2015 3408 ped Pedoman Pencacahan Survei Konsumsi Bahan Pokok 2015
Buku 2
Survei Konsumsi Bahan Pokok 2015
(VKBP-15)
(2)
i
KATA PENGANTAR
Buku pedoman ini merupakan acuan bagi Petugas Pencacah Lapangan (PCL) dalam melaksanakan pendataan Survei Konsumsi Bahan Pokok tahun 2015. Isi buku ini terutama berkaitan dengan metodologi dan organisasi lapangan.
Badan Pusat Statistik telah melakukan kajian konsumsi 11 bahan pokok tahun 2014 dengan berbagai pendekatan yang didasarkan pada berbagai macam sumber data yaitu Susenas, Survei Industri, dan Survei Konsumsi Bahan Pokok. Dengan berdasarkan berbagai sumber data tersebut, diperkirakan konsumsi 11 bahan pokok pada tingkat nasional tahun 2014.
Berdasarkan hasil survei konsumsi 11 bahan pokok tahun 2014 masih dipandang perlu dilakukan kajian lebih lanjut mengingat kajian tersebut tingkat estimasinya baru pada tingkat nasional. Untuk itu, pada tahun 2015 dilakukanlah Survei Konsumsi Bahan Pokok yang akan menampilkan angka konsumsi bahan pokok secara nasional dan tingkat provinsi.
Setiap petugas diminta untuk mempelajari secara seksama setiap buku pedoman Survei Konsumsi Bahan Pokok Tahun 2015 yang telah dibuat, khususnya buku ini
Jakarta, Maret 2014
(3)
iii DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang ………..
Tujuan ………..
Ruang Lingkup ………...
Jenis Dokumen dan Kegunaannya ………...
1
1.2. 2
1.3. 3
1.4. 3
1.5. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan ... 5
BAB II ORGANISASI LAPANGAN
2.1. Struktur Organisasi ... Arus Dokumen dan Perlengkapan ... Tugas Pencacahdan Pengawas ...
7
2.2. 8
2.3. 9
BAB III METODOLOGI PENGUMPULAN DATA
3.1. Cakupan ... Kerangka Sampel ….………...
11
3.2. 11
3.3. 3.4. 3.5 3.6.
Desain Sampling ... Stratifikasi Blok Sensus... Jumlah Sampel... Metode Pengumpulan Data ...
12 12 15 16 3.7. Daftar Sampel ... 16 3.8 Skema Pembentukan Sampel ... 20 BAB IV DAFTAR VKBP14-L
4.1. Tata Tertib Pengisian Daftar ...………….. Tata Cara Pengisian Daftar VKBP14-L ... Daftar VKBP14-SHPM ...…...………... Daftar VKBP14-SIND ... Daftar VKBP14-SRS ... Daftar VKBP14-SLP ... ...
21
4.2. 21
BAB V BAB VI BAB VII 41 51 67 BAB VIII LAMPIRAN 73 83
(4)
1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ketahanan pangan dapat diartikan sebagai suatu kondisi dimana terpenuhinya kebutuhan pangan bagi seluruh penduduk Indonesia.Hal itu tercermin dari ketersediaan pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya dan terjangkau oleh daya beli masyarakat.Ketahanan pangan juga sering dikaitkan dengan ketersediaan bahan pokok yang merupakan kebutuhan pokok masyarakat Indonesia. Oleh karena itu ketersediaannya sangat diperhatikan pemerintah karena akan menentukan tingkat ketahanan pangan secara umum. Karena dampak sosial dan politik yang tinggi dari komoditas bahan pokok tersebut, pemerintah harus mengambil langkah kebijakan untuk selalu menjaga kestabilan harga.Langkah yang perlu diambil diantaranya tingkat produksi harus dijaga keseimbangannya dengan tingkat konsumsi nasional dan terkendalinya impor bahan pokok.
Bahan pokok khususnya beras, jagung, kacang kedelai, daging sapi, daging ayam, bawang merah, bawang putih, cabe, tepung terigu, minyak goreng, gula pasir, dan garam merupakan kebutuhan pokok masyarakat. Ketersediaan, distribusi dan tingkat harga dari bahan pokok tersebut sangat berpengaruh terhadap ketahanan pangan. Selain itu, ketersediaan bahan pokok tersebut juga sangat berpengaruh terhadap kondisi ekonomi makro, seperti: inflasi, jumlah penduduk miskin, penyediaan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi, yang akhirnya akan berakumulasi menjadi gangguan stabilitas nasional.
Selain dikonsumsi langsung oleh manusia, bahan pokok juga dikonsumsi dalam bentuk hasil olahan, berupa tepung beras, bihun, makanan kering (crackers) dan lain-lain. Bahan pokok tersebut juga digunakan sebagai bahan baku industri nonmakanan (tidak dikonsumsi manusia), seperti untuk industri pakan ternak, industri kosmetik, dan industri bahan kimia.
Ketergantungan yang tinggi masyarakat Indonesia terhadap bahan pokok mendorong pemerintah untuk mengetahui secara riil tentang total konsumsi bahan pokok tersebut dalam rangka penyediaan nasional. Konsumsi merupakan faktor yang sangat penting dalam menghitung kebutuhan bahan pokok. Kesalahan dalam penghitungan konsumsi akan
BAB
(5)
2
berdampak pada ketidak tepatan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah. Selama ini informasi konsumsi bahan pokok per kapita bersumber dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Namun, konsumsi bahan pokok dalam Susenas hanya konsumsi di dalam rumah tangga (yang disiapkan dalam rumah). Meskipun informasi tentang makanan jadi yang mengandung bahan pokok juga telah dikumpulkan, tetapi perkiraan tentang konsumsi bahan pokok dari makanan jadi tidak dapat dilakukan.
Pada tahun 2011 Badan Ketahanan Pangan (BKP), Kementerian Pertanian bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) telah melakukan kajian khusus mengenai konsumsi berasdengan berbagai pendekatan yang didasarkan pada berbagai sumber data yaitu Susenas, Survei Industri, Survei Konsumsi dan Cadangan Beras Nasional, dan Tabel Input-Output. Kemudian pada tahun 2012 BPS melakukan Survei Konsumsi Beras Nasional (VKB12) untuk melengkapi data yang masih belum tersedia untuk penghitungan konsumsi beras pada tahun 2011. Berdasarkan hasil kajian tersebut dan berbagai perkembangan beberapa tahun terakhir yang ditandai gejolak beberapa harga bahan pokok seperti cabe merah dan daging sapi, maka dipandang masih perlu dilakukan kajian lebih lanjut dengan ruang lingkup yang lebih luas dan tidak hanya beras. Hal ini dikarenakan tingkat ketahanan pangan tidak hanya ditentukan oleh beras, tetapi juga komoditas-komoditas lain, seperti cabe, bawang merah, bawang putih, dan daging sapi. Sehingga pada tahun 2014 dilakukan Survei Konsumsi 11 Bahan Pokok (VKBP14) untuk memperkirakan jumlah konsumsi beberapa komoditas bahan pokok pada tingkat nasional untuk usaha-usaha yang diperkirakan menggunakan bahan pokok tersebut sebagai bahan baku. Namun, VKBP14 selain hanya mengestimasi pada tingkat nasional juga memiliki tingkat error yang relatif besar untuk beberapa komoditi seperti jagung dan minyak goreng. Untuk itu, pada tahun 2015 akan dilakukan Survei Konsumsi Bahan Pokok (VKBP15) dengan jumlah sampel yang lebih besar dan akan dilakukan estimasi pada tingkat provinsi.
1.2. Tujuan
Tujuan dari Survei Konsumsi Bahan Pokok tahun 2015 ini adalah untuk mendapatkan angka estimasi konsumsi beras, jagung, tepung terigu, daging sapi, daging ayam, bawang merah, bawang putih, cabe, kacang kedelai, minyak goreng, gula pasir dan garam pada tingkat nasional dan provinsi.
(6)
3 1.3. Ruang Lingkup
Kegiatan pengumpulan data konsumsi bahan pokok yang akan dilakukan adalah kajian total volume konsumsi setiap komoditas bahan pokok pada level nasional dan provinsi. Penghitungan dilakukan dengan cara menggabungkan dari beberapa sumber, yaitu konsumsi bahan pokok di dalam rumahtangga yang diperoleh dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), konsumsi bahan pokok pada industri baik besar, menengah, kecil maupun mikro, jasa akomodasi dan penyediaan makan/minum dengan pendekatan hotel, restoran dan rumah makan, serta konsumsi bahan pokok pada jasa kesehatan, dan jasa pemerintahan lainnya.Kegiatan VKBP15 dilakukan di 34 provinsi di Indonesia dengan sampel 206 kabupaten/kota, 1.200 Blok Sensus, dan 30.000 usaha.
1.4. Jenis Dokumen dan Kegunaannya
Dokumen Kegunaan
1. VKBP15-DSBS Daftar blok sensus terpilih
2. VKBP15-DSPH Daftar nama dan alamat usaha hotel berbintang pada kabupaten/kota
terpilih.
3. VKBP15-KSPH Daftar nama dan alamat usaha hotel berbintang lengkap pada
kabupaten/kota terpilih.
4. VKBP15-DSPR Daftar nama dan alamat usaha restoran/rumah makan skala menengah
besar pada kabupaten/kota terpilih
5. VKBP15-KSPR Daftar nama dan alamat usaha restoran/rumah makan skala menengah
besarlengkap pada kabupaten/kota terpilih.
6. VKBP15-DSRS Daftar nama dan alamat rumah sakit pada kabupaten/kota terpilih
7. VKBP15-KSRS Daftar nama dan alamat rumah sakit lengkap pada kabupaten/kota
terpilih
8. VKBP15-DSPC Daftar nama dan alamat usaha catering pada kabupaten/kota terpilih
9. VKBP15-KSPC Daftar nama dan alamat usaha catering lengkap pada kabupaten/kota
terpilih
10. VKBP15-DSLP Daftar nama dan alamat lembaga pemasyarakatan pada kabupaten/kota
(7)
4
11. VKBP15-DSIBS Daftar nama dan alamat IBS terpilih pada kabupaten/kota terpilih
12. VKBP15-KSIBS Daftar nama dan alamat IBS lengkap pada kabupaten/kota terpilih.
13. VKBP15-DS Daftar nama dan alamat rumah tangga/usaha terpilih sampel
14. VKBP15-L Daftar untuk pendaftaran bangunan dan rumah tangga
15. VKBP15-SHPM Daftar untuk pencacahan sampel usaha hotel berbintang, usaha catering,
dan usaha penyedia makan minum
16. VKBP15-SIND Daftar untuk pencacahan sampel usaha industri mikro kecil
17. VKBP15-SRS Daftar untuk pencacahan sampel usaha rumah sakit
18. VKBP15-SLP Daftar untuk pencacahan sampel lembaga pemasyarakatan
19. Peta WB Peta Wilayah Blok Sensus hasil SE2006/ST2003/SP2000
Nomor Buku Judul Buku
1. Buku 1 Pedoman Kepala BPS Provinsi/Kabupaten/Kota
2. Buku 2 Pedoman Pencacahan
3. Buku 3 Pedoman Pengawasan dan Pemeriksaan
(8)
5 1.5. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan Waktu
1. Persiapan
a. Penyusunan metodologi Januari
b. Penyusunan kuesioner dan buku pedoman Januari–Februari
c. Pencetakan dokumen Februari–Maret
d. Pengiriman dokumen ke daerah Maret
2. Pelatihan Petugas
a. Workshop intama 12 & 16 Februari
b. Pelatihan instruktur nasional 17 – 20 Maret c. Pelatihan petugas lapangan
d. Listing blok sensus/ Up dating Direktori e. Pengolahan hasil listing
23 Maret – 9 April 6 – 30 April 13 April – 8Mei f. Pengiriman data hasil listing ke BPS Pusat
g. Pemilihan sampel usaha/rumahtangga h. Pengiriman daftar sampel ke BPS Provinsi i. Pencacahan usaha/rumahtangga
j. Pengolahan hasil pencacahan k. Pengiriman data hasil pencacahan
27 April – 15 Mei 18 – 22 Mei
25–29 Mei 1 Juni–3 Juli 8 Juni–10 Juli 15 Juni –31 Juli 3. Penyusunan Laporan
a. Tabulasi b. Analisis c. Publikasi
3 – 31 Agustus September
(9)
(10)
7
ORGANISASI LAPANGAN
2.1. Struktur Organisasi
Struktur organisasi dikelompokkan menjadi Tim Pengarah, Tim Pelaksana Pusat, Operasional Provinsi dan Operasional Kabupaten / Kota yang bagan alurnya dapat dilihat pada bagan berikut:
Organisasi Pelaksanaan Lapangan
BAB
2
DEPUTI BIDANG STAT. DIST. &
JASA KABPS
SURVEI DIR. STAT. KTIP
INNAS BPS PUSAT & PROV.
PENNGAWAS PENGARAH
TINGKAT PUSAT
TEKNIS
KA.SUBDIT. STAT.PARIWISATA
METODOLOGI
DIR. STAT. PMSS
KA.BPS PROVINSI
TEKNIS KA.BID STAT. DIST.PROV
PENGOLAHAN DOK S
KABID IPDS
DEPUTI BIDANG METOD. & INFO.
PENANGGUNG JAWAB
SURVEI
KASI DIST BPSKAB / KOTA
PENGARAH TINGKAT
DAERAH
PENANGGUNG JAWAB
PENGOLAHAN
DIR. SIS
PENGOLAHAN LISTING
KASI IPDS BPSKAB / KOTA
(11)
8 2.2. Arus Dokumen dan Perlengkapan Petugas
BPS RI
1.2. VKBP15-DSBS VKBP15-DSPH3. VKBP15-KSPH 4. VKBP15-DSPR 5. VKBP15-KSPR 6. VKBP15-DSRS 7. VKBP15-KSRS 8. VKBP15-DSPC 9. VKBP15-KSPC 10. VKBP15-DSLP 11. VKBP15-DSBS 12. VKBP15-KSIBS 13. VKBP15-L 14. VKBP15-DS 15. VKBP15-SHPM 16. VKBP15-SIND 17. VKBP15-SRS 18. VKBP15-SLP
19. Buku Pedoman
20. Perlengkapan Petugas
BPS PROVINSI 1. VKBP15-DSBS 2. VKBP15-DSPH 3. VKBP15-KSPH 4. VKBP15-DSPR 5. VKBP15-KSPR 6. VKBP15-DSRS 7. VKBP15-KSRS 8. VKBP15-DSPC 9. VKBP15-KSPC 10. VKBP15-DSLP 11. VKBP15-DSBS 12. VKBP15-KSIBS 13. VKBP15-L 14. VKBP15-DS 15. VKBP15-SHPM 16. VKBP15-SIND 17. VKBP15-SRS 18. VKBP15-SLP
19. Buku Pedoman
20. Perlengkapan Petugas
1. VKBP15-DSBS 2. VKBP15-DSPH 3. VKBP15-DSPR 4. VKBP15-DSPRS 5. VKBP15-DSPC 6. VKBP15-DSLP 7. VKBP15-DSIBS 8. VKBP15-DS 9. VKBP15-SHPM 10. VKBP15-SIND 11. VKBP15-SRS 12. VKBP15-SLP BPS KAB/KOTA 1. VKBP15-DSBS 2. VKBP15-DSPH 3. VKBP15-KSPH 4. VKBP15-DSPR 5. VKBP15-KSPR 6. VKBP15-DSRS 7. VKBP15-KSRS 8. VKBP15-DSPC 9. VKBP15-KSPC 10. VKBP15-DSLP 11. VKBP15-DSIBS 12. VKBP15-KSIBS 13.VKBP15-L 14.VKBP15-DS 15.VKBP15-SHPM 16.VKBP15-SIND 17.VKBP15-SRS 18.VKBP15-SLP
19.Buku Pedoman
20.Perlengkapan Petugas
21.Peta WB
1. VKBP15-DSPH 2. VKBP15-KSPH 3. VKBP15-DSPR 4. VKBP15-KSPR 5. VKBP15-DSRS 6. VKBP15-KSRS 7. VKBP15-DSPC 8. VKBP15-KSPC 9. VKBP15-DSLP 10. VKBP15-DSIBS 11. VKBP15-KSIBS 12. VKBP15-DS 13. VKBP15-SHPM 14. VKBP15-SIND 15. VKBP15-SRS 16. VKBP15-SLP
17. Peta WB
PENGAWAS 1.2. VKBP15-DSBS VKBP15-DSPH
3. VKBP15-KSPH 4. VKBP15-DSPR 5. VKBP15-KSPR 6. VKBP15-DSRS 7. VKBP15-KSRS 8. VKBP15-DSPC 9. VKBP15-KSPC 10. VKBP15-DSLP 11. VKBP15-DSIBS 12. VKBP15-KSIBS 13. VKBP15-L 14. VKBP15-DS 15. VKBP15-SHPM 16. VKBP15-SIND 17. VKBP15-SRS 18. VKBP15-SLP
19. Buku Pedoman
20. Perlengkapan Petugas
21. Peta WB
1. VKBP15-DSBS 2. VKBP15-DSPH 3. VKBP15-KSPH 4. VKBP15-DSPR 5. VKBP15-KSPR 6. VKBP15-DSRS 7. VKBP15-KSRS 8. VKBP15-DSPC 9. VKBP15-KSPC 10.VKBP15-KSLP 11. VKBP15-DSIBS 12. VKBP15-KSIBS 13. VKBP15-DS 14. VKBP15-L 15. VKBP15-SHPM 16. VKBP15-SIND 17. VKBP15-SRS 18. VKBP15-SLP
19. Peta WB
PENCACAH 1.2. VKBP15-DSBS VKBP15-DSPH
3. VKBP15-KSPH 4. VKBP15-DSPR 5. VKBP15-KSPR 6. VKBP15-DSRS 7. VKBP15-KSRS 8. VKBP15-DSPC 9. VKBP15-KSPC 10. VKBP15-DSLP 11. VKBP15-DSIBS 12. VKBP15-KSIBS 13. VKBP15-L 14. VKBP15-DS 15. VKBP15-SHPM 16. VKBP15-SIND 17. VKBP15-SRS 18. VKBP15-SLP
19. Buku Pedoman
20. Perlengkapan Petugas
21. Peta WB
FILE FILE FILE FILE FILE FILE
(12)
9 2.3. Tugas Pencacah dan Pengawas
Agar pelaksanaan Survei Konsumsi Bahan Pokok tahun 2015 berhasil dengan baik, pencacah dan pengawas harus memahami tugas-tugasnya sebagai berikut:
a. Pencacah
1. Mengikuti pelatihan petugas lapangan Survei Konsumsi Bahan Pokok tahun 2015. 2. Menerima daftar responden perusahaan/usaha, daftar blok sensus terpilih, dan sketsa
peta blok sensus yang menjadi tanggung jawabnya.
3. Mengenali wilayah tugas dan bersama-sama dengan pengawas.
4. Melakukan pendaftaran (listing) seluruh bangunan dan usaha pada blok sensus terpilih yang menjadi tanggung jawabnya.
5. Memastikan bahwa tidak ada bangunan dan usaha yang terlewat pada blok sensus terpilih yang menjadi tanggung jawabnya.
6. Melakukan wawancara terhadap responden pada usaha/perusahaan/rumahtangga sampel.
7. Menjalin kerjasama dengan pengawas dan semua responden. 8. Melakukan kunjungan ulang untuk wawancara yang belum selesai.
9. Mengoreksi dan memastikan kewajaran serta kelengkapan isian untuk meyakinkan bahwa semua pertanyaan telah diajukan ke responden dan semua jawaban responden telah dicatat dengan benar.
10. Mendiskusikan masalah yang ditemui dalam pelaksanaan lapangan dengan pengawas. 11. Menyerahkan dokumen hasil pencacahan berikut dokumen pendukung lainnya,
termasuk sketsa peta blok sensus kepada pengawas.
b. Pengawas
1. Mengikuti pelatihan petugas lapangan Survei Konsumsi Bahan Pokok tahun 2015 2. Menerima wilayah tugas yang telah ditetapkan oleh BPS Kabupaten/Kota.
3. Menerima daftar perusahaan/usaha dan blok sensus untuk dicacah/dimutakhirkan. 4. Membagi tugas pencacahan (listing dan sampel) kepada setiap pencacah.
5. Bersama pencacah mengenali batas blok sensus dan alamat perusahaan/usaha terpilih yang menjadi tugasnya.
6. Menerima hasil listing blok sensus.
(13)
10
8. Mengatur kegiatan perjalanan ke lokasi dan bahan-bahan yang dibutuhkan sebelum kegiatan lapangan dimulai.
9. Mendampingi dan mengevaluasi kinerja pencacah sejak awal pelaksanaan lapangan sehingga kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi dapat dihindari sedini mungkin. 10. Membantu menyelesaikan masalah-masalah yang ditemui pencacah dalam pelaksanaan
lapangan. Khusus menyangkut konsep dan definisi, mengacu pada buku pedoman atau penegasan-penegasan yang diberikan selama pelatihan.
11. Memantau kualitas data dengan melakukan pengecekan langsung, dan mengkonfirmasi kuesioner yang telah diisi pencacah ke responden.
12. Mengumpulkan dan memeriksa kelengkapan dokumen, memeriksa kewajaran dan konsistensi isian, serta melakukan koreksi dan memberitahukan kesalahan yang dilakukan pencacah.
13. Memberitahukan lokasi tugas dari waktu ke waktu kepada BPS Kabupaten/Kota agar mudah dipantau.
14. Menjaga semangat dan kerja sama yang tinggi sesama petugas.
15. Menyerahkan seluruh dokumen hasil pencacahan termasuk sketsa peta desa dan blok sensus ke BPS Kabupaten/Kota.
(14)
11
METODOLOGI PENGUMPULAN DATA
3.1. Cakupan
Unit penelitian dalam survei ini adalah perusahaan atau usaha yang dalam kegiatannya menggunakan atau mengkonsumsi bahan pokok yang dicakup dalam survei yaitu beras, gula pasir, garam, tepung terigu, daging sapi, daging ayam, minyak goreng, cabe, bawang merah, bawang putih, jagung dan kedelai. Sedangkan menurut cakupan wilayah, survei konsumsi bahan pokok dilakukan di 260 kabupaten/kota di 34 provinsi.
Perusahaan/Usaha dalam survei ini dikelompokkan menjadi dua yaitu perusahaan menengah besar dan perusahaan/usaha mikro kecil. Perusahaan menengah besar meliputi perusahaan penyediaan akomodasi (hotel bintang), perusahaan restoran berbadan hukum, perusahaan catering, rumah sakit, lembaga pemasyarakatandan industri besar sedang (IBS). Sedangkan perusahaan/usaha kecil meliputi perusahaan/usaha penyediaan makan minum dan industri mikro kecil (IMK) pengguna bahan pokok. Adapun cakupan KBLI pada survei konsumsi bahan pokok 2015 secara lengkap tercantum pada lampiran 1.
3.2. Kerangka Sampel
Kerangka sampel yang digunakan terdiri dari 3 macam yaitu:
1. Kerangka sampel pemilihan tahap pertama adalah master kabupaten yang disertai dengan informasi jumlah usaha penyediaan akomodasi dan makan minumyang menggunakan bahan pokok tersebut, jumlah usaha jasa kesehatan, lembaga pemasyarakatan dan industri.
2. Kerangka sampel pemilihan tahap kedua adalah:
a. Usaha penyediaan akomodasi adalah direktori hotel bintang yang dilengkapi informasi kepemilikan restoran yang disertai dengan informasi kategori hotel.
b. Usaha restoran adalah direktori restoran
c. Usaha catering adalah direktori perusahaan catering d. Usaha jasa kesehatan adalah direktori rumah sakit
BAB
(15)
12
e. Lembaga pemasyarakatan adalah direktori lembaga pemasyarakatan. f. Industri Besar Sedang (IBS) adalah direktori industri besar sedang
g. Usaha penyediaan makan minum dan IMK pengguna bahan pokok adalah master BS hasil listing SE06 yang berisi muatan jumlah usaha penyediaan makan minum dan IMK.
3. Kerangka sampel pemilihan tahap ketiga yaitu daftar rumah tangga yang mengusahakan penyediaan makan minumdan IMK dalam blok sensus terpilih
3.3. Desain Sampling
Desain sampling yang diterapkan dalam Survei Konsumsi Bahan Pokok 2015 dibagi menjadi 3 tahap sebagai berikut:
1. Tahap pertama, memilih 260 kabupaten sampel. Dilakukan secara PPS dengan size banyaknya usaha penyediaan akomodasi dan makan minum, dan industri dalam tiap kabupaten.
2. Tahap kedua, dikelompokkan menjadi dua:
a. Untuk lembaga pemasyarakatan, usaha penyedia akomodasi, restoran, rumah sakit, catering dan IBS dilakukan pemilihan sampel secara sistematik pada kabupaten/kota tertentu.
b. Untuk usaha penyediaan makan minum dan IMK pengguna bahan pokok, tahap kedua adalah pemilihan blok sensus dengan cara PPS dengan size banyaknya usaha penyediaan makan minum dan IMK pada tiap blok sensus.
3. Tahap ketiga, memilih rumah tangga usaha penyediaan makan minum dan IMK pengguna bahan pokok hasil listing pada BS terpilih dengan cara sistematik sampling.
Alokasi sampel usaha rumah tangga penyediaan makan minum dan IMK pengguna bahan pokok dalam tiap blok dilakukan di BPS RI setelah proses pendaftaran rumah tangga/usaha selesai dilakukan. Alokasi dilakukan secara terpusat dengan melihat distribusi usaha/perusahaan menurut komoditas yang dikonsumsi hasil pendaftaran rumah tangga untuk menghasilkan estimasi konsumsi bahan pokok menurut jenis komoditas tersebut.
3.4. Stratifikasi Blok Sensus
Tujuan dilakukannya stratifikasi blok sensus adalah untuk mengelompokkan blok sensus menjadi kelompok-kelompok berdasarkan jumlah relatif usaha penyedia makan minum dan
(16)
13
industri mikro kecil pengguna bahan pokok menurut jenis kategorinya. Untuk setiap jenis usaha pengguna bahan pokok, strata konsentrasi yang bersesuaian dengan jenis kategorinya adalah sekelompok blok sensus dengan komposisi jenis usaha yang dominan (menonjol). Stratifikasi blok sensus dilakukan pada level provinsi.
Notasi Dasar
Untuk memudahkan pemahaman terhadap proses stratifikasi blok sensus yang akan dilakukan, berikut ini disajikan notasi-notasi yang digunakan:
h : menyatakan blok sensus (h= 1, 2, …, k)
i : menyatakan kategori (i = 1, 2)
1 : Usaha penyediaan makan minum,
2 : Usaha industri mikro kecil pengguna bahan pokok
Nhi : banyaknya usaha pengguna bahan pokok dengan kategori i dalam blok sensus h. Ai : jumlah blok sensus yang paling sedikit memuat satu usaha pengguna bahan pokok
dengan kategori i.
N.i : jumlah usaha pengguna bahan pokok dengan kategori -i.
Proses Stratifikasi
Proses stratifikasi blok sensus dilakukan dengan tahapan seperti berikut:
1) JikaNhi=0 untuk semua i, maka blok sensus tersebut langsung digolongkan sebagai strata
non usaha
2) Hitung rata-rata banyaknya usaha pengguna bahan pokok kategori-ipada blok sensus usaha dengan rumus:
i i i
A N B . .
3) Menghitung indeks konsentrasi pada setiap blok sensus untuk usaha kategorii dengan rumus:
i hi hi
B N
I .
4) Membuat peringkat dari Ihi diantara seluruh Ihi (i = 1, 2) untuk seluruh blok sensus seperti
berikut:
Rhi = 1 untuk nilai Ihi terbesar pertama Rhi = 2 untuk nilai Ihi terbesar kedua
…. dst.
(17)
14
5) Definisikan R1h = i (peringkat pertama blok sensus h) bersesuaian dengan kategori
penyediaan makan minum untuk Rhi=1 dalam blok sensus h, dan R1h = 0 jika N.h=0
6) Definisikan R2h = i(peringkat kedua blok sensus h) bersesuaian dengan kategori IMK
pengguna bahan pokok untuk Rhi=2 dalam blok sensus h, dan R2h = 0 jika N.h=0
7) Definisikan strata/substrata berdasarkan kombinasi dari R1h dan R2h.
Untuk lebih jelasnya, proses pembentukan blok sensus konsentrasi menurut usaha penyediaan makan minum dan IMK pengguna bahan pokok sesuai kategori secara skematis dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Skema Pembentukan Blok Sensus Konsentrasi
BS
Jumlah Usaha (i=1,2)
Indeks
Konsentrasi (Ihi) R1h R2h Strata
1 2 1 2
1 2 …
h Nh1 Nh2 Ih1 Ih2
…
K
N.i N.1 ….
Ai A1 ….
Bi B1 ….
Contoh :
R1h= 1 dan R2h= 0, adalah kelompok blok sensus yang hanya mengandung jenis usaha
penyediaan makan minum saja.
R1h= 1 dan R2h= 2, adalah kelompok blok sensus yang peringkat pertama dari pada indeks
konsentrasi terdapat pada jenis usaha penyediaan makan minum, sedangkan peringkat keduanya terdapat pada jenis usaha IMK pengguna bahan pokok.
Evaluasi
Proses stratifikasi yang telah dilakukan dengan prosedur yang tercantum diatas akan menghasilkan stratifikasi blok sensus awal yang harus dievaluasi sehingga menghasilkan kelompok-kelompok blok sensus yang lebih masuk akal. Prosedur evaluasi terhadap hasil stratifikasi awal adalah sebagai berikut:
(18)
15
1) Untuk simplifikasi notasi dalam evaluasi terhadap hasil awal stratifikasi maka dilakukan perubahan notasi.
k : blok sensus
j : peringkat pertama indeks konsentrasi usahadengan kategori –j(j=1, 2)
j‟ : peringkat kedua indeks konsentrasi usaha dengan kategori -j‟ (j‟= 0, 1, 2)
Untuk j‟=0 berarti blok sensus tersebut hanya memuat salah satu jenis kategori saja.
j j j k
N ( , ') : jumlah usaha pengguna bahan pokok dengan kategori j dalam substrata (j,j‟)
j j
N : rata-rata banyaknya usaha pengguna bahan pokok dengan kategori -j dalam strata j
2) Prosedur Evaluasi Untuk j‟=0
Bila Nkj(j,j') Njj, maka j=3, artinya blok sensus k digolongkan dalam strata non konsentrasi usaha.
Untuk j‟0
Bila Nkj(j,j')Njjdan Nkj('j,j')Njj'', maka j=j
Bila Nkj(j,j')<Njjdan Nkj('j,j')Njj'', maka j =j‟
Bila Nkj(j,j')<Njjdan Nkj('j,j')<Njj'', maka j=3
3) Berdasarkan hasil evaluasi, selanjutnya setiap satu blok sensus hanya dikelaskan ke dalam salah satu kelas, yaitu:
a) Penyediaan makan minum b) IMK pengguna bahan pokok
c) Blok Sensus Non Konsentrasi Usaha. 3.5. Jumlah Sampel
Alokasi sampel kabupaten menurut provinsi menggunakan cara compromise allocation. Formula alokasi yang digunakan adalah sebagai berikut:
dengan
= compromise allocation
= equal allocation
= proportional allocation
(19)
16
Distribusi sampel menurut provinsi dan kabupaten terpilih ditampilkan dalam lampiran 2, dan 3. Sedangkan alokasi usaha menurut jenis komoditas secara nasional, provinsi, maupun kabupaten dilakukan secara proporsional dengan mempertimbangkan distribusi usaha hasil listing. Sehingga proses alokasi menunggu hasil listing pada seluruh blok sensus selesai dilakukan.
3.6. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dari perusahaan/usaha/pengusaha terpilih dilakukan melalui wawancara tatap muka antara pencacah dengan responden. Untuk perusahaan-perusahaan yang relatif besar, pengumpulan data bisa dilakukan lebih dari satu kali kunjungan.
Untuk mencacah usaha/perusahaan penyediaan makan minum dan IMK pengguna bahan pokok, sesuai dengan desainnya maka terlebih dahulu dilakukan listing pada blok sensus terpilih. Listing dilakukan pada rumah tangga sebagai pendekatan untuk mendapatkan usaha/perusahaan penyediaan makan minum dan IMK pengguna bahan pokok dengan menggunakan Daftar VKBP15-L.
3.7. Daftar Sampel
Daftar sampel pada survei konsumsi bahan pokok dibagi menjadi dua yaitu:
a. Daftar Sampel perusahaan (VKBP15-DSPH, VKBP15-DSPR, VKBP15-DSPC, VKBP15-DSLP, VKBP15-DSRS, VKBP15-DSIBS)
Daftar Sampel perusahaan adalah daftar yang memuat nama sampel perusahaan menengah besar.Daftar Sampel Perusahaan terdiri dari :
a. VKBP15-DSPH adalah daftar sampel perusahaan yang memuat sampel perusahaan jasa akomodasi yang memiliki restoran
b. VKBP15-DSPR adalah daftar sampel perusahaan yang memuat sampel perusahaan restoran menengah besar
c. VKBP15-DSPC adalah daftar sampel perusahaan yang memuat sampel perusahaan catering
d. VKBP15-DSLP adalah daftar sampel lembaga pemasyarakatan e. VKBP15-DSRS adalah daftar sampel rumah sakit
f. VKBP15-DSIBS adalah daftar sampel industri besar sedang
Rincian yang terdapat dalam Daftar sampel perusahaan adalah sebagai berikut: 1. Rincian Provinsi, yang tercantum pada rincian ini adalah kode dan nama provinsi 2. Rincian kabupaten/Kota, yang tercantum pada rincian ini adalah kode dan nama
(20)
17 kabupaten/kota.
3. Kolom (1): Nomor, yang tercantum pada kolom ini adalah nomor urut. 4. Kolom (2) : Kecamatan, berisi kode dan nama kecamatan terpilih 5. Kolom (3) : Kelurahan, berisi kode dan nama desa/kelurahan terpilih
6. Kolom (4) : Nomor urut Perusahaan, yang tercantum pada kolom ini adalah nomor urut perusahaan/usaha yang terdapat pada kerangka sampel dalam suatu kabupaten/kota.
7. Kolom (5) : Nama Lengkap Perusahaan/Usaha, yang tercantum pada kolom ini adalah nama perusahaan/usaha yang terpilih sebagai sampel.
8. Kolom (6) : Alamat, yang tercantum pada kolom ini adalah alamat dari perusahaan/usaha yang terpilih sebagai sampel
9. Kolom (7) : Kegiatan utama, yang tercantum pada kolom ini adalah kegiatan utama perusahaan/usaha yang terpilih sebagai sampel
10.Kolom (8) : KBLI – Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia, merupakan KBLI dari kegiatan utama (KBLI 2009)
11.Kolom (9) : Hasil Pencacahan, kolom ini berisi kode kondisi hasil pencacahan perusahaan/usaha, yaitu:
1 : ditemukan dan usahanya tetap
2 : ditemukan dan usahanya berubah masih dalam cakupan KBLI 3 : ditemukan dan usahanya berubah diluar cakupan KBLI 4 : pindah dan tidak dapat ditelusuri
5: tutup
6: tidak ditemukan
7: double/ganda
8: baru
b. Daftar Sampel Blok Sensus (VKBP15-DSBS)
Daftar sampel BS memuat blok sensus yang terpilih sebagai sampel di kabupaten/kota terpilih. VKBP15-DSBS digunakan sebagai dasar pendaftaran bangunan dan rumah tangga (listing) pada blok sensus terpilih. Rincian yang terdapat dalam VKBP15-DSBS antara lain sebagai berikut:
1. Rincian Provinsi, berisi kode dan nama provinsi terpilih
2. Rincian Kabupaten/Kota, berisi kode dan nama kabupaten/kota terpilih 3. Kolom (1) Kecamatan, berisi kode dan nama kecamatan terpilih
(21)
18
4. Kolom (2) Kode desa/kelurahan, berisi kode dan nama desa terpilih dalam setiap kecamatan dan kabupaten terpilih
5. Kolom (3) Nomor blok sensus terpilih (NBS)
6. Kolom (4) Nomor kode sampel (NKS), terdiri dari 5 digit angka. Digit 1 merupakan kode strata BS yaitu:
1: strata konsentrasi usaha penyediaan makan minum 2: strata konsentrasi usaha IMK
3: strata non konsentrasi
Digit 2-5 merupakan kategori wilayah desa/kelurahan, yaitu: 0001-4999 NKS daerah perdesaan
5000-9999 NKS daerah perkotaan
7. Kolom (5) Jumlah usaha penyedia makan minum hasil SE 2006, berisi jumlah usaha penyediaan makan minum hasil Sensus Ekonomi pada blok sensus tersebut
8. Kolom (6) Jumlah usaha IMK hasil SE 2006, berisi jumlah usaha IMK hasil Sensus Ekonomi pada blok sensus tersebut
9. Kolom (7) Jumlah Usaha Penyedia makan minum Hasil Listing, berisi jumlah usaha hasil listing Survei Konsumsi Bahan Pokokuntuk usaha penyedia makan minum pada blok tersebut, dan diisikan oleh pengawas setelah listing dalam setiap BS terpilih selesai dilaksanakan
10.Kolom (8) Jumlah Usaha IMK Hasil Listing, berisi jumlah usaha hasil listing Survei Konsumsi Bahan Pokok untuk IMK pada blok tersebut, dan diisikan oleh pengawas setelah listing dalam setiap BS terpilih selesai dilaksanakan
(22)
19
c. Daftar Sampel Rumah Tangga/Usaha (VKBP15-DS)
Daftar sampel rumah tangga/usaha dibuat di BPS RI setelah penarikan sampel usaha rumah tangga selesai dilakukan. Daftar Sampel Rumah Tangga (VKBP15-DS) adalah daftar yang memuat nama sampel rumah tangga terpilih sebagai pendekatan dari usaha/perusahaan baik untuk usaha penyediaan makan minum dan IMK pengguna bahan pokok. Rincian yang terdapat dalam Daftar rumah tangga adalah sebagai berikut:
BLOK I. PENGENALAN TEMPAT, Berisi rincian Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, Desa/Kelurahan, nomor blok sensus dan nomor kode sampel
BLOK II. REKAPITULASI PENCACAHAN, Blok ini berisi rekapitulasi hasil pencacahan, yaitu jumlah target pencacahan, realisasi pencacahan, usaha yang tidak berhasil dicacah, menurut alasannya (pindah keluar blok sensus, tidak ditemukan, tidak dapat diwawancarai sampai batas waktu pencacahan, dan tutup/ganti usaha).
BLOK III. KETERANGAN PETUGAS, Blok ini berisi keterangan petugas yaitu nama, jabatan, tanggal pelaksanaan pencacahan/pengawasan, serta tanda tangan dari petugas pencacah/pengawas.
BLOK IV. CATATAN
BLOK V. KETERANGAN RUMAH TANGGA/USAHA TERPILIH Berisi keterangan tentang rumah tangga/usaha terpilih, yaitu
Kolom (1) NUS (nomor urut sampel) usaha penyediaan makan minum Kolom (2) NUS (nomor urut sampel) usaha IMK
Kolom (3)-(6) Nomor urut segmen, bangunan fisik, bangunan sensus dan nomor urut rumah tangga/usaha
Kolom (7) Nama kepala rumah tangga
Kolom (8) Nama perusahaan/usaha atau nama pengusaha/pemilik usaha/anggota rumah tangga yang berusaha pada sektor penyediaan makan minum
Kolom (9) Nama perusahaan/usaha atau nama pengusaha/pemilik usaha/anggota rumah tangga yang berusaha pada usaha IMK
Kolom (10) Alamat Lengkap, yaitu alamat lengkap rumah tangga/
Kolom (11) Keterangan hasil pencacahan, berisi dua kode yaitu kode 1=ya berhasil dicacahdan kode 0= tidak
(23)
20 Pemilihan kabupaten/kota dalam tiap provinsi
Pemilihan Blok Sensus dalam kabupaten/kota terpilih VKBP15.DSBS Listing Bangunan dan Rumah Tangga VKBP15.DS Cacah dengan kuesioner VKBP15-SHPM
Terpilih 260 Kabupaten/Kota Alokasi kabupaten dengan Compromise Allocation Dibentuk berdasarkan kerangka sampel tiap kabupaten PENCACAH PENCACAH PENCACAH BPS RI Direktori restoran menurut kabupaten Pemilihan Sampel secara sistematik VKBP15.DSPR Cacah dengan VKBP15-SHPM Direktori rumah sakit menurut kabupaten Pemilihan Sampel secara sistematik VKBP15.DSRS Cacah VKBP15-SRS Pemilihan Sampel secara sistematik VKBP15.DSPC Cacah VKBP15-SHPM Direktori hotel dan penyediaan akomodasi menurut kabupaten VKBP15.DSPH Cacah VKBP15-SHPM Pemilihan Sampel secara sistematik Direktori catering menurut kabupaten Sensus VKBP15.DSLP Cacah VKBP15-SLP Direktori lembaga pemasyarakatan menurut kabupaten Pengolahan hasil listing bangunan dan rumah tangga BPS Kab/Kota Pengiriman hasil pengolahan ke BPS RI Pengiriman VKBP15.DS ke BPS Prov Pengiriman
VKBP15.DS ke BPS Kab/Kota
Direktori Industri Besar Sedang menurut kabupaten VKBP15.DSIBS Cacah VKBP15-SINDO Pemilihan Sampel secara sistematik Stratifikasi Blok Sensus Pemilihan Sampel Usaha Rumah Tangga Penyedia Makan Minum Alokasi Sampel Usaha Rumah Tangga Penyedia Makan Minum Pemilihan Sampel Usaha IMK Pengguna Bahan Pokok Alokasi Sampel Usaha IMK Pengguna Bahan Pokok BPS RI Cacah dengan kuesioner VKBP15-SINDO Usaha penyediaan makan minum IMK
Pemilihan sampel BS dengan PPS dengan size banyaknya usaha penyediaan makan minum dan IMK Pengiriman hasil pengolahan ke BPS Provinsi BPS Provinsi 3.8 Skema Pembentukan Sampel
(24)
21
TATA CARA PENGISIAN DAFTAR VKBP15-L
4.1. Tata Tertib Pengisian Daftar
a. Semua pengisian daftar ini harus menggunakan pensil hitam.
b. Isian harus ditulis dengan jelas dan mudah dibaca. Penulisan menggunakan huruf kapital (balok), tidak boleh disingkat, kecuali singkatan yang sudah umum. Angka harus ditulis dengan angka biasa (bukan angka romawi).
c. Perhatikan instruksi/rambu-rambu tata cara pengisian di setiap pertanyaan. d. Pengisian daftar menggunakan beberapa cara:
1. Mengisi keterangan/jawaban pada tempat yang tersedia;
2. Penulisan angka ke dalam kotak mengikuti kaidah penuh tepi kanan (right
justified).
4.2. Tata Cara Pengisian Daftar VKBP15-L
Pendaftaran perusahaan/usaha merupakan salah satu dari kegiatan pendahuluan dari Survei Konsumsi Bahan Pokok Tahun 2015. Pendaftaran ini dilakukan untuk mendaftar usaha/ perusahaan yang terdapat pada blok sensus. Daftar VKBP15-L adalah daftar yang digunakan untuk mencatat seluruh bangunan dan rumah tangga yang berada pada blok sensus terpilih beserta keterangan lainnya. Pendaftaran perusahaan/usaha dilakukan pada bangunan tempat usaha dimana usaha tersebut berada. Sedangkan pendaftaran rumah tangga dilakukan pada bangunan rumah tinggal atau bangunan campuran. Dalam melakukan pendaftaran perusahaan/ usaha, petugas akan dibekali dengan peta blok sensus hasil SE2006/ST2003/SP2000 yang menjadi wilayah tugasnya.
Pendaftaran perusahaan/usaha di setiap blok sensus dilakukan dengan dua pendekatan yaitu pendekatan bangunan tempat usaha dan pendekatan rumah tangga. Pendekatan bangunan tempat usaha adalah pendekatan pada bangunan untuk usaha maupun bangunan campuran. Usaha yang dicakup pada daftar VKBP15-L ini meliputi industri manufaktur tertentu, restoran/ rumah makan, katering, warung makan, kedai makan, kedai minum/ kedai obat tradisional, dan caféyang terdapat pada blok sensus terpilih. Sedangkan pendekatan rumah tangga adalah untuk
BAB
(25)
22
mendapatkan daftar usaha penyedia makan dan minum yang dilakukan oleh anggota rumah tangga pada tempat tidak tetap seperti penyedia makan dan minum keliling.
Daftar VKBP15-L terdiri dari empat blok, yaitu: Blok I. Pengenalan Tempat
Blok II.a. Rekapitulasi Jenis Usaha
Blok II.b. Rekapitulasi Usaha Penggunaan Bahan Pokok Blok III. Keterangan Petugas
Blok IV. Pendaftaran Usaha Rumah Tangga
BLOK I : PENGENALAN TEMPAT
Tuliskan nama dan kode Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, Desa/Kelurahan, Nomor Blok Sensus dan Nomor Kode Sampel (NKS). Pengisian keterangan dan kode pada blok ini (Rincian 1 s.d 6) disalin dari Daftar Sampel Blok Sensus (VKBP15-DSBS).
BLOK II.a : REKAPITULASI JENIS USAHA
Blok ini diisi setelah pendaftaran bangunan baik untuk usahamaupun rumah tangga dalam blok sensus terpilih selesai dilakukan. Isian Blok II.a disalin dari halaman terakhir Blok IV yang terisi. Sebelum mengisi Blok II.a, petugas harus yakin bahwa isian Blok IV telah diperiksa dengan cermat terutama konsistensi penjumlahan angka dan tanda check (“√”) antara Blok IV baris A s.d C [kolom (9) dan kolom (14) s.d (22)].
Blok II.a terdiri dari :
1. Penyedia Makan Minum Keliling.
Untuk mengisi rincian ini disalin dari Blok IV kolom (9) baris C “Jumlah angka atau tanda
“√” kumulatif s.d halaman ini (A+B)” pada halaman terakhir yang terisi.
2. Industri Manufaktur dengan TK < 20
Untuk mengisi rincian ini disalin dari Blok IV kolom (14) baris C “Jumlah angka atau
tanda “√” kumulatif s.d halaman ini (A+B)” pada halaman terakhir yang terisi.
3. Industri Manufaktur dengan TK ≥ 20
Untuk mengisi rincian ini disalin dari Blok IV kolom (15) baris C “Jumlah angka atau
tanda “√” kumulatif s.d halaman ini (A+B)” pada halaman terakhir yang terisi.
BLOK II. REKAPITULASI diisi setelah selesai melakukan listing satu Blok Sensus dan dipastikan tidak ada yang terlewat dan tercacah ganda.
(26)
23 4. Restoran/Rumah Makan
Untuk mengisi rincian ini disalin dari Blok IV kolom (17) baris C “Jumlah angka atau
tanda “√” kumulatif s.d halaman ini (A+B)” pada halaman terakhir yang terisi.
5. Jasa Boga/Catering
Untuk mengisi rincian ini disalin dari Blok IV kolom (18) baris C “Jumlah angka atau
tanda “√” kumulatif s.d halaman ini (A+B)” pada halaman terakhir yang terisi.
6. Warung Makan
Untuk mengisi rincian ini disalin dari Blok IV kolom (19) baris C “Jumlah angka atau
tanda “√” kumulatif s.d halaman ini (A+B)” pada halaman terakhir yang terisi.
7. Kedai Makan
Untuk mengisi rincian ini disalin dari Blok IV kolom (20) baris C “Jumlah angka atau
tanda “√” kumulatif s.d halaman ini (A+B)” pada halaman terakhir yang terisi.
8. Kedai Minum
Untuk mengisi rincian ini disalin dari Blok IV kolom (21) baris C “Jumlah angka atau
tanda “√” kumulatif s.d halaman ini (A+B)” pada halaman terakhir yang terisi.
9. Café / Rumah Minum
Untuk mengisi rincian ini disalin dari Blok IV kolom (22) baris C “Jumlah angka atau
tanda “√” kumulatif s.d halaman ini (A+B)” pada halaman terakhir yang terisi.
10. Jumlah
Rincian ini merupakan penjumlahan dari rincian 1 s.d 9.
BLOK II.b : REKAPITULASIUSAHA PENGGUNA BAHAN POKOK
Seperti halnya blok II.a, blok ini diisi setelah pendaftaran bangunan dan rumah tangga dalam blok sensus terpilih selesai dilakukan. Isian Blok II.b disalin dari halaman terakhir Blok IV yang terisi. Sebelum mengisi Blok II.b, petugas harus yakin bahwa isian Blok IV telah diperiksa dengan cermat terutama konsistensi penjumlahan tanda check (√) antara baris A, B, dan C pada Blok IV di masing-masing kolom tertentu [Kolom (23) s.d kolom (34)].
Jumlah Usaha/Perusahaan Penggunaan Bahan Pokok berikut :
[jumlah tanda check (√) pada masing-masing kolom di Blok IV kolom (23) s.d kolom (34)] 1. Beras
Untuk mengisi kolom ini disalin dari Blok IV kolom (23) baris C “Jumlah angka atau tanda
“√” kumulatif s.d halaman ini (A+B)” pada halaman terakhir yang terisi.
2. Jagung
Untuk mengisi kolom ini disalin dari Blok IV kolom (24) baris C “Jumlah angka atau tanda
(27)
24 3. Kacang Kedelai
Untuk mengisi kolom ini disalin dari Blok IV kolom (25) baris C “Jumlah angka atau tanda
“√” kumulatif s.d halaman ini (A+B)”pada halaman terakhir yang terisi.
4. Daging Sapi
Untuk mengisi kolom ini disalin dari Blok IV kolom (26) baris C “Jumlah angka atau tanda
“√” kumulatif s.d halaman ini (A+B)” pada halaman terakhir yang terisi.
5. Daging Ayam
Untuk mengisi kolom ini disalin dari Blok IV kolom (27) baris C “Jumlah angka atau tanda
“√” kumulatif s.d halaman ini (A+B)”pada halaman terakhir yang terisi.
6. Bawang Merah
Untuk mengisi kolom ini disalin dari Blok IV kolom (28) baris C “Jumlah angka atau tanda
“√” kumulatif s.d halaman ini (A+B)”pada halaman terakhir yang terisi.
7. Bawang Putih
Untuk mengisi kolom ini disalin dari Blok IV kolom (29) baris C “Jumlah angka atau tanda
“√” kumulatif s.d halaman ini (A+B)”pada halaman terakhir yang terisi.
8. Cabe
Untuk mengisi kolom ini disalin dari Blok IV kolom (30) baris C “Jumlah angka atau tanda
“√” kumulatif s.d halaman ini (A+B)”halaman terakhir yang terisi.
9. Tepung Terigu
Untuk mengisi kolom ini disalin dari Blok IV kolom (31) baris C “Jumlah angka atau tanda
“√” kumulatif s.d halaman ini (A+B)”pada halaman terakhir yang terisi.
10. Minyak Goreng
Untuk mengisi kolom ini disalin dari Blok IV kolom (32) baris C “Jumlah angka atau tanda
“√” kumulatif s.d halaman ini (A+B)”pada halaman terakhir yang terisi.
11. Gula Pasir
Untuk mengisi kolom ini disalin dari Blok IV kolom (33) baris C “Jumlah angka atau tanda
“√” kumulatif s.d halaman ini (A+B)”pada halaman terakhir yang terisi.
12. Garam
Untuk mengisi kolom ini disalin dari Blok IV kolom (34) baris C “Jumlah angka atau tanda
“√” kumulatif s.d halaman ini (A+B)”pada halaman terakhir yang terisi.
BLOK III : KETERANGAN PETUGAS
Blok ini dimaksudkan sebagai pertanggungjawaban petugas, baik yang melakukan pendaftaran, maupun pengawas. Tuliskan nama petugas, tanggal dimulainya pendaftaran/pegawasan atau pemeriksaan, serta tanda tangan dari petugas pendaftar dan pengawas.
(28)
25
BLOK IV : PENDAFTARAN USAHA/RUMAH TANGGA
Blok ini digunakan untuk mendaftar semua bangunan, baik untuk usaha maupun rumah tangga. Dalam pengisian Blok IV ini dilakukan baris demi baris, mulai dari baris (1) sampai dengan baris terakhir. Masing-masing baris terdiri dari beberapa kolom. Lakukan pengisian untuk masing-masing kolom, dari kolom (1) sampai dengan kolom (35) sesuai dengan kondisi yang terjadi.
Kolom (1): Nomor Segmen
Tuliskan nomor urut segmen, yang disalin dari sketsa peta blok sensus SE 2006. Segmen adalah bagian dari Blok Sensus yang mempunyai batas jelas (alam/ buatan) seperti: rel kereta api, jalan/gang/lorong atau sungai/kali.
Blok Sensus (BS) adalah bagian dari satu wilayah desa/kelurahan yang merupakan daerah kerja dari seorang pencacah.
Kolom (2): Nomor Bangunan Fisik
Tuliskan nomor urut bangunan fisik, dimulai dari nomor urut 1 (satu) sampai dengan nomor urut terakhir dalam satu blok sensus.
Bangunan Fisik adalah tempat perlindungan baik permanen maupun tidak permanen pada tempat tetap yang mempunyai atap, lantai, dan dinding.
Penjelasan:
a. Bangunan fisik merupakanbangunan yang dapat digunakan sebagai tempat tinggal atau bukan tempat tinggal.
b. Bangunan yang bukan digunakan untuk tempat tinggal dan bukan digunakan untuk tempat kegiatan ekonomi/usaha, namun memiliki luas paling sedikit 10M2, dianggap sebagai bangunan fisik tersendiri.
c. Tempat kegiatan usaha yang mempunyai roda, (seperti gerobak rokok) namun tidak dipindah-pindahkan, dalam survei ini dikategorikan sebagai bangunan fisik/sensus.
Kolom (3): Nomor Bangunan Sensus
Tuliskan nomor urut bangunan sensus, dimulai dari nomor urut 1 (satu) pada bangunan sensus pertama di bangunan fisik pertama dan berlanjut sampai nomor urut terakhir pada bangunan sensus terakhir di bangunan fisik terakhir dalam satu blok sensus.
Bangunan Sensus adalah sebagian atau seluruh bangunan fisik yang mempunyai pintu keluar/masuk tersendiri dalam satu kesatuan fungsi/penggunaan. Termasuk
(29)
26
seluruh/sebagian bangunan fisik yang tidak mempunyai dinding tetapi untuk usaha.
Kolom (4): Penggunaan Bangunan Sensus (tuliskan kode) :
Tuliskan salah satu kode 1, 2 atau 3 pada kolom (4) sesuai dengan kegunaan dari bangunan sensus tersebut.
Kode 1 : Tempat Tinggal
Bangunan Sensus Tempat Tinggal/Rumah adalah bangunan sensus yang digunakan hanya untuk tempat tinggal oleh rumah tangga biasa maupun khusus.
Kode 2 : Campuran
Bangunan Sensus Campuran adalah bangunan sensus yang sebagian digunakan untuk tempat tinggal dan sebagian lagi digunakan untuk keperluan lain. Misalnya: Rumah Kantor (Rukan), Rumah Toko (Ruko), Industri Rumah Tangga, dan sejenisnya.
Kode 3 : Bukan Tempat Tinggal
Bangunan Sensus Bukan Tempat Tinggal adalah bangunan sensus yang seluruhnya tidak digunakan untuk tempat tinggal. Misalnya: kantor, toko, pabrik, masjid, gereja, sekolah dan lain sebagainya.
Contoh:
a. Bangunan sensus yang digunakan sebagai tempat tinggal/rumah saja tanpa ada usaha, maka isian kolom (4) adalah kode 1 yaitu Bangunan Sensus Tempat Tinggal.
b. Bangunan sensus yang digunakan sebagai tempat usaha, dan pemiliknya tinggal di bangunan tersebut yang tidak mempunyai pintu keluar-masuk sendiri,misalnya
Bangunan-bangunan bukan tempat tinggal dalam satu kompleks seperti perkantoran, pabrik dan sekolah, meskipun setiap ruangan mempunyai pintu keluar masuk tersendiri, dalam listing didaftar sebagai satu bangunan fisik dan satu bangunan sensus.
Penulisan nama rumahtangga pada bangunan sensus campuran harus pada baris yang terpisah dengan penggunaan untuk
(30)
27
penjual nasi uduk di rumah, maka isian kolom (4) adalah kode 2 yaitu Bangunan Sensus Campuran.
c. Bangunan sensus yang tidak digunakan sebagai tempat usaha dan tidak ada rumah tangga di bangunan tersebut,misalnya gedungsekolah, maka isian pada kolom (4) adalah kode 3yaitu Bangunan Sensus Bukan Tempat Tinggal.
Kolom (5): Nomor Urut Usaha/Rumah Tangga
Tuliskan nomor urut usaha/rumah tangga mulai dari nomor 1 (satu) sampai dengan nomor urut terakhir yang ada dalam satu blok sensus terpilih.
Nomor urut hanya diberikan kepada: a. Rumah Tangga
b. Perusahaan/usaha
Kolom (6): Nama Usaha/Kepala Rumah Tangga
Tuliskan nama perusahaan/usaha atau nama kepala rumah tangga atau kegunaan dari bangunan sensus.
Kepala rumah tangga(KRT) adalah salah seorang dari ART yang bertanggung jawab atas pemenuhan kebutuhan sehari-hari di rumah tangga atau orang yang dituakan atau dianggap/ditunjuk sebagai KRT.
Apabila ditemukan perusahaan/usaha tidak mempunyai nama, maka tuliskan jenis usaha yang terdapat di bangunan tersebut diikuti nama pengelolanya.
Contoh pengisian/penulisan di kolom (6):
a. Warteg Pak Dullah (warung tegal milik Pak Sadullah) b. Toko Sembako Mariam
c. Masjid Nurul Iman d. Aneka Tambang, PT
Penjelasan:
- KRT yang mempunyai tempat tinggal lebih dari satu, hanya dicatat di salah satu tempat tinggalnya di mana ia berada paling lama.
- KRT yang mempunyai kegiatan/usaha di tempat lain dan pulang ke rumah istri dan anak-anaknya secara berkala (setiap minggu, setiap bulan, setiap 3 Pemberian nomor urut harus berurutan mulai dari nomor urut terkecil sampai ke nomor
(31)
28
bulan, asalkan masih kurang dari 6 bulan), tetap dicatat sebagai kepala rumah tangga (KRT) di rumah istri dan anak-anaknya.
- Khusus untuk KRT yang berprofesi sebagai penyedia makan minum keliling namun tinggal ditempat terpisah dengan keluarganya dan pulang ke rumah istri dan anak-anaknya secara berkala (setiap minggu, setiap bulan, setiap 3 bulan, asalkan masih kurang dari 6 bulan), maka perlakukannya adalah:
a) Di rumah istri dan keluarganya, KRT tersebut dicatat sebagai KRT dari rumah tangga tersebut, namun usahanya tidak dicatat pada Daftar VKBP15-L, jika berada dalam blok sensus terpilih.
b) Di tempat tinggal untuk usaha yang terpisah dengan keluarganya, maka usaha penyedia makan minum keliling tersebut akan dicatat pada Daftar VKBP15-L, jika berada dalam blok sensus terpilih.
- KRT yang berprofesi sebagai pelaut yang bekerja di kapal berbendera asing dan lamanya melaut lebih dari 6 bulan, tidak dicatat sebagai KRT di rumah istri dan anak-anaknya.
- Jika dalam satu bangunan ditempati oleh dua rumah tangga atau lebih, maka tuliskan masing-masing RT tersebut pada kolom (5) nomor urut dan kolom (6) nama Kepala Rumah Tangga (KRT) pada baris terpisah. Kemudian selesaikan pengisian kolom berikutnya untuk masing-masing KRT.
- Seorang yang menyewa kamar atau sebagian bangunan sensus tetapi makannya diurus sendiri dianggap satu rumah tangga biasa
- Rumah tangga biasa yang menempati dua bangunan sensus dianggap sebagai satu rumah tangga biasa bila kedua bangunan sensus tersebut masih dalam satu Blok Sensus.
- Jika beberapa orang yang bersama-sama mendiami beberapa kamar dalam satu bangunan sensus atau bangunan fisik, dan pengelolaan makannya sendiri-sendiri, maka setiap kamar dianggap satu rumah tangga. Contoh: tiga orang indekos bersama-sama dalam satu kamar, tetapi makannya sendiri-sendiri dianggap satu rumah tangga biasa.
- Untuk bangunan sensus bukan tempat tinggal tuliskan penggunaan bangunan sensus tersebut, misalnya: Toko Buku Gunung Agung, Toko Mini, SDN 06 Makassar, Masjid Al-Huda, Gereja HKBP, atau Kantor Kelurahan. Untuk bangunan sensus campuran tuliskan nama penggunaannya dan penghuninya, misalnya: Penjahit“Dedy”, Salon “Oneng”, atau Warung “Jono”. Untuk rumah yang tidak dihuni maka tuliskan “rumah kosong”.
(32)
29
Kolom (7): Tuliskan Alamat Lengkap (Jalan, No., RT, RW)
Jika kolom (6) terisi, maka tuliskan alamat perusahaan/usaha atau rumah tangga secara lengkap dan jelas seperti nama jalan, nama kampung/dusun, nomor RT/RW, nomor telpon/HP.
Apabila pada saat melakukan listing ditemukan perusahaan/usaha hotel/akomodasi, maka perlakuan sebagai berikut:
Jika usaha akomodasi merupakan usaha yang terdapat dalam direktori, maka dicatat sebagai bangunan hotel dalam Daftar VKBP15-L sampai kolom (12) dan langsung dicacah dengan Daftar VKBP15-SHPM.
Jika usaha akomodasi tersebut tidak tercatat dalam direktori, maka dicatat sebagai bangunan hotel dalam Daftar VKBP15-L sampai kolom (12) dan tidak perlu dicacah dengan Daftar VKBP15-SHPM.
Baik usaha akomodasi yang terdapat dalam direktori maupun tidak, harus ditanyakan apakah usaha akomodasi tersebut memiliki usaha restoran/rumah makan:
a) jikamemiliki usaha restoran/rumah makan dan masih dalam satu manajemen dengan usaha akomodasi, maka usaha restoran/rumah makan tidak dicatat dalam Daftar VKBP15-Ldan tidak dicacah dengan Daftar VKBP15-SHPM.
b) Jika usaha akomodasi tersebut mempunyai usaha restoran/rumah makan namun tidak dalam satu manajemen hotel, maka perlakuannya adalah:
- Jika usaha restoran/rumah makan tidak terdaftar dalam direktori, maka catat pada Daftar VKBP15-Lsampai kolom (35).
- Jika usaha restoran/rumah makan tersebut terdaftar dalam direktori, maka dicatat pada Daftar VKBP15-Lsampai kolom (13) dan langsung dicacah dengan Daftar VKBP15-SHPM.
(33)
30
Kolom (8): Apakah ada ART Penyedia Makan Minum Keliling ?,
Jika Ya tuliskan kode ”1”
Jika Tidak tuliskan kode “2”, dan lanjut ke kolom (12)
Penyedia makan minum keliling/ tempat tidak tetap adalah usaha perdagangan eceran yang menjual dan menyajikan makanan dan minuman siap dikonsumsi yang didahului dengan proses pembuatan dan biasanya dijual dengan cara berkeliling, seperti tukang bubur ayam, nasi goreng, jamu gendong, dan sebagainya.
Pertanyaan ini digunakan untuk mengetahui usaha-usaha Penyedia Makan Minum Keliling yang dilakukan oleh ART dalam rumah tangga yang bersangkutan.
Kolom (9): Jumlah Usaha Penyedia Makan Minum Keliling
Tuliskan banyaknya Usaha Penyedia Makan Minum Keliling yang terdapat dalam Rumah Tangga tersebut.
Jika satu ART mempunyai profesi lebih dari satu jenis usaha penyedia makan minum keliling yang berbeda dan dapat dipisahkan bahan bakunya, maka dicatat lebih dari satu usaha.
Contoh :
1) Dalam satu rumah tangga terdapat 2 usaha penyedia makan minum keliling, yaitu usaha Bakso Malang Keliling oleh Pak Amir dan Mie Ayam Keliling oleh Pak Taufik, maka pada kolom (9) tertulis angka “2”.
Kolom (8) sampai dengan kolom (11) akan terisi jika kolom (4) berkode “1” atau “2”
yaitu Bangunan Sensus Tempat Tinggal atau Campuran.
Sedangkan jika kolom (4) berkode “3” yaitu Bangunan Sensus Bukan Tempat Tinggal
maka tidak perlu mengisi kolom (8) sampai dengan kolom (11) Tapi lanjut ke kolom (12)
Kolom (9) sampai dengan kolom (11) akan terisi jika kol (8) berkode “1”.
Jika kol (8) berkode “1”, maka tuliskan semua ART yang berprofesi sebagai
(34)
31
2) Pada pagi hari, Pak Amir menjual bubur ayam keliling hingga siang hari. Pada sore harinya, beliau melakukan kegiatan yang sama, yaitu menjual bubur ayam keliling lagi. Maka usaha Pak Amir dicatat sebagai satu usaha dengan banyaknya bahan baku yang digunakan adalah gabungan dari dua kegiatan tersebut.
3) Pada pagi hari, Pak Joko berjualan bubur ayam keliling hingga siang hari. Pada malam hari, beliau berjualan sekoteng secara keliling. Maka usaha Pak Joko dicatat sebagai dua usaha, jika kedua usaha tersebut dapat dipisahkan penggunaan bahan bakunya. Namun jika tidak bisa dipisahkan, cukup dicatat sebagai satu usaha saja dengan banyaknya bahan baku yang digunakan adalah gabungan dari dua kegiatan tersebut.
Kolom (10): Nomor Urut
Tuliskan nomor urut usaha Penyedia Makanan Minuman Keliling mulai dari nomor 1 (satu) sampai nomor urut terakhir untuk masing-masing rumah tangga penyedia makan minum keliling.
Kolom (11): Nama Usaha dan Nama ART Penyedia Makan Minum Keliling
Tuliskan nama jenis usaha dan nama anggota rumah tangga (ART) Penyedia Makan Minum Keliling.
Contoh : Jamu Gendong (Ibu Sri), Nasi Goreng Keliling (Sugiyanto), Es Campur Keliling (Santoso), Bakso Malang Keliling (Pak Mantep).
Kolom (12): Cakupan Kegiatan (tulis kode)
Tuliskan kode cakupan kegiatan dan keterangan jenis usaha yang terdapat pada masing-masing bangunan sensus hasil pendataan perusahaan/usaha. Kode yang dimaksud meliputi :
Kode 1 : Kegiatan usaha Industri Manufaktur Tertentu, Restoran/ Rumah Makan, Katering, Warung Makan, Kedai Makan Minum, dan Cafe. Industri Manufaktur Tertentu yang dimaksud adalah industri dengan 2 digit KBLI 2009, yaitu: Industri makanan (10); Industri minuman (11); Industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia (20); dan Industri farmasi, produk obat kimia dan obat tradisional (21). Namun tidak termasuk industri yang input dan outputnya sama (misalnya: pengemasan garam, daging beku, dan sebagainya) serta industri yang outputnya tercatum pada halaman terakhir Daftar VKBP15-L
(35)
32
[(misalnya: Industri tepung beras/ beras ketan, industri tepung jagung, industri maizena (pati jagung)].
Kode 2 : Kegiatan usaha Penyedia Makan Minum Keliling yang tidak mangkal di suatu tempat tetap selama minimal setengah dari jam operasi usaha. Kode 3 : Kegiatan usaha Lainnya.
Kode 4 : Tidak ada usaha. Jika kolom (12) berisi kode :
“1” maka lanjutkan ke pertanyaan kolom berikutnya. “2” maka lanjutkan ke kolom (23) s/d kolom (34). “3” atau “4” maka STOP (dan ganti baris berikutnya).
Kolom (13) : Apakah Usaha Terdaftar dalam Direktori VKBP15-DSP?
Tuliskan kode “1”, jika usaha tersebut terdapat dalam daftar direktori, kemudian STOP (dan pindah ke baris berikutnya)
Tuliskan kode “2”, jika usaha tersebut tidak terdapat dalam daftar direktori, kemudian lanjutkan ke pertanyaan kolom berikutnya.
Industri Manufaktur Tertentu yang dimaksud adalah industri dengan 2 digit KBLI 2009, yaitu: Industri makanan (10); Industri minuman (11); Industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia (20); dan Industri farmasi, produk obat kimia dan obat tradisional (21). Namun tidak termasuk industri yang input dan outputnya sama (misalnya: pengemasan garam, daging beku, dan sebagainya) serta industri yang outputnya tercatum pada halaman terakhir Daftar
VKBP15-Kolom (13) diisi Jika kol (12) berkode “1”
Kolom (14) sampai dengan kolom (22) akan terisi jika kolom (13) berkode “2”
Berikan tanda "√" pada kolom yang sesuai dengan jenis usaha.
Jenis usaha yang dimaksud adalah usaha cakupan survei non Direktori.
Pada setiap baris hanya boleh terisi satu tanda check (√).
Kolom (14) s/d kolom (16)
(36)
33
L (misalnya: Industri tepung beras/beras ketan, industri tepung jagung, industri maizena (pati jagung).
Industri Manufaktur adalah kegiatan produksi yang mengubah barang dasar (bahan mentah) menjadi barang jadi/setengah jadi dan atau dari barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya. Termasuk ke dalam kategori ini adalah kegiatan jasa industri pengolahan (makloon).
Perusahaan/Usaha Industri Manufaktur adalah unit kegiatan ekonomi yang melakukan/ mengusahakan industri manufaktur; terletak pada suatu bangunan/lokasi tertentu serta ada seorang atau lebih yang bertanggung jawab atas usaha tersebut.
Contoh:
1. Usaha pembuatan lemper dan kue basah lainnya 2. Usaha pembuatan bedak beras
3. Usaha pembuatan brownies
Klasifikasi perusahaan/usaha industri manufaktur di Indonesia, menurut BPS dibagi ke dalam 4 (empat) skala usaha berdasarkan jumlah tenaga kerja/ pekerja pada suatu perusahaan/usaha. Skala usaha tersebut adalah sebagai berikut:
Industri Besar : perusahaan/usaha industri manufaktur yang mempunyai pekerja 100 orang atau lebih.
Industri Sedang : perusahaan/usaha industri manufaktur yang mempunyai pekerja 20-99 orang.
Industri Kecil : perusahaan/usaha industri manufaktur yang mempunyai pekerja 5-19 orang.
Industri Mikro : perusahaan/usaha industri manufaktur yang mempunyai pekerja 1-4 orang.
Jenis usaha Industri Manufaktur yang dicakup dalam listing ini adalah industri dengan 2 digit KBLI 2009 sebagai berikut:
10 : Industri makanan, 11 : Industri minuman
20 : Industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia 21 : Industri farmasi, produk obat kimia dan obat tradisional
(37)
34
Ada beberapa pedoman, apakah perusahaan/usaha termasuk kategori industri manufaktur, diantaranya adalah:
a. Mengacu kepada konsep industri, yaitu apabila terjadi proses produksi sehingga ada pertambahan nilai maka dikatagorikan sebagai industri manufaktur.
b. Lihat nature-nya, yaitu tujuan utama perusahaan/usaha kondisi saat ini. Apabila perusahaan/usaha itu tujuannya adalah untuk industri manufaktur, meskipun dalam pelaksanaan melakukan kegiatan di luar industri manufaktur (misalnya perdagangan atau usaha penyedia makan minum) maka perusahaan/usaha tersebut tetap di cacah sebagai industri manufaktur.
c. Untuk perusahaan/usaha makanan/minuman yang lokasi usahanya tidak berada di bangunan sensus (misalnya di gerobak, dipikul) maka termasuk kategori usaha penyedia makan/ minum.
d. Sedangkan usaha yang lokasinya berada di bangunan sensus, maka :
- Apabila ada proses peracikan dan penyajian, dikatagorikan sebagai usaha bukan industri manufaktur (misalnya : rumah makan/ restoran, dan sebagainya).
- Apabila tidak ada proses peracikan dan penyajian, usaha tersebut dikatagorikan sebagai industri manufaktur.
e. Untuk kasus batas antara industri dengan pertanian atau peternakan atau perikanan (yang prosesnya sederhana) :
- Apabila bahan baku milik sendiri dan kegiatannya tidak bisa dipisahkan dari sektor tersebut, maka bukan kategori industri manufaktur.
- Apabila bahan baku milik sendiri dan kegiatannya bisa dipisahkan dari sektor tersebut maka termasuk kategori industri manufaktur.
Kolom (14): Industri Manufaktur TK < 20 Orang
Berikan tanda check (√) pada kolom ini apabila usaha/perusahaan tersebut adalah Industri Manufaktur Tertentu yang menggunakan tenaga kerja kurang dari 20 orang pada saat pendataan.
Kolom (15): Industri Manufaktur TK ≥ 20 Orang
Berikan tanda check (√) pada kolom ini apabila usaha/perusahaan tersebut adalah Industri Manufaktur Tertentu yang menggunakan tenaga kerja 20 orang atau lebih pada saat pendataan.
(38)
35
Kolom (16) : Jenis Usaha Industri Manufaktur Tertentu
Tuliskan salah satu kode yang sesuai dengan jenis usaha industri manufaktur tertentu, yaitu:
Kode 10 : Industri makanan, Kode 11 : Industri minuman
Kode 20 : Industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia Kode 21 : Industri farmasi, produk obat kimia dan obat tradisional
Kolom (17): Restoran/Rumah Makan
Beri tanda check (√) pada kolom ini, jika yang diusahakan adalah perusahaan restoran/rumah makan.
Usaha Restoran adalah usaha penyediaan jasa makanan dan minuman dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan dan penyajian di suatu tempat tetap yang tidak berpindah-pindah dengan tujuan memperoleh keuntungan dan/atau laba (Permen Pariwisata dan Ekonomi Kreatif No. 11 Tahun 2014 Tentang Standar Usaha Restoran).
Usaha Rumah Makan adalah usaha penyediaan makanan dan minuman dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk penyimpanan dan penyajian di suatu tempat tetap yang tidak berpindah-pindah dengan tujuan memperoleh keuntungan dan/atau laba (Permen Pariwisata dan Ekonomi Kreatif No. 12 Tahun 2014 Tentang Standar Usaha Rumah Makan).
Kolom (18) : Jasa Boga/Catering
Beri tanda check (√) pada kolom ini jika yang diusahakan adalah Jasa Boga (Catering).
Jasa Boga (Catering) adalah usaha penjualan makanan jadi (siap dikonsumsi) yang terselenggara melalui pesanan-pesanan untuk kantor, perayaan, pesta, seminar, rapat dan sejenisnya. Biasanya makanan jadi yang dipesan diantar ke tempat kerja, pesta, seminar, rapat dan sejenisnya berikut pramusaji yang akan melayani tamu-tamu/ peserta seminar atau rapat pada saat pesta/seminar berlangsung.
Kolom (19) : Warung Makan
(39)
36
Warung Makan adalah salah satu usaha jasa pangan yang bertempat disebagian atau seluruh bangunan tetap (tidak berpindah-pindah) yang menyajikan dan menjual makanan dan minuman di tempat usahanya baik dilengkapi maupun tidak dengan perlengkapan dan peralatan untuk proses pembuatan dan penyimpanan dan belum mendapatkan ijin dan surat keputusan dari instansi yang membinanya.
Kolom (20): Kedai Makan
Beri tanda check (√) pada kolom ini jika yang diusahakan adalah Kedai Makan.
Kedai Makan adalah usaha perdagangan eceran yang menjual dan menyajikan makanan siap dikonsumsi yang melalui proses pembuatan di tempat tetap yang dapat dipindah-pindahkan atau dibongkar pasang, biasanya menggunakan tenda, seperti kedai seafood, kedai nasi goreng, kedai pecel lele, dan sebagainya.
Kolom (21): Kedai Minum
Beri tanda check (√) pada kolom ini jika yang diusahakan adalah Kedai Minum.
Kedai Minum adalah usaha perdagangan eceran yang menjual dan menyajikan utamanya minuman siap dikonsumsi yang melalui proses pembuatan di tempat tetap yang dapat dipindah-pindahkan atau dibongkar pasang, biasanya menggunakan tenda, seperti kedai kopi, kedai jus, dan minuman lainnya
Kolom (22): Cafe/Rumah Minum
Beri tanda check (√) pada kolom ini jika yang diusahakan adalah café / rumah minum
Café/Rumah Minum adalah usaha jasa pangan yang bertempat di sebagian atau seluruh bangunan permanen yang menjual dan menyajikan utamanya minuman untuk umum di tempat usahanya, baik dilengkapi dengan peralatan/perlengkapan untuk proses pembuatan dan penyimpanan maupun tidak dan baik telah mendapatkan surat keputusan sebagai rumah minum dari instansi yang membinanya maupun belum.
(40)
37 Kolom (23): Beras
Berilah tanda check (√) pada kolom ini jika usaha/ perusahaan tersebut menggunakan atau mengolah beras/ beras ketan/ tepung beras sebagai bahan baku (input) untuk menghasilkan makanan/ minuman/ produk lain sebagai output dari usahanya.
Kolom (24): Jagung
Berikan tanda check (√) pada kolom ini jika usaha/ perusahaan tersebut menggunakan atau mengolah jagung sebagai bahan baku (input) untuk menghasilkan makanan/ minuman/ produk lain sebagai output dari usahanya. Jagung di sini meliputi jagung basah dengan kulit, jagung basah tanpa kulit, jagung kering tanpa kulit, jagung pipilan basah, jagung pipilan kering, beras jagung, dan tepung jagung/maizena.
Kolom (25): Kacang Kedelai
Berikan tanda check (√) pada kolom ini jika usaha/ perusahaan tersebut menggunakan atau mengolah komoditi kacang kedelai sebagai bahan baku (input) untuk menghasilkan makanan/ minuman/ produk lain sebagai output dari usahanya. Kacang kedelai di sini meliputi kedelai biji kering dan kedelai basah dengan kulit (baik dengan batang dan daun atau tidak).
Kolom (26): Daging Sapi
Berikan tanda check (√) pada kolom ini jika usaha/ perusahaan tersebut menggunakan atau mengolah daging sapi sebagai bahan baku (input) untuk menghasilkan makanan/ minuman/ produk lain sebagai output dari usahanya. Daging sapi tersebut meliputi daging sapi segar, beku, tetelan, dan tulang iga, termasuk daging giling. Namun tidak termasuk jeroan, kepala, dan kulit.
Kolom (23) sampai dengan kolom (34) diisi jika salah satu dari
kolom (12) berkode "2" atau kolom (14) s/d (22) ada yang bertanda "√".
Kolom (23) s/d (34) digunakan untuk mengetahui pemakaian/ pengolahan bahan pokok yang diolah sendiri selama bulan Maret 2015.
(41)
38
Daging adalah bagian dari otot skeletal karkas yang lazim, aman, dan layak dikonsumsi oleh manusia, terdiri atas potongan daging bertulang dan daging tanpa tulang, dapat berupa daging segar hangat, segar dingin (chiled) atau karkas beku
(frozen).
Kolom (27): Daging Ayam
Berikan tanda check (√) pada kolom ini jika usaha/ perusahaan tersebut menggunakan atau mengolah daging ayam sebagai bahan baku (input) untuk menghasilkan makanan/ minuman/ produk lain sebagai output dari usahanya. Daging ayam tersebut meliputi daging ayam ras (ayam potong) dan daging ayam buras (ayam kampung), termasuk juga daging giling. Namun tidak termasuk jeroan, kepala, dan ceker.
Kolom (28): Bawang Merah
Berikan tanda check (√) pada kolom ini jika usaha/ perusahaan tersebut menggunakan atau mengolah komoditi bawang merah sebagai bahan baku (input) untuk menghasilkan makanan/ minuman/ produk lain sebagai output dari usahanya. Bawang merah tersebut meliputi bawang merah lokal dan bawang merah impor, baik bawang kering konsumsi (bawang utuh), bawang goreng maupun bawang merah giling. Namun tidak termasuk bawang daun dan bawang bombay.
Kolom (29): Bawang Putih
Berikan tanda check (√) pada kolom ini jika usaha/ perusahaan tersebut menggunakan atau mengolah komoditi bawang putih sebagai bahan baku (input) untuk menghasilkan makanan/ minuman/ produk lain sebagai output dari usahanya. Bawang putih tersebut meliputi bawang putih lokal dan bawang putih impor, baik bawang kering konsumsi maupun bawang putih olahan (giling atau goreng).
Kolom (30): Cabe
Berikan tanda check (√) pada kolom ini jika usaha/ perusahaan tersebut menggunakan atau mengolah komoditi cabe sebagai bahan baku (input) untuk menghasilkan makanan/ minuman/ produk lain sebagai output dari usahanya. Cabe disini meliputi cabe besar (cabe merah dan cabe ijo), cabe keriting, dan cabe rawit. Baik cabe segar maupun cabe olahan (cabe giling, cabe kering maupun cabe bubuk). Namun tidak termasuk paprica dan saus sambal.
(42)
39 Kolom (31): Tepung Terigu
Berikan tanda check (√) pada kolom ini jika usaha/ perusahaan tersebut menggunakan atau mengolah komoditi tepung terigu sebagai bahan baku (input) untuk menghasilkan makanan/ minuman/ produk lain sebagai output dari usahanya.
Kolom (32): Minyak Goreng
Berikan tanda check (√) pada kolom ini jika usaha/ perusahaan tersebut menggunakan atau mengolah minyak goreng sebagai bahan baku (input) untuk menghasilkan makanan/ minuman/ produk lain sebagai output dari usahanya. Minyak goreng disini meliputi minyak goreng yang berasal dari kelapa sawit (CPO), baik yang sudah dimurnikan (dibuat oleh pabrik: Bimoli, Filma, dsb) maupun yang belum dimurnikan (minyak klentik), baik curah maupun kemasan. Termasuk minyak goreng dari bahan lainnya (minyak bunga matahari, minyak jagung, minyak kedelai). Namun tidak termasuk minyak samin dan margarine.
Kolom (33): Gula Pasir
Berikan tanda check (√) pada kolom ini jika usaha/ perusahaan tersebut menggunakan atau mengolah gula pasir sebagai bahan baku (input) untuk menghasilkan makanan/ minuman/ produk lain sebagai output dari usahanya. Gula pasir disini meliputi gula pasir lokal dan gula pasir impor, namun tidak termasuk gula batu dan gula biang (sakarin).
Kolom (34): Garam
Berikan tanda check (√) pada kolom ini jika usaha/ perusahaan tersebut menggunakan atau mengolah garam sebagai bahan baku (input) untuk menghasilkan makanan/ minuman/ produk lain sebagai output dari usahanya. Garam disini meliputi garam halus, garam bata, dan garam curah.
Kolom (35) : Nomor Urut Usaha Pengolah Bahan Pokok.
Kolom ini terisi jika salah satu dari kolom (23) sampai dengan kolom (34) ada yang bertanda "√". Tuliskan nomor urut usaha pengolah bahan pokok, dimulai dari nomor urut 1 (satu) sampai dengan nomor urut terakhir dalam satu blok sensus.
(1)
130
Nama pemberi jawaban : DJAROT SH,MMJabatan : KASI KEUANGAN DAN PERLENGKAPAN
Nomor telepon : (0361) 428838804
Tanggal pengesahan :
Tanda tangan :
Cap perusahaan/usaha :
BLOK IV : CATATAN
BLOK V : PENGESAHAN
(Tuliskan secara lengkap dan jelas nama pemberi jawaban, jabatan, telepon, tanggal pengesahan dan tanda tangan pemberi jawaban serta cap usaha)
(2)
131
BS
BS
(1) (2) (3) (1) (2) (3)
1105 ACEH TIMUR 22 1471 PEKANBARU 33
1108 ACEH BESAR 23 1473 D U M A I 17
1109 PIDIE 31 1400 RIAU 168
1110 BIREUEN 23 1501 KERINCI 21
1111 ACEH UTARA 28 1504 BATANG HARI 18
1115 NAGAN RAYA 12 1506 TANJUNG JABUNG TIMUR 17
1171 BANDA ACEH 22 1507 TANJUNG JABUNG BARAT 21
1175 SUBULUSSALAM 10 1508 TEBO 17
1100 ACEH 171 1571 JAMBI 33
1202 MANDAILING NATAL 15 1500 JAMBI 127
1204 TAPANULI TENGAH 15 1601 OGAN KOMERING ULU 15
1207 LABUHAN BATU 14 1602 OGAN KOMERING ILIR 21
1208 ASAHAN 19 1603 MUARA ENIM 21
1209 SIMALUNGUN 23 1606 MUSI BANYUASIN 16
1212 DELI SERDANG 33 1607 BANYU ASIN 25
1213 LANGKAT 24 1610 OGAN ILIR 19
1217 SAMOSIR 9 1671 PALEMBANG 45
1218 SERDANG BEDAGAI 20 1674 LUBUKLINGGAU 15
1219 BATU BARA 16 1600 SUMATERA SELATAN 177
1222 LABUHAN BATU SELATAN 12 1701 BENGKULU SELATAN 19
1273 PEMATANG SIANTAR 15 1703 BENGKULU UTARA 21
1275 MEDAN 40 1706 MUKOMUKO 17
1276 BINJAI 12 1709 BENGKULU TENGAH 15
1277 PADANGSIDIMPUAN 12 1771 BENGKULU 33
1200 SUMATERA UTARA 279 1700 BENGKULU 105
1302 PESISIR SELATAN 26 1802 TANGGAMUS 19
1304 SIJUNJUNG 16 1803 LAMPUNG SELATAN 26
1306 PADANG PARIAMAN 31 1804 LAMPUNG TIMUR 29
1307 AGAM 25 1805 LAMPUNG TENGAH 32
1308 LIMA PULUH KOTA 27 1808 TULANGBAWANG 16
1312 PASAMAN BARAT 22 1810 PRINGSEWU 18
1371 PADANG 36 1811 MESUJI 10
1375 BUKITTINGGI 16 1871 BANDAR LAMPUNG 39
1300 SUMATERA BARAT 199 1800 LAMPUNG 189
1402 INDRAGIRI HULU 17 1901 BANGKA 20
1404 PELALAWAN 16 1902 BELITUNG 19
1406 KAMPAR 24 1903 BANGKA BARAT 16
(3)
132
Kode
Kabupaten/Kota
Jumlah
Sampel
BS
Kode
Kabupaten/Kota
Jumlah
Sampel
BS
(1) (2) (3) (1) (2) (3)
1408 BENGKALIS 19 1971 PANGKAL PINANG 21
1409 ROKAN HILIR 23 1900 KEP. BANGKA BELITUNG 93
2101 KARIMUN 19 3312 WONOGIRI 18
2102 BINTAN 14 3313 KARANGANYAR 19
2103 NATUNA 13 3315 GROBOGAN 22
210'4 LINGGA 10 3317 REMBANG 17
2171 B A T A M 32 3318 PATI 22
2172 TANJUNG PINANG 19 3320 JEPARA 19
2100 KEP. RIAU 107 3322 SEMARANG 18
3171 JAKARTA SELATAN 66 3324 KENDAL 18
3172 JAKARTA TIMUR 71 3325 BATANG 29
3173 JAKARTA PUSAT 59 3326 PEKALONGAN 21
3174 JAKARTA BARAT 77 3327 PEMALANG 23
3175 JAKARTA UTARA 65 3328 TEGAL 25
3100 DKI JAKARTA 338 3329 BREBES 27
3201 BOGOR 39 3372 SURAKARTA 18
3202 SUKABUMI 27 3374 SEMARANG 28
3203 CIANJUR 30 3300 JAWA TENGAH 470
3204 BANDUNG 36 3401 KULON PROGO 25
3205 GARUT 31 3402 BANTUL 42
3206 TASIKMALAYA 21 3403 GUNUNG KIDUL 30
3207 CIAMIS 23 3404 SLEMAN 43
3209 CIREBON 33 3471 YOGYAKARTA 39
3210 MAJALENGKA 24 3400 DI YOGYAKARTA 179
3212 INDRAMAYU 30 3503 TRENGGALEK 12
3213 SUBANG 28 3504 TULUNGAGUNG 18
3215 KARAWANG 34 3505 BLITAR 19
3216 BEKASI 31 3506 KEDIRI 24
3271 BOGOR 21 3507 MALANG 26
3273 BANDUNG 39 3509 JEMBER 26
3274 CIREBON 14 3510 BANYUWANGI 23
3275 BEKASI 28 3512 SITUBONDO 16
3276 DEPOK 23 3513 PROBOLINGGO 18
3278 TASIKMALAYA 17 3514 PASURUAN 23
3200 JAWA BARAT 529 3515 SIDOARJO 28
3301 CILACAP 22 3516 MOJOKERTO 21
3302 BANYUMAS 25 3517 JOMBANG 24
3303 PURBALINGGA 17 3518 NGANJUK 21
3305 KEBUMEN 23 3519 MADIUN 17
(4)
133
(1) (2) (3) (1) (2) (3)
3309 BOYOLALI 19 3522 BOJONEGORO 20
3310 KLATEN 23 3523 TUBAN 20
3524 LAMONGAN 21 6105 SANGGAU 20
3525 GRESIK 22 6108 KAPUAS HULU 14
3527 SAMPANG 14 6112 KUBU RAYA 24
3529 SUMENEP 19 6171 PONTIANAK 36
3573 MALANG 20 6172 SINGKAWANG 19
3578 SURABAYA 39 6100 KALIMANTAN BARAT 155
3500 JAWA TIMUR 507 6201 KOTAWARINGIN BARAT 19
3601 PANDEGLANG 32 6202 KOTAWARINGIN TIMUR 24
3602 LEBAK 27 6203 KAPUAS 26
3603 TANGERANG 49 6205 BARITO UTARA 14
3604 SERANG 34 6210 PULANG PISAU 13
3671 TANGERANG 39 6271 PALANGKA RAYA 23
3672 CILEGON 23 6200 KALIMANTAN TENGAH 119
3673 SERANG 24 6301 TANAH LAUT 20
3674 TANGERANG SELATAN 33 6303 BANJAR 25
3600 BANTEN 261 6304 BARITO KUALA 19
5101 JEMBRANA 17 6306 HULU SUNGAI SELATAN 21
5102 TABANAN 25 6307 HULU SUNGAI TENGAH 21
5103 BADUNG 26 6310 TANAH BUMBU 17
5104 GIANYAR 21 6371 BANJARMASIN 35
5107 KARANG ASEM 21 6372 BANJAR BARU 17
5108 BULELENG 32 6300 KALIMANTAN SELATAN 175
5171 DENPASAR 32 6402 KUTAI BARAT 12
5100 BALI 174 6403 KUTAI KARTANEGARA 27
5201 LOMBOK BARAT 30 6404 KUTAI TIMUR 14
5202 LOMBOK TENGAH 23 6405 BERAU 13
5203 LOMBOK TIMUR 33 6471 BALIKPAPAN 27
5204 SUMBAWA 17 6472 SAMARINDA 31
5206 BIMA 14 6474 BONTANG 12
5208 LOMBOK UTARA 14 6400 KALIMANTAN TIMUR 136
5271 MATARAM 26 6502 BULUNGAN 21
5200 NUSA TENGGARA BARAT 157 6503 NUNUKAN 22
5304 TIMOR TENGAH SELATAN 10 6571 TARAKAN 27
5309 FLORES TIMUR 24 6500 KALIMANTAN UTARA 70
5311 ENDE 16 7101 BOLAANG MONGONDOW 19
5315 MANGGARAI BARAT 18 7103 KEPULAUAN SANGIHE 13
5371 KUPANG 30 7105 MINAHASA SELATAN 22
(5)
134
Kode
Kabupaten/Kota
Jumlah
Sampel
BS
Kode
Kabupaten/Kota
Jumlah
Sampel
BS
(1) (2) (3) (1) (2) (3)
6101 SAMBAS 24 7171 MANADO 38
6103 LANDAK 18 7172 BITUNG 22
7100 SULAWESI UTARA 133 8205 HALMAHERA UTARA 16
7201 BANGGAI KEPULAUAN 19 8271 TERNATE 26
7203 MOROWALI 17 8272 TIDORE KEPULAUAN 15
7205 DONGGALA 25 8200 MALUKU UTARA 74
7208 PARIGI MOUTONG 29 9101 FAKFAK 8
7271 PALU 33 9105 MANOKWARI 19
7200 SULAWESI TENGAH 123 9107 SORONG 12
7304 JENEPONTO 17 9171 SORONG 26
7306 GOWA 26 9100 PAPUA BARAT 65
7307 SINJAI 15 9401 MERAUKE 19
7310 BARRU 12 9403 JAYAPURA 17
7311 BONE 24 9412 MIMIKA 15
7312 SOPPENG 15 9471 JAYAPURA 29
7315 PINRANG 17 9400 PAPUA 80
(6)
135
IB 10
IB 11
IB 20
IB 21
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)