Sementara itu, Undang-Undang Tentara Nasional Indonesia TNI baru terbentuk 2 tahun kemudian dari lahirnya Undang-Undang Kepolisian yang baru,
yaitu Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia. Menurut Pasal 3 Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 TNI berkedudukan di bawah Presiden.
Sedangkan dalam kebijakan dan strategi pertahanan serta dukungan admiistraasi, TNI di bawah koordinasi Departemen Pertahanan.
182
3.2.7 Kekuasaan Memberi Gelar dan Tanda Kehormatan Lainnya
Kekuasaan Presiden dalam hal memberikan gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan diatur di dalam Pasal 15 UUD 1945. Sebelum berubah pasal
tersebut berbunyi: “Presiden memberi gelaran, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan.”
183
Namun pada perubahan pertama, pasal tersebut mengalami sedikit perubahan menjadi: “Presiden memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain
tanda kehormatan yang diatur dalam undang-undang.”
184
Ternyata perintah “diatur lebih lanjut dengan undang-undang” sebagaimana terdapat dalam Pasal 15 UUD 1945 setelah perubahan sampai
sekarang belum dibuat. Menurut daftar program legislasi nasional Prolegnas yang dikeluarkan oleh DPR, rancangan undang-undang pemberian gelar, tanda
jasa, dan tanda kehormatan linnya menempati urutan ke-37 daftar antri, yang akan diprioritaskan pada tahun 2007. Sehingga yang dipakai saat ini Juli 2007 adalah
berbagai peraturan pemerintah yang berkaitan dengan pemberian “bintang dan satyalencana”.
dalam plaksanaaannya bertanggungjawab kepada Presiden sesuai dengan peraturan perundang- undangan.”
182
Pasal 3 Ayat 1 UU Nomor 34 Tahun 2004.
183
Pasal 15 UUD1945 sebelum perubahan.
184
Pasal 15 UUD1945 setelah perubahan.
Universitsa Sumatera Utara
Tanda jasa “satyalencana” diberikan kepada orang yang berjasa besar pada bangsanegara. Tanda jasa “prasamyapurnakaryanugraha” diberikan kepada
propinsi yang berhasil melaksanakan pembangunan. Tanda jasa “samkaryanugaha” diberikan kepada kesatuan ABRI yang memperoleh
prestasi.
185
3.2.8 Kekuasaan Membentuk Dewan Pertimbangan Presiden
Pada Sidang Umum MPR tahun 2002 diadakan Dewan Pertimbangan Presiden sebagai pengganti dari penghapusan Dewan Pertimbangan Agung pada
perubahan keempat UUD 1945. Mayoritas alasan dari fraksi-fraksi yang ada di MPR ketika itu mengenggap lembaga ini tidak efektif. Sebelum memutuskan
perlunya pembubaran lembaga ini, berbagai langkah telah dilakukan, seperti melakukan kunjungan ke berbagai daerah untuk menyerap aspirasi masyarakat,
mengundang para ahli terutama ahli hukum dan tata negara, dan mengundang ketua dan anggota DPA yang ketika itu masih menjabat.
3.2.9 Kekuasaan Mengangkat dan Memberhentikan Mentri-menteri