61
Agung Dwi Putra, 2013 Estetika Sema Dalam Tarekat Sufi Naqsybandi Haqqani Jakarta Sebagai Media Penanaman
Pendidikan Tauhid Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
4. Kajian pustaka
Formulasi teoretis terkadang disebut dengan landasan teoretis atau kajian pustaka literature review. Kajian pustaka mengimplisitkan kegiatan peneliti
dalam membaca literatur terkait Alwasilah, 2009: 112.
G. TEKNIK ANALISIS DATA
Untuk mendapatkan makna berbagai informasi dan data perolehan lapangan, perlu dilakukan analisis serta interpretasi terhadap data-data tersebut. Maka perlu
adanya upaya dalam menganalisis data menggunakan paradigma berpikir kualitatif berpikir secara induktif. Berpikir secara induktif memiliki maksud
membandingkan dan mengondisikan antara data hasil perolehan lapangan, terhadap teori yang ditempatkan dalam penelitian.
Tahap-tahap yang peneliti lakukan untuk menganalisis data dalam penelitian ini, menggunakan metode analisis dalam pendekatan penelitian fenomenologi.
Merujuk pada delapan tahap analasis fenomenologi menurut Dimyati 1994 dalam Mudjianto dan Kenda 2010: 81-82, maka dalam penelitian ini delapan
tahapan yang peneliti lakukan adalah sebagai berikut: 1.
Mengkategorikan informan penelitian. 2.
Menguji keakuratan data dari informan yang satu dengan yang lainnya. 3.
Mencari norma atau nilai yang melatarbelakangi perilaku serta tujuan aktor dalam melakukan tindakan.
4. Melakukan reduksi hasil observasi dan wawancara dengan tahapan sebagai
berikut:
62
Agung Dwi Putra, 2013 Estetika Sema Dalam Tarekat Sufi Naqsybandi Haqqani Jakarta Sebagai Media Penanaman
Pendidikan Tauhid Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
a. Proses selecting dan focusing dilakukan pada orang yang hendak
diwawancarai dan situasi penelitian. Orang yang diwawancarai terpilih pada orang yang benar-benar mengetahui secara pasti tentang seluk-
beluk tema penelitian. Situasi penelitian, juga hanya peneliti pilih pada situasi yang benar-benar menarik dan berkaitan langsung dengan tema
penelitian. Upaya focusing dilakukan pada saat key informan memberikan informasi yang lepas dari tema penelitian.
b. Simplifying dilakukan untuk penyederhanaan data. Upaya
penyederhanaan dilakukan dengan hati-hati agar tidak mengurangi makna dan keakuratan data yang diperoleh.
c. Abstracting ditempuh untuk menggambarkan data secara naratif,
sebagaimana yang ada di lapangan. d.
Transforming dilakukan dengan cara mentransformasikan data observasi lapangan menjadi kesimpulan catatan lapangan.
5. Mengelompokkan hal-hal serupa kemudian membandingkan kemiripan dan
perbedaannya dengan kaidah atau prinsip-prinsip logika. Kemudian membuat display data secara sistematik dalam konteks yang utuh.
6. Membuat rumusan proposisi yang terkait dengan prinsip logika, kemudian
mengangkatnya sebagai temuan dalam penelitian. 7.
Mengkaji secara berulang-ulang seluruh data yang ada, pengelompokkan data dan proposisi yang telah dirumuskan.
8. Melaporkan hasil penelitian lengkap dengan temuan baru, berbeda dari
temuan yang sudah ada.
Agung Dwi Putra, 2013 Estetika Sema Dalam Tarekat Sufi Naqsybandi Haqqani Jakarta Sebagai Media Penanaman
Pendidikan Tauhid Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. KESIMPULAN
Berdasarkan telaah atas teori-teori sebelumnya mengenai estetika di dalam Islam, dijelaskan bahwa estetika Islam selalu bersifat teosentris dan dibatasi oleh
ajaran-ajaran di dalam Islam sebagai kekhasannya. Penekanan Tauhid sebagai syarat utama pada setiap implementasi estetis seni di dalam Islam terbukti
membatasi peran manusia sebagai hamba Tuhan dan Tuhan sebagai satu-satunya yang transenden berbeda dengan seluruh ciptaan-Nya. Realitas tersebut terbukti
juga berlaku di dalam Sema Naqsybandi Haqqani Jakarta. Sema dalam tarekat Naqsybandi Haqqani Jakarta diketahui digunakan
sebagai ajaran tambahan atau ritual tambahan yang diadopsi dari tarekat Maulawiyah asal Turki. Sebagai sebuah ajaran yang kini diterapkan di tarekat
Naqsybandi Haqqani Jakarta, ia memiliki kekhasan tersendiri karena menampilkan sisi estetis yang tidak dapat dinilai dari ukuran lahiriah semata
eksoteris. Ia juga memiliki keindahan yang terpancar dari dalam esoteris sebagai salah satu faktor pembentuk utama unsur estetis-nya. Teori simbol dan
estetika Langer diterapkan terhadap temuan-temuan dalam penelitian ini untuk mengungkap konsep estetika Sema tarekat Naqsybandi Haqqani Jakarta agar tidak
menggeneralisasinya sebagai sebuah kesenian, karena menurut Langer perlu ada suatu pendekatan dengan cara masing-masing sembari melacak prinsip-prinsip
kreasi seni, konsepsi seni living form, dan ekspresi lihat Ali, 2011: 206-208.