Telaahan Renstra Direktorat Jenderal Cipta Karya .1 Visi dan Misi
19
yang berlaku. Ada Beberapa faktor penghambat dan pendorong yang berpengaruh terhadap pelayanan Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Energi Sumber Daya
Mineraldalam pencapaian Visi dan Misi Bupati Batang yaitu : Faktor Penghambat :
1. Terbatasnya sumber daya manusia baik kualitas maupun kuantitas dibidang teknis dan teknologi.
2. Terbatasnya sarana dan prasarana yang memadai untuk mengoptimalkan pelayanan kepada masyarakat.
3. Kurangnya koordinasi secara rutin dan terpadu antara pengelola kegiatan; 4. Kurangnya ketaatan terhadap jadwal waktu perencanaan dan pelaksanaan kegiatan;
5. Belum tersedianya gedung kantor yang representatif sebagai gedung kantor untuk pelayanan publik;
6. Tidak adanya UPTD Teknis di daerah; 7. Terbatasnya personil yang memiliki Sertifikat Pengadaan BarangJasa.
Faktor Pendorong :
1. Adanya Peraturan Daerah Nomor 2 tahun 2012 tentang RPJMD Kabupaten Batang Tahun 2012
– 2017; 2. Adanya Peraturan Daerah Nomor 3 tahun 2008 tentang Pembentukan Susunan dan
Organisasi Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Batang; 3. Adanya kewenangan sebagai penanggungjawab, pembina dan pengendali
pelaksanaan kegiatan;
4.
Adanya kewenangan dalam pengelolaan kegiatan, penyusunan standar administrasi dan teknis, pemutusan kontrak secara sepihak apabila terjadi penyimpangan
pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
3.3 Telaahan Renstra Direktorat Jenderal Cipta Karya 3.3.1 Visi dan Misi
VISI Berdasarkan mandat dari perangkat peraturan dan undang-undang terhadap tugas dan
fungsi Direktorat Jenderal Cipta Karya, maka visi Direktorat Jenderal Cipta Karya adalah Terwujudnya permukiman perkotaan dan perdesaan yang layak, produktif,
berdaya saing dan berkelanjutan.
Adapun makna dari visi tersebut adalah : -
Layak, yaitu : permukiman perkotaan dan perdesaan yang mempunyai
persyaratan kecukupan prasarana dan sarana permukiman sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal sebagai tempat bermukim warga perkotaan dan perdesaan.
-
Produktif, yaitu : permukiman perkotaan dan perdesaan yang dapat
menghidupkan kegiatan perekonomian di lingkungan permukiman.
20
- Berdaya saing, yaitu : permukiman perkotaan dan perdesaan yang dapat
menonjolkan kualitas lingkungan permukimannya dengan baik dan mampu bersaing sebagai lingkungan permukiman yang menarik untuk warganya.
-
Berkelanjutan, yaitu : permukiman perkotaan dan perdesaan yang asri, nyaman dan
aman sebagai tempat bermukim warganya untuk jangka panjang.
MISI
Untuk mencapai visi tersebut, maka Misi Direktorat Jenderal Cipta Karya tahun 2010 - 2014 adalah :
1. Meningkatkan pembangunan infrastruktur permukiman di perkotaan dan perdesaan untuk mewujudkan permukiman yang layak, berkeadilan sosial,
sejahtera, berbudaya, produktif, berdaya saing dan berkelanjutan dalam rangka pengembangan wilayah.
2. Mewujudkan kemandirian daerah melalui peningkatan kapasitas pemerintah daerah, masyarakat dan dunia usaha dalam penyelenggaraan pembangunan
infrastruktur permukiman termasuk pengembangan sistem pembiayaan dan pola investasinya.
3. Melaksanakan pembinaan dalam penataan kawasan serta pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara yang memenuhi standar keandalan bangunan gedung.
4. Menyediakan infrastruktur permukiman bagi kawasan kumuhnelayan, daerah perbatasan, kawasan terpencil, pulau-pulau kecil terluar dan daerah tertinggal
termasuk penyediaan air minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin. 5. Mewujudkan organisasi yang efisien, tata laksana yang efektif dan SDM yang
profesional dengan menerapkan prinsip good governance. 3.3.2. Program Strategik
Rincian program dan kegiatan Direktorat Jenderal Cipta Karya yang akan dilaksanakan pada periode tahun 2010-2014 beserta target capaian yang ditetapkan dapat dilihat pada
Lampiran 3, sedangkan nama program yang akan mewadahinya adalah sebagai berikut : Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman dengan indikator
kinerja outcomenya : meningkatnya jumlah kabupaten kota yang menerapkan NSPK dalam pengembangan kawasan permukiman sesuai rencana tata ruang
wilayahkawasan bagi terwujudnya pembangunan permukiman serta jumlah kawasan yang mendapat akses pelayanan infrastruktur bidang permukiman yang
berkelanjutan, yang diukur dari: 1. Jumlah KabupatenKota yang menerbitkan produk pengaturan dan mereplikasi
bantek permukiman. 2. Jumlah KabupatenKota yang menerbitkan produk pengaturan dan mereplikasi
bantek bangunan gedung dan lingkungan. 3. Jumlah KabKota yang menerbitkan produk pengaturan dan mereplikasikan bantek
21
pengelolaan air limbah dan drainase. 4. Jumlah KabKota yang menerbitkan produk pengaturan dan mereplikasikan bantek
pengelolaan persampahan. 5. Jumlah KabKota yang menerbitkan produk pengaturan dan mereplikasikan bantek
air minum. 6. Penyusunan Kebijakan, Program Dan Anggaran, Kerjasama Luar Negeri, Data
Informasi Serta Evaluasi Kinerja Infrastruktur Bidang Permukiman. 7. Dukungan Manajemen Direktorat Jenderal Cipta Karya.
8. Jumlah kawasan yang tertangani infrastruktur permukiman. 9. Jumlah kawasan yang terlayani penataan bangunan gedung dan lingkungannya.
10. Jumlah kawasan yang mendapat akses prasarana dan sarana air limbah. 11. Jumlah kawasan yang terangani pelayanan drainase.
12. Jumlah kawasan yang tertangani sistem persampahan. 13. Jumlah kawasan yang mendapat pelayanan air minum kepada penduduk
kotakabupaten. 14. Pelayanan Manajemen Bidang Permukiman.
Sedangkan kegiatan yang ada berjumlah 7 buah dengan dilengkapi indikator output. Penjelasannya sebagai berikut :
1. Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan dan
Penyelenggaraan dalam
Pengembangan Permukiman dengan outcomenya : meningkatnya perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pembinaan dan standarisasi teknis di
bidang pengembangan permukiman dan meningkatnya jumlah kawasan yang mendapat
akses pelayanan infrastruktur bidang permukiman, yang diukur melalui indikator : a. Jumlah produk NSPK nasional bidang permukiman.
b. Jumlah produk NSPK daerah bidang permukiman. c. Jumlah kabkota yang memperoleh pendampingan penyusunan Strategi
Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan SPPIP. d. Jumlah KabKota yang memperoleh pendampingan Penyusunan Rencana
Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas RPKPP Perkotaan dan Perdesaan yang setara dengan 500 kawasan.
e. Jumlah produk pendampingan penyusunan rencana tindak. f.
Jumlah produk diseminasi, sosialisasi, diklat, dan lokakarya bagi pemda, masyarakat dan swasta.
g. Jumlah kawasan kumuh di perkotaan setara 414 Ha yang tertangani. h. Jumlah satuan unit hunian Rumah Susun yang terbangun dan infrastruktur
pendukungnya. i.
Jumlah kawasan perumahan bagi MBR. j.
Jumlah kawasan permukiman rawan bencana Sumatera Barat, dll. k. Jumlah kawasan perdesaan potensialagropolitan setara 600 Ha yang
tertangani.
22
l. Jumlah kawasan yang dilayani oleh infrastruktur pendukung kegiatan ekonomi
dan sosial. m. Jumlah desa tertinggal yang terbangun prasarana dan sarana lingkungan
permukiman. n.
Jumlah kawasan setara 500 Ha yang terbangun prasarana dan sarana lingkungan permukiman.
2. Pengaturan, Pembinaan dan Pengawasan Dalam Penataan Bangunan dan Lingkungan Termasuk Pengelolaan Gedung dan Rumah Negara, serta
Penyelenggaraan Pembangunan Bangunan
Gedung dan
Penataan KawasanLingkungan
Permukiman dengan
outcomenya :
meningkatnya implementasi produk pengaturan, pelayanan pembinaan dan pengawasan, kualitas
hasil pembangunan dan penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan yang diukur melalui indikator :
a. Jumlah NSPK bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan. b. Jumlah Bantek dan pendampingan penyusunan NSPK Penataan Bangunan
Gedung dan Lingkungan. c. Jumlah KabupatenKota yang mendapatkan fasilitasi penyusunan RTBL.
d. Jumlah KabKota yang mendapat fasilitasi penyusunan Rencana Induk Sistim Proteksi Kebakaran RISPK.
e. Jumlah kawasan yang mendapat fasilitasi penyusunan rencana tindak penataan dan revitalisasi kawasan.
f. Jumlah KabKota yang mendapat fasilitasi penyusunan Rencana Tindak Sistem
Ruang Terbuka Hijau RTH. g. Jumlah KabKota yang mendapat fasilitasi penyusunan Rencana Tindak
Pengembangan Kawasan Permukiman Tradisional dan Bersejarah. h. Jumlah Provinsi yang melaksanakan fasilitasi Penguatan Kelembagaan
Penataan Bangunan dan Lingkungan, Pelatihan TOT, Penyelenggaraan Bangunan Gedung, Penataan Lingkungan dan pendataan serta pengelolaan
Gedung dan Rumah Negara, dengan mengundang seluruh KabKota. i.
Jumlah Provinsi yang melaksanakan Pemeriksaan keandalan bangunan gedung termasuk gedung dan rumah negara dengan mengambil beberapa
KabKota terpilih yang ada pada masing-masing wilayahnya. j.
Jumlah KabupatenKota yang mendapatkan pengembangan bangunan gedung negara dan bersejarah.
k. Jumlah KabupatenKota yang mendapatkan pengembangan sarana dan prasarana pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran.
l. Jumlah KabKota yang mendapat dukungan pengembangan sarana dan
prasarana aksesibilitas bangunan gedung. m. Jumlah Kawasan setara 7.380 Ha yang mendapatkan dukungan sarana dan
prasarana pada kawasan yang direvitalisasi.
23
o. Jumlah Kawasan setara 369 Ha yang mendapatkan dukungan sarana dan
prasarana Ruang terbuka Hijau. p.
Jumlah kawasan setara 442 Ha yang mendapatkan dukungan sarana dan prasarana pada permukiman tradisional dan bersejarah.
q. Jumlah Provinsi yang mendapat pengembangan PIP2B.
r. Jumlah KelurahanDesa yang mendapatkan pendampingan pemberdayaan
sosial P2KPPNPM. 3. Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan, Pengembangan Sumber Pembiayaan dan
Pola Investasi, serta Pengelolaan Pengembangan Infrastruktur Sanitasi dan Persampahan, dengan outcomenya : meningkatnya pelayanan perumusan
kebijakan, perencanaan teknis, pembinaan, dan standarisasi teknis dan pengelolaan pengembangan infrastruktur bidang sanitasi dan persampahan yang
diukur melalui indikator : -
Jumlah NSPK untuk pengelolaan air limbah yang tersusun. -
Jumlah NSPK untuk drainase yang tersusun. -
Jumlah Bantek, Bimtek dan pendampingan SSK pengelolaan air limbah. -
Jumlah Bantek, Bimtek dan pendampingan SSK pengelolaan drainase. -
Jumlah penyelenggaraan pelatihan Diklat teknis dan pengelolaan air limbah. -
Jumlah penyelenggaraan pelatihan Diklat teknis dan pengelolaan drainase. -
Jumlah monev kinerja pengembangan air limbah. -
Jumlah monev kinerja pengembangan drainase. -
Jumlah kawasan yang terlayani infrastruktur air limbah dengan sistem off-site. -
Jumlah kawasan yang terlayani infrastruktur air limbah dengan sistem on-site. -
Jumlah kawasan yang luas genangannya berkurang. -
Jumlah NSPK untuk pengelolaan persampahan yang tersusun. -
Jumlah Bantek, Bintek, dan pendampingan SSK pengelolaan persampahan. -
Jumlah penyelenggaraan pelatihan Diklat teknis dan pengelolaan persampahan.
- Jumlah fasilitasi pengembangan sumber pembiayaan dan pola investasi
bidang persampahan melalui kerjasama pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat.
- jumlah monev kinerja pengembangan persampahan.
- Jumlah kawasan yang telayani infrastruktur persampahan.
- Jumlah prasarana pengumpulan sampah.
- Jumlah prasarana persampahan terpadu 3R.
4. Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan, Pengembangan Sumber Pembiayaan dan Pola Investasi, serta Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum dengan
outcomenya : meningkatnya pelayanan perumusan kebijakan, perencanaan teknis,
24
pembinaan, standarisasi teknis dan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum minum yang diukur melalui indikator :
a. Jumlah NSPK tentang air minum yang tersusun. b. Jumlah kabkota yang menyelenggarakan pengembangan SPAM sesuai NSPK.
c. Jumlah Rencana Induk SPAM yang telah ditetapkan. d. Jumlah penyelenggara air minum yang mendapatkan pembinaan, pendidikan,
dan pelatihan. e. Jumlah PDAM yang memperoleh pembinaan.
f. Jumlah pengelola air minum non-PDAM yang memperoleh pembinaan.
g. Jumlah Monev kinerja pengembangan pengelolaan air minum. h. Jumlah laporan pra studi kelayakan KPS.
i. Jumlah PDAM terfasilitasi untuk mendapatkan pinjaman bank.
j. Jumlah studi alternatif pembiayaan.
k. Jumlah propinsi yang melaksanakan kampanye. l.
Jumlah aktivitas reuse dan daur ulang air. m. Jumlah kawasan yang terfasilitasi PS air minum MBR Perkotaan.
n. Jumlah IKK yang terfasilitasi. o. Jumlah desa yang terfasilitasi PS air minum perdesaan.
p. Jumlah kawasan ltdet yang terfasilitasi kawasan pemekaran, pulau terluar, perbatasan, terpencil, KAPET.
q. Jumlah kawasan ltdet yang terfasilitasi mendukung pelabuhan perikanan. 5. Pelayanan Manajemen Bidang Permukiman dengan output-nya: terselenggaranya
dukungan manajemen dan kawasan yang mendapat penyediaan prasarana dan sarana air minum, air limbah, persampahan dan drainase pada lokasi pasca
bencanakonflik sosial yang diukur dari indikator kinerja output sebagai berikut : a. Jumlah terselenggaranya pelaksanaan administrasi penggajian dan
perkantoran. b. Jumlah terselenggaranya administrasi dan pengelolaan pegawai.
c. Jumlah meningkatnya kemampuan dan kehandalan SDM dalam pengelolaan administrasi keuangan dan akuntansi.
d. Jumlah terselenggaranya pembinaan hukum dan tersedianya perangkat penataan hukum.
e. Jumlah terselenggaranya pembinaan serta penyediaan prasarana dan sarana perlengkapan.
f. Jumlah terselenggaranya pembinaan dan pelaksanaan kegiatan terkait habitat.
g. Jumlah terpenuhinya prasarana dan sarana kantor yang baik dan layak. h. Jumlah tersedianya prasarana dan sarana persampahan dan drainase pada
lokasi pasca bencanakonflik sosial. i.
Jumlah prasarana air minum dan air limbah pada lokasi pasca bencanakonflik sosial.
j. Jumlah terpenuhinya cadangan mendesak bidang permukiman pada lokasi
25
pasca bencanakonflik sosial. 6. Penyusunan Kebijakan, Program dan Anggaran, Kerjasama Luar Negeri, Data
Informasi serta Evaluasi Kinerja Infrastruktur Bidang Permukiman dengan
outcomenya : Jumlah penyusunan kebijakan, program dan anggaran, kerjasama luar negeri, data informasi serta evaluasi kinerja infrastruktur bidang permukiman yang
diukur melalui indikator : a. Jumlah penyusunan Kebijakan dan Strategi bidang Permukiman.
b. Jumlah penyusunan Program dan Anggaran bidang Permukiman. c. Jumlah penyusunan Kerjasama Luar Negeri dan Pola Investasi bidang
Permukiman. d. Jumlah penyusunan Evaluasi dan Kinerja bidang Permukiman.
e. Jumlah penyusunan Data dan Informasi Bidang Permukiman. 7. Dukungan Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan, Pengembangan Sumber
Pembiayaan dan Pola Investasi serta Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum dan Sanitasi dengan outcomenya : Jumlah PDAM yang meningkat kinerja
pelayanannya yang diukur melalui indikator : a. Jumlah PDAM yang dibina.
b. Jumlah penyelenggaraan diklat. c. Jumlah monitoring dan evaluasi.
d. Jumlah konsep NSPK. e. Jumlah KabKota yang menyelenggarakan SPAM sesuai NSPK.
f. Jumlah PDAM yang mendapat fasilitas perbankan sumber pembiayaan.
g. Jumlah PDAMKabKota yang mendapat pendampingan KPS. h. Jumlah studi alternatif pembiayaanpola investasi.
Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Enegi Sumber Daya Mineral Kabupaten Batang dalam menetapkan visi dan misi telah selaras dengan visi dan misi Direktorat Jenderal
Cipta Karya.