D. Hasil Penetapan Panjang Gelombang yang Memiliki Absorbansi
Maksimum
Tujuan ditetapkannya panjang gelombang maksimum yaitu untuk mengetahui panjang gelombang yang mempunyai serapan terbesar, yaitu saat
senyawa berwarna yang terbentuk telah optimum, sehingga diperoleh kepekaan yang maksimum.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa panjang gelombang 500 nm mempunyai serapan maksimum pada glukosa darah dibandingkan panjang
gelombang lainnya, yaitu 0,376. Dengan demikian pembacaan kadar glukosa darah pada spektrofotometer Star Dust selanjutnya dilakukan pada panjang
gelombang 500 nm. Data hasil penetapan panjang gelombang maksimum disajikan pada Tabel 3 dan Gambar 4.
Tabel 3. Absorbansi Glukosa dengan Pereaksi GOD-PAP Diasys pada
Pengukuran Berbagai Panjang Gelombang
Gambar 4. Kurva Hubungan Panjang Gelombang dengan Nilai Absorbansi antara
Glukosa dengan Pereaksi GOD-PAPDyaSis Panjang gelombang nm
Absorbansi
340 0,312 405 0,084
500 0,376 546 0,260
578 0,156 630 0,043
E. Uji Efek Penurunan Kadar Glukosa Darah
Penelitian penurunan kadar glukosa darah ini menggunakan metode toleransi glukosa oral. Prinsip kerjanya yaitu membebani hewan uji dengan
glukosa hingga keadaan hiperglikemi tanpa merusak pankreas hewan uji. Hewan uji yang digunakan yaitu kelinci jantan lokal berat antara 1,2-2 kg. Pemilihan jenis
kelamin jantan dan lokal untuk meminimalkan adanya variasi hasil kadar glukosa darah, karena hewan uji merupakan veriabel kendali.
Hewan uji dipuasakan terlebih dahulu selama 20-24 jam sebelum diberi perlakuan tetapi tetap diberi minum ad libitum. Tujuan dipuasakan yaitu untuk
menghindari pengaruh makanan yang dapat mempengaruhi mempertinggi kadar glukosa darah jika kelinci dibebani glukosa. Sebagai pengganti cairan tubuh yang
hilang selama puasa, maka kelinci diberi minum ad libitum. Selanjutnya dilakukan uji pendahuluan dan uji utama sesuai skema jalannya penelitian pada
Gambar 1. 1. Uji Pendahuluan
a. Pembuatan Model Hiperglikemik Pembuatan model hiperglikemik bertujuan untuk mengetahui dosis
glukosa yang dapat meningkatkan kadar glukosa darah hewan uji sampai melebihi kadar normal atau hiperglikemik. Hasil dari orientasi ini akan dijadikan sebagai
pedoman uji utama, untuk memastikan bahwa hewan uji benar-benar telah mengalami kenaikan kadar glukosa darah sebelum diuji efek penurunan kadar
glukosa darahnya.
Hewan uji dipuasakan, kemudian diambil cuplikan darah sebagai kadar glukosa puasa. Tujuan penetapan kadar glukosa darah puasa yaitu untuk
mengoreksi kadar glukosa darah tiap pengambilan cuplikan. Dosis glukosa yang diorientasikan yaitu 1 gkgBB dan 2 gkgBB, yang dibandingkan dengan kontrol
normal tanpa pembebanan glukosa. Darah yang digunakan yaitu plasma darah, sehingga perlu penambahan
EDTA sebagai antikoagulan. Setelah diambil glukosa darah puasanya, hewan uji diberi sedian sesuai masing-masing kelompok. Data berupa kadar glukosa darah
Lampiran 1 diubah menjadi persentase kadar glukosa terhadap kadar awal Tabel 4. Kurva hubungan antara persentase kadar glukosa darah terhadap kadar
awal dengan waktu sampling ditunjukkan pada Gambar 5.
Tabel 4. Persentase Kadar Glukosa Darah terhadap Kadar Awal pada Pembuatan Model Hiperglikemik n=3
Gambar 5. Kurva Hubungan Kadar Glukosa Darah pada Berbagai Dosis Pembebanan terhadap Waktu n=3
Kadar glukosa darah terhadap kadar awal rata-rata ± SE Menit ke-
Kontrol normal Glukosa
2 gkgBB Glukosa
1 gkgBB
109,15 ± 6,90 178,8 ± 50,12
139,58 ± 6,85 30
108,55 ± 9,34 254,52 ± 36,84
187,29 ± 17,92 60
110,13 ± 10,75 216,64 ± 23,21
167,77 ± 13,08 90
111,52 ± 9,09 171,29 ± 24,89
144,39 ± 23,04 120
106,06 ± 9,09 120,39 ± 12,00
112,74 ± 7,68 180
101,99 ± 7,49 109,37 ± 8,48
116,63 ± 10,12 240
88,58 ± 2,67 106,69 ± 5,77
114,19 ± 1,24
Orientasi model hiperglikemik
50 100
150 200
250 300
30 60
90 120
150 180
210 240
Menit ke- kadar
gl ukosa dara
h
kontrol normal glukosa 2 gkgBB
glukosa 1 gkgBB
Berdasarkan kurva hubungan kadar glukosa darah pada berbagai dosis pembebanan terhadap waktu Gambar 5 dapat dihitung AUC antara kontrol
normal, glukosa 2 gkgBB, dan glukosa 1 gkgBB Tabel 5. Parameter nilai AUC menggambarkan jumlah total glukosa yang mencapai sirkulasi sistemik, sehingga
nilai AUC terbesar menunjukkan bahwa glukosa lebih banyak masuk ke sirkulasi sistemik.
Tabel 5. Nilai AUC
0-240
pada Berbagai Model Hiperglikemik
Dosis pembebanan glukosa 2 gkgBB menunjukkan nilai AUC total yang paling besar. Untuk mengetahui dosis berapa yang digunakan dalam
pembebanan glukosa, maka dilakukan uji statistik. Nilai AUC
0-240
dianalisis statistik menggunakan program SPSS 12. Uji yang dilakukkan pertama kali yaitu uji Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui
apakah data terdistribusi normal. Nilai signifikansi untuk dosis pembebanan glukosa sebesar 0,969 0,05 yang berarti data terdistribusi normal. Selanjutnya
dilakukan analisis homogenitas varian dengan Levene Statistic untuk mengetahui homogenitas dari nilai AUC tiap-tiap kelompok perlakuan. Dari uji homogenitas
varian didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,421 0,05 yang berarti data AUC memiliki varian yang homogen. Selanjutnya dilakukan uji analisis varian satu
jalan one way anova.
Kelompok perlakuan AUC
0-240
rata-rata ±SE, menit
kontrol normal aquadest 25093 ± 1879,67
glukosa 2 gkgBB 37135 ± 2071,41
glukosa 1 gkgBB 32574 ± 1225,48
One way anova dilakukan untuk mengetahui apakah perlakuan yang
diberikan mempunyai perbedaan yang signifikan. Berdasarkan anava satu jalan dengan taraf kepercayaan 95 didapatkan nilai signifikansi 0,008 0,05 yang
berarti ada perbedaan yang bermakna antara kontrol normal, glukosa dosis 1 gkgBB, dan dosis 2 gkgBB dalam mempengaruhi kadar glukosa darah.
Analisis selanjutnya yaitu Least Significant Difference LSD untuk mengetahui dan membandingkan adanya perbedaan antarkelompok perlakuan.
Hasil uji LSD dengan taraf kepercayaan 95 pada beberapa uji ditunjukkan pada Tabel 6.
Tabel 6. Hasil LSD AUC
0-240
Antarkelompok Perlakuan Orientasi Dosis Pembebanan Glukosa dengan Taraf Kepercayaan 95
Hasil uji LSD untuk orientasi dosis pembebanan glukosa menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna antara kontrol normal dengan glukosa dosis
2 gkgBB maupun dosis 1 gkgBB. Artinya, dengan pembebanan glukosa 1 gkgBB maupun 2 gkgBB mampu menaikkan kadar glukosa darah hewan uji.
Sedangkan dosis 1 gkgBB dan 2 g menunjukkan adanya perbedaan yang tidak bermakna, yang berarti kedua dosis dapat digunakan untuk menaikkan kadar
glukosa darah. Percobaan ini menggunakan glukosa dosis 2gkgBB, karena nilai AUCnya lebih tinggi daripada dosis 1 gkgBB.
b. Penetapan Waktu Pembebanan Glukosa Penetapan waktu pembebanan glukosa bertujuan untuk mengetahui waktu
Antar kelompok perlakuan Nilai p
Keterangan
Normal -Glukosa 2 gkgBB 0,003
berbeda bermakna Normal -Glukosa 1 gkgBB
0,024 berbeda bermakna
Glukosa 1 gkgBB - glukosa 2 gkgBB 0,117
berbeda tidak bermakna
pemberian glukosa yang tepat. Dengan demikian dapat diketahui efek penurunan kadar glukosa darah oleh acarbose maupun infusa herba daun sendok.
Hewan uji dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan, masing-masing kontrol negatif aquadest, kontrol positif acarbose, dan infusa herba daun sendok dosis
1,30 gkgBB yang diberikan 30 menit sebelum serta bersamaan dengan glukosa. Sesuai dengan penggunaan pada manusia, acarbose diminum bersama suapan
pertama, sehingga pembebanan glukosa bersamaan dengan aquadest maupun acarbose. Orientasi dilakukan pada kontrol positif untuk membandingkan apakah
kemampuan obat untuk memberikan efek penurunan kadar glukosa darah sama dengan infusa herba daun sendok.
Infusa herba daun sendok diberikan 30 menit sebelum dan bersamaan dengan pembebanan glukosa, untuk mengetahui waktu pemberian glukosa yang
efektif sehingga ketika diberikan sediaan uji dapat memberikan efek penurunan kadar glukosa darah yang maksimal.
Hewan uji diberikan perlakuan seperti halnya pada orientasi model hiperglikemik, kemudian diukur kadar glukosa darahnya. Kadar glukosa darah
selanjutnya diubah dalam persentase kadar glukosa darah terhadap kadar awal Tabel 7.
Tabel 7. Persentase Kadar Glukosa Darah terhadap Kadar Awal pada Orientasi Waktu pembebanan Glukosa
kadar glukosa terhadap kadar awal rata-rata±SE Menit
ke- Kontrol positif
bersamaan Kontrol negatif
bersamaan Infusa 30 menit
sebelum Infusa
bersamaan
111 ± 1,43 135 ± 19,34
119 ± 8,59 109 ± 4,80
30 105 ± 2,00
204 ± 17,18 158 ± 16,30
131 ± 15,06 60
118 ± 4,50 170 ± 31,19
185 ± 13,99 119 ± 5,74
90 116 ± 9,63
154 ± 31,80 192 ± 12,14
117 ± 6,60 120
109 ± 10,31 109 ± 5,22
152 ± 26,27 102 ± 10,61
180 106 ± 8,32
106 ± 7,73 132 ± 17,53
82 ± 6,67 240
94 ± 2,34 116 ± 9,96
113 ± 10,73 70 ± 8,52
Data rata-rata persentase kadar glukosa darah terhadap waktu sampling masing-masing kelompok perlakuan kemudian dibuat kurva Gambar 6. Luas
area di bawah kurva AUC masing-masing perlakuan dapat dihitung dari Gambar 6. Nilai AUC Tabel 8 kemudian dianalisis statistik sehingga dapat diketahui
waktu pembebanan glukosa yang akan digunakan untuk uji utama.
Gambar 6. Kurva Hubungan Antara Persentase Kadar Glukosa Darah pada
Berbagai Waktu Pembebanan Glukosa n=3 Tabel 8. AUC
0-240
pada Orientasi Waktu Pembebanan Glukosa n=3
Uji statistik Kolmogorov-Smirnov dan Levene statistic untuk waktu pembebanan glukosa masing-masing mempunyai nilai signifikansi 0,05. Hal
tersebut berarti data terdistribusi normal dan homogen, sehingga dilanjutkan dengan anava satu jalan.
Kelompok perlakuan AUC
0-240
rata-rata±SE
kontrol positif 25987 ± 1321,94
kontrol negatif 32605 ± 1569,09
infusa 30 menit sebelum glukosa 35999 ± 2598,26
infusa bersamaan glukosa 24244 ± 757,79
Hasil anava satu jalan menunjukkan bahwa nilai signifikansi dari AUC waktu pembebanan glukosa sebesar 0,004 0,05. Artinya ada perbedaan yang
bermakna antara kontrol positif, kontrol negatif, infusa 30 menit sebelum dan bersamaan dengan pembebanan glukosa pada kadar glukosa darah. Untuk
mengetahui perbedaan masing-masing perlakuan dalam mempengaruhi kadar glukosa darah, maka dilakukan uji LSD. Hasil LSD AUC
0-240
antarkelompok perlakuan orientasi waktu pembebanan glukosa ditunjukkan pada Tabel 9.
Tabel 9. Hasil Uji LSD AUC
0-240
Antarkelompok Perlakuan Orientasi Waktu Pembebanan Glukosa dengan Taraf Kepercayaan 95
Hasil uji LSD menunjukkan bahwa pembebanan glukosa 30 menit sebelum infusa dengan kontrol negatif berbeda tidak bermakna, sedangkan dengan
kontrol positif berbeda bermakna. Hal tersebut berarti kemampuan penurunan kadar glukosa darah oleh infusa sama dengan kontrol negatif, dan berbeda
kemampuannya dengan kontrol positif, jika dibebani glukosa 30 menit sebelumnya.
Uji LSD untuk pembebanan glukosa bersamaan infusa dengan kontrol negatif berbeda bermakna, sedangkan dengan kontrol positif berbeda tidak
bermakna. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan penurunan kadar
Antar kelompok perlakuan Nilai p
Keterangan
kontrol positif - negatif 0,025
berbeda bermakna kontrol positif – infusa 30 sebelum
0,003 berbeda bermakna
kontrol positif – infusa bersamaan 0,489
berbeda tidak bermakna kontrol negatif – infusa 30 sebelum
0,195 berbeda tidak bermakna
kontrol negatif – infusa bersamaan 0,008
berbeda bermakna 30 sebelum – infusa bersamaan
0,001 berbeda bermakna
glukosa darah oleh infusa sama dengan acarbose, dan berbeda kemampuannya dengan aquadest, jika pembebanan glukosa dilakukan bersamaan dengan sediaan
uji. Sedangkan uji LSD antara waktu pembebanan glukosa 30 menit dan bersamaan dengan infusa menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna dalam
menurunkan kadar glukosa darah. Sehingga, untuk pembebanan glukosa selanjutnya dilakukan bersamaan dengan pemberian sediaan uji.
2. Uji Utama Uji utama efek penurunan kadar glukosa darah infusa herba daun sendok
dilakukan setelah uji pendahuluan. Tujuan dari uji ini yaitu untuk melihat efek penurunan kadar glukosa darah dari infusa herba daun sendok pada 3 seri dosis.
Metode uji yang digunakan yaitu uji uji toleransi glukosa oral UTGO. Berbeda dengan metode uji diabetes dengan induksi aloksan, UTGO dapat
memberikan gambaran kenaikan kadar glukosa darah dengan cepat setelah pembebanan glukosa. Selain itu juga memberikan efek penurunan kadar glukosa
darah cepat pula oleh obat atau zat-zat yang berefek hipoglikemik, karena glukosa cepat dimetabolisme. Namun,
metode toleransi glukosa oral memiliki kelemahan, yaitu hewan uji hanya dibebani glukosa tanpa merusak pankreas, yang
berarti sel-sel beta masih dalam kondisi normal, dan sekresi insulin masih normal walaupun jumlah glukosa berlebih.
Hiperglikemi terjadi akibat glukosa yang menumpuk sedangkan sel beta pankreas rusak, sehingga insulin tidak mampu mentransport glukosa ke dalam sel.
Glukosa merupakan aldoheksosa, yang sering kita sebut sebagai dekstrosa, gula anggur ataupun gula darah. Gula ini terbanyak ditemukan di alam. Sebagian dari
gula sederhana ini kemudian mengalami polimerisasi dan membentuk polisakarida.
Amilum, glikogen, dekstrin dan selulosa merupakan contoh dari polisakarida. Glikogen merupakan polisakarida yang dapat meningkatkan kadar
glukosa darah karena merupakan cadangan energi pada hewan dan manusia yang disimpan di hati dan otot sebagai granula, dan jika dibutuhkan oleh tubuh akan
diubah menjadi glukosa yang dikenal sebagai proses glikogenolisis. Volume pemberian sediaan sebanyak setengah dari volume maksimal,
dimaksudkan untuk menghindari ketoksikan akibat terlalu banyak cairan yang masuk. Volume maksimal kelinci yaitu 12 mL, diberikan 3 mL sediaan uji dan
5 mL glukosa 60 , sehingga masing-masing hewan uji hanya mendapatkan 8 mL dari total sediaan yang diberikan.
Penetapan kadar glukosa darah dilakukan dengan metode enzimatis, yaitu dengan menambahkan reagen GOD-PAP yang berisi dapar fosfat
250 mmolL, fenol 5 mmolL, 4-amino antipirin 0,5 mmolL, glukosa oksidase GOD
≥ 10 kuL, dan peroksidase POD ≥1 kuL. Jika glukosa bereaksi dengan reagen GOD-PAP akan terbentuk senyawa yang berwarna merah, seperti
mekanisme pada Gambar 2. Besarnya intensitas warna yang terbentuk berbanding lurus dengan jumlah kadar glukosa darah.
Pembentukan senyawa berwarna memerlukan waktu inkubasi agar reaksi antara glukosa darah dengan enzim – enzim yang terdapat dalam reagen
berlangsung optimum. Reaksi tersebut akan merubah warna cairan dari bening menjadi berwarna merah, sehingga dapat dibaca kadarnya di Star Dust.
Pembacaan kadar menggunakan spektrofotometer Star Dust sesuai dengan hasil penetapan waktu serapan yang stabil dan panjang gelombang serapan
maksimum. Kadar yang diperoleh pada menit-menit tertentu kemudian dihitung dalam persentase kadar glukosa darah terhadap kadar puasa. Persentase kadar
glukosa darah ditunjukkan pada Tabel 10. Persentase kadar glukosa darah yang diperoleh kemudian dibuat kurva hubungan terhadap waktu menit. Profil kurva
disajikan pada Gambar 7.
Tabel 10. Persentase Kadar Glukosa Darah pada Berbagai Kelompok Perlakuan n=4
Gambar 7. Profil Kurva Hubungan Persentase Kadar Glukosa Darah terhadap
Waktu Persentase kadar glukosa darah pada berbagai kelompok perlakuan
Menit ke-
Kontrol positif
Kontrol negatif
infusa dosis 0,33 gkgBB
infusa dosis 0,65 gkgBB
infusa dosis 1,30 gkgBB
111 ± 1,01 141 ± 15,04
112 ± 3,76 125 ± 8,50
121 ± 4,84 30
115 ± 6,98 204 ± 12,17
134 ± 8,79 156 ± 9,63
159 ± 6,60 60
135 ± 9,23 170 ± 22,06
127 ± 12,22 143 ± 4,84
144 ± 8,19 90
131 ± 4,61 157 ± 22,59
117 ± 10,14 128 ± 8,78
134 ± 8,52 120
129 ± 9,46 117 ± 8,71
107 ± 8,14 107 ± 2,69
125 ± 8,05 180
110 ± 2,73 108 ± 6,12
111 ± 2,65 99 ± 1,66
115 ± 5,30 240
96 ± 2,16 105 ± 12,72
94 ± 3,50 95 ± 3,50
104 ± 2,49
Kurva hubungan persentase kadar glukosa darah terhadap waktu digunakan untuk menghitung luas area di bawah kurva AUC. Nilai AUC
0-240
tiap perlakuan menunjukkan jumlah kadar glukosa dalam darah selama 240 menit. Nilai AUC
0-240
setiap perlakuan disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11. Nilai AUC
0-240
dari Persentase Kadar Glukosa Darah terhadap Waktu pada Berbagai Perlakuan
Kontrol negatif memiliki profil kurva paling tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Hal tersebut karena kontrol negatif hanya diberi aquadest,
sehingga kadar glukosa darah kelinci cenderung masih tinggi. Sedangkan kurva kontrol positif dengan infusa berbagai dosis masih di bawah kurva kontrol negatif.
Untuk mengetahui apakah kontrol positif dan infusa mempunyai efek menurunkan kadar glukosa, maka diperlukan uji statistik terhadap nilai AUC
0-240
berbagai perlakuan tersebut.
Nilai signifikansi dari analisis statistik Kolmogorov-Smirnov dan Levene Statistic
untuk uji utama berturut-turut adalah 0,344 dan 0,109 p0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa AUC
0-240
dari masing-masing uji terdistribusi normal dan memiliki varian yang homogen. Selanjutnya dilakukan uji anava satu
jalan.
Kelompok perlakuan AUC
0-240
rata-rata ± SE
kontrol positif 28411 ± 833,78
kontrol negatif 32951 ± 1162,24
infusa dosis 0,33 gkgBB 27298 ± 1144,99
infusa dosis 0,65 gkgBB 28231 ± 313,46
infusa dosis 1,30 gkgBB 30590 ± 1202,00
Hasil uji anava dari kelima perlakuan didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,007 p0,05. Sehingga antara kontrol positif, kontrol negatif, infusa
dosis 0,33 gkgBB, dosis 0,65 gkgBB, maupun dosis 1,30 gkgBB mempunyai kemampuan yang berbeda dalam menurunkan kadar glukosa darah. Karena hasil
anava signifikan berbeda bermakna, maka dilanjutkan uji LSD untuk membandingkan kemampuan penurunan kadar glukosa darah antara kelompok
perlakuan satu dan lainnya. Hasil uji LSD dengan taraf kepercayaan 95 pada beberapa uji ditunjukkan pada Tabel 12.
Tabel 12. Hasil LSD AUC
0-240
antara Berbagai Peringkat Dosis dengan Taraf Kepercayaan 95 .
Analisis statistik LSD menunjukkan bahwa ada perbedaan bermakna baik antara kontrol negatif dengan kontrol positif, kontrol negatif dengan infusa
dosis 0,33 gkgBB maupun dosis 0,65 gkgBB. Hal tersebut menunjukkan bahwa acarbose, infusa dosis 0,33 gkgBB dan dosis 0,65 gkgBB mempunyai
kemampuan dalam menurunkan kadar glukosa darah. Sedangkan antara kontrol
Antar kelompok perlakuan Nilai p
Keterangan
Kontrol negatif – Kontrol positif 0,005 Berbeda
bermakna Kontrol negatif – Dosis 0,33 gkgBB
0,001 Berbeda bermakna
Kontrol negatif – Dosis 0,65 gkgBB 0,004
Berbeda bermakna Kontrol negatif – Dosis 1,30 gkgBB
0,112 Berbeda tidak bermakna
Kontrol positif – Dosis 0,33 gkgBB 0,439
Berbeda tidak bermakna Kontrol positif – Dosis 0,65 gkgBB
0,899 Berbeda tidak bermakna
Kontrol positif – Dosis 1,30 gkgBB 0,140
Berbeda tidak bermakna Dosis 0,33 gkgBB – Dosis 0,65 gkgBB
0,516 Berbeda tidak bermakna
Dosis 0,33 gkgBB – Dosis 1,30 gkgBB 0,033
Berbeda bermakna Dosis 0,65 gkgBB 2 – Dosis 1,30 gkgBB
0,113 Berbeda tidak bermakna
negatif dengan infusa dosis 1,30 gkgBB berbeda tidak signifikan, artinya infusa dosis 1,30 gkgBB tidak dapat menurunkan kadar glukosa darah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa infusa herba daun sendok pada konsentrasi tertinggi 65,5, dosis 1,30 gkgBB tidak dapat menurunkan kadar
glukosa darah. Keadaan tersebut kemungkinan disebabkan oleh adanya suatu senyawa yang bersifat antagonis dengan senyawa yang berkhasiat menurunkan
kadar glukosa darah. Konsentrasi yang lebih rendah dibuat dengan mengencerkan infusa konsentrasi 65,5 tersebut. Apabila konsentrasinya diencerkan
kemungkinan senyawa antagonis tersebut lebih sedikit, sehingga senyawa yang berkhasiat dapat berefek menurunan kadar glukosa darah.
Besarnya efek penurunan kadar glukosa darah dihitung dari PKGD Penurunan Kadar Glukosa Darah. Purata PKGD ditunjukkan pada Tabel 13.
Tabel 13. Persen Penurunan Kadar Glukosa Darah PKGD tiap Kelompok Perlakuan
Tabel 13 menunjukkan bahwa PKGD infusa dosis 0,33 gkgBB paling besar dibandingkan kontrol positif, infusa dosis 0,65 gkgBB.
Dari nilai AUC
0-240
dan PKGD dapat diketahui bahwa nilai AUC
0-240
berbanding terbalik dengan PKGD, yaitu semakin kecil nilai
AUC
0-240
akan semakin besar PKGD sehingga efek menurunkan kadar glukosa darah yang dihasilkan semakin besar.
Cairan penyari yang digunakan yaitu air yang bersifat polar, sehingga akan menarik zat aktif dari simplisia yang juga bersifat polar. Plantago mayor L.
Kelompok perlakuan Nilai PKGD rata-rata ± SE
kontrol positif 13,78 ± 5,07
infusa dosis 0,33 gkgBB 17,15 ± 5,30
infusa dosis 0,65 gkgBB 14,32 ± 3,69
mengandung beberapa senyawa polar seperti tanin, saponin, flavonoid yang diduga berefek sebagai penurun kadar glukosa darah. Namun, dari penelitian ini
belum dapat diketahui senyawa yang bertanggungjawab sebagai penurun kadar glukosa darah, sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan.
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN