Tanda jasa “satyalencana” diberikan kepada orang yang berjasa besar pada bangsanegara. Tanda jasa “prasamyapurnakaryanugraha” diberikan kepada
propinsi yang berhasil melaksanakan pembangunan. Tanda jasa “samkaryanugaha” diberikan kepada kesatuan ABRI yang memperoleh
prestasi.
185
3.2.8 Kekuasaan Membentuk Dewan Pertimbangan Presiden
Pada Sidang Umum MPR tahun 2002 diadakan Dewan Pertimbangan Presiden sebagai pengganti dari penghapusan Dewan Pertimbangan Agung pada
perubahan keempat UUD 1945. Mayoritas alasan dari fraksi-fraksi yang ada di MPR ketika itu mengenggap lembaga ini tidak efektif. Sebelum memutuskan
perlunya pembubaran lembaga ini, berbagai langkah telah dilakukan, seperti melakukan kunjungan ke berbagai daerah untuk menyerap aspirasi masyarakat,
mengundang para ahli terutama ahli hukum dan tata negara, dan mengundang ketua dan anggota DPA yang ketika itu masih menjabat.
3.2.9 Kekuasaan Mengangkat dan Memberhentikan Mentri-menteri
Kekuasaan mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri didasarkan pada Pasal 17 Ayat 2 UUD 1945.
186
Sebelum perubahan UUD 1945, kekuasaan ini tidak diatur lebih lanjut dengan suatu peraturan perundang-undangan.
Pelaksanaan kekuasaan tersebut dalam praktik kenegaraan selama ini diserahkan secara mutlak kepada Presiden. Pengangkatan menteri-menteri dilakukan oleh
presiden sejak ia mendapatkan mandat dari MPR dalam Sidang Umum MPR
185
Suwoto Mulyosudarmo, op. cit., hal. 116-117.
186
Pasal 17 UUD 1945 sebelum perubahan.
Universitsa Sumatera Utara
sampai dengan masa jabatannya selesai. Pemberhentian menteri-menteri oleh Presiden dapat dilakukan di tengah-tengah masa jabatannya tersebut. Seluruh
tindakan tersebut dalam praktiknya dapat dilakukan secara tertutup tanpa perlu meminta nasihat, mendapatkan usulan dan pertanggungjawaban dari lembaga
negara yang lain, karena ini merupakan hak prerogatif Presiden. Pasal 17 mengalami sedikit perubahan, yaitu jika sebelum perubahan,
Presiden bebas melakukan pembentukan, pengubahan, dan pembubaran kementrian negara, maka setelah perubahan ketiga UUD 1945 hal tersebut tidak
bisa dilakukan dengan serta-merta, karena semua itu diatur dengan undang- undang.
187
Artinya Presiden memerlukan persetujuan DPR.
188
Namun, dalam hal pengangkatan da pemberhentian menteri-mnteri, Presiden bebas melakukan kapan
saja tanpa harus meminta persetujuan pertimbangan dari lembaga negara lainnya.
3.2.10 Kekuasaan Mengangkat, Menetapkan atau Meresmikan Pejabat-
Pejabat Negara Lainnya
Setelah perubahan UUD 1945, Presiden RI juga mempunyai beberapa kekuasaan konstitusional dalam hal pengangkatan, pemberhentian, penetapan
maupun peresmian pejabat-pejabat negara tertentu yang diperolehnya setelah perubahan ketiga UUD 1945 pada tahun 2001, yaitu; pertama, berdasarkan Pasal
23F UUD 1945, Presiden mempunyai kekuasaan konstitusional untuk meresmikan anggota Badan Pemeriksaan Keuangan yang telah dipilih oleh Dewan Perwakilan
Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah.
189
187
Pasal 17 UUD 1945 setelah perubahan.
188
Jimly asshidiqie, perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi, Op. cit., hal. 178.
189
Pasal 23F Ayat 1 UUD 1945 setelah perubahan ketiga.
Universitsa Sumatera Utara
Kedua, berdasarkan Pasal 24A Ayat 3 UUD 1945, Presiden mempunyai kekuasaan untuk menetapkan calon Hakim Agung usulan dari komisi yudisial
yang disetujui oleh DPR
190
Ketiga, berdasarkan Pasal 24B Ayat 3 UUD 1945, Presiden mempunyai kekuasaan untuk mengangkat dan memberhentikan anggota
komisi yudisial dengan persetujuan DPR.
191
Keempat, berdasarkan Pasal 24C UUD 1945, Presiden juga mempunyai kekuasaan untuk mengusulkan 3 hakim
konstitusi dan menetapkan sembilan hakim konstitusi yang diusulkan masing- masing tiga dari Mahkamah Agung, tiga dari DPR, dan tiga dari Presiden
sendiri.
192
4. Pola Hubungan Kekuasaan Presiden-DPR 4.1 Hubungan Kekuasaan Presiden-DPR dalam UUD 1945 Sebelum