28 Maka berlakulah ketentuan bahwa nasabah yang menyimpan atau
menyetorkan uangnya kepada bank dilakukan bukan dengan cuma-Cuma artinya, pihak bank harus memberikan bunga kepada nasabahnya.
B. Asas-Asas Dalam Hubungan Hukum Antara Bank Dengan Nasabah
Hubungan hukum antara bank dan nasabah berlandaskan pada beberapa asas antara lain yaitu :
1. Hubungan Kepercayaan Fiduciary relation
Asas kepercayaan adalah suatu asas yang mengatakan bahwa usaha bank dilandasi hubungan kepercayaan antara bank dengan nasabahnya.
Hubungan antara bank dengan nasabah adalah hubungan pinjam- meminjam yang antara debitor bank dan kreditor nasabah penyimpan
dana yang dilandasi oleh asas kepercayaan. Dengan kata lain, bahwa menurut Undang-Undang Perbankan, hubungan antara bank dengan
nasabah bukan hanya hubungan kontraktual biasa antara debitor dan kreditor yang diliputi oleh asas-asas umum dari hukum perjanjian, tetapi
juga hubungan kepercayaan yang diliputi asas kepercayaan secara ekspilit Undang-Undang mengakui hubungan antara bank dengan nasabah
penyimpan dana adalah hubungan kepercayaan, yang membawa konsekuensi bank tidak boleh hanya memperhatikan kepentingan
nasabah.
19
Hubungan antara nasabah juga bersifat sebagai hubungan kepercayaan yang membebankan kewajiban kepercayaan Fiduciary
19
Sutan Remy Sjahdeni, A, Kebebasan Berkontrak Dan Perlindungan Yang Sumbang Bagi Para Dalam Perjanjian Kredit Bank Indonesia, Jakarta : Institut Bank Indonesia, 1993,
hal.167
Universitas Sumatera Utara
29 obligation kepada bank terhadap nasabah. Oleh karena itu, masyarakat
bisnis dan perbankan Indonesia berpendapat bahwa hubungan antara bank dengan nasabah debitur juga hubungan yang berdasarkan kepercayaan.
20
Hal ini dapat dilihat dalam penjelasan Pasal 29 ayat 1 Undang- Undang perbankan bahwa:
Hubungan antara bank dengan nasabah bukan sekedar hubungan kontraktual belaka, melainkan juga hubungan kepercayaan. Dengan
demikian, bank hanya bersedia memberikan kredit kepada nasabah debitor atas dasar kepercayaan bahwa nasabah debitor mampu dan mau membayar
kembali kredit tersebut demikian pula hubungan antara bank dan nasabah debitor yaitu hubungan perjanjian kredit, bukanlah hubungan kontraktual
biasa melainkan juga hubungan kepercayaan.
21
2. Hubungan Kehati-Hatian Prudential Relation
Mengingat bank terutama bekerja dengan dana dari masyarakat yang disimpan pada bank atas dasar kepercayaan, setiap bank perlu
terus menjaga kesehatannya dan memelihara kepercayaan masyarakat padanya.
Dengan demikian bank harus memperhatikan kepentingan nasabah,
karena Undang-Undang pun mengakui bahwa antara bank dan nasabah adalah hubungan kepercayaan.
Asas kehati-hatian adalah suatu asas yang menyatakan bahwa bank dalam menjalankan fungsi dan kegiatan usahanya wajib menerapkan
prinsip kehati-hatian dalam rangka melindungi dana masyarakat yang dipercayakan kepadanya.
20
Ibid.
21
Undang-Udang No.10 Tahun 1998 Mengenai Perubahan Undang-Undang No.7, LN No.182 Tahun 1999, Tentang Perbankan Pasal 29 Ayat 1
Universitas Sumatera Utara
30 Tujuan dilakukannya prinsip kehati-hatian tidak lain adalah agar
bank selalu dalam keadaan sehat, dengan kata lain agar bank selalu dalam keadaan sehat, dengan kata lain agar bank selalu dalam keadaan liquid dan
solvent. Dengan diberlakukannya prinsip kehati-hatian diharapkan kadar kepercayaan masyarakat terhadap perbankan tetap tinggi, sehingga
masyarakat bersedia tidak ragu-ragu menyimpan dana di bank.
22
Prinsip kehati-hatian harus dijalankan oleh bank bukan hanya karena dihubungkan dengan kewajiban bank agar tidak merugikan
kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya kepada masyarakat, yaitu sebagai bagian dari sistem moneter yang menyangkut kepentingan
semua anggota masyarakat dan bukan hanya nasabah dari bank itu saja.
23
3. Hubungan Kerahasiaan Confidential Relation
Asas kerahasiaan adalah asas yang mengharuskan atau mewajibkan bank merahasiakan segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan
dan lain dari nasabah bank yang merupakan kelaziman dunia perbankan wajib dirahasiakan. Karena ini adalah untuk kepentingan bank sendiri
karena bank memerlukan kepercayaan masyarakat yang mampu menyimpan uangnya di bank.
24
22
Sutan Remy Sjahdeini, B, Sudah Memadaikah Perlindungan Yang Diberikan Oleh Hukum Kepada Nasabah Penyimpan Dana, Surabaya : Orasi Ilmiah Universitas Airlangga, 1994
23
Ibid., hal. 170
24
Ibid., hal. 171
Masyarakat hanya mempercayakan uangnya pada bank atau memanfaatkan jasa bank apabila bank menjamin bahwa tidak akan ada
penyalahgunaan pengetahuan bank tentang simpanannya. Dengan demikian, bank harus memegang teguh rahasia bank.
Universitas Sumatera Utara
31 Keterkaitan bank terhadap ketentuan atau kewajiban merahasiakan
keadaan nasabahnya menunjukan bahwa hubungan antara bank dengan nasabah dilandasi oleh asas kerahasiaan. Oleh karena itu, hubungan antara
bank dengan nasabah adalah hubungan kerahasiaan. Di Indonesia kerahasiaan bank diatur dalam Pasal 40 sampai
dengan Pasal 45 Dan Pasal 47 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan undang-undang
nomor 10 tahun 1998.
25
25
Sjahdeini, B, ibid., hal. 173 Pasal 40
Bank dilarang memberikan keterangan yang tercatat pada bank tentang keadaan keuangan dan hal-hal lain dari nasabahnya, yang wajib dirahasiakan oleh bank menurut
kelaziman dalam dunia perbankan, kecuali dalam hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41, Pasal 42, Pasal 43, Dan Pasal 44.
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 berlaku pula bagi pihak terafiliasi. Pasal 41
Untuk kepentingan perpajakan, menteri berwenang mengeluarkan perintah tertulis kepada bank agar memberikan keterangan dan memperlihatkan bukti-bukti tertulis serta
surat-surat mengenai keadaan keuangan nasabah tertentu kepada pejabat pajak. Perintah tertulis sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, harus menyebutkan nama pejabat
pajak dan nama nasabah wajib pajak yang dikehendaki keterangannya. Pasal 42
untuk kepentingan peradilan dalam perkara pidana, menteri dapat memberi izin kepada polisi, jaksa atau hakim untuk memperoleh keterangan dari bank tentang keadaan
keuangan tersangka atau terdakwa pada bank. Izin sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 diberikan secara tertulis atas permintaan
tertulis dari kepala Kepolisian Republik Indonesia, Jaksa Agung, Atau Ketua Mahkamah Agung.
Permintaan sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 harus menyebutkan nama dan jabtan polisi, jaksa atau hakim, nama tersangka atau terdakwa, sebab-sebab keterangan
diperlukan dan hubungan perkara pidana yang bersangkutan dengan keterangan- keterangan yang diperlukan.
Pasal 43 1
Dalam perkara perdata antara bank dengan nasabahnya, direksi bank yang bersangkutan dapat menginformasi kepada pengadilan tentang keadaan keuangan
nasabah yang bersangkutan dan memberikan keterangan lain yang relevan dengan perkara tersebut.
Pasal 44 1
Dalam rangka tukar-menukar informasi antar bank, direksi bank dapat memberitahukan keadaan keuangan nasabahnya kepda pihak lalin.
2 Ketentuan mengenai tukar-menukar informasi sebagaimana dimaksud dalam ayat
1 diatur lebih lanjut oleh bank Indonesia. Pasal 45
Pihak yang merasa dirugikan oleh keterangan yang diberikan oleh bank sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41, Pasal 42, Pasal 43, dan Pasal 44, berhak untuk
Universitas Sumatera Utara
32
C. Hak Dan Kewajiban Antara Bank Dengan Nasabah