 22.
9 .2
1 4
1 9
.6 1
3 .5
9 .6
9 .7
1 1
.7 9
.4
2 4
6 8
10 12
14 16
m0 m1
m2
Perlakuan Mikoriza Ju
m lah
D a
u n
H elai
b0 b1
b2
Gambar 22 Pengaruh interaksi perlakuan inokulasi FMA dengan BFN terhadap
rerata jumlah daun P. falcataria umur 4 bulan.
3. Berat segar tajuk
Pengaruh interaksi FMA dan BFN pada tanaman uji untuk parameter berat segar tajuk menunjukkan pengaruh beda tidak nyata pada tanaman
E. cyclocarpum, L. leucocephala, dan C. calothyrsus, sedangkan pada tanaman P. falcataria menunjukkan pengaruh nyata. Perlakuan yang memberikan
pengaruh nyata terhadap variabel berat segar tajuk pada tanaman P. falcataria adalah perlakuan m1b1 Glomus sp x Shinorhizobium sp yaitu 3,26 g dan
perlakuan m1b0 Glomus sp x kontrol yaitu 2,97 g Gambar 23.
.2 2
2 .9
7
.4 3
.3 1
3 .2
6
.2 9
.3 2
.8 7
.3 1
1 2
3 4
m0 m1
m2
Perlakuan Mikoriza B
e ra
t S e
g a
r Ta
ju k
g
b0 b1
b2
Gambar 23 Pengaruh interaksi perlakuan inokulasi FMA dengan BFN terhadap
rerata berat segar tajuk P. falcataria umur 4 bulan. 4. Berat segar akar
Pengaruh interaksi FMA dan BFN untuk parameter berat segar akar menunjukkan pengaruh beda tidak nyata pada tanaman E. cyclocarpum,
L. leucocephala, dan C. calothyrsus, sedangkan pada tanaman P. falcataria menunjukkan pengaruh nyata. Perlakuan yang memberikan pengaruh nyata
terhadap variabel berat segar akar pada tanaman P. falcataria adalah perlakuan m1b0 Glomus sp x kontrol yaitu 3,25 g dan perlakuan m1b1 Glomus sp x
Shinorhizobium sp yaitu 2,74 g Gambar 24.
.4 8
3 .2
5
.5 6
.5 2
2 .7
4
.5 2
.5 3
1 .1
1 .5
3 1
2 3
4
m0 m1
m2
Perlakuan Mikoriza Be
ra t S
e g
a r Ak
a r
g
b0 b1
b2
Gambar 24 Pengaruh interaksi perlakuan inokulasi FMA dengan BFN terhadap
rerata berat segar akar P. falcataria umur 4 bulan.
Gambar 24 Pengaruh interaksi perlakuan inokulasi FMA dengan BFN terhadap
rerata berat segar akar P. falcataria umur 4 bulan. 5. Indek mutu bibit
5. Indek mutu bibit
Pengaruh interaksi perlakuan FMA dan BFN untuk parameter indek mutu bibit pada tanaman E. cyclocarpum, L. leucocephala, dan C. calothyrsus
menunjukkan pengaruh beda tidak nyata. Sedangkan pada tanaman P. falcataria interaksi perlakuan FMA dan BFN menunjukkan pengaruh beda nyata. Interaksi
perlakuan FMA dan BFN pada tanaman P. falcataria menunjukkan bahwa nilai rata - rata indek mutu bibit tertinggi terdapat pada perlakuan m1b0 Glomus sp x
kontrol yaitu 0,179 dan perlakuan m1b1 Glomus sp x Shinorhizobium sp yaitu 0,169 Gambar 25. Bibit yang mempunyai nilai indek mutu bibit lebih dari 0,09
maka tanaman tersebut mampu bertahan hidup pada kondisi lapang jika bibit itu ditanam di lapangan. Sedangkan apabila nilai indek mutu bibit kurang dari 0,09
maka tanaman tersebut tidak mampu bertahan hidup pada kondisi lapang. Pengaruh interaksi perlakuan FMA dan BFN untuk parameter indek mutu
bibit pada tanaman E. cyclocarpum, L. leucocephala, dan C. calothyrsus menunjukkan pengaruh beda tidak nyata. Sedangkan pada tanaman P. falcataria
interaksi perlakuan FMA dan BFN menunjukkan pengaruh beda nyata. Interaksi perlakuan FMA dan BFN pada tanaman P. falcataria menunjukkan bahwa nilai
rata - rata indek mutu bibit tertinggi terdapat pada perlakuan m1b0 Glomus sp x kontrol yaitu 0,179 dan perlakuan m1b1 Glomus sp x Shinorhizobium sp yaitu
0,169 Gambar 25. Bibit yang mempunyai nilai indek mutu bibit lebih dari 0,09 maka tanaman tersebut mampu bertahan hidup pada kondisi lapang jika bibit itu
ditanam di lapangan. Sedangkan apabila nilai indek mutu bibit kurang dari 0,09 maka tanaman tersebut tidak mampu bertahan hidup pada kondisi lapang.
[ [
Gambar 25 Pengaruh interaksi perlakuan inokulasi FMA dengan BFN terhadap
rerata indek mutu bibit P. falcataria umur 4 bulan.
Gambar 25 Pengaruh interaksi perlakuan inokulasi FMA dengan BFN terhadap
rerata indek mutu bibit P. falcataria umur 4 bulan.
.0 2
1 .1
7 9
.0 2
8 .0
2 2
.1 6
9
.0 2
7 .0
2 4
.0 4
9 .0
3 5
0.05 0.1
0.15 0.2
m0 m1
m2
Perlakuan Mikoriza Inde
k M
ut u
B ib
it
b0 b1
b2
6. Serapan hara N
Pengaruh interaksi perlakuan FMA dan BFN pada tanaman E. cyclocarpum, L. leucocephala, dan C. calothyrsus menunjukkan pengaruh
tidak nyata dalam serapan hara N, sedangkan pada tanaman P. falcataria menunjukkan pengaruh sangat nyata.
Interaksi perlakuan FMA dan BFN yang memberikan serapan hara N tertinggi pada tanaman P. falcataria adalah
perlakuan m1b1 Glomus sp x Shinorhizobium sp yaitu 4,33 gtanaman dan
perlakuan m1b0 Glomus sp x kontrol yaitu 4.05 gtanaman Gambar 26.
.3 3
4 .0
5
.7 8
.2 3
4 .3
3
.3 6
.2 5
3 .3
3
.5 4
1 2
3 4
5
m0 m1
m2
Perlakuan Mikoriza S
e ra
p a
n H
a ra
N g
t a
n a
m a
n
b0 b1
b2
Gambar 26 Pengaruh interaksi perlakuan inokulasi FMA dengan BFN terhadap
rerata serapan hara N tanaman P. falcataria. 7. Serapan hara P
Pengaruh interaksi perlakuan FMA dan BFN pada tanaman E. cyclocarpum, L. leucocephala, dan C. calothyrsus menunjukkan pengaruh
tidak nyata dalam serapan hara P, sedangkan pada tanaman P. falcataria menunjukkan pengaruh sangat nyata.
Interaksi perlakuan FMA dan BFN yang memberikan serapan hara P tertinggi pada tanaman P. falcataria adalah
perlakuan m1b1 Glomus sp x Shinorhizobium sp yaitu 0,45 gtanaman dan perlakuan m1b0 Glomus sp x kontrol yaitu 0,28 gtanaman Gambar 27.
.0 2
.2 8
.0 4
.0 2
.4 5
.0 2
.0 2
.0 9
.0 4
0.1 0.2
0.3 0.4
0.5
m0 m1
m2
Perlakuan Mikoriza Se
ra p
a n
H a
ra P
g t
a n
a m
a n
b0 b1
b2
Gambar 27 Pengaruh interaksi perlakuan inokulasi FMA dengan BFN terhadap
rerata serapan hara P tanaman P. falcataria. 8. Jumlah nodul efektif
Pengaruh interaksi perlakuan FMA dan BFN menunjukkan pengaruh nyata terhadap variabel jumlah nodul efektif pada tanaman L. leucocephala,
sedangkan pada tanaman E. cyclocarpum, P. falcataria, dan C. calothyrsus menunjukkan pengaruh beda tidak nyata. Interaksi perlakuan FMA dan BFN
yang memberikan nilai rerata jumlah nodul efektif tertinggi pada tanaman L. leucocephala adalah perlakuan m1b0 Glomus sp x kontrol yaitu 5,5 nodul
dan perlakuan m1b1 Glomus sp x Shinorhizobium sp yaitu 3 nodul Gambar 28.
5 .5
.4 3
.1 2
.7 .5
2 4
6
m0 m1
m2 Perlakuan Mikoriza
J u
ml a
h N
o d
u l
E fe
k ti
f b0
b1 b2
Gambar 28 Pengaruh interaksi perlakuan inokulasi FMA dengan BFN terhadap
rerata jumlah nodul efektif pada tanaman L. leucocephala. 9. Pesentase infeksi mikoriza
Pengaruh interaksi perlakuan FMA dan BFN terhadap variabel persentase infeksi mikoriza pada tanaman P. falcataria dan C. calothyrsus menunjukkan
pengaruh beda tidak nyata, sedangkan pada tanaman E. cyclocarpum dan L. leucocephala menunjukkan pengaruh nyata. Pada tanaman E. cyclocarpum
interaksi perlakuan FMA dan BFN yang memberikan nilai rerata persentase infeksi mikoriza tertinggi adalah perlakuan m1b2 Glomus sp x Rhizobium sp
yaitu 58,89, perlakuan m1b1 Glomus sp x Shinorhizobium sp yaitu 46,97 dan perlakuan m1b0 Glomus sp x kontrol yaitu 46,11. Sedangkan pada
tanaman L. leucocephala interaksi perlakuan FMA dan BFN yang memberikan nilai rerata persentase infeksi mikoriza tertinggi adalah perlakuan m1b0 Glomus
sp x kontrol yaitu 54,44, perlakuan m1b1 Glomus sp x Shinorhizobium sp yaitu 45 dan perlakuan m1b2 Glomus sp x Rhizobium sp yaitu 33,89
Gambar 29.
4 .0
3 3
.3 3
1 3
.1 9
4 6
.1 1
4 6
.9 7
5 8
.8 9
1 5
.5 5
4 .4
4 5
.5 5
1 .6
7 8
.3 3
5 4
.4 4
4 5
3 3
.8 9
4 .4
5 1
.6 7
1 1
.6 7
10 20
30 40
50 60
70
m0b0 m0b1
m0b2 m1b0
m1b1 m1b2
m1b0 m2b1
m2b2
Interaksi Perlakuan FMA dan BFN P
e rs
e n
tase In feksi Miko
ri z
a
E. cyclocarpum L.leucocephala
Gambar 29 Pengaruh interaksi perlakuan inokulasi FMA dengan BFN terhadap rerata persentase infeksi mikoriza tanaman E. cyclocarpum dan
tanaman L. leucocephala.
Untuk melihat
perbedaan respon
pertumbuhan tanaman
uji E. cyclocarpum, L. leucocephala, P. falcataria dan C. calothyrsus terhadap
interaksi perlakuan fungi mikoriza arbuskula FMA dengan bakteri fiksasi nitrogen BFN selama 4 bulan pengamatan, maka disajikan beberapa foto
tanaman hasil penelitian Gambar 30.
A. Foto tanaman E. cyclocarpum B. Foto tanaman L. leucocephala
C. Foto tanaman P. falcataria
D. Foto tanaman C. calothyrsus
Gambar 30 Foto perbedaan pertumbuhan tanaman uji setelah diinokulasi FMA dan BFN E. cyclocarpum, L. leucocephala, P. falcataria dan
C. calothyrsus.
Persentase kolonisasi fungi mikoriza arbuskula FMA pada akar tanaman uji dapat diamati dengan menghitung persentase infeksi akarnya. Akar tanaman
uji dinyatakan terinfeksi oleh fungi mikoriza arbuskula apabila pada akar tersebut ditemukan beberapa struktur FMA, seperti hifa internal, vesikula Gambar 31.
A B
C D
Gambar 31 Struktur kolonisasi FMA pada akar E. cyclocarpum A, L. leucocephala B, P. falcataria C dan C. calothyrsus D. A
Vesikula, 100x, B Jaringan Hifa Internal, 400x, C Vesikula, 100x dan D Vesikula, 100x.
4.1.4. Hubungan antara persentase kolonisasi FMA dengan parameter pertumbuhan.