Identifikasi Masalah Pembatasan Masalah

Analisis Makna Simbolis Perhiasan Yang Dikenakan Pengantin Karo Dalam Upacara Pesta Perkawinan yang ditulis oleh Sartika Sembiring, Identifikasi Ornamen Tradisional Karo pada Benda-benda Pakai yang ditulis oleh Minaria br Ginting, dan Analisis Penerapan Ragam Hias Melayu Pada Gedung Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia MABMI Di Kabupaten Langkat yang ditulis oleh Mutia Awanis. Namun penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Karena dalam penelitian di atas menjelaskan tentang Makna simbolis yang terdapat pada setiap bagian perhiasan dan setiap kain yang digunakan pada oleh pengantin dalam upacara adat perkawinan, membahas mengenai penerapan ornament Melayu pada Gedung MABMI berdasarkan jenis, bentuk ornament, bahan dan teknik pembuatan ornament, dan penempatan ornament. Dalam penelitian yang dibahas oleh Sartika br Sembiring Membahas mengenai Upacara Perkawinan Karo, Minaria br Ginting membahas mengenai Benda pakai tradisional Karo tapi yang dibahas mengenai penerapan ornamennya, sedangkan Mutia Awanis mebahas mengenai penerapan ornament Melayu berdasarkan bentuk ornament dan teknik pembuatan ornament, dan penempatan ornament. Dengan demikian penelitian Skripsi dengan Judul “ Anyaman Benda Pakai Batak Karo Ditinjau Dari Bentuk, Teknik dan Fungsinya pada Upacara Adat Perkawinan Suku Karo Di Jambur Tamsaka Medan ” yang akan penulis lakukan ini adalah asli karena belum pernah dilakukan orang sebelumnya. 93

BAB V KESIMPULAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan dari hasil penelitian, analisis data dan observasi lapangan, maka dapat dibuat kesimpulan anyaman benda pakai suku Karo yang dipakai pada upacara adat perkawinan suku Karo ialah Kampil Gampang Sawa, Sumpit, Pernakan Kitik, Amak Cur Amak Tayangen, dan Raga Dayang-dayang. Anyaman benda pakai Suku Karo sudah ada sejak berabad-abad silam. Kehadirannya merupakan simbol ekspresi kebudayaan masyarakat Suku Karo atas dorongan kebutuhan masyarakat Karo menjalankan fungsi-fungsi kebudayaan. Oleh karena itu kehadiran anyaman benda pakai Suku Karo tidak hanya dilihat dari bentuknya saja, tetapi juga dilihat dalam konteks kebudayaannya. Kemudian ditinjau berdasarkan fungsinya, maka benda-benda kerajinan ini merupakan benda pakai apllied art yang berhubungan dengan kepentingan fungsional, atau murni sebagai alat tool. Namun diantaranya ada juga benda kerajinan tersebut yang berfungsi simbolik. Hal ini terlihat pada Kampil Gampang Sawa yang digunakan untuk tempat pemakan sirih serta memiliki fungsi pada upacara adat perkawinan sebagai alat memulai pembicaraan pada waktu pesta adat. Kampil Gampang Sawa memiliki bentuk kubistis karena memiliki unsur-unsur persegi. Kampil ini tidak tidak memiliki alas karena penggunaannya dikepitkan di bawah ketiak. Teknik menganyam yang digunakan ialah teknik anyaman miring dengan cara penambahan sudut dan bagian atasnya menggunakan ayaman pinggir.