Kurikulum Pendidikan Islam KH.Ahmad Dahlan

18 Dalam perkembangan selanjutnya pendidikan yang diselenggarakan persyarikatan Muhammadiyah, terutama dalam bentuk sekolah mendapat dukungan dari kalangan kaum muslim yang memiliki status sosial ekonomi menengah ke atas. Dan didalamnya diintegrasikan ilmu umum dan ilmu agama, dengan harapan mampu menghasilkan cendekiawan-cendekiawan muslim yang mampu berkiprah dalam banyak bidang keahlian. 25

3. Kurikulum Pendidikan Islam KH.Ahmad Dahlan

Pendidikan yang dikembangkan persyarikatan Muhammadiyah tidak hanya menitik beratkan segi-segi moral dan keagamaan saja, akan tetapi juga mengembangkan kecerdasan, intelektual. Oleh karena itu, muatan kurikulum dalam sekolah Muhammadiyah lebih memberikan muatan yang besar kepada ilmu-ilmu umum, sedangkan dalam aspek keagamaan minimal alumni sekolah Muhammadiyah dapat melaksanakan ibadah shalat lima waktu, dan shalat-shalat sunatnya, membaca kitab suci al-Qur’an dan menulis huruf Arab al-Qur’an mengetahui prinsip-prinsip akidah dan dapat membedakan bid’ah, khurafat, syirik dan muslim yang muttabi’ dalam pelaksanaan ibadah. Pengembangan kemampuan akhlak dan pembekalan peserta didik dalam kehidupannya dijadikan program prioritas dalam pendidikan Muhammadiyah karena anggapan bahwa pendidikan akal harus diutamakan dan kebutuhannya harus dipenuhi. Kebutuhan akal tiada lain adalah ilmu pengetahuan. Pendidikan dan pengajaran bagi umat Islam harus berorientasi kepada pembinaan akalnya. Pengajaran yang berguna dalam mengisi akal itu lebih dibutuhkan oleh manusia daripada makanan yang mengisi perutnya, dan mencari harta benda dunia itu tidak lebih payah dari mencari pengetahuan yang berguna dalam memperbaiki perbuatan dan kelakuan. Lembaga-lembaga pendidikan Islam pada waktu itu lebih mementingkan hafalan dalam proses pendidikannya, maka persyarikatan Muhammadiyah menyatakan bahwa pendidikan akal adalah merupakan kebutuhan hidup yang 25 Noeng Muhajir, Pendidikan Islam bagi Masa Depan Umat Manusia” dalam Nurhadi M.Munasir, ed, Dinamika Pemikiran Islam dan Muhammadiyah, Yogyakarta: PP Muhammadiyah, 1997, hal. 96-102 19 terpenting. 26 Pandangan Kyai Haji Ahmad Dahlan tentang pendidikan Islam bertitk tolak dari upaya pengembangan akal melalui proses pendidikan yng pada akhirnya akan bermuara pada tumbuhnya kreatifitas dan memberikan implikasi bagi warga Muhammadiyah untuk memiliki semangat tajdid, 27 pembaharuan pendidikan Islam Pendidikan Muhammadiyah sejak awal menekankan dan mendorong kreatifitas. Hal ini sejalan dengan jiwa pembaharuan yang dicita-citakan yaitu mengembangkan nalar, menolak bid’ah, khurafat dan taqlid. Muhammadiyah menanamkan utamanya adalah ijtihad. Hal ini menjadikan produk didikan Muhammadiyah menampilkan wawasan yang luas, tidak picik, tidak tradisional, toleransi tetapi bukan sinkretis lebih jauh lagi umumnya menjadi manusia berpandangan bebas dan tidak bersedia didikte 28 . Jalur pendidikan yang dikembang kan warga Muhammadiyah meliputi jalur sekolah atau madrasah dan jalur luar sekolah. Jalur sekolah yang terdiri dari Madrasah Mualimin Muhammadiyah 29 dan sekolah umum dengan menambah pelajaran agama Islam berkisar antara 10-15 dalam kurikulumnya. 30 Sedangkan jalur luar sekolah diselenggarakan kursus-kursus yang khusus memberikan pelajaran agama Islam, seperti kursus Mubalighin, Wustho Mualimin, Zu’ama, Zaimat dan majlis-majlis taklim. 31 Lembaga pendidikan madrasah yang sebelumnya merupakan pondok pesantren Muhammadiyah memberikan pelajaran agama dan ilmu umum secara bersama-sama. Adapun pendidikan agama yang diajarkan terutama yang bersumber dari kitab-kitab fiqh dari madzhab Imam Syafi’i, ilmu tasawuf karangan Imam Ghazali, tauhid dari kitab Risalah Tauhid dan kitab tafsir Jalalain dan tafsir al-Manar. Sedangkan pengetahuan umum meliputi ilmu 26 Malik Fadjar, Op.Cit., hal. 19 27 Munir Mulkhan, Op.Cit,hal. 94 28 Malik Fadjar, Op.Cit.,hal.4 29 Madrasah Mualimin Muhammadiyah cikal bakalnya adalah pondok Muhammadiyah yang didirikan KH.Ahmad Dahlan tahun 1920, kemudian pada tahun 1924 berubah nama menjadi Kweek School Muhammadiyah yang kemudan dikenal dengan madrasah Mualimin Mualimat Muhammadiyah. Dengan adanya perubahan peraturan, bentuk madrasah yang ada sekarang dikenal Raudhatul Atfal, Ibtidaiyyah, Tsanawiyah dan Aliyah, lihat Din Syamsuddin, Op.Cit., hal.223 30 Sekolah umum Muhammadiyah sudah dirintis penyelenggaraannya sejak tahun 1926 yang bernama HIS met de Qur’an, kemudian berganti nama menjadi Holland Inlandse School [HIS] Muhammadiyah tidak lama berdiri pula MULO HIK dan Schakel School Muhammadiyah dan saat sekarang tingkatan lembaga sejenis adalah Taman Kanak-Kanak, SD,SLP dan SLA bahkan sampai Perguruan Tinggi. Bersarakan laporan Muktamar ke 41 jumlah madrasah dan sekolah mencapai + 14384 buah sedngkan Perguruan Tinggi dari berbagai jenis; Universitas, Institut, Sekolah Tinggi dan Akademi sebanyak 67 buah dengan + 120 Fakultas, lihat Ibid., hal.224 31 Ibid., hal. 223 20 sejarah, ilmu hitung, menggambar, bahasa Melayu, bahasa Belanda dan bahasa Inggris. 32 Pendidikan agama Islam yang diberikan pada sekolah-sekolah di Muhammadiyah terangkum dalam mata pelajaran Al-Islam. 33 Dan Kemuhammadiyahan yang merupakan sistematisasi dan metodologis interaksi formal usaha pengarahan perkembangan manusia sebagai ‘abid dan khalifah yang terikat dalam sistematika gerakan Islam dan dakwah. 34 Pendidikan dalam Muhammadiyah menerapkan sekolah dengan memberi muatan pendidikan keagamaan. Hal ini terlihat dari data yang dikemukakan Delier Noer sebagai berikut : Pada tahun 1925 dalam bidang pendidikan Muhammadiyah memiliki delapan Hollands School, sebuah sekolah guru di Yogyakarta, 32 sekolah dasar lima tahun, sebuah schakelschool, dan 14 buah, yang seluruhnya sebanyak 119 orang guru dan 4.000 murid. 35 Pada tahun 1929. organisasi ini telh mempublikasikan penerbitan sejumlah 700.000 buku buku dan brosur, kemudian pada tahun 1938 telah memiliki 31 perpustakaan umum dan 1.774 sekolah. 36 Nampak dari data-data di atas, sekolah Muhammadiyah lebih menekankan pengembangan ilmu umum dengan peranan sekolah sebagaimana yang berkembang sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat. Kondisi seperti ini merupakan hal yang baru pada waktu itu. Dalam perkembangan kondisi tersebut dapat dikatakan sebagai hal yang biasa, karena hampir semua lembaga pendidikan telah mengintegrasikan ilmu umum dan ilmu agama dalam kurikulum pendidikannya. Terlebih-lebih dewasa ini telah ada Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional SPN tahun 2003. 32 Amir Hamzah Wiryosukarto, Pembaharuan Pendidikan dan Pengajaran Islam, Singasar UP, Ken Mutia, 1966, hal 122-123 33 Penyebutan Al-Islam menjadi ciri khas pendidikan Muhammadiyah adalah agar warga Muhammadiyah menjadi manusia muslim yang melaksanakan semua komponen pendidikan Islam yang mantap dan terpadu, lihat Di Seputar Percakapan Pendidikan dalam Muhammadiyah, hal.46-47 34 Ibid., hal. 17 35 Deliar Noer, Op.Cit., hal.95. 36 Deliar Noer, Op.Cit.,hal 97 21 Pendidikan umat Islam di Indonesia pada awal abad ke 20 masih dalam keadaan belum memprioritaskan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, mereka belum ada kesanggupan untuk melaksanakan ajaran Islam dengan sebenar-benarnya. Bahwa persyarikatan Muhammadiyah berpandangan hanya dengan melalui pendidikan Islam yang diterapkan dengan metode yang tepat, kiranya ketertinggalan umat Islam akan dapat terkejar. 37 Persyarikatan Muhammadiyah pada dasarnya tidak terpaku pada salah satu cara dalam mencapai tujuan pendidikan. Hal ini terlihat dari upaya yang dilakukan warga Muhammadiyah dalam mengembangkan pendidikan dengan melalui berbagai cara, baik formal maupun non formal. Yang penting,bahwa pengembangan tersebut dititik beratkan pada memberikan bimbingan agar peserta didik dapat bertindak secara aktif, kreatif, inovatif dan dinamis dalam kehidupannya. Dengan demikian, persyarikatan Muhammadiyah telah membawa ide-ide baru pada awal kelahirannya. Namun pembaharuan Islam yang dilaksanakan berorientasi pada bidang pendidikan, yang meliputi kelembagaan, metode dan kurikulum. Sedangkan dalam bidang pemikiran keagamaan, persyarikatan Muhammadiyah masih tergolong kepada tradisional. 4. Pandangan K.H.Ahmad Dahlan Tentang Kehidupan Sekalipun cukup banyak kitab-kitab yang dibaca dan dipelajari, KH. Ahmad Dahlan termasuk pemikir dan pembaharu yang tidak meninggalkan tulisan dalam bentuk kitab atau catatan tertulis. Tidak adanya peninggalan karya tulis ini karena yang ditinggalkan adalah berupa pesan-pesan lisan dalam berbagai forum agar kembali pada petunjuk alQuran dan as-Sunnah dan juga dikarenakan adanya kekhawatiran pengikutnya hanya akan berpegang pada tulisan atau ajarannya saja yang justru akan memandekkan dalam berfikir dan berpendapat. KH. Ahmad Dahlan menempatkan al-Quran dan as-Sunnah sehagai rujukan utama yang menghargai kebebasan berfikir dan berpendapat agar ada dinamika dan kemajuan dalam ber- 37 Ibid.,hal. 166 22 Islam. Dengan demikian, Islam dirasakan akan selalu segar dalam zaman yang selalu berubah ini. 38 Juga dikatakan; Dahlan is a pragmatist, he didnt leave any writing about his , life or his ideas. There are few sketchy biographies- in the, form of brief articles or slim books and a few unecdots but most of these contain personal interperiation and speculative assasments about him and his alleghed teaching. 39 Namun ada seorang murid yaitu R.H Hadjid yang secara tekun berguru dan bergaul selama bertahun-tahun sampai akhir hayat KH. Ahmad Dahlan dan menuangkan inti sari pelajaran yang dipelajarinya secara tertulis dalam bentuk buku kecil yang diberi judul falsafah Pelajaran KH. A Dahlan. Menurut Hadjid dalam pelajaran yang diberikan berkali-kali KH.Ahmad Dahlan menampakkan rasa takutnva kepada berita besar Nabaal Adziem yang disebut dalam al-Quran surat an-Naba. Ini tercermin dalam kata-kata, pelajaran dan nasehat yang KH Ahmad Dahlan sampaikan, disamping itu pada akhir usianya KH Ahmad Dahlan lebih menampakkan sifat raja mengharapkan rahmat dan pertolongan Tuhan. 40 Rasa takut yang menyelimuti KH Ahmad Dahlan dengan didasari kecerdasan dan dibekali ilmu agama yang dimilikinya justru menumbuhkan keberanian mengadakan reformasi dalam mensikapi berbagai persoalan dalam hidup ini. Apakah akan terbelenggu dalam ketertutupan dan keterbelakangan atau maju menuju keterbukaan dan kemajuan. Dalam kesempatan lain yang juga diulang-ulang KH Ahmad Dahlan mengingatkan manusia bahwa hidup di dunia ini hanya sekali sebagaimana dikatakan: Kita manusia ini hanya di dunia sekali, sesudah itu akan mendapat kebahagiaankah atau kesengsaraankah”. Seringkali KH Ahmad Dahlan mengutarakan kata ulama yang artinya: 38 M.Rusli Karim, Op.Cit, tahu n 1986, halaman 14 39 Alfian, Op.Cit, tahun 1989. halaman 136 40 RH Hajid, Op.Cit.,tt., halaman 5. 23 Manusa itu semuanya mati perasaannya kecuali orang-orang yang beramal, dan orang-orang berilmupun dalam keadaan kebingungan kecuali mereka yang beramal, dan orang yang beramalpun dalam kekhawatiran kecuali mereka yang ikhlas”. KH Ahmad Dahlan juga memberikan gambaran tentang kehidupan manusia, dikatakan bahwa hidup manusia itu ibarat orang yang sedang berdiri di atas pagar sumur, tanah di bawahnya telah roboh, lagipula di dalam sumur itu ada seekor ular yang sangat besar. Dia berpegang pada tali timba yang hampir putus yang akhirnya akan putus juga. Orang yang berdiri di atas sumur tadi tidak menyadari bahwa dia dalam keadaan mukanya menengadah ke atas lidahnya menjulur sambil mengecap menikmati manisnya madu yang menetes dari atas. Ia lengah dan lupa akan tali yang hampir putus, pagar sumur yang akan roboh dan lubang sumur yang menganga. 41 Rasa takut terhadap masa depan sebagaimana dirasakan oleh KH Ahmad Dahlan dan bahaya yang akan menerpa justru memunculkan keberanian yang luar biasa untuk menghadapi tantangan hidup, apalagi KH Ahmad Dahlan selalu mengatakan bahwa hidup ini hanya sekali yang penuh spekulasi. Dalam menghadapi tantangan hidup tersebut perlu membekali diri dengan penuh keyakinan diri agar tidak berspekulasi dalam menghadapi kehidupan. Problema kehidupan tidak dihindari dan ditinggalkan serta mengisolasi diri tetapi justru dihadapi dan diselesaikan. Ada tiga hal yang ditekankan oleh KH Ahmad Dahlan dalam memandang dan mensikapi berbagai persoalan kehidupan ini yaitu hidup yang dikaitkan dengan ilmu, amal dan sikap ikhlas. Dalam kaitannya dengan ilmu KH Ahmad Dahlan melihat adanya faktor internal umat Islam yang dirasakan tidak memberdayakan ilmunya secara optimal. Di samping itu secara eksternal adanya umat lain dalam kehidupan yang lebih maju karena ilmunya dan juga timbulnya kebangkitan dunia Islam dengan pembaharuan dalam pemikiran untuk mengejar ketertinggalan. Oleh karena itu yang dilaksanakan KH. Ahmad Dahlan adalah menghadapi berbagai persoalan hidup, dengan ilmu yang bentuk konkritnya dengan menyelenggarakan pendidikan dan dakwah. Bahkan 41 RH.Hajid, Op.Cit,tt, halaman 6 Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software 24 sebelum mendirikan persyarikatan Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan sudah mendirikan sekolah Islam modern yang sangat maju untuk ukuran umat Islam saat itu, seperti mendirikan Kweekschool Islam dan HIS met de Qur’an. Di samping itu dia juga mengajar di sekolah-sekolah yang didirikan oleh Gubernur Belanda seperti, Kweekschool dan AMS. 42 Hal ini dilakukan mengingat ketidak berdayaan lembaga pendidikan Islam yang ada dalam mengejar ketertinggalan karena adanya keyakinan bahwa dengan memodernisir lembaga pendidikan tradisional berarti identik dengan Belanda yang kafir dan karena identik dengan yang kafir, ia juga akan menjadi kafir 43 . Namun di sini KH Ahmad Dahlan justru berpendapat lain, dia mendirikan sekolah Islam yang menggunakan sistem Belanda tanpa harus menjadi Belanda, dia menggunakan sistem klas dengan meja dan papan tulis, menggunakan metode pengajaran yang baru dan memvariasikan kurikulumnya dengan kurikulum umum. Itulah makanya dimana-mana didirikan sekolah agama untuk menggapai ilmu ini. Data statistik menunjukkan menurut catatan Muhammadiyah tetah memiliki ratusan lembaga pendidikan dari tingkat Taman Kanak-Kanak TK hingga perguruan tinggi, karena bidang pendidikan memang menjadi salah satu garapan utamanya. Bagi KH Ahmad Dahlan kemajuan suatu bangsa salah satu seginya dapat diukur dengan kemajuan ilmu pengetahuan yang telah dicapainya. Yang diwasiatkan KH Ahmad Dahlan kepada para muridnya dalam kaitannya dengan ilmu adalah: 1 Memajukan dan menggembirakan pengajaran dan pelajaran agama Islam di tanah Indonesia. 2 memajukan dan mengembirakan hidup sepanjang kemauan agama Islam dalam kalangan sekutu-sekutunya. Dikatakan selanjutnya Islam tidak akan hapus dari permukaan bumi, tapi bisa hapus dari bumi Indonesia, jika umat Islam tidak memeliharanya” 44 42 S e jarah H idu p Wa hid Has yim ,Pan itia Buku Per inga ta n Alma rhu m KH .A. Wa hid H a syim, ta hu n 175 , hala ma n 241 . 43 M.Rusli Karim ed, Muhammadiyah dalam Kritik dan Komentar, CV Rajawali, Jakarta, tahun 1986, halaman 5 44 H.Djarnawi Hadikusumo, Op,Cit, tt, halaman 6 Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software 25 Dalam kaitan dengan ilmu ini maka memelihara agama adalah dengan melestarikan ilmu agama itu sendiri dan mengajarkannya serta mempelajarinya, tentu saja untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. tentang pengamalan ini akan dibahas tersendiri setelah uraian masalah ilmu ini. Faktor ilmu ini pula yang mendorong KH Ahmad Dahlan untuk mengadakan pembaharuan agar Islam selalu dirasakan tetap segar dan mampu menjawab tantangan zaman. Adanya kemunduran dalam berbagai bidang kehidupan, kemunduran dalam berakidah, kemunduran dalam memegang kepada sumber-sumber ajaran Islam serta kemunduran dalam bidang ekonomi dengan tidak melaksanakan dalam kaitannya dengan harta benda dan kesejahteraan umum, ini dikarenakan oleh adanya kemunduran dalam bidang pendidikan baik sistem kelembagaannya, materi dan metodologinya. sehingga pendidikan Islam tidak mampu menghadapi kehidupan ini. Atas dasar hal tersebut maka yang dilaksanakan KH Ahmad Dahlan adalah mengembalikan pegangan umat Islam kepada sumber aslinya yaitu al-Quran dan as- Sunnah, mendirikan lembaga pendidikan, lembaga penyantunan sosial dalam wujud panti asuhan anak yatim dan orang-orang miskin, balai pengobatan dan sebagainya untuk mengentaskan kemiskinan dan memperdayakan umat. Hal ini selanjutnya dijabarkan oleh KH Mas Mansyur dalam perumusan tujuan yang akan dicapai yaitu memperkuat aqidah lslamiyah, memperluas pengetahuan agama, kemampuan untuk evaluasi diri. menanamkan budi pekertiakhlakul karimah, menegakkan keadilan dan menumbuhkan sikap bijaksana. Dalam hal ini Prof Dr. Hamka mengemukakan bahwa untuk melaksanakan idealisme ini perlu adanya kekuatan yang menggerakkan, kekuatan itu bukan pedang tetapi organisasi yang teratur dan rapi serta disiplin. Muhammadiyah dengan organisasi otonominya didirikan untuk mewujudkan idealisme ini. 45 Hal kedua yang mendapat penekanan dalam sikap hidup KH Ahmad Dahlan adalah bidang amal usaha dan ini merupakan identitas kehidupannya. Menurut pandangannya beragama adalah beramal, artinya berbuat sesuatu melakukan tindakan 45 Sejarah Hidup KH Wahid Hasyim, tahun 1957, halaman 248 Abdu l Minir Mulkan. op.cit. tahun 1990, halaman 8. 26 sesuai dengan isi pedoman al-Quran dan as-Sunnah. 46 Dikatakan pula bahwa didirikannya persyarikatan Muhammadiyah ,justru untuk beramal, tidak ada gunanya Mendirikan parsyarikatan kalau tidak ada amal usaha yang nyata. Suatu saat dalam pengajian KH Ahmad Dahlan menyampaikan pesan; Kamu tidak mau menjalankan tugas amal itu karena kamu tidak bisa, bukan ? Beruntunglah Marilah saya ajarkan soalnya itu. Jadi kalau sudah dapat dan mengerti kamu harus menjalankan. Dan soalnya kalau kamu tidak mau, asal tidak mau saja. Siapakah yang dapat mengatasi orang yang sengaja sudah tidak mau.” 47 Ilmu dan amal merupakan suatu kesatuan, juga dikatakan ajaran Islam mewajibkan pemeluknya untuk mencari ilmu setinggi mungkin dan dengan ilmu yang dicapainya itu setiap orang harus melakukan sesuatu dalam rangka mengamalkan ilmunya. Suatu ketika KH Ahmad Dahlan memberikan pengajian tafsir kepada murid- muridnya. Pengajian berhenti pada tafsir surat Al-Maun, dan kyai tidak bersedia menamhah surat lagi melainkan surat Al-Maun itu saja yang diulang-ulang.Murid-- murid menjadi bosan dan salah seorang diantaranya yang bernama Sudjak memberanikan diri menyatakan kebosanannya. Atas pernyataan ini kyai menjawab bahwa pelajaran tidak akan ditambah sebelumnya yang diajarkan diamalkan lebih dahulu. Murid-murid tercengang dan menanyakan bagaimana cara mengamalkan surat AI-Maun itu agar tidak menjadi orang yang membohongi agama. Oleh KH Ahmad Dahlan murid-muridnya diajak ke pasar dan jalan-jalan untuk mencari anak yatim dan pengemis kemudian mereka diajak ke masjid untuk dimandikan dengan sabun dan diganti pakaiannya dengan pakaian bekas yang bersih dan masih baik dan utuh. Pekerjaan ini dilakukan beberapa hari berturut-turut dan para murid disibukkan untuk mendatangi rumah-rumah mengumpulkan pakaian. sabun dan uang. 48 . 46 Abdul Munir Mulkan, Op.Cit, tahun 1990, halaman 8 47 Solihin Salam, Op.Cit, tahun 1962, halaman 24 48 H.Djarnawi Hadikusumo,Dari Jamaluddin Al-Ghani sampai KH Ahmad Dahlan, tt.halaman 51, dan Nurholis Majid,dkk, Aspirasi Umat Islam Indonesia, Op.Cit, 1983, halaman 131 27 Pada kesempatan lain dengan semboyan sedikit bicara banyak bekerja dalam pengajian yang diadakan di kalangan jamaah AI-Irsyad di Jakarta, KH. Ahmad Dahlan dalam pidato vang tajam dan memukau menerangkan betapa pentingnya hidup ini di isi amal usaha yang konkrit sebagaimana yang telah dirintisnya dalam mendirikan sekolah-sekolah Islam yang saat itu masih merupakan suatu hal yang baru. Anggota ,jama’ah menyambutnya dengan antusias dan senang hati berlomba-- lomba untuk beramal. Dalam waktu yang singkat bagaikan pohon yang dirontokkan buahnya dapat dikumpulkan derma sampai ribuan rupiah yang luar biasa banyaknya untuk ukuran saat itu. 49 Sebagai wujud dari amal usahanya pada tahun 1916, empat tahun setelah Muhammadiyah didirikan oleh KH Ahmad Dahlan persyarikatan telah itu membangun 266 lembaga PKU yang didirikan dari 210 panti asuhan, 13 BPRB. 8 RS dan 8 sekolah kesehatan. 50 Saat Direktur Jenderal Agraria membuka pengurusan sertifikat tanah melalui Prona ada 8500 sertifikat tanah yang diurus oleh PP Muhammadiyah dengan luas tanah yang beragam dari hanya 100 - 200 m2 sampai dengan 8-12 ha 51 Oleh Alfian dikatakan bahwa salah satu keberhasilan KH Ahmad Dahlan adalah sebagaimana diungkapkannya : He appeared to have shrewdly ludged his societs and for that matter he had been able to create a more or less favourable surrounding of Muhammadiyah, thereby enabling him to work quietly but tiredly in building he solid foundation of movement. This was the secret of Dahlan success.” 52 Hal ketiga yang ditekankan dalam sikap hidup KH Ahmad Dahlan adalah keikhlasannya dalam beramal. Keikhlasan ini telah dicontohkan sendiri dalam segala tindakannya seperti halnya ketika membangun musholla dan menggunakan rumahnya untuk tempat sekolah. KH Ahmad Dahlan menekankan bahwa dalam hati seseorang harus ditanamkan gairah dan gerak hati untuk maju dengan landasan moral dan 49 Solichin Salam, Op.Cit, tahun 1963, halaman 60, :Sejarah Hidup Wahid Hasyim,tahun 1957, halaman 243. 50 M.Rusli, Op.Cit, tahun 1986, halaman 224 51 Ibid, halaman 203 52 Alfian, Op.Cit, tahun 190, halaman 9 Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software 28 keikhlasan dalam beramal. 53 Keikhlasan beramal inilah yang dapat dirasakan dalam wasiat menjadi pedoman dalam beramal sebagaimana dikemukakan : Jangalah kamu mencari penghidupan dalam persyarikatan, tapi hidupkanlah Muhammadiyah ”. 54 Dari tiga hal tersebut di atas yaitu ilmu, amal dan ikhlas sebagaimana dipesankan oleh KH Ahmad Dahlan dan menjadi sikap hidupnya, pertumbuhan dan perkembangan persyarikatan yang dibina oleh KH Ahmad Dahlan dapat maju dengan pesat. Dengan demikian tidak adanya peninggalan KH Ahmad Dahlan dalam bentuk tulisan dan kitab-kitab, itu menandakan justru seluruh amal usaha yang dirintisnya itu merupakan tulisan KH Ahmad Dahlan yang sebenarnya. Tulisan dalam bentuk amal usaha yang berkembang pesat baik kuantitas maupun kualitas merupakan refleksi dari sikap hidupnya dan itu untuk menjawab tantangan kemunduran umat Islam saat itu dan untuk memenuhi kemajuan umat. Berkali-kali KH Ahmad Dahlan mengingatkan bahwa hidup itu hanya sekali yang diterjemahkan hidup sekali itu harus dioptimalkan aspek keduniaannya dengan tidak mengisolasi diri tetapi justru untuk memajukan kehidupan dunia dalam rangka menatap kehidupan yang abadi di akhirat. Kelengahan dalam hidupnya yang dijabarkan oleh KH.Ahmad Dahlan dalam pengajiannya seperti yang digambarkan sebagai orang yang sedang berdiri di pagar sumur tua yang akan runtuh dan pasti runtuh sambil berpegang pada tali yang akan putus sementara di dalam sumur ada ular besar dan orang tadi sedang menikmati kelezatan manisnya madu. Gambaran ini justru menguatkan semangat untuk mengingatkan umat Islam akan kandungan surat A1-Ashr yang dibiasakan dibaca dalam setiap pengajian agar bisa diresapi kandungannyam dijadikan motor pengerak kehidupan dengan meneguhkan- iman dan meningkatkan amal shaleh dan saling ingat mengingatkan akan kebenaran dan sikap sabar, itu semua dilakukan agar hidup tidak merugi. Tali pegangan yang akan putus mengingatkan manusia yang suatu saat akan kehabisan usia karena waktu, itu selalu berjalan tiada henti, pagar tembok sumur yang 53 AM.Mulkan, Op.Cit, tt, halamn 51 54 Solihin Salam, Op.Cit, tt, halaman 51 Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software 29 akan runtuh mengibaratkan datangnya hari akhir. manisnya madu diibaratkan kenikmatan dunia yang hanya sesaat namun melengahkan kehidupan manusia itu sendiri. Untuk umat Islam saat itu penggambara kehidupan seperti yang disampaikan oleh KH.Ahmad Dahlan itu sangat diperlukan untuk memudahkan di dalam memahami hidup. Surat Al-Imran ayat 104 yang dijadikan rujukan dalam persyarikatan yang dirintisnya merupakan identitas dari setiap gerak dan langkahnya, yaitu gerakan amar ma’ruf nahi munkar agar umat manusia dapat meraih keberuntungan hidup baik di dunia yang hanya sekali ini maupun juga keberuntungan hidup yang lebih abadi di akherat. D sinilah letak kekuatan moral dari gerak sosial vang disebarluaskan diantara para muridnya, karena untuk dapat beramar maruf dan bernahi munkar terhadap orang lain, para murid KH Ahmad Dahlan harus lebih dahulu beramar maruf dan bernahi munkar terhadap dirinya sendiri. Salah satu contoh yang jelas dan yang benar-benar berat untuk dilaksanakan pada saat itu, sebelum mendirikan persyarikatan adalah upaya KH Ahmad Dahlan dalam meluruskan kiblat sholat vang sudah mentradisi menghadap ke barat yang mendapat tantangan dari para kyai yang ada dan juga mengadakan gerakan kebersihan lingkungan seperti selokan dan jalan kampung. untuk ukuran sekarang upaya kebersihan dalam contoh tersebut sangatlah sederhana, tetapi untuk memahami kebersihan di mana kadar kesadaran sosial tentang kebersihan masih sangat rendah dan yang lebih mementingkan kesucian formal ketimbang kebersihan riel gerakan KH Ahmad Dahlan tersebut merupakan gerakan yang luar biasa. Karena kebersihan lingkungan masih merupakan acuan normatif teoritik ketimbang sebagai amalan praktek. Menurut Kuntowijoyo memang gebrakan kepeloporan KH Ahmad Dahlan itu hanya dilakukan satu kali pada saat itu, yaitu saat KH Ahmad Dahlan meletakkan dasar-dasar pembaharuan sebagaimana tercermin dalam sikap hidupnya yang kemudian dikembangkan dengan konsep-konsep yang lebih rasional dan dikongkritkan dalam kehidupan sosial dalam bentuk amal usaha. Disebutkan bahwa ada empat aspek potensial yang menampakkan diri dalam masyarakat muslimin 30 Indonesia pada saat KH Ahmad Dahlan mengadakan pembaharuan yang kemudian dikelompokkan ke dalam kelompok tradisional dan Muhammadiyah. Empat aspek potensial yang tampak itu adalah untuk kelompok tradisional dari segi SDM-nya adalah petani, ideologinya madzhab faham golongan, produknya pesantren, dan efeknya adalah penerimaan secara dogmatikkonservatif; sebaliknva kelompok Muhammadiyah tampak dari segi SDMnya adalah kelas menengah commercial class. ideologi tajdid, produk sekolah modern, panti asuhan, rumah sakit, poliklinik dan lain-lain, sedang dari segi efeknya adalah munculnya rasionalis dalam kehidupan. 55 Sebagai penutup perlu direnungkan Ruh yang menyemangati sikap hidup KH Ahmad Dahlan dan perlu dibedakan dengan “Jasad fisik yang tampak dalam gerakannya. Dengan meminjam istilah Hamka dalam buku M Rusli Karim: Ruhnya adalah semangat gerakan tajdid pembaharuan Islam di Indonesia untuk mengamalkan Islam dengan sebenar-benarnya dan jasad fisiknya adalah organisasi Muhammadiyah yang didirikan dengan segala sarana prasarana dan aktivitasnya, baik bangunan fisik maupun adminstrasi managemennya. Dengan demikian organisasi Muhammadiyah adalah sekedar kendaraan yang ditumpanginya untuk mengantarkan ke pencapaian tujuan. hal ini perlu dimengerti karena banyak umat yang tidak berkendaraan Muhammadiyah tetapi mempunyai Ruh” atau gerakan seperti Muhammadiyah.

6. Tawaran Konsep dan Saran Strategis Pendidikan Islam.