1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Melonjaknya aspirasi masyarakat untuk memperoleh pendidikan merupakan salah satu dampak dari perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Dengan demikian semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat, akan mempengaruhi pola pikir masyarakat untuk menyongsong kehidupan di hari esok
yang lebih baik. Wajib belajar sembilan tahun yang telah dicanangkan pemerintah bagi setiap anak usia sekolah, tentu akan membawa dampak positif terhadap
kemajuan bangsa Indonesia. Orang tua akan semakin sadar akan pendidikan anaknya. Dengan kesadaran tersebut, orang tua akan barusaha memperhatikan
segala kebutuhan anak baik yang berupa materi maupun non materi. Meskipun kebutuhan materi yang diberikan kepada anak lebih dari cukup, tentunya harus
diimbangi dengan kebutuhan non materi yaitu kasih sayang dan perhatian yang memadai.
Pendidikan yang diberikan kepada anak di dalam keluarga merupakan hal yang mutlak dan perlu dilaksanakan bagi orang tua, seperti apa yang
dikemukakan oleh Ngalim Purwanto 2000:80 bahwa “Pendidikan orang tua terhadap anak-anaknya adalah pendidikan yang didasarkan pada rasa kasih sayang
terhadap anak-anaknya, dan yang diterimanya dari kodrat”. Demikian pula menurut Salzman yang dikutip oleh Ngalim Purwanto 2000:80 bahwa “Segala
kesalahan anak-anak itu adalah akibat dari perbuatan pendidik-pendidiknya, terutama orang tua”.
Perkembangan kepribadian anak juga tergantung pada pola asuh yang diberikan orang tua. orang tua yang selalu memanjakan anak sejak kecil akan
mempengaruhi si anak mempunyai sifat manja. Mungkin sampai umur tertentu sifat itu baru bisa hilang. Orang tua yang selalu mengekang anak dan tidak
memberi kesempatan kebebasan sedikitpun kepada anak akan berakibat buruk pada perkembangan kepribadian anak. Demikian pula orang tua yang menerapkan
kedisiplinan mental sejak kecil kepada anak akan mempengaruhi pola pikir dan tingkah laku pada tahap perkembangan berikutnya, bahkan sifat disiplin itu akan
tetap dimiliki oleh anak. Keterkaitan orang tua dalam pendidikan anak di sekolah memang sangat
diperlukan, namun hubungan antara orang tua dan sekolah harus berjalan serasi karena pada hakikatnya pendidikan di sekolah merupakan lanjutan dari
pendidikan yang diberikan orang tua di dalam keluarga. Sebagai orang pertama yang memiliki hubungan paling dekat dengan anak, orang tua memberi motivasi
dan perhatian kepada anaknya. Perhatian orang tua yang diberikan kepada anaknya merupakan modal yang tak ternilai harganya bagi perkembangan anak,
baik dari perkembangan kepribadian maupun perkembangan prestasi belajar anak di sekolah, karena persepsi siswa tentang perhatian orang tua merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar anak di sekolah.
Faktor lain yang mempengaruhi atau menunjang prestasi belajar siswa adalah perhatian yang diberikan oleh guru. Dengan demikian, siswa akan lebih
mudah dalam menyerap pelajaran yang sedang disampaikan oleh guru. Moh Uzer Usman 1990:3 mengemukakan bahwa: “Mengajar pada prinsipnya adalah
membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar atau mengandung pengertian bahwa mengajar merupakan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam
hubungan dengan anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan terjadinya proses belajar”. Dari kutipan tersebut dapat dikatakan bahwa guru harus menjadi
organisator bagi kegiatan belajar siswa, serta harus dapat membuat situasi dan kondisi belajar mengajar yang menyenangkan. Dengan demikian, akan terjadi
proses belajar mengajar yang optimal. Guru memang memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan
kualitas pengajaran yang disampaikan. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan dan membuat perencanaan yang seksama dalam memperbaiki atau meningkatkan
kualitas pengajarannya. Dengan kualitas yang baik, tentu hasil belajar yang akan dicapai siswa juga akan meningkat. Hal ini menuntut perhatian guru dalam
pengorganisasian kelas, penggunaan metode mengajar dan strategi belajar mengajar. Disamping itu, interaksi antara siswa dan guru dalam proses belajar
mengajar perlu sekali diperhatikan, guru harus menciptakan suatu interaksi yang bisa memberi motivasi siswa dalam belajarnya.
Pengetahuan dan latar belakang pendidikan guru juga sangat menentukan berhasil tidaknya kegiatan belajar mengajar. Seorang yang bukan lulusan Fakultas
Keguruan mungkin bisa menjadi guru, namun dasar-dasar mengenai pendidikan dan seluk beluk pendidikan sedikit sekali yang dipahaminya. Kualitas dari hasil
pengajaran yang dilakukan oleh seorang guru yang bukan lulusan Fakultas keguruan akan berbeda dengan kualitas hasil pengajaran yang dilakukan oleh
seorang guru dari lulusan Fakultas Keguruan. Kemampuan akademis yang diperoleh seorang guru pada waktu pendidikan juga berbeda-beda. Perbedaan itu
akan menyebabkan hasil pengajaran antara guru yang satu dengan yang lain berbeda. Persepsi siswa tentang perhatian guru juga sangat mempengaruhi
prestasi belajar siswa di sekolah. Faktor lain yang menunjang prestasi belajar siswa adalah aktivitas belajar,
baik aktivitas belajar di rumah maupun aktivitas belajar di sekolah. Proses belajar mengajar yang sedang berlangsung di dalam kelas merupakan wahana siswa
dalam mencurahkan aktivitas belajarnya. Siswa dituntut untuk mendengarkan, memperhatikan dan memahami pelajaran yang sedang disampaikan oleh guru.
Selain aktivitas belajar mengajar di sekolah, bentuk aktivitas belajar yang lain adalah aktivitas belajar di rumah. Untuk memacu aktivitas belajar di rumah
biasanya guru memberikan pekerjaan rumah. Alasan yang paling mendasar mengapa guru memberikan pekerjaan rumah adalah untuk memberikan peranan
aktif kepada siswa dalam proses belajar. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
mengenai “Pengaruh persepsi siswa tentang perhatian orang tua, perhatian guru matematika dan aktivitas belajar terhadap prestasi belajar matematika”.
B. Identifikasi Masalah