Kekuasaan di Bidang Peraturan Perundang-undangan

wewenang negara atau pemerintah. Tugas-tugas dan wewenang tersebut dapat dikelompokkan ke dalam beberapa golongan:  Tugas dan wewenang administrasi di bidang keamanan dan ketertiban umum. 161  Tugas dan wewenang menyelenggarakan tata usaha pemerintahan mulai dari surat-menyurat sampai kepada dokumentasi, dan lain-lain.  Tugas dan wewenang administrasi negara di bidang pelayanan umum.  Tugas dan wewenang administrasi negara di bidang penyelenggaraan kesejahteraan umum. Sedangkan kekuasaan penyelenggaraan pemerintahan yang bersifat khusus, menurut Bagir Manan, adalah penyelenggaraan tugas dan wewenang pemerintahan secara konstitusional berada di tangan Presiden pribadi yang memiliki sifat prerogatif di bidang pemerintahan, yaitu; Presiden sebagai pimpinan tertinggi angkatan bersenjata, dalam hubungan dengan luar negeri, dan hak memberi gelar dan tanda jasa. Meskipun kekuasaan tersebut bersifat “prerogatif”, tetapi karena berada dalam lingkungan kekuasaan pemerintahan maka menjadi bagian dari objek administrasi negara. 162

3.2.2 Kekuasaan di Bidang Peraturan Perundang-undangan

a. Kekuasaan Mengajukan RUU, dan Membahasnya Bersama DPR Berdasarkan Pasal 5 UUD 1945 sebelum perubahan presiden memegang kekuasaan membentuk undang-undang dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat DPR. Namun, setelah perubahan kekuasaan membentuk undang-undang 161 Ibid 162 Ibid. hal. 127-128 Universitsa Sumatera Utara dipegang oleh DPR sebagaimana yang diatur dalam Pasal 20 Ayat 1 UUD 1945 setelah perubahan. Secara tegas Pasal tersebut mengatakan, “Dewan Perwakilan Rakyat membentuk undang-undang.” 163 Meskipun begitu, presiden tetap mempunyai hak untuk mengajukan rancangan undang-undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat. Tetapi, khusus mengenai rancangan undang-undang tentang anggaran pendapatan dan belanja negara, hanya Presiden yang mempunyai kekuasaan untuk mengajukan rancangannya. DPR dan DPD tidak mempunyai kewenangan untuk mengajukan rancangan mengenai hal tersebut. 164 Segala macam rancangan undang-undang harus dibahas bersama dengan presiden untuk mendapat persetujuan bersama. Jika rancangan undang-undang tersebut tidak mendapatkan persetujuan bersama, maka rancangan undang-undang itu tidak boleh diajukan lagi dalam persidangan Dewan Perwakilan Rakyat masa itu. 165 Setiap undang-undang yang telah mendapat persetujuan bersama antara DPR dan Presiden harus mendapat pengesahan presiden. 166 Namun, jika rancangan undang- undang yang telah mendapat persetujuan bersama tersebut dalam 30 hari sejak mendapat persetujuan bersama tersebut tidak mendapat pengesahan dari presiden, maka rancangan undang-undang ini sah menjadi undang-undang Pasal 20 ayat 5. Ketentuan tersebut berbeda dengan ketentuan sebelum perubahan UUD 1945, dimana jika suatu rancangan undang-undang telah mendapat persetujuan bersama tetapi belum disahkan oleh presiden, maka undang-undang tersebut tidak bisa diberlakukan. 163 Pasal 20 Ayat 1 UUD 1945 setelah perubahan. 164 Pasal 23 Ayat 1 UUD 1945 setelah perubahan. 165 Pasal 20 Ayat 2 UUD 1945 setelah perubahan. 166 Pasal 20 Ayat 5 UUD 1945 setelah perubahan. Universitsa Sumatera Utara Menurut Jimly Asshiddiqie, tindakan pengesahanpresiden sebagaimana yang dimaksud oleh Pasal 20 Ayat 4 UUD 1945 tersebut hanyalah bersifat administratif belaka, karena secara materiil rancangan undang-undang yang telah mendapat persetujuan bersama antara DPR dan presiden yang diputuskan dalam rapat paripurna DPR-RI adalah tindakan pengesahan yang bersifat materiil, sedangkan pengesahan oleh presiden sebagaimana dimaksud oleh Pasal 20 Ayat 4 tersebut adalah pengesehan yang bersifat formiil. 167 Apalagi dengan adanya ketentuan Pasal 20 Ayat 5 yang menentukan jika dalam waktu 30 hari sejak mendapat persetujuan bersama tersebut tidak mendapat pengesahan dari presiden, maka RUU itu sah menjadi undang-undang. Sehingga bisa dipastikan RUU yang telah mendapat persetujuan bersama pasti akan menjadi undang-undang. b. Kekuasaan Membentuk Peraturan Pemerintah sebagai Pengganti Undang-Undang Perpu Ketentuan Pasal 22 Ayat 1 UUD 1945 tidak mengalami perubahan, yaitu “Dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa, presiden berhak menetapkan peraturan pemerintah sebagai pengganti undang-undang”. Menurut Bagir Manan, wewenag presiden menetapkan perpu adalah wewenang luar biasa di bidang perundang-undangan. Sedangkan kewenangan ikut membentuk undang-undang, peraturan pemerintah dan peraturan presiden adalah wewenang biasa. 168 Syarat pokok yang harus dipenuhi oleh seorang presiden ketika akan mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Perpu tesebut adalah adanya ”unsur kepentingan yang memaksa.” Tidak ada penjelasan resmi 167 Jimly Asshiddiqie, Perihal Undang-undang di Indonesia, Jakarta: Sekretariat Jendral dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI,2006. hal.297. 168 Bagir Manan, Lembaga Kepresidenan, Op.cit, hal.153. Universitsa Sumatera Utara yang berkaitan dengan unsur dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa tersebut. Bagir Manan mencatat dalam praktiknya selama ini, hal ihwal kegentingan yang memaksa tidak sekadar diartikan sebagai adanya bahaya, ancaman, atau berbagai kegentingan lain yang langsung berkenaan dengan negara atau rakyat banyak. Menurut Bagir Manan, penafsiran maupun pertimbangan-pertimbangan subjektif dari presideen dalam menerjemahkan “kegentingan yang memaksa” sebagai suatu keadaan kedaruratan dan tidak hanya terbatas pada ancaman bahaya atas keamanan, keutuhan negara, atau ketertiban umum. Selain itu dapat juga dimasukkan terjadinya krisis ekonomi, bencana alam, dan keadaan yang memerlukan adanya pengaturan setingkat undang-undang. Dapat juga dimasukkan terjadinya kekosongan undang-undang yang mendesak untuk diadakan, atau penangguhan penerapan suatu undang-undang yang dikhawatirkan akan menimbulkan keguncangan atas ketertiban umum, atau melukai rasa keadilan. 169 c. Kekuasan Menetapkan Peraturan Pemerintah “Presiden menetapkan Peraturan Pemerintah untuk menjalankan undang- undang sebagaimana mestinya.” 170 Demikian bunyi Pasal 5 ayat 2 UUD 1945 yang tidak mengalami perubahan. Peraturan Pemerintah PP bisa dibuat berdasarkan pertimbangan presiden untuk melaksanakan undang-undang. Menurut Bagir Manan, dalam hal ini tidak ada perintah tegas dari undang-undang, presiden bebas memilih bentuk pertaturan lain seperti Keputusan Presiden Kepres yang bersifat mengatur, yang berganti nama dengan istilah peraturan presiden, kecuali apabila hal tersebut akan melanggar asas-asas umum peraturan perundang- 169 Ibid. 170 Pasal 5 Ayat 2 UUD 1945. Universitsa Sumatera Utara undangan yang baik atau pembatasan teknis lainnya. 171 Karena PP ditetapkan untuk melaksanakan Undang-Undang, maka materinya jangan sampai berseberangan dengn materi muatan UU.

3.2.3 Kekuasaan di Bidang Yudisial