Aktivitas Komunikasi Dalam Tradisi Nyawer Pada Proses Pernikahan Adat Sunda di Kota Bandung (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Tradisi Nyawer Pada Proses Pernikahan Adat Sunda di Kota Bandung)

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S1) Pada Program Studi ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas

Oleh : Ratu Aulia Pertiwi

41810087

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(2)

(3)

(4)

RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama Lengkap : Ratu Aulia Pertiwi

Kelahiran : Bandung, 17 Februari 1993

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 21 Tahun

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Jl. H. Alpi no 53/80 RT 05/01 Kel. Cibuntu Kec. Bandung Kulon, 40212

Nama Ayah : Joelioes

Pekerjaan : Pensiunan PNS

Nama Ibu : Itjeu Siti Halimah

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat Orang Tua : Jl. H. Alpi no 53/80 RT 05/01 Kel. Cibuntu Kec. Bandung Kulon, 40212


(5)

PENDIDIKAN FORMAL

1. 1998 – 2004 : SD Negeri Cijerah 04 Bandung 2. 2004 – 2007 : SMP YWKA Bandung

3. 2007 – 2010 : SMA YWKA Bandung

4. 2010 - 2014 : Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Komputer Indonesia Bandung.

PENGALAMAN ORGANISASI

1. Tahun 2003 – 2004 : Pramuka SD Negeri Cijerah 04 Bandung

SEMINAR & PELATIHAN

1. Tanggal 03 Maret 2010, sebagai peserta Table Manner yang diselenggarakan oleh Universitas komputer Indonesia Bandung, di Hotel Amaroossa Bandung; Bersertifikat.

2. Tanggal 18 Juni 2011 “ONE DAY WORKSHOP MC & RADIO

ANNOUNCER” Unikom Bandung ; Bersertifikat.

3. Tanggal 8 Desember 2011, sebagai peserta Islam dan Moralitas Pembangunan diselenggarakan oleh Universitas komputer Indonesia Bandung, di Auditorium UNIKOM Bandung; Bersertifikat.

4. Tanggal 29 Septembet 2012, sebagai peserta seminar Publick Speaking HIMAKAP 2012 yang diselenggarakan oleh POLBAN


(6)

Bandung; Bersertifikat.

5. Tanggal 23 Oktober 2012, sebagai peserta seminar Workshop Sinematografi Communication yang diselenggarakan oleh UNIKOM Bandung; Bersertifikat.

6. Tanggal 16 Desember 2012, mengikuti Training Publick Speaking 7 MC Profesional dengan baik yang diselenggarakan oleh UNIKOM Bandung; Bersertifikat.

7. Tanggal 30 November 2012, mengikuti Study Tour Mass Media Tahun Akademik 2012 yang diselenggarakan oleh Program Studi Ilmu Komunikasi UNIKOM Bandung; Bersertifkat.

8. Tanggal 26 November 2012, sebagai peserta seminar Club Of Public Speaking Be The One Stands Up For Your Voice yang diselenggarakan oleh UNPAD Bandung; Bersertifikat.

9. Tanggal 29 Desember 2012, sebagai peserta dalam kegiatan One Day Workshop Great Managing Event yang bertempat di Auditorium UNIKOM Bandung; Bersertifikat.

10.Tanggal 29 Desembar 2012, sebagai peserta dalam kegaiatan One Day Workshop Great Managing Even Master Of Ceremony yang bertempat di Auditorium UNIKOM Bandung; Bersertifikat.

11.Tanggal 1 Juni 2013 seminar nasional “Wajah Baru Dunia

Periklanan” ARS (Advertising Real Show), UNPAD Bandung ; Bersertifikat


(7)

12.Tanggal 13 Mei 2014 English Proficiency Test at English Department Indonesia University of Computer (TOEFL) ; Bersertifikat

13.Tanggal Juni 2014 Seminar Cepat dan Mudah Membuat Website Online dalam 30 Menit ; Bersertifikat


(8)

ix

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB IPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah... 13

1.2.1 Pertanyaan Makro ... 13

1.2.2 Pertanyaan Mikro ... 13

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 14

1.3.1 Maksud Penelitian ... 14

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 14

1.4 Kegunaan Penelitian ... 14

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 14

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 15


(9)

x

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka ... 16

2.1.1 Tinjauan Tentang Penelitian Terdahulu ... 16

2.1.2 Tinjauan Tentang Ilmu Komunikasi ... 23

2.1.2.1 Definisi Komunikasi ... 24

2.1.2.2 Tujuan Komunikasi ... 25

2.1.2.3 Proses Komunikasi ... 26

2.1.2.4 Konteks Komunikasi ... 27

2.1.2.5 Fungsi Komunikasi ... 29

2.1.3 Tinjauan Tentang Komunikasi Verbal ... 31

2.1.3.1 Definisi Komunikasi Verbal ... 31

2.1.3.2Pesan dan Bahasa Komunikasi Verbal ... 32

2.1.3.3 Penting Komunikasi Verbal ... 33

2.1.4 Tinjauan Tentang Komunikasi Nonverbal ... 33

2.1.4.1Pengertian Komunikasi Nonverbal ... 33

2.1.4.2 Tujuan Tentang Komunikasi Nonverbal ... 35

2.1.4.3 Fungsi Komunikasi Non Verbal... 36

2.1.4.4 Bentuk Komunikasi Non Verbal ... 38

2.1.4.5 Arti Penting Komunikasi Non Verbal ... 40


(10)

xi

2.1.7 Tinjauan Tentang Adat Istiadat ... 48

2.2 Kerangka Pemikiran ... 50

2.2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 50

2.2.2 Kerangka Konseptual ... 57

BAB IIIOBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ... 60

3.1.1 Pernikahan ... 60

3.1.1.1 Tujuan Pernikahan ... 61

3.1.2 Tradisi Sawer Pernikahan Sunda ... 63

3.2 Metode Penelitian ... 65

3.2.1 Desain Penelitian ... 65

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data ... 67

3.2.3 Teknik Penentuan Informan ... 72

3.2.4 Teknik Analisa Data ... 74

3.2.5 Uji Keabsahan Data ... 76

3.2.6 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 78

3.2.6.1 Lokasi Penelitian ... 78


(11)

xii

4.1.2 Informan Penelitian Pendukung ... 91

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ... 95

4.2.1 Situasi Komunikatif dalam Tradisi Nyawer pada Proses Pernikahan adat Sunda di Kota Bandung ... 96

4.2.2 Peristiwa Komunikatif dalam Tradisi Nyawer pada Proses Pernikahan adat Sunda di Kota Bandung ... 105

4.2.3 Tindakan Komunikatif dalam Tradisi Nyawer pada Proses Pernikahan adat Sunda di Kota Bandung ... 111

4.2.4 Aktivitas Komunikasi Dalam Tradisi Nyawer Pada Proses Pernikahan Adat Sunda Di kota Bandung ... 118

4.3 Pembahasan ... 119

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 132

5.2 Saran ... 134

5.2.1 Universitas ... 134

5.2.2 Peneliti selanjutnya ... 134

5.2.3 Masyarakat Umum ... 134

DAFTAR PUSTAKA ... 136

LAMPIRAN ... 138


(12)

136

Bachtiar, A. (2004). Menikahlah, Maka Engkau Akan Bahagia!. Yogyakarta : Saujana

Bungin Burhan.2007. Analisis Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Rajawali Pers Ekadjati, Edi.1995.Kebudayaan Sunda (Suatu Pengantar). Jakarta; PT Penebar

Swadaya

Ekadjati, Edi S. 1995. Masyarakat Sunda dan Kebudayaannya. Bandung: Girimukti Pasaka. 2005

Ensiklopedia Sunda; Alam Manusia, dan Budaya Termasuk Budaya Cirebon dan Betawi. 2000. Jakarta: Pustaka Jaya

Fisher, B. Aubrey.1986.Teori-Teori Komunikasi. Bandung: Remadja Karya. Kriyantono, Rachmat.2007.Teknik Praktis Riset Komunikasi.Prenade Media

Group, Jakarta

Kuswarno, Engkus.2008. Etnografi Komunikasi. Bandung: Widya Padjadjaran Moleong, Lexy. 2000. Metode Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya,

Bandung

Mulyana, Deddy. 2008. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. PT Remaja RosdaKarya, Bandung.

Mustapa, Hasan.2010.Adat Istiadat Sunda. Bandung: PT alumni

Mustapa, H. Hasan. 2010. Adat Istiadat Sunda. Edisi ketiga, cetakan ke-1.Terjemahan M. Maryati Sastrawijaya. Bandung: Alumni.

Rakhmat, Jalaluddin.2011.Psikologi Komunikasi.Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Sihabudin, Ahmad.2011.Komunikasi Antarbudasya Satu Perspektif Multidimensi.Jakarta; PT Bumi Aksara

Soeganda, Akip.1995.Upacara Adat Di pasundan. Bandung : Sumur Bandung Sugiono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.


(13)

Karya Ilmiah

- Unggara, Restu Septian.2012.Aktivitas Komunikasi Ritual Dalam Upacara Hajat Sasih Kampung Naga Tasik Malaya (Studi Etnografi Aktivitas Komunikasi Ritual Dalam Upacara Hajat Sasih Kampung Naga Tasik Malaya). UNIKOM Bandung

- marcelyna.2013. Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Pernikahan Adat Batak Toba (Studi Etnografi Aktivitas Komunikasi Upacara Pernikahan Adat Batak Toba). UNIKOM Bandung.

- Fikriza, Rina.2013.Pemaknaan Komunikasi Adaptasi Dalam Pernikahan Beda Suku (Studi Etnografi Komunikasi Adaptasi Dalam Pernikahan suku Sunda dengan Suku Minangkabau di Kota Cimahi). UNIKOM Bandung Internet Searching

- http://lanlanrisdiana.blogspot.com/2013/02/makalah-suku-dan-budaya-sunda.html

- http://www.scribd.com/doc/38407084/Adat-Perkawinan- Sunda#fullscreen:on

- http://sejarahwew.blogspot.com/2012/11/sejarah-suku-sunda-indonesia.html


(14)

v

Assalamua’laikum Warohmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada hadirat Allah SWT, Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi penelitian yang berjudul “Aktivitas Komunikasi Dalam Tradisi Nyawer Pada Proses Pernikahan Adat Sunda Di Kota Bandung (Studi Etnografi Komunikasi mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Tradisi Nyawer Pada Proses Pernikahan Adat Sunda Di Kota Bandung)”. Namun, atas izin Allah SWT, juga berkat usaha, doa, semangat, bimbingan serta dukungan yang peneliti terima baik secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak, akhirnya Peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

Peneliti juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua tercinta dan tersayang, Ayahanda dan Ibunda yang selalu memberikan rasa kasih sayangnya dan semangat kepada Peneliti dan juga memberikan do’a serta dukungan moril maupun materi. Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini perkenankanlah Peneliti mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak terutama kepada :


(15)

vi

dan memberikan pengesahan pada laporan ini.

2. Yth. Bapak Drs. Manap Solihat, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi, yang telah memberikan ilmunya, izin penelitian serta kemudahan lainnya dalam penelitian dari pra skripsi hingga pasca skripsi. 3. Yth. Ibu Melly Maulin P, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Ilmu

Komunikasi juga sebagai Dosen Wali peneliti yang telah banyak memberikan motivasi, nasihat, semangat, pengetahuan dan berbagai ilmu serta wawasan selama Peneliti melakukan perkuliahan dan selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, dorongan, bantuan, waktu, dan juga kesabarannya selama Peneliti menyusun skripsi ini.

4. Yth, Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia, yang telah memberikan segala ilmunya selama peneliti menempuh studi hingga saat ini.

5. Yth, Sekretariat Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah memberikan kemudahan dalam proses administrasi sampai dengan peneliti menyelesaikan penyusunan skripsi ini.


(16)

vii

7. Kepada kakakku tersayang Julia Handajani, Dewi Kartika Rachmawaty, dan Puteri Bungsu Ardhanariswary yang selalu memberikan dukungan, semangat, serta kebersamaan yang senantiasa memberikan warna pada kehidupan Peneliti sampai saat ini.

8. Sahabat Terbaikku Agree Anugerah Ramadhan, Yani Mulyani, Susilo Sudirman Muryadi, Ade Indra, Syarah Ana Yaomil, Nunung Nurhayati, Rahma Tania Aderiani, Susan Puspa Wardhani, Dessy Wulansari, Wanda, Muhamad Gusti Pangestu, Yoga Tarun, Reza Pahlevi, Boby Agima, Abhywidya Adhitama, Dhea Waluya, Jonathan Ander,Auladi Fauzan, Nuzul, Dera Meilasari, Rara, Wina yang selalu memberikan motivasi kepada Peneliti.

9. Teman-Teman Humas 2 angkatan 2010 yang selalu memberikan motivasi, do’a kepada Peneliti serta kebersamaannya hingga saat ini.

10.Teman-Teman IK-3 2010 yang tidak bisa disebutkan satu-persatu terimakasih atas semangat perjuangan dan motivasi selama ini.

11.Teman-Teman Seperjuangan angkatan 2010 IK Humas 1, IK Humas 3, IK Jurnal 1 dan IK Jurnal 2 semangat.... teruskan langkah kita untuk meraih impian dan kesuksesan bersama. Terima kasih semuanya. Good Luck.


(17)

viii

penelitian yang lebih baik lagi maka kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan oleh Peneliti. Semoga Skripsi Penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya para mahasiswa sebagai literatur. Akhir kata Peneliti mengucapkan Terima Kasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Bandung, Agustus 2014 Peneliti

Ratu Aulia Pertiwi NIM. 41810087


(18)

1 1.1Latar Belakang Masalah

Pernikahan adat Sunda merupakan salah satu tradisi upacara perkawinan yang bersifat ritualistik sebagaimana halnya aspek-aspek kehidupan lain dalam sistem kebudayaan tersebut. Prosesi yang dilakukan sebagai rangkaian upacara perkawinan tersebut menghadirkan sejumlah makna melalui simbol budaya yang mewakili norma-norma budaya dan oleh karena itulah sering pula disebut dengan perkawinan adat.

Pada prosesi pernikahan adat Sunda misalnya terdapat berbagai rangkaian aktivitas komunikasai yang melibatkan banyak simbol baik berupa tindakan atau komunikasi non verbal yang digunakan pada saat prosesi pernikahan, maupun bahasa verbal melalui kata-kata dalam bentuk syair atau tembang. Semua simbol ini menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam keseluruhan prosesi pernikahan adat Sunda, sebagaimana pula pada pernikahan adat yang dapat ditemui pada sistem budaya yang lain.

“Pernikahan adat Sunda ini lebih disederhanakan, sebagai berikut akibat percampuran dengan ketentuan syariat islam dan nilai-nilai “kepraktisan” dimana “sangpenganten” ingin lebih sederhana dan tidak bertele-tele. Adat yang biasanya dilakukan meliputi : acara pengajian, siraman (sehari sebelumnya acara “seren sumeren”) calon pengantin. Kemudian acara sungkeman, “nincak endog”


(19)

(menginjak telur), “meuleum harupat” (membakar lidi tujuh buah). “meupeuskeun kendi” (memecahkan kendi dan sawer)”.1

Diantara beberapa urutan proses pernikahan dalam adat Sunda, salah bagian dari rangkaian prosesi pernikahan adat Sunda ini adalah sawer (nyawer).Dalam budaya Sunda, saweritu sendiri sesungguhnya tidak hanya terdapat pada upacara pernikahan, tetapi juga pada syukuran khitanan. Namun, sawer dalam prosesi pernikahan memiliki karakter yang khas yakni diiringi dengan tembang atau lagu berbahasa Sunda yang biasanya berisi nasihat-nasihat yang ditujukan khususnya kepada kedua mempelai dan umumnya kepada semua hadirin yang turut serta dlam prosesi pernikahan tersebut.

“Pernikahan merupakan suatu tahap baru dalam perjalanan hidup manusia, dimana sejak itu mereka dianggap memasuki masa dewasa”.2Hal ini disebabkan oleh pandangan orang Sunda yang menganggap bahwa sebuah pernikahan merupakan suatu ikatan suci dan harus dipelihara dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itulah, kedua mempelai harus melalui proses sawer sebagai sarana pendidikan nilai sebelum menjalankan kehidupan sebagai pasangan suami istri. Namun demikian sebagai sebuah warisan kebudayaan, bahasa-bahasa dalam tembang yang disenandungkan oleh juru sawer (orang yang memimpin ritual sawer) biasanya menggunakan petuah-petuah yang bernada simbolik.

Dalam hal ini tembang sawer dapat dikatakan sebagai sarana dalam mempertahankan nilai-nilai adat Sunda sebab salah satu karakter budaya adalah berupaya mempertahankan eksistensi nilai-nilai dan norma-normanya dengan cara

1

http://www.scribd.com/doc/38407084/Adat-Perkawinan- Sunda#fullscreen:on

2


(20)

mewariskannya dari generasi ke generasi. Dari segi pelaksanaannya saja, sawer biasanya dilakukan dihalaman rumah, sebab bagian halaman rumah ini sering disebut dengan istilah “panyaweran”, artinya tempat yang biasa terkena air hujan yang terbawa hembusan angin. Karakter halaman rumah yang semacam inilah yang memunculkan istilah sawer yang berasal dari kata awer, yang mempunyai arti “air jatuh menciprat”. Oleh karena itu, praktik sawer dilakukan dengan menabur-naburkan sejumlah benda yang dianalogikan seolah-olah menciprat-cipratkan air kepada kedua mempelai wanita dan pria serta semua yang ikut menyaksikan di sekelilingnya.

Menurut R.Satjadibrata dalam Kamus Umum Bahasa Sunda (1954), istilah sawer itu mempunyai arti mendasar, yakni: Pertama, air hujan yang masuk kerumah karena terhembus angin (tempias); kasaweran = kena tempias; panyaweran = tempat jatuhnya air dari bubungan (taweuran), kedua, nyawer, menabur (pengantin) dengan beras dicampur uang, tek-tek (lipatan sirih), dan irisan kunir.

Adapun maksud dan tujuan sawer ini adalah memberi nasihat kepada kedua mempelai melalui tembang-tembang atau lagu yang dinyanyikan oleh tukang sawer. Hal ini besar kemungkinan bahwa perilaku adat ini disebut “nyawer” oleh karena dilakukan dipanyaweran atau taweuran yang dalam bahasa Indonesia disebut cucuran atap. Benda yang ditaburkan ini biasanya terdiri dari beberapa benda. Pada umumnya, benda-benda tersebut adalah koneng temen (kunyit), permen, artos kencring (uang koin), dan beas (beberapa genggam beras)


(21)

yang masing-masing mengandung makna tertentu, dan disimbolkan oleh benda-benda tersebut.

Tradisi saweran dilaksanakan sesaat setelah upacara akad nikah berlangsung. Sebenarnya secara maknawi sawer ini sama sekali tidak mengangkat hal-hal yang berbau mistik. Hanya saja karena bahasa dan seluruh peralatan dalam prosesi pernikahan ini mengandung simbol-simbol, seringkali dipahami sebagai sesuatu yang membesar-besarkan unsur mistiknya.

Setiap proses tahapan dalam prosesi adat pernikahan adat Sunda melibatkan perilaku yang disengaja dikarenakan pada setiap tahapan prosesnya sengaja mengirimkan sejumlah besar baik pesan verbal maupun pesan non verbal dimana pesan tersebut memiliki makna bagi orang lain. Pesan-pesan tertentu dapat dikirim dengan cara yang berbeda oleh budaya yang berbeda pula. Seperti halnya dalam proses pernikahan adat Sunda yang memiliki makna terkandung disetiap proses tahapannya.

Dalam tembang sawer, bahasa yang digunakan pada umumnya adalah bahasa yang lugas, dan simbolis. Tingkat bahasa yang digunakan ialah bahasa halus dan sedang serta berbentuk pupuh dan puisi bebas yang banyak menggunakan kata-kata pilihan. Isi teks tembang sawer umumnya mengenai nasihat, yang tersusun menjadi tiga bagian, yaitu pembukaan, isi, dan penutup.Bahasa yang merupakan rangkaian kata-kata yang terdapat dalam tembang sawer merupakan wujud dari pandangan masyarakat Sunda dalam sistem budayanya. Seperti halnya Edward Safir dan Benjamin Lee Whorf dalam Engkus Kuswarno yang menyatakan :


(22)

“Bahasa menjadi unsur pertama sebuah kebudayaan, karena bahasa akan menentukan bagaimana masyarakat penggunanya mengkategorikan pengalamannya. Bahasa akan menentukan konsep dan makna yang dipahami oleh masyarakat, yang gilirannya akan memberikan pengertian mengenai pandangan hidup yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Dengan kata lain makna budaya yang mendasari kehidupan masyarakat, terbentuk dari hubungan antara simbol-simbol/bahasa”. (Kuswarno,2008:9)

Dengan demikian, tembang sawer merupakan salah satu bentuk simbolisasi dari wujud kebudayan masyarakat Sunda yang diwariskan secara turun-temurun sehingga menjadi adat istiadat yang dalam beberapa hal dapat dianggap sakral.

Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki beragam macam etnis serta budaya. Jawa Barat merupakan provinsi yang memiliki keanekaragaman budaya, khususnya kota Bandung yang sebagian besar etnis Sunda dalam hal kesenian tradisional yang merupakan warisan nenek moyang. Ragam budaya ini diturunkan pada pewarisnya dari generasi ke generasi. Keberadaan warisan budaya khas Jawa Barat ini sangat berarti bagi masyarakatnya, sebab dengan warisan budaya ini masyarakat dapat menunjukan karakteristik yang dapat membedakannya dengan masyarakat dari daerah lain. Diantaranya adalah etnis Sunda yang masih menggunakan upacara adat tradisional.“Di Indonesia, Sunda adalah etnis terbesar kedua setelah Jawa. Dengan segala kebesarannya, Sunda yang meliputi orangnya, wilayahnya, kulturnya, telah memberi kontribusi besar bagi bangsa dan negara Indonesia”3. Dalam hampir semua sistem budaya, upacara

3

Adiwilaga, Anwas. 1975.Sejarah Jawa Barat: Sekitar Permasalahannya. Bandung: Proyek Penunjang Peningkatan Kebudayaan Nasional Provinsi Jawa Barat.


(23)

atau adat perkawinan menjadi salah satu bagian tersendiri dan dalam banyak hal, memiliki fungsi identitas atas budaya yang di wakilinya.

Budaya Sunda dikenal dengan budaya yang sangat menjunjung tinggi sopan santun. Pada umumnya karakter masyarakat sunda ramah tamah (someah). Murah senyum lemah lembut dan sangat menghormati orang tua. Itulah cerminbudaya dan kultur masyarakat sunda. Di dalam bahasa Sunda diajarkan bagaimaana menggunakan bahasa halus untuk orang tua

“Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi”.4 Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetik. Ketika seseorang berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.

Satu diantara unsur budaya bangsa yang mengandung nilai-nilai luhur adalah upacara perkawinan adat tradisional. Setiap Etnik tertentu memiliki prosesi upacara pernikahan yang berbeda yang dilihat dari segi pakaian, tata rias, aksesoris dan tata cara pelaksanaan pernikahan dari setiap daerah. Salah satunya yaitu prosesi pernikahan adat Sunda.

4

Sihabudin, Ahmad.2011.Komunikasi Antarbudasya Satu Perspektif Multidimensi.Jakarta; PT Bumi Aksara


(24)

Pada dasarnya peristiwa perkawinan merupakan awal suami istri dalam menapaki masa depannya, membina rumah tangga dan melanjutkan keturunannya. Pernikahan merupakan wujud kebudayaan yang sakral sebagai perwujudan ideal hubungan cinta antara dua individu, baik yang memiliki budaya yang sama maupun budaya yang berbeda. Pelaksanaan prosesi pernikahan yang mayoritas dilaksanakan secara adat etnik Sunda menggunakan berbagai simbol yang diciptakan dan di maknai oleh masyarakat Sunda di kota Bandung yang salah satunya adalah tradisi nyawer. Maka dari itu sangatlah wajar jika dikota Bandung masih menggunakan prosesi adat Sunda. Adat istiadat yang masih dipertahankan dalam masyarakat adalah tata cara dan aturan dalam perkawinan yang mempunyai makna akan kehidupan sebagai representasi dari acara tersebut. Pada dasarnya simbol-simbol tersebut terbagi atas dua yaitu simbol verbal dan non verbal.

“Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal”. (Deddy Mulyana, 2005). Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas.

Menurut Larry L. Barker (dalam Deddy Mulyana,2005), bahasa mempunyai tiga fungsi: penamaan (naming atau labeling), interaksi, dan transmisi informasi.

1. Penamaan atau penjulukan (naming atau labeling) merujuk pada usaha mengidentifikasikan objek, tindakan, atau orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi.

2. Fungsi interaksi menekankan berbagi gagasan dan emosi, yang dapat mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan dan kebingungan.


(25)

3. Melalui bahasa, informasi dapat disampaikan kepada orang lain, inilah yang disebut fungsi transmisi dari bahasa. Keistimewaan bahasa sebagai fungsi transmisi informasi yang lintas-waktu, dengan menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan, memungkinkan kesinambungan budaya dan tradisi kita.

Dalam kehidupan kesehariannya manusia berkomunikasi melaui beragam media atau medium. Bentuk yang merupakan komplemen dari media (gerak, bunyi, rupa, dan bahasa) banyak terdapat pada seni pertunjukan, yang kesemuanya itu merupakan bahasa komunikasi yang kaya akan nuasna imajinatif dan penuh dengan multitafsir dan memiliki beragam makna yang disampaikan dalam bentuk komunikasi non verbal.

Komunikasi mengacu pada tindakan oleh satu orang atau lebih, yang mengirim dan menerima pesan. Dalam berkomunikasi pasti ada simbol, yaitu sesuatu yang digunakan untuk mewakili maksud tertentu, misalnya dalam kata-kata verbal yang tertulis maupun lisan, dan juga non verbal yang diperagakan oleh gerak-gerik tubuh, warna, artefak, gambar, pakaian, dan lainnya yang harus dapat dipahami secara konotatf. (Devito 2011:23)

Kesalahpahaman didalam berkomunikasi tidak hanya pada bahasa verbal saja, melainkan juga pada bahasa nonverbalnya. Bahasa non bverbal dalam suatu kelompok tidak kalah rumitnya dengan bahasa verbal. Secara sederhana, pesan non verbal adalah seua isyarat yang bukan kata-kata.

Hymes dalam Engkus Kuswarno, mengatakan bahwa aktivitas komunikasi yakni:

“Aktivitas yang khas atau kompleks, yang didalamnya terdapat peristiwa -peristiwa khas komunikasi yang melibatkan tindak-tindak komunikasi tertentu dan dalam konteks komunikasi yang tertentu pula, sehingga proses


(26)

komunikasi dalam etnografi komunikasi, adalah peristiwa-peristiwa yang khas dan berulang.” (Kuswarno, 2008:42)

Adapun yang di katakana oleh Hymes pada aktivitas komunikasi memiliki unit-unit diskrit yakni situasi komunikatif, peristiwa komunikatif dan tindakan komunikatif. Situasi komunikasi merupakan konteks terjadinya komunikasi. Situasi yang sama bias mempertahankan konfigurasi umum yang konsisten pada aktivitas yang sama di dalam komunikasi yang terjadi, meskipun terdapat diversitas dalam interaksi yang terjadi disana. Unit dasar untuk tujuan deskriptif. Sebuah peristiwa tertentu didefinisikan sebagai keseluruhan perangkat komponen yang utuh, yang dimulai dengan tujuan umum komunikasi, topic umum yang sama, dan melibatkan partisipan yang sama, yang secara umum menggunakan varietas bahasa yang sama untuk interaksi, dalam seting yang sama. Dan sebuah peristiwa komunikatif dinyatakan berakhir, ketika terjadi perubahan partisipan, adanya periode hening, atau perubahan posisi tubuh. Tindakan komunikatif yakni fungsi interaksi tunggal, seperti peryataan, permohonan, perintah, ataupun perilakunon verbal.

Komunikasi terdapat dua bagian yaitu komunikasi verbal dan komunikasi non verbal. Pesan komunikasi non verbal merupakan salah satu bentuk media komunikasi yang sama pentingnya dan banyak digunakan dalam berbagai situasi terutama berkaitan dengan sistem nilai, gaya, dan bahasa tubuh, perasaan, dan emosi. Pesan komunikasi non verbal dalam masyarakat yang masih sederhana dan tradisional masih dianggap efektif untuk menyampaikan pesan.

Keterampilan pesan komunikasi non verbal menjadi bagian penting dari kemampuan pendamping untuk mengenal sikap, perilaku, tindakan, dan harapan


(27)

yang ditunjukan melalui gerak tubuh yang terkadang sulit untuk dipahami, diharapkan dapat mengenal pola-pola, nilai-nilai, simbol, gaya atau penampilan dan gerakan tubuh.

Pesan verbal dan non verbal juga sangat tergantung pada budaya. Tidak semua konteks verbal serta non verbal dapat dimaknai sama pada setiap budaya. Dengan beragamnya suku bangsa yang terdapat di Indonesia, melahirkan budaya yang beragam dan menambah kekayaan negeri, hal ini menjadikannya aset kebudayaan yang perlu dijaga.

Tradisi nyawer merupakan suatu budaya yang erat kaitannya dengan studi etnografi. Etnografi merupakan kajian khusus yang membahas tentang kebudayaan atau sistem kepercayaan suatu daerah. Adanya penjelasan etnografi dalam buku penelitian komunikasi yang mengatakan “Etnografi pada dasarnya merupakan suatu bangunan pengetahuan yang meliputi teknik penelitian, teori etnografi dan berbagai macam deskripsi kebudayaan”. (Kuswarno, 2008 ; 32).

Metode etnografi juga dapat digunakan dalam masyarakat yang kompleks seperti kelompok-kelompok dalam masyarakat kota yang memiliki kelompok subkultur tersendiri. Hal ini menjadi istimewa karena terdapat unsur komunikasi yang melatari dan menggerakan sebuah kebudayaan khususnya pada tradisi nyawer yang digunakan dalam prosesi pernikahan adat Sunda.

Mengenai hal tersebut lebih fokus dibahas dalam ranah komunikasi khususnya etnografi komunikasi.

Engkus Kuswarno dalam bukunya metode etnografi komunikasi juga mengemukakan bahwa “Etnografi Komunikasi melihat perilaku dalam konteks


(28)

sosiokultural, mencoba menemukan hubungan antara bahasa, komunikasi dan konteks kebudayaan dimana peristiwa komunikasi itu berlangsung.” (Kuswarno, 2008 : 17). Seperti halnya Gumperz dalam Engkus Kuswarno yang menyatakan :

“Perlunya untuk melihat konteks sosial politik yang lebuh besar dimana sebuah proses komunikasi berlangsung, karena itu akan mempengaruhi pola komunikasi yang digunakan. Pemolaan dalam kajian etnografi disebut juga sebagai hubungan antara komponen komunikasi dan peristiwa komunikasi.” (Kuswarno, 2008 : 18)

Pola kajian etnografi ini terjadi di semua tingkat komunikasi yakni masyarakat, kelompok, dan individual. Pada tingkat masyarakat, komunikasi biasanya berpola dari segi fungsinya, kategori bicara dan sikap dan konsepsi tentang bahasa dan speaker. Suara yang dihasilkan harus dalam urutan bahasa khusus tapi biasa jika mereka harus ditafsirkan sebagai pembicara bermaksud: urutan mungkin dan bentuk kata-kata dalam sebuah kalimat dibatasi oleh aturan tata bahasa dan bahkan definisi baik wacana terbentuk ditentukan oleh budaya.

Seperti yang telah dibahas sebelumnya mengenai etnografi komunikasi, studi etnografi komunikasi merupakan salah satu dari sekian studi penelitian kualitatif, yang mengkhususkan pada penemuan berbagai pola komunikasi yang digunakan oleh manusia dalam suatu masyarakat tutur, untuk sampai kepada pemahaman etnografi komunikasi, baik sebagai landasan teori maupun sebagai studi penelitian, sebenarnya berawal dari isu-isu dasar yang melahirkannya yaitu Bahasa, Komunikasi, dan Kebudayaan karena ketiga itulah yang tergambar dalam kajian etnografi komunikasi.

Pada dasarnya semua komunikasi adalah budaya yang mengacu pada cara-cara kita telah belajar untuk berbicara-cara menggunakan kata-kata verbal dan


(29)

memberikan pesan-pesan non verbal. Kita tidak selalu berkomunikasi dengan cara yang sama dari hari ke hari, karena faktor-faktor seperti konteks (situasional), kepribadian individu, dan suasana hati berinteraksi dengan berbagai pengaruh budaya kita telah menginternalisasi yang mempengaruhi pilihan kita.

Manusia memahami pengalaman mereka melalui makna-makna yng ditemukan dalam simbol-simbol dari kelompok utama mereka dan bahasa merupakan bagian penting dalam kehidupan sosial. Menurut Mead dalam Deddy Mulyana,

“Interaksi simbolik adalah kehidupan sosial yang pada dasarnya adalah interaksi manusia dengan menggunakan simbol-simbol. Komunikasi non verbal masuk ke dalam ranah etnografi komunikasi, pada etnografi komunikasi, yang menjadi fokus perhatian adalah perilaku komunikasi dalam tema kebudayaan tertentu. Adapun yang dimaksud dengan perilaku komunikasi menurut ilmu komunikasi tindakan atau kegiatan seseorang, kelompok atau khalayak ketika terlibat dalam proses komunikasi.” (Kuswarno, 2008 ; 35).

Seperti pada upacara pernikahan adat Sunda “Nyawer” ini merupakan salah satu tradisi masyarakat Sunda yang masih dipegang erat dalam kebudayaan Sunda yang masih kental dalam kehidupan sehari-hari.Kebudayaan Sunda yang dalam upacara pernikahan beserta prosesi didalamnya memiliki makna dan pesan yang terkandung. Hal tersebut sangat menarik dan unik untuk diteliti dari sudut pandang ilmu komunikasi terutama makna komunikasi verbal dan nonverbal yang ada pada tradisi nyawer yang didalamnya memiliki pesan verbal dan non verbal yang tidak semua orang sunda mengetahui makna dan pesan yang disampaikan kepada masyarakat Sunda.

Dari latar belakang diatas peneliti bermaksud untuk meneiliti aktivitas komunikasi dalamtradisi nyawer dari upacara adat pernikahan Sunda yang hingga


(30)

saat ini masih dilakukan. Maka dari itu peneilti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul sebagai berikut “Aktivitas Komunikasi Dalam Tradisi Nyawer Pada Proses Pernikahan Adat Sunda di Kota Bandung (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Tradisi Nyawer Pada Proses Pernikahan Adat Sunda di Kota Bandung).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian terkait latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan pokok masalah yang akan diteliti sebagai berikut, yang terbagi ke dalam rumusan masalah makro (umum) serta rumusan masalah mikro (khusus).

1.2.1 Pertanyaan Makro

Bagaimana Aktivitas Komunikasi Dalam Tradisi Nyawer Pada Proses Pernikahan Adat Sunda di Kota Bandung ( Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Tradisi Nyawer Pada Proses Pernikahan Adat Sunda di Kota Bandung).

1.2.2 Pertanyaan Mikro

Untuk lebih mudah menjelaskan hasil penelitian, maka peneliti merumuskan pertanyan mikro dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Situasi Komunikatif dalam tradisi Nyawer pada saat upacara pernikahan adat Sunda?

2. Bagaimana Peristiwa Komunikatif dalam tradisi Nyawer pada proses pernikahan adat Sunda?


(31)

3. Bagaimana Tindakan Komunikatif dalam tradisi Nyawer pada proses pernikahan adat Sunda?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki maksud dan tujuan yang bisa menjadi kan pengetahuan dari penelitian sebagai arah kedepannya, adapun maksud dan tujuannya sebagai berikut;

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui Aktivitas Komunikasi Dalam Tradisi “Nyawer” Pada Proses Pernikahan Adat Sunda di Kota Bandung .

1.3.2 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui Situasi Komunikatif dalam tradisi Nyawer pada proses pernikahan adat Sunda.

2. Untuk mengetahui Peristiwa Komunikatif dalam tradisi Nyawer pada proses pernikahan adat Sunda.

3. Untuk mengetahui Tindakan Komunikatif dalam tradisi Nyawer pada proses pernikahan adat Sunda.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis

Secara teoritis, peneliti berharap agar penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan bagi penelitian-penelitian selanjutnya sehingga mampu menunjang perkembangan dalam bidang Ilmu Komunikasi pada umumnya, khususnya yang berkaitan tentang pengkajian Aktivitas Komunikasi.


(32)

1.4.2 Kegunaan Praktis 1.4.2.1Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi peneliti untuk menambah pengetahuan dalam bidang Ilmu Komunikasi khususnya, yaitu tentang Aktivitas Komunikasi dalam penelitian etnografi komunikasi.

1.4.2.2Bagi Akademik

Penelitian ini bisa berguna bagi mahasiswa UNIKOM (Universitas Komputer Indonesia) secara umum, dan khususnya Program Studi Ilmu Komunikasi sebagai literatur atau sumber tambahan dalam memperoleh informasi bagi peneliti yang akan melaksanakan penelitian pada kajian yang sama.

1.4.2.3 Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi masyarakat sebagai gambaran dan pemahaman bahwa tradisi Nyawer merupakan adat Sunda yang perlu dijaga serta dilestarikan keberadaannya karena Nyawer merupakan salah satu ciri khas budaya Sunda.


(33)

16 2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Tinjauan Tentang Penelitian Terdahulu

Berdasarkan studi pustaka, peneliti menemukan beberapa referensi penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang sedang dilakukan peneliti.Studi penelitian terdahulu sangat penting sebagai bahan acuan yang membantu peneliti dalam merumuskan asumsi dasar untuk mengembangkan “Aktivitas Komunikasi Dalam Tradisi Nyawer Pada Proses Pernikahan Adat Sunda Di kota Bandung”.

Pada Penelitian ini, peneliti melihat tinjauan penelitian sebelumnya mengenai pembahasan aktivitas komunikasi sudah ada, Peneliti dapat melihat dan mencarinya dalam bentuk penelusuran data online (Internet Searching), dan membaca keterangannya diabstrak.Berikut judul penelitian sebelumnya yang mengangkat tentang aktivitas komunikasi.


(34)

Tabel 2.1

Rekapitulasi Penelitian Terdahulu No. Nama/Tahun

Uraian Septian Restu Unggara Marcelyna 2013 Rina Fikriza 2013 2012

1. Universitas UNIKOM Bandung UNIKOM Bandung UNIKOM Bandung 2. Judul Penelitian Aktivitas

Komunikasi Ritual Dalam Upacara Hajat Sasih Kampung Naga Tasikmalaya (Studi Etnografi Komunikasi mengenai Aktivitas Komunikasi Ritual dalam UpacaraHajat Sasih Kampung Naga Tasikmalaya) Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Pernikahan Adat Batak Toba( Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Pernikahan Adat Batak Toba Di Kota Bandung) Komunikasi Adaptasi dalam Pernikahan Beda Suku (Studi Etnografi Komunikasi Adaptasi dalam Pernikahan Suku Sunda dengan Suku Minangkabau di Kota Cimahi)

3. Tujuan Penelitian Untuk

menjabarkannya, maka fokus masalah

Untuk

menjabarkannya, maka fokus masalah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan


(35)

tersebut peneliti dibagi ke dalam beberapa sub-sub masalah mikro yaitu situasi komunikatif, peristiwa

komunikatif, dan tindakan komunikatif dalam upacara Hajat Sasih Kampung Naga Tasikmalaya.

tersebut peneliti dibagi ke dalam beberapa sub-sub masalah mikro yaitu situasi komunikatif, peristiwa komunikatif, dan tindakan komunikatif dalam upacara Pernikahan adat batak toba

mengungkapkan mengenai

komunikasi adaptasi dalam pernikahan Suku Sunda dengan Suku Minangkabau ditinjau dari pendakatan aktifitas komunikasi dan mengatahui situasi komunikasi, peristiwa komunikasi dan tindakan komunikasi yang dilakukan pernikahan beda suku dari suku Sunda dengan suku

Minangkabau

4. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah


(36)

metode kualitatif tradisi etnografi komunikasi dengan teori subtantif yang diangkat yaitu interaksi simbolik dan pemusatan simbolis. metode kualitatif studi etnografi komunikasi dengan teori yang diangkat yaitu interaksi simbolik.

menggunakan penelitian kualitatif dengan desain studi etnografi.

5. Hasil Penelitian Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa, Situasi Komunikatif yang terdapat dalam upacara Hajat Sasih ini bersifat sakral, tempat

pelaksanaannya yaitu Sungai Ciwulan, Bumi Ageung serta Hutan yang

dikeramatkan. Peristiwa

Komunikatif dalam upacara Hajat Sasih

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa, Situasi Komunikatif yang terdapat dalam upacara pernikahan adat batak toba bersifat sakral, dimana dalam proses tersebut terdapat tahapan-tahapan yang harus dilakukan. Peristiwa Komunikatif dalam upacara pernikahan

Hasil dari penelitian adalah bahwa pernikahan antar suku (intercultural marriage) adalah pernikahan yang terjadi antara pasangan yang berasal dari latar belakang budaya yang berbeda. Budaya menjadi suatu aspek yang penting dalam pernikahan, dimana


(37)

yaitu perayaan dalam bentuk ritual khusus yang dilaksanakan satu tahun enam kali berdasarkan hari-hari besar Islam yang bermula dari kebiasaan nenek moyang mereka untuk menghormati leluhurnya, sedangkan Tindakan Komunikatif yang terdapat dalam upacara Hajat Sasih yaitu berbentuk perintah, pernyataan, permohonan dan perilaku nonverbal.

adat batak toba yaitu dalam acaranya tersebut mempunyai makna tersendiri bagi mereka yaitu pertukaran makna melalui simbol-simbol antara kedua belah pihak mempelai, sedangkan Tindakan Komunikatif yang terdapat dalam upacara pernikahan adat batak toba yaitu berbentuk perintah, pernyataan,

permohonan dan perilaku nonverbal.

pasangan tersebut tentu memiliki nilai-nilai budaya yang dianut, menurut keyakinan dan kebiasaan, serta adat istiadat dan gaya hidup budaya. Situasi komunikatif suku yang berbeda bertemu dan memerlukan penyesuaian komunikasi karena situasi kultural yang berbeda. Jadi rasa toleransi diperlukan disini untuk menjaga komunikasi terjalin dengan baik. pertistiwa disini mengarah ke arah yang berkaitan


(38)

dengan perbedaan kultur dalam segi upacara keadatan dan simbol dalam pernikahan suku tersebut. Tindakan komunikasi ini ditujukan untuk menjaga agar suatu pernikahan beda suku menjadi hal yang dapat diterima masyarakat tanpa menjelekkan satu sama lain atau dapat menghilangkan sikap steorotip antar suku. 6. Kesimpulan Simpulan dari

penelitian ini bahwa aktivitas komunikasi ritual dalam upacara Hajat Sasih bermula dari kebiasaan nenek

Simpulan dari penelitian ini bahwa aktivitas komunikasi dalam upacara pernikahan adat batak toba ini

Simpulan dari penelitian ini adalah data yang dilakukan menunjukkan bahwa pasangan beda suku memiliki


(39)

moyang mereka untuk menghormati leluhur Kampung Naga yang pelaksanaannya dilakukan satu tahun enam kali, namun dalam setiap rangkaiannya mempunyai makna yang sama dan aktivitas khas yang sama pula.

berawal dari kebiasaan nenek moyang mereka, dimana dalam setiap aktivitas komunikasi pernikahan adat batak toba terdapat makna tersendiri bagi mereka dan simbol-simbol yang mereka artikan dengan makna dan nilai tersendiri.

penyesuaian diri yang cukup baik. Hal itu dapat dilihat dari keharmonisan rumah tangga subjek dan pasangan serta adanya kecocokan dan persamaan minat diantara mereka. Proses komunikasi adaptasi pernikahan dua suku yang berbeda dan

menjalin hubungan yang cukup erat maka mereka akan selalu

menyampaikan bahasa-bahasa yang biasa mereka sampaikan dalam sehari-hari tetapi ada kalanya interaksi


(40)

dilakukan dengan serius yang memiliki muatan atau

pengaruh yang positif agar hubungan kedua suku tersebut terjalin dengan baik dan menghasilkan situasi, peristiwa, dan tindakan pengaruh feedback yang positif. Sumber : Peneliti 2014

2.1.2 Tinjauan Tentang Ilmu Komunikasi

Kehidupan manusia tak luput akan sosialisasi karena manusia adalah mahluk sosial, dan membahas ilmu komunikasi maka sangatlah makro didalamnya. Sebagaimana Onong Uchjana Effendy dalam bukunya Ilmu

Komunikasi Teori dan Praktek ini, menyatakan: “Ilmu Komunikasi sifatnya

interdisipliner atau multidisipliner, ini disebabkan oleh objek materialnya sama dengan ilmu-ilmu lainnya, terutama termasuk kedalam ilmu sosial atau ilmu kemasyarakatan“. (Effendy, 2004:3). Untuk mengetahui lebih dalam dan jelas


(41)

tentang Ilmu Komunikasi, diawali dengan pengertian dan asal kata dari para ahli terkemuka.

2.1.2.1 Definisi Komunikasi

“Kata komunikasi atau communication dalam bahasa inggris berasal dari kata Latin communis yang berarti “sama”. Communico, communication, atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis) adalah istilah yang paling disebut sebagai asal-usul kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama”. (Mulyana, 2004:41)

Carl. I. Hovland yang dikutip oleh Onong Uchjana Effendy mendefinisikan komunikasi sebgaai berikut :

“The process by which an individual (the communicator) transmits stimuli (usually verbal symbols).” (Proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang (biasanya lambing bahasa) untuk mengubah perilaku orang lain(komunikan). (Effendy, 2002:49).

Sedangkan menurut Gerald A Militer yang kutip oleh Onong Uchjana Effendy menjelaskan bahwa:

“In the main, communication has an its central interest those behavioral situations in which asource tranmits a messege to a receivers with conscious intent to affect the latte’s behavior”.

(Pada pokoknya, komunikasi mengandung situasi keperilakuan sebagai minat sentral, dimana seseorang sebagai sumber menyampaikan suatu kesan kepada seseorang atau sejumlahpenerima yang secara sadar bertujuan memperoleh perilakunya). (Effendy, 2002:49).

Berdasarkan dari definisi diatas, dapat dijabarkan bahwa komunikasi adalah proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang (biasanya lambang bahasa) kepada orang lain (komunikan) bukan hanya sekedar


(42)

memberitahu, tetapi juga mempengaruhi seseorang atau sejumlah orang tersebut untuk melakukan tindakan tertentu (merubah perilaku orang lain). Mengenai tujuan komunikasi R. Wayne Pace, Brent . D. Peterson dan M. Dallas Burnet sebagai mana dikutip olef Effendy menyatakan :

“Bahwa tujuan sentral dari komunikasi meliputi 3 hal utama, yakni: To

Secure Understanding (memastikan pemahaman), To Establish Acceptance (membina penerimaan), To Motivate Action (motivasi kegiatan).”(Effendy, 1986:63).

Jadi pertama-tama haruslah diperhatikan bahwa komunikan itu memahami pesan-pesan komunikasi, apabila komunikan memahami berarti adanya kesamaan makna antara komunikator dengan komunikan, karena tidak mungkin memahami sesuatu tanpa terlebih dahulu adanya kesamaan makna (Communis).Jika komunikan memahami dapat diartikan menerima, maka penerimanya itu perlu dibina selanjutnya komunikan dimotivasi untuk melakukan suatu kegiatan. Uraian tersebut jelas, bahwa pada hakekatnya komunikasi itu adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku orang lain, baik secara langsung melalui lisan maupun tidak langsung melalui media proses komunikasi.

Proses komunikasi pada dasarnya adalah penyampaian pesan yang dilakukan seseorang komunikator kepada komunikan, pesan itu bisa berupa gagasan, informasi, opini dan lain-lain.

2.1.2.2 Tujuan Komunikasi

Dalam menyampaikan informasi dan mencari informasi kepada mereka, agar apa yang kita sampaikan dapat dimengerti sehingga komunikasi yang kita


(43)

laksanakan dapat tercapai. Pada umumnya komunikasi dapat mempunyai beberapa tujuan antara lain:

a. Supaya gagasan kita dapat diterima oleh orang lain dengan pendekatan yang persuasif bukan memaksakan kehendak.

b. Memahami orang lain, kita sebagai pejabat atau pimpinan harus mengetahui benar aspirasi masyarakat tentang apa yang diinginkannya, jangan mereka mengiginkan arah ke barat tapi kita member jalur ke timur. c. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu, menggerakkan

sesuatu itu dapat bermacam-macam mungkin berupa kegiatan yang dimaksudkan ini adalah kegiatan yang banyak mendorong, namun yang penting harus diingat adalah bagaimana cara yang terbaik melakukannya. d. Supaya yang kita sampaikan itu dapat dimengerti sebagai pejabat ataupun

komunikator kita harus menjelaskan kepada komunikan (penerima) atau bawahan dengan sebaik-baiknya dan tuntas sehingga mereka dapat mengikuti apa yang kita maksudkan. (Effendy, 1993:18)

2.1.2.3 Proses Komunikasi

Sebuah komunikasi tidak akan lepas dari sebuah proses, oleh karena itu apakah pesan dapat tersampaika atau tidak tergantung dari proses komunikasi yang terjadi proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap yaitu :

1. Proses Komunikas Secara Primer

Yaitu proses penyampaian pikiran atau perasaan kepada orang lain dengan menggunakan lambing-lambang (symbol) sebagai media lambang sebagai primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar, warna


(44)

dan sebagainya yang secara langsung dapat menterjemahkan pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan. Media primer atau lambing yang paling banyak digunakan dalam komunikasi adalah bahasa, karena hanya bahasa yang ampu menerjemahkan pikiran seseorang kepada orang lain (apakah itu bentuk ide, informasi atau opini baik mengenai hal atau peristiwa yang terjadi pada saat sekarang, melainkan pada waktu yang lalu dan yang akan datang)

2. Proses Komunikasi Secara Sekunder

Adalah proses penyampian pesan oleh seorang kepada orang lain denga menggunaka alat atau sarana media kedua setelah memakai lambing sebagai media pertama. Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasi karena komunikasi sebagai sasarannya berada di tempat yang relative jauh dan komunikan yang banyak. Surat, telepon, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dan masih banyak lagi media kedua yang sering digunakan sebagai media komunikasi.

2.1.2.4 Konteks Komunikasi

Komunikasi tidak berlangsung dalam suatu ruangan hampa sosial, melainkan dalam suatu konteks atau situasi tertentu. Secara luas konteks disini berarti semua faktor di luar orang-orang yang berkomunikasi yang terdiri dari:

1. Aspek bersifat fisik: seperti iklim, suhu, cuaca, bentuk ruangan, warna dinding, tempat duduk, jumlah peserta komunikasi dan alat untuk menyampaikan pesan.


(45)

2. Aspek psikologis: seperti sikap, kecenderungan, prasangka dan emosi para peserta komunikasi.

3. Aspek sosial: seperti norma kelompok, nilai sosial dan karakteristik budaya.

4. Aspek waktu: yakni kapan berkomunikasi (hari apa, jam berapa, pagi, siang, sore, malam).

Indikator paling umum untuk mengklasifikasikan komunikasi berdasarkan konteks atau tingkatannya adalah jumlah peserta yang terlibat dalam komunikasi.Maka dikenallah komunikasi intrapribadi, komunikasi diadik, komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok. Komunikasi publik, komunikasi organisasi dan komunikasi massa.

Unsur-unsur dari proses komunikasi di atas, merupakan faktor penting dalam komunikasi, bahwa setiap unsur tersebut oleh para ahli komuikasi dijadikan objek ilmiah untuk ditelaah secara khusus proses komunikasi diklasifikasikan menjadi 2 bagian, yaitu:

1. Komunikasi Verbal

Simbol atau pesan adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Hampir semua rangsangan bicara yang kita sadari termasuk ke dalam kategori pesan verbal disengaja, yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan orang lain secara lisan. Bahasa juga dianggap sebagai suatu sistem kode verbal.


(46)

2. Komunikasi Non Verbal

Secara sederhana pesan non verbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata. Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter, komunikasi non verbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsang verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensialbagi pengirim atau penerima. (Mulyana, 2007:343).

2.1.2.5 Fungsi Komunikasi

Komunikasi memiliki beberapa fungsi, Menurut Effendy ada empat fungsi utama dari kegiatan komunikasi, yaitu :

1. Menginformasikan (to inform)

Adalah memberikan informasi kepada masyarakat mengenai peristiwa yang terjadi, ide atau pikiran dan tingkah laku orang lain, serta segala sesuatu yang disampaikan orang lain.

2. Mendidik (to educate)

Adalah komunikasi merupakan sarana pendidikan, dengan komunikasi manusia dapat menyampaikan ide dan pikirannya kepada orang lain sehingga orang lain mendapatkan informasi dan ilmu pengetahuan.

3. Menghibur (to entertain)

Adalah Komunikasi selain berguna untuk menyampaikan komunikasi pendidikan, mempengaruhi juga berfungsi untuk menyampaikan hiburan atau menghibur orang lain.


(47)

4. Mempengaruhi (to influence)

Adalah fungsi mempengaruhi setiap individu yang berkomunikasi, tentunya berusaha mempengaruhi jalan pikiran komunikan dan lebih jauh lagi berusaha merubah sikap dan tingkah laku komunikan sesuai dengan apa yang diharapkan.

Deddy Mulyana dalam bukunya Ilmu komunikasi suatu pengantar mengutip Kerangka berpikir William I. Gorden mengenai fungsi-fungsi komunikasi yang dibagi menjadi empat bagian. Fungsi-fungsi suatu peristiwa komunikasi (communication event) tampaknya tidak sama sekali independen, melainkan juga berkaitan dengan fungsi-fungsi lainnya, meskipun terdapat suatu fungsi dominan.

1. Fungsi Komunikasi Sosial

Komunikasi itu penting membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, kelangsungan hidup untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan. Pembentukan konsep diri Konsep diri adalah pandangan kita mengenai siapa diri kita dan itu hanya bisa kita peroleh lewat informasi yang diberikan orang lain kepada kita. Pernyataan eksistensi diri Orang berkomunikasi untuk menunjukkan dirinya eksis.Inilah yang disebut aktualisasi diri atau pernyataan eksistensi diri.Ketika berbicara, kita sebenarnya menyatakan bahwa kita ada.


(48)

2. Fungsi Komunikasi Ekspresif

Komunikasi ekspresif dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrumen untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi kita) melalui pesan-pesan non verbal.

3. Fungsi Komunikasi Ritual

Komunikasi ritual sering dilakukan secara kolektif.Suatu komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dalam acara tersebut orang mengucapakan kata-kata dan menampilkan perilaku yang bersifat simbolik.

4. Fungsi Komunikasi Instrumental

Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum: menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan keyakinan dan mengubah perilaku atau menggerakkan tindakan dan juga untuk menghibur (persuasif) Suatu peristiwa komunikasi sesungguhnya seringkali mempunyai fungsi-fungsi tumpang tindih, meskipun salah satu fungsinya sangat menonjol dan mendominasi.

2.1.3 Tinjauan Tentang Komunikasi Verbal 2.1.3.1 Definisi Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal adalah salah satu bentuk komunikasi yang ada dalam kehidupan manusia dalam hubungan atau interaksi sosialnya.Pengertian Komunikasi Verbal (verbal communication) adalah bentuk komunikasi yang disampaikan komunikator kepada komunikan dengan lisan atau dengan tertulis.Peranannya sangat besar karena sebagian besar dengan komunikasi verbal


(49)

ide-ide, pemikiran atau keputusan lebih mudah disampaikan secara verbal dibandingkan non verbal.

2.1.3.2 Pesan dan Bahasa dalam Komunikasi Verbal

Pesan yang disampaikan berupa pesan verbal yang terdiri atas kode-kode verbal.Dalam penggunaannya kode-kode verbal ini berupa bahasa.Bahasa adalah seperangkat kata yang telah disusun secara berstruktur sehingga menjadi kumpulan kalimat yang mengandung arti. Bahasa ini memiliki tiga fungsi pokok, yaitu :

1. Untuk mempelajari tentang segala hal yang ada di sekeliling kita.

2. Untuk membina hubungan yang baik dalam hubungan manusia sebagai makhluk sosial antara satu individu dengan individu lainnya.

3. Untuk menciptakan ikatan-ikatan dalam perjalanan kehidupan manusia. Bahasa dapat dipelajari dengan beberapa cara. Hal ini dijelaskan dalam beberapa teori, seperti teori Operant Conditioning, teori kognitif, dan yang terakhir adalah mediating theory.

a. Menurut teori operant conditing bahasa dipelajari dengan adanya stimulus dari luar yang menyebabkan seseorang pada akhirnya berbicara dengan bahasa yang dimengerti oleh orang yang memberinya stimulan.

b. Dalam teori kognitif bahasa merupakan pembawaan manusia sejak lahir yang merupakan pembawaan biologis. Di sini ditekankan bahwa manusia yang lahir ke dunia berpotensi untuk bisa berbahasa.

c. Mediating theory dikenal dengan istilah teori penengah. Di sini menekankan bahwa manusia dalam mengembangkan kemampuannya


(50)

berbahasa, tidak hanya sekadar sebagai reaksi dari adanya stimulus dari luar, tapi juga dipengaruhi proses internal yang terjadi dalam diri manusia itu sendiri.

Tanpa bahasa manusia tidak bisa berfikir, bahasalah yang mempengaruhi persepsi serta pola-pola pikir yang ada pada seseorang.

2.1.3.3 Pentingnya Komunikasi Verbal

Dengan komunikasi verbal, pesan dapat diterima dengan baik oleh komunikan.Komunikan pun dapat memberikan feedback dengan komunikasi verbal pula. Sehingga dapat dipastikan bahwa dengan penggunaan komunikasi verbal ini, kesalahan persepsi komunikasi atau miss communication dapat diminimalisir. Oleh karena itu, kemampuan dalam berbahasa merupakan bagian yang sangat penting untuk seorang komunikator.Semakin banyak bahawa yang dikuasai maka semakin besar pula potensi untuk menjadi seorang komunikator dan komunikan yang baik untuk mencapai komunikasi efektif yang dibutuhkan dalam kehidupan kita dalam segala bidang.

2.1.4 Tinjauan Tentang Komunikasi Nonverbal 2.1.4.1 Pengertian Komunikasi Nonverbal

Inti utama proses komunikasi adalah penyampaian pesan oleh komunikator di satu pihak dan penerimaan pesan oleh komunikan di pihak lainnya. Kadar yang paling rendah dari keberhasilan komunikasi diukur dengan pemahaman komunikan pada pesan yang diterimanya.Pemahaman komunikan terhadap isi pesan atau makna pesan yang diterimanya merupakan titik tolak


(51)

untuk terjadinya perubahan pendapat, sikap, dan tindakan.Pesan komunikasi secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua ketegori, yakni pesan verbal dan pesan nonverbal.Pesan verbal adalah pesan yang berupa bahasa, baik yang diungkapakan melalui kata-kata maupun yang dituangkan dalam bentuk rangkaian kalimat tulisan.Pesan nonverbal adalah pesan yang berupa isyarat atau lambang-lambang selain lambang-lambang bahasa.

Komunikasi nonverbal lebih tua daripada komunikasi verbal. Kita lebih awal melakukannya, kerena hingga usia kira-kira 18 bulan, kita secara total bergantung pada komunikasi nonverbal seperti sentuhan, senyuman, pandangan mata, dan sebagainya. Maka, tidaklah mengherankan ketika kita ragu pada seseorang, kita lebih percaya pada pesan nonverbalnya. Orang yang terampil membaca pesan non verbal orang lain disebut intuitif, sedangkan yang terampil mengirimkannya disebut ekspresif.

Secara sederhana, pesan nonverbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata. Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter

“Komunikasi nonverbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesa potensial bagi pengirim atau penerima”.(Mulyana 2007:343).

Sebagaimana kata-kata, kebanyakan isyarat nonverbal juga tidak universal, melainkan terikat oleh budaya, jadi dipelajari, bukan bawaan.Sedikit isyarat nonverbal yang merupajan bawaan.Kita semua lahir dan mengetahui bagaimana tersenyum, namun kebanyakan ahli sepakat bahwa di mana, kapan, dan kepada siapa kita menunjukkan emosi ini dipelajari, dan karenanya dipengaruhi oleh konteks dan budaya. Kita belajar menatap, memberi isyarat,


(52)

memakai parfum, menyentuh berbagai bagiann tubuh orang lain, dan bahkan kapan kita diam. Cara kita bergerak dalam ruang ketika berkomunikasi dengan orang lain didasarkan terutama pada respons fisik dan emosional terhadap rangsangan lingkungan. Smentara kebanyakan perilaku verbal kita bersifat eksplisit dan diproses secara kognitif, perilaku nonverbal kita bersifat spontan, ambigu, sering berlangsung cepat, dan di luar kesadaran dan kendali kita. Sementara itu Menurut Edward T. Hall :

“Menamai bahasa nonverbal ini sebagai “bahasa diam” (silent language) dan “dimensi tersembunyi” (hidden dimension).Disebut diam dan tersembunyi, karena pesan-pesan nonverbal tertanam dalam konteks komunikasi.Selain isyarat situasional dan relasional dalam transaksi komunikasi, pesan nonverbal memberi kita isyarat-isyarat kontekstual.Bersama isyarat verbal dan isyarat kontekstual, pesan nonverbal membantu kita menafsirkan seluruh makna pengalaman komunikasi.”(Mulyana, 2007:344).

2.1.4.2 Tujuan Komunikasi Non Verbal

Komunikasi nonverbal pada aplikasinya seringkali dikaitkan atau beriringan dengan aplikasi dari komunikasi verbal.Bahkan keduanya seringkali berbarengan dalam pelaksanaan atau penyampaiannya.Maka, dalam setiap penyampaian pesan baik secara verbal maupun nonverbal memiliki tujuan-tujuan yang tersirat dan dicapainya. Adapun pada komunikasi nonverbal mempunyai beberapa tujuan, diantaranya:

1. Menyediakan atau memberikan informasi 2. Mengatur alur suara percakapan


(53)

4. Memberikan sifat, melengkapi, menentang, atau mengembangkan pesan-pesan verbal

5. Mengendalikan atau mempengaruhi orang lain

6. Mempermudah tugas-tugas khusus, misalnya mengajari suatu permainan olah raga tertentu.(Farhan, 2008)5

2.1.4.3 Fungsi Komunikasi Non Verbal

Fungsi komunikasi non verbal seringkali berjalan beriringan dengan dengan komunikasi verbal karena sifatnya yang multidimensional. Dia bisa juga menjadi pelengkap komunikasi verbal, diantara fungsi-fungsi komunikasi nonverbal itu antara lain adalah:

1. Pengulangan

Di Amerika orang biasa menggunakan komunikasi non verbal sebagai bentuk pengulangan atau penegasan terhadap suatu pernyataan.Seperti contoh kita biasa menggeleng-gelengkan kepala ketika menyatakan suatu ketidak setujuan, atau ketika kita menggunakan tangan untuk menunjukkan suatu arah jalan bila ada orang yang bertanya.

2. Pelengkap

Komunikasi non verbal juga berfungsi sebagai pelengkap komunikasi verbal. Contoh ketika misalnya kita merasa senang akan suatu bentuk penampilan seseorang maka tidak hanya dengan kata-kata saja kita mengungkapkannya namun juga bisa dengan jabatan tangan, tepukan di pundak.

5

http://akhmadfarhan.wordpress.com/2008/12/04/komunikasi-nonverbal/ (Selasa, 04 Maret 2014 Pkl : 20:30)


(54)

3. Pengganti

Komunikasi non verbal juga bisa berfungsi sebagai pengganti suatu ungkapan makna pesan yang tidak bisa di terjemahkan dengan kata-kata.Seperti contoh kalau kita bertemu dengan teman lama kita maka hal yang pertama kita lakukan adalah tersenyum lebar, sambil mengembangkan kedua tangan untuk menyambut dirinya.Atau bila ada sekumpulan orang yang berisik dan mengganggu di sekitar kita, maka kita cenderung meletakkan jari telunjuk di mulut kita sambil mengeluarkan bunyi mendesis sebagai tanda untuk menyuruh orang untuk diam.

4. Pengatur

Komunikasi non verbal juga berfungsi sebagai sarana untuk mengatur alur komunikasi yang ada.Sebagai contoh kita cenderung mengangguk-anggukkan kepala sebagai tanda untuk tertarik kepada penjelasan seseorang dan menyuruh dia untuk terus melanjutkan penjelasannya sampai selesai.

5. Kontradiksi

Komunikasi non verbal juga bisa berfungsi untuk mendeteksi apakah pernyataan yang keluar dari lisan seseorang benar-benar keluar dari lubuk hatinya yang paling dalam.Seperti contoh kadang kita sering menyatakan kepada seseoarang bahwa kita tenang dan relaks dalam menghadapi sesuatu, tapi bahasa tubuh kita justru menterjemahkan sebaliknya dengan tangan yang gemetar dan suara yang dikecilkan.


(55)

2.1.4.4 Bentuk Komunikasi Non Verbal

Dalam buku karangan Dedy Mulyana (2007), bentuk-bentuk komunikasi non verbal dibagi menjadi tujuh macam yaitu :

1. Komunikasi visual

Komunikasi visual merupakan salah satu bentuk komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan berupa gambar-gambar, grafik-grafik, lambang-lambang, atau simbol-simbol. Dengan menggunakan gambar-gambar yang relevan, dan penggunaan warna yang tepat, serta bentuk yang unik akan membantu mendapat perhatian pendengar. Dibanding dengan hanya mengucapkan kata-kata saja, penggunaan komunikasi visual ini akan lebih cepat dalam pemrosesan informasi kepada para pendengar.

2. Komunikasi sentuhan

Ilmu yang mempelajari tentang sentuhan dalam komunikasi non verbal sering disebut Haptik. Sebagai contoh: bersalaman, pukulan, mengelus-elus, sentuhan di punggung dan lain sebagainya merupakan salah satu bentuk komunikasi yang menyampaikan suatu maksud/tujuan tertentu dari orang yang menyentuhnya

3. Komunikasi gerakan tubuh

Kinetik atau gerakan tubuh merupakan bentuk komunikasi non verbal, seperti, melakukan kontak mata, ekspresi wajah, isyarat dan sikap tubuh.Gerakan tubuh digunakan untuk menggantikan suatu kata yang diucapkan.Dengan gerakan tubuh, seseorang dapat mengetahui informasi


(56)

yang disampaikan tanpa harus mengucapkan suatu kata.Seperti menganggukan kepala berarti setuju.

4. Komunikasi lingkungan

Lingkungan dapat memiliki pesan tertentu bagi orang yang melihat atau merasakannya. Contoh: jarak, ruang, temperatur dan warna. Ketika seseorang menyebutkan bahwa ”jaraknya sangat jauh”, ”ruangan ini

kotor”, ”lingkungannya panas” dan lain-lain, berarti seseorang tersebut

menyatakan demikian karena atas dasar penglihatan dan perasaan kepada lingkungan tersebut

5. Komunikasi penciuman

Komunikasi penciuman merupakan salah satu bentuk komunikasi dimana penyampaian suatu pesan/informasi melalui aroma yang dapat dihirup oleh indera penciuman. Misalnya aroma parfum bulgari, seseorang tidak akan. memahami bahwa parfum tersebut termasuk parfum bulgari apabila ia hanya menciumnya sekali.

6. Komunikasi penampilan

Seseorang yang memakai pakaian yang rapi atau dapat dikatakan penampilan yang menarik, sehingga mencerminkan kepribadiannya.Hal ini merupakan bentuk komunikasi yang menyampaikan pesan kepada orang yang melihatnya. Tetapi orang akan menerima pesan berupa tanggapan yang negatif apabila penampilannya buruk (pakaian tidak rapih, kotor dan lain-lain).


(57)

7. Komunikasi citra rasa

Komunikasi citrasa merupakan salah satu bentuk komunikasi, dimana penyampaian suatu pesan/informasi melalui citrasa dari suatu makanan atau minuman. Seseorang tidak akan mengatakan bahwa suatu makanan/minuman memiliki rasa enak, manis, lezat dan lain-lain, apabila makanan tersebut telah memakan/meminumnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa citra rasa dari makanan/minuman tadi menyampaiakan suatu maksud atau makna. (Mulyana, 2007 :353).

2.1.4.5 Arti penting Komunikasi Non Verbal

Menurut Dale G. Leathers (1976) yang dikutip oleh Jalaludin Rakhmat dalam buku Mulyana (2007) Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, menyebutkan enam alasan mengapa pesan nonverbal sangat penting.yaitu :

1. Faktor-faktor non verbal sangat menentukan makna dalam komunikasi interpersonal. Ketika kita mengobrol atau berkomunikasi tatap muka, kita banyak menyampaikan gagasan dan pikiran kita lewat pesan-pesan nonverbal. Pada gilirannya orang lain pun lebih banyak “membaca” pikiran kita lewat petunjuk-petunjuk nonverbal. Menurut Birdwhistell,”barangkali tidak lebih dari 30% sampai 35% makna sosial percakapan atau interaksi dilakukan dengan kata-kata.” Sisanya dilakukan dengan pesan nonverbal. Mehrabian, penulis The Silent Message, bahkan memperkirakan 93% dampak pesan diakibatkan oleh pesan nonverbal. Dalam konteks ini juga kita dapat memahami mengapa kalimat-kalimat yang tidak lengkap dalam percakapan masih dapat diberi arti. Anda


(58)

maklum apa yang dimaksud oleh rekan anda ketika ia melukiskan kecantikan seorang wanita dengan kalimat yang tidak selesai, ”Pokoknya…….,” ketika anda melihat gerak kepala, tubuh dan tangannya. 2. Perasaan dan emosi lebih cermat disampaikan lewat pesan nonverbal

ketimbang pesan verbal. Anda boleh menulis surat kepada pacar anda dan mengungkapkan gelora kerinduan anda. Anda akan tertegun, Anda tidak menemukan kata-kata yang tepat untuk menyatakan sesuatu yang begitu mudah diungkapkan melalui pesan nonverbal. Bagaimana harus anda tuliskan dalam surat Anda getaran suara, tarikan napas, kesayuan mata, dan detak jantung? Meurut Mahrabian (1967), hanya 7% perasaan kasih sayang dapat dikomunikasikan dengan kata-kata. Selebihnya, 38% dikomunikasikan lewat suara, dan 55% dikomunikasikan melalui ungkapan wajah (senyum, kontak mata, dan sebagainya).

3. Pesan nonverbal menyampaikan makna dan maksud yang relatif bebas dari penipuan, distorsi dan kerancuan. Pesan nonverbal jarang dapat diatur oleh komunikator secara sadar. Sejak Zaman Prasejarah, wanita selalu mengatakan “tidak” dengan lambang verbal, tetapi pria jarang tertipu. Mereka tahu ketika “tidak” diucapkan, seluruh anggota tubuhnya

mengatakan “ya”. Dalam situsi yang “double binding” – ketika pesan

nonverbal bertentangan dengan pesan verbal – orang bersandar pada pesan nonverbal.

4. Pesan nonverbal mempunyai fungsi metakomunikatif yang sangat diperlukan untuk mencapai komunikasi yang berkualitas tinggi. Fungsi


(59)

metakomunikatif artinya memberikan informasi tambahan yang memperjelas maksud dan makna pesan. Diatas telah disebutkan bahwa pesan nonverbal mempunyai fungsi repetisi, substitusi, kontradiksi, komplemen dan aksentuasi. Semua ini menambah kadar informasi dalam penyampaian pesan.

5. Pesan nonverbal merupakan cara berkomunikasi yang lebih efisien dibandingkan dengan pesan verbal. Dari segi waktu, pesan verbal sangat tidak efisien. Diperlukan lebih banyak waktu untuk mengunkapkan pikiran kita secara verbal daripada secara nonverbal.

6. Pesan nonverbal merupakan sarana sugesti yang paling tepat. Ada situasi komunikasi yang menuntut kita untuk mengungkapkan gagasan atau emosi secara tidak langsung. Sugesti disini dimaksudkan menyarankan sesuatu kepada orang lain secara implisit (tersirat). Sugesti paling efektif disampaikan melalui pesan nonverbal.

2.1.4.6 Klasifikasi Pesan Non Verbal

Menurut Larry A Samovar dan Richard E. Porter, (dalam Mulyana 2013 :352) Klasifikasi pesan-pesan nonverbal kedalam 2 kategori utama, yaitu :

1. Perilaku yang terdiri penampilan dan pakaian, gerakan dan postur tubuh, ekspresi wajah, kontak mata, sentuhan, bau-bauan, dan parabahasa.

2. Ruang, waktu dan diam. (Mulyana, 2013 :352)

Sementara itu menurut Jalaludin Rakhmat mengelompokkan pesan-pesan non verbal sebagai berikut :


(60)

a. Pesan kinesik. Pesan nonverbal yang menggunakan gerakan tubuh yang berarti, terdiri dari tiga komponen utama: pesan fasial, pesan gestural, dan pesan postural.

b. Pesan fasial menggunakan air muka untuk menyampaikan makna tertentu. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa wajah dapat menyampaikan paling sedikit sepuluh kelompok makna: kebahagiaan, rasa terkejut, ketakutan, kemarahan, kesedihan, kemuakan, pengecaman, minat, ketakjuban, dan tekad. Leathers (1976) menyimpulkan penelitian-penelitian tentang wajah sebagai berikut:

Wajah mengkomunikasikan penilaian dengan ekspresi senang dan taksenang, yang menunjukkan apakah komunikator memandang objek penelitiannya baik atau buruk;

Wajah mengkomunikasikan berminat atau tak berminat pada orang lain atau lingkungan.

Wajah mengkomunikasikan intensitas keterlibatan dalam situasi situasi.

Wajah mengkomunikasikan tingkat pengendalian individu terhadap pernyataan sendiri; dan wajah barangkali mengkomunikasikan adanya atau kurang pengertian.

c. Pesan gestural menunjukkan gerakan sebagian anggota badan seperti mata dan tangan untuk mengkomunikasi berbagai makna.

d. Pesan postural berkenaan dengan keseluruhan anggota badan, makna yang dapat disampaikan adalah: a. Immediacy yaitu ungkapan


(1)

dalam bentuk rangkaian kalimat tulisan.Pesan nonverbal adalah pesan yang berupa isyarat atau lambang-lambang selain lambang bahasa.

2.1.5 Tinjauan Tentang Etnografi Komunikasi

Etnografi komunikasi merupakan pengembangan dari etnografi berbicara, yang dikemukakan oleh Dell Hymes pada tahun 1962 (Ibrahim, 1994) pengkajian etnografi komunikasi ditujukan pada kajian peranan bahasa dalam perilaku komunikatif suatu masyarakat, yaitu mengenai cara-cara bagaimana bahasa dipergunakan dalam masyarakat yang berbeda-beda kebudayaannya. 3. Objek dan Metode Penelitian

3.1 Tradisi Sawer Pernikahan Sunda

Sawer yaitu bentuk kasya sastra Sunda jaman dahulu.Sawer panganten (pengantin) merupakan sebuah tradisi budaya sunda yang kental dan sarat akan nasihat dan doa. Sawer panganten (pengantin) atau biasa disebut dengan Nyawer adalah upacara pada proses pernikahan adat Sunda yang dilaksanakan setelah acara akad nikah. Tradisi Nyawer dalam kehidupan masyarakat Sunda merupakan warisan nenek moyang secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Dalam upacara Nyawer erta kaitannya dengan kepercayaan. Tapi seiring perkembangan zaman, kegiatan sawer dianggap salah satu media untuk menyampaikan pepatah, memberi pepeling (nasehat) dan memberi doa. Berdasarkan bentuknya sawer banyak ditulis dalam bentuk papantunan, kawih, sair, pupuh¸sajak dan prosa.

3.2 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatiuf dengan studi etnografi komunikasi teori substantif yang diangkat yaitu interaksi simbolik. Dalam definisi yang dikemukakan Dell Hymes pada tahun 1962 seperti yang dikutip dalam buku Engkus Suwarno bahwasannya :


(2)

“Pengkajian peranan bahasa dalam perilaku komunikatif suatu masyarakat, yaitu cara-cara bagaimana bahasa dalam perilaku komunkatif masyarakat, yaitu cara-cara bagaimana bahasa dipergunakan dalam masyarakat yang berbeda-beda kebudayaannya.”( Suwarno, 2008 : 11 )

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. “Penelitian kualitatif adalah penelitian yang secara holistik bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami subjek penelitian, baik itu perilakunya, persepsi, motivasi maupun tindakannya, dan secara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.” (Maleong, 2008 : 6)

Dalam penelitian kualitatif ini, peneliti menggunakan paradigma konsturktivis dalam desain penelitian studi etnografi. Konstruktivisme adalah suatu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan yang ditangkap manusia adalah konstruksi (bentukan) manusia itu sendiri (Matthews, 1994 dalam Suparno, 1997).

4. Pembahasan

Dalam penelitian ini, peneliti membahas aktivitas komunikasi pada upacara Nyawer adalah menggunakan bahasa Sunda yang halus dan baik sebagai bahasa untuk menasehati mempelai pengantin bagi budaya mereka selama ini. Semua aktivitas yang dilakukan ketika Nyawer memiliki makna yang khusus, yang terkadang orang tidak mudah untuk mengartikannya dalam waktu yang tidak sebentar dan kebanyakan orang yang merasa tidak mengerti dengan makna yang terkandung dalam aktivitas pada saat Nyawer yang disampaikan dalam bentuk simbol-simbol dengan peralatan yang biasa digunakan untuk sawer tersebut. Hal ini tradisi budaya dalam aktivitas komunikasi di interpretasikan melaui upacara Nyawer adat Sunda, yang dimana Nyawer ini adalah suatu tahapan dalam upacara prosesi pernikahan yang dilakukan setelah akad nikah selesai. Dari seluruh rangkaian upacara Nyawer pada prosesi pernikahan adat Sunda memiliki esensi interaksi simbolik dimana suatu aktivitas yang merupakan ciri khas manusia yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna.


(3)

Dimana situasi komunikatif dalam upacara Nyawer pada pernikahan adat Sunda di kota Bandung ini melibatkan seorang juru sawer yang memimpin ketika saweran akan dilakukan juga adanya tata rias sebagai penata rias pasangan pengantin, kedua orang tua mempelai pria dan wanita, serta tamu undangan yang hadir pada acara tersebut, tradisi nyawer ini tidak menjadi sebuah keharusan untuk digunakan dalam setiap prosesi upacara pernikahan, karena semua tergantung pada kemampuan masing-masing orang yang melakukannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peristiwa komunikatif ini juga mengandung unsur-unsur komunikasi seperti komunikator, pesan, media, komunikan, efek.Selain itu pada upacara nyawer ini juga memiliki fungsi dalam ilmu komunikasi seperti komunikasi ekspresif dan komunikasi instrumental. Tindakan komunikatif merupakan bentuk perintah, pernyataan, permohonan dan perilaku nonverbal.Berdasarkan hasil dari komponen-komponen yang terdapat dalam peristiwa komunikatif, karena tindakan komunikatif sangat erat berhubungan dengan komponen-komponen yang terdapat pada peristiwa komunikatif. Dengan demikian tradisi Nyawer dalam upacara pernikahan adat Sunda merupakan salah satu bentuk dari wujud kebudayaan masyarakat Sunda yang diwariskan secara turun-temurun sehingga menjadsi adat istiadat yang dalam beberapa hal dapat dianggap sakral.

5. Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian pada Bab IV telah diangkat subfokus yang menjelaskan Aktivitas Komunikasi Dalam Tradisi Nyawer Pada Proses Pernikahan Adat Sunda di Kota Bandung, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Situasi Komunikatif dalam tradisi nyawer pada proses pernikahan adat Sunda dihadiri oleh keluarga dari mempelai pengantin pria dan mempelai wanita, juru sawer, tata rias serta tamu undangan. Tradisi nyawer tidak diharuskan karena sesuai dengan kemampuan masing-masing orang yang melakukannya, kondisi ketika upacara nyawer cukup meriah serta adanya keadaan tamu undangan yang ikut memeriahkan ketika upacara nyawer tersebut berlangsung.


(4)

2. Peristiwa Komunikasi dalam tradisi nyawer pada proses pernikahan adat Sunda merupakan keseluruhan perangkat komponen yang utuh, serta erat kaitannya dengan pemusatan simbolis, dimana upacara Nyawer merupakan sebuah tradisi yang penting untuk dilaksanakan dalam suatu prosesi pernikahan khususnya adat Sunda. Dengan maksud dan tujuan untuk memohon berkah serta simbol rasa syukur kepada Allah S.W.T yang dilaksanakan melalui upacara Nyawer tersebut. Nyawer dilakukan setelah akad nikah selesai, dan membutuhkan waktu kurang lebih 30 menit saja. 3. Tindakankomunikatif dalam tradisi nyawer pada proses pernikahan adat

Sundaadalah melakukan kegiatan dengan melempar atau menaburkan semua benda yang telah disediakan untuk disawerkan kepada pengantin. Hal tersebut dilakukan oleh juru sawer, terutama kedua orang tua serta perwakilan dari masing-masing keluarga pengantin yang ingin ikut melakukan saweran. Tahapan-tahapan nya adalah melakukan nasihat melalui syair atau tembang sawer yang berima lalu disampaikan oleh juru sawer terlebih dahulu lalu menaburkan benda-benda seperti beras, kunyit, permen, uang logam, bunga-bungaan, sirih, serta melindungi pengantin dengan menggunakan payung khusus yang digunakan untuk upacara nyawer. Nyawer merupakan sebuah tradisi dan tidak akan berdampak apapun jika tidak melakukannya.

4. Aktivitas Komunikasi dalam tradisi nyawer pada proses pernikahan adat Sunda adalah sebuah aktivitas yang memiliki ciri khas dari suatu kebudayaan atau adat tertentu yang didalamnya memiliki makna yang khusus, yang terkadang orang tidak mudah untuk mengartikannya dalam waktu yang tidak sebentar dan kebanyakan orang yang merasa tidak mengerti dengan makna yang terkandung dalam aktivitas pada saat Nyawer yang disampaikan dalam bentuk simbol-simbol dengan peralatan yang biasa digunakan untuk sawer tersebut. Hal ini tradisi budaya dalam aktivitas komunikasi di interpretasikan melaui upacara Nyawer adat Sunda, yang dimana Nyawer ini adalah suatu tahapan dalam upacara prosesi pernikahan yang dilakukan setelah akad nikah selesai. Dari seluruh rangkaian upacara Nyawer pada prosesi pernikahan adat Sunda memiliki esensi interaksi simbolik dimana suatu aktivitas yang merupakan ciri khas manusia yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna. 5.2 Saran

Dalam penelitian yang dilakukan ini, peneliti harus mampu memberikan suatu masukan berupa saran-saran yang bermanfaat bagi semua pihak yang berkaitandengan penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

5.2.1 Universitas

Peneliti menyarankan agar dimasukannya pengenalan kebudayaan adatSunda dalam konteks mata kuliah lintas budaya.

5.2.2 Peneliti selanjutnya

Untuk peneliti selanjutnya sebagai generasi muda agar lebih memahami danmencintai tradisi kebudayaan khususnya dalam pernikahan AdatSunda, serta menjaga kelestarian kebudayaan sunda dari jamanmodernisasi.


(5)

5.2.3 Masyarakat Umum

Pemerintahan daerah ikut serta berperan aktif memperkenalkan sejak dini kepada generasi muda dalam mata pelajaran sekolah seperti muatan lokal budaya sunda agar dapat memberikan pemahaman yang lebih baik dan tetap memegang teguh warisan dari leluhur agar masyarakat luas mengerti prosesi tradisi “Nyawer” secara keseluruhan serta memahami isi makna dari setiap tahapan prosesinya dan masukan yang positif dalam pelestarian warisan budaya nasional, khususnya dalam proses upacara pernikahan adat Sunda.

DAFTAR PUSTAKA

Adiwilaga, Anwas. 1975.Sejarah Jawa Barat: Sekitar Permasalahannya. Bandung: Proyek Penunjang Peningkatan Kebudayaan Nasional Provinsi Jawa Barat. Bachtiar, A. (2004). Menikahlah, Maka Engkau Akan Bahagia!. Yogyakarta :

Saujana

Bungin Burhan.2007. Analisis Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Rajawali Pers Ekadjati, Edi.1995.Kebudayaan Sunda (Suatu Pengantar). Jakarta; PT Penebar

Swadaya

Ekadjati, Edi S. 1995. Masyarakat Sunda dan Kebudayaannya. Bandung: Girimukti Pasaka.2005

Ensiklopedia Sunda; Alam Manusia, dan Budaya Termasuk Budaya Cirebon danBetawi. 2000. Jakarta: Pustaka Jaya

Fisher, B. Aubrey.1986.Teori-Teori Komunikasi. Bandung: Remadja Karya. Kriyantono, Rachmat.2007.Teknik Praktis Riset Komunikasi.Prenade Media

Group, Jakarta

Kuswarno, Engkus.2008. Etnografi Komunikasi. Bandung: Widya Padjadjaran Moleong, Lexy. 2000. Metode Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya,

Bandung

Mulyana, Deddy. 2008. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. PT Remaja RosdaKarya, Bandung.

Mustapa, Hasan.2010.Adat Istiadat Sunda. Bandung: PT alumni

Mustapa, H. Hasan. 2010. Adat Istiadat Sunda. Edisi ketiga, cetakan ke-1.Terjemahan M. Maryati Sastrawijaya. Bandung: Alumni.


(6)

Rakhmat, Jalaluddin.2011.Psikologi Komunikasi.Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Sihabudin, Ahmad.2011.Komunikasi Antarbudasya Satu Perspektif Multidimensi.Jakarta; PT Bumi Aksara

Soeganda, Akip.1995.Upacara Adat Di pasundan. Bandung : Sumur Bandung Sugiono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.

Alfabeta.Bandung

Karya Ilmiah

- Unggara, Restu Septian.2012.Aktivitas Komunikasi Ritual Dalam Upacara Hajat Sasih Kampung Naga Tasik Malaya (Studi Etnografi Aktivitas Komunikasi Ritual Dalam Upacara Hajat Sasih Kampung Naga Tasik Malaya). UNIKOM Bandung

- Marcelyna.2013.Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Pernikahan Adat Batak Toba (Studi Etnografi Aktivitas Komunikasi Upacara Pernikahan Adat Batak Toba). UNIKOM Bandung.

- Fikriza, Rina.2013.Pemaknaan Komunikasi Adaptasi Dalam Pernikahan Beda Suku (Studi Etnografi Komunikasi Adaptasi Dalam Pernikahan suku Sunda dengan Suku Minangkabau di Kota Cimahi). UNIKOM Bandung Internet Searching

- http://lanlanrisdiana.blogspot.com/2013/02/makalah-suku-dan-budaya-sunda.html

- http://www.scribd.com/doc/38407084/Adat-Perkawinan- Sunda#fullscreen:on

- http://sejarahwew.blogspot.com/2012/11/sejarah-suku-sunda-indonesia.html


Dokumen yang terkait

Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Temanten Pada Pernikahan Adat Jawa Timur (Studi Etnografi Komunikasi mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Temanten Pada Pernikahan Adat Jawa Timur di Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik)

1 30 90

Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Nujuh Bulanan Di Kota Bandung (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Nujuh Bulanan Di Kota Bandung)

2 23 79

Aktivitas Komunikasi dalam Upacara Pernikahan Adat Batak Toba (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Pernikahan Adat Batak Toba di Kota Bandung)

5 44 112

Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Temanten Pada Pernikahan Adat Jawa Timur (Studi Etnografi Komunikasi mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Temanten Pada Pernikahan Adat Jawa Timur di Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik)

6 39 90

Aktivitas Komunikasi Upacara Adat Mapag Panganten di Kota Bandung (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Upacara Adat Mapag Panganten di Kota Bandung)

2 6 1

Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adata Moponika (studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Moponika Di KOta Gorontalo)

0 37 82

Komunikasi Adaptasi dalam Pernikahan Beda Suku (Studi Etnografi Komunikasi Adaptasi dalam Pernikahan Suku Sunda dengan Suku Minangkabau di Kota Cimahi)

0 4 71

Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Pernikahan Batak Karo (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Pernikahan Batak Karo di Kota Bandung)

7 36 104

Makna Komunikasi Non Verbal Dalam Tradisi Siramam Pada Proses Pernikahan Adat Sunda Di Kelurahan Pasanggrahan Kecamatan Ujungberung

1 33 149

Sawer: Komunikasi Simbolik pada Adat Tradisi Suku Sunda dalam Upacara Setelah Perkawinan

0 1 10