PENDAHULUAN 2015 3217 ped Pedoman Pencacahan VIOT 2015

Pedoman Pencacahan VIOT 1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Kegiatan pariwisata Indonesia dalam dua tahun terakhir berkembang cukup pesat. Hal ini sangat menggembirakan baik bagi pemerintah maupun pihak swasta selaku pelaku di bidang pariwisata seperti pihak hotel, penyedia taman rekreasi dan sebagainya. Dari sisi permintaan, tidak saja wisatawan dari luar negeri yang meningkat jumlahnya tetapi juga wisatawan domestik atau nusantara yang semakin banyak melakukan perjalanan. Memang telah disadari bahwa pariwisata memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia, baik sebagai salah satu sumber penerimaan devisa maupun sebagai pencipta lapangan kerja serta kesempatan berusaha. Sudah diakui pula bahwa industri pariwisata merupakan salah satu industri terbesar dan merupakan sektor jasa dengan tingkat pertumbuhan paling pesat di dunia saat ini. Untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, pengembangan pariwisata akan terus dilanjutkan dan ditingkatkan melalui perluasan dan pemanfaatan sumber serta potensi pariwisata nasional sehingga menjadi kegiatan ekonomi yang dapat diharapkan untuk meningkatkan penerimaan devisa. Namun demikian dalam pengembangan pariwisata nasional, pandangan hidup dan kualitas lingkungan harus tetap dijaga. Bertambahnya jumlah pengunjung dari mancanegara ke Indonesia menandai semakin diminatinya Indonesia sebagai negara tujuan wisata. Dengan adanya kunjungan wisatawan mancanegara, maka akan tercipta konsumsi wisatawan di dalam negeri. Konsumsi atau belanja wisatawan tersebut menjadi faktor pendorong bagi pengembangan sarana dan prasarana pariwisata yang pada akhirnya menuju pada perkembangan pariwisata itu sendiri dan dampaknya pada perekonomian nasional. Seperti diketahui bahwa pariwisata merupakan “invisible good”, dalam arti nilai ekonomi dari hasil penjualan jasa pariwisata tidak dapat diukur Pedoman Pencacahan VIOT 2 secara nyata dalam bentuk nominal langsung, namun nilai ekonomi tersebut langsung berhubungan dengan para pelaku pariwisata itu sendiri. Sebagai contoh, seorang wisatawan membeli sebuah cendera mata, maka yang akan menikmati rantai dari pembelian tersebut adalah penjual, pembuat cendera mata, distributor dan bahkan pembuat bahan baku cendera mata tersebut yang dalam kegiatan ekonomi dikelompokkan dalam industri. Dengan demikian pariwisata bukan merupakan suatu sektor tersendiri, tapi ia menyebar ke berbagai sektor. Dengan meningkatnya jumlah konsumsi wisatawan, tentu akan semakin besar dampak ekonomi yang dinikmati, dan semakin banyak sektor yang terkait. Pariwisata sebagai salah satu “komoditi ekspor” yang tidak bisa dilihat, terus meningkat peranannya dalam perekonomian di Indonesia. Dalam usaha mengembangkan pariwisata internasional, sangat diperlukan tahapan dalam rangka meningkatkan jumlah kedatangan wisatawan mancanegara, yang dapat dilakukan dengan meningkatkan kegiatan pemasaran dan perbaikan dari berbagai fasilitas dan pelayanan yang diperlukan wisatawan, seperti pelayanan imigrasi, fasilitas angkutan, perbankan, akomodasi, restoran, biro perjalanan, dan sebagainya. Untuk melaksanakan hal-hal sebagaimana tersebut, tersedianya data statistik jumlah wisatawan mancanegara menurut kebangsaan sangat diperlukan. Dari sisi pendapatan negara, konsumsi wisman merupakan salah satu sumber devisa yang cukup diandalkan, yaitu salah satu sarana untuk menghitung jumlah penerimaan devisa dari sektor pariwisata internasional inbound dan outbound tourism yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan langkah-langkah kebijaksanaan dan pengaturan lebih lanjut. Di samping itu data mengenai penduduk Indonesia yang pergi ke luar negeri tidak kalah pentingnya dengan data tamu mancanegara yang berkunjung ke Indonesia. Sedangkan sumber data mengenai lalu lintas orang antar negara pada umumnya dan jumlah wisatawan mancanegara perkebangsaan maupun jumlah warga negara Indonesia yang keluar negeri Pedoman Pencacahan VIOT 3 pada khususnya hanya dapat diperoleh dari Direktorat Jenderal Imigrasi sesuai dengan Undang-Undang nomor 9 tahun 1992 tentang Keimigrasian. Sehingga dengan tersedianya data penduduk Indonesia yang pergi ke luar negeri serta kunjungan tamu mancanegara dapat digunakan sebagai sarana untuk menghitung neraca perjalanan yang merupakan salah satu komponen neraca jasa-jasa dalam neraca pembayaran balance of payment di Indonesia. Tersedianya data jumlah wisman yang tepat dan akurat setiap bulannya serta data penduduk Indonesia yang ke luar negeri, akan sangat membantu dalam membuat rencana yang terarah untuk meningkatkan usaha promosi pariwisata. Untuk itu pengumpulan data tersebut sangat mutlak diperlukan baik oleh pihak pemerintah maupun pihak swasta sebagai pelaku ataupun penyedia sarana pariwisata bagi kepentingan wisatawan.

1.2. Tujuan

Tujuan dari buku pedoman ini adalah untuk: 1. Menyamakan persepsi tentang konsep dan definisi dari tamu asing atau selanjutnya disebut wisatawan mancanegara wisman. 2. Mendapatkan data jumlah wisman dari setiap UPT yang tepat waktu dan akurat 3. Mendapatkan data jumlah penduduk Indonesia yang pergi keluar negeri setiap bulannya. 4. Mendapatkan jumlah warga negara asing yang berdiam sementara atau berdiam tetap setiap bulannya. 5. Mendapatkan jumlah pelintas batas setiap bulannya. Pedoman Pencacahan VIOT 4

1.3. Jadwal Kegiatan

Kegiatan Waktu 1. Pencetakan dokumen September 2. Pengiriman dokumen ke daerah November 3. Pengumpulan data setiap bulannya Tanggal 6 sd 11 4. Pengiriman faxE-mail ke BPS Pusat Paling lambat tanggal 15 setiap bulan 5. Pengiriman daftar VIOT dari BPS KabKodya ke BPS Propinsi Paling lambat diterima BPS Prop. tanggal 13 6. Pengiriman daftar VIOT dari BPS Prop ke BPS Pusat Paling lambat diterima di BPS Pusat minggu ke IV Pedoman Pencacahan VIOT 5

BAB II RUANG LINGKUP