2.4 Menyusun Urutan Kegiatan
Menyusun urutan kegiatan atau hubungan kegiatan yang satu dengan yang lain dalam proses pembuatan jaringan kerja, didasarkan atas logika ketergantungan. Hal ini
merupakan salah satu aturan dasar dalam menyusun jaringan kerja. Ketergantungan ini dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu :
a. Ketergantungan Alamiah Sebagian besar ketergantungan disebabkan oleh sifat kegiatan itu sendiri. Misalnya
kasus untuk pendirian sebuah rumah. Kegiatan untuk menaikkan atap belum dapat dilakukan sebelum pekerjaan mendirikan tiang
penyangga diselesaikan. Ketergantungan demikian disebut ketergantungan alamiah, karena meskipun
seandainya tersedia cukup tenaga atau sumber daya lain, tetapi tiang belum berdiri dan siap menyangga atap, maka pelaksanaan pekerjaan menaikkan atap belum dapat
dimulai.
b. Ketergantungan Sumber Daya Jenis lain dari ketergantungan adalah ketergantungan sumber daya. Sebagai contoh
pekerjaan membuat pondasi tidak dapat dilakukan bersamaan waktunya dengan pekerjaan pabrikasi tiang atau kerangka atap, karena kurangnya tenaga kerja, sehingga
harus dilakukan secara berurutab atau seri. Dalam contoh ini ketergantungan tersebut disebabkan oleh terbatasnya dana atau sumber daya.
Menyusun jaringan kerja pada awalnya hendaknya didasarkan atas ketergantungan alamiah. Pada taraf selanjutnya nanti bila sampai pada analisa
keperluan sumber daya, mungkin penyesuaian atau revisi dilakukan.
Usaha menyusun urutan kegiatan yang mengikuti logika ketergantungan akan dipermudah dengan menjawab pertanyaan berikut :
• Kegiatan apa yang dimulai terlebih dahulu • Mana kegiatan berikutnya yang akan dilakukan
• Adakah kegiatan-kegiatan yang berlangsung sejajar • Perlukah mulainya kegiatan tertentu menunggu yang lain
Universitas Sumatera Utara
Contoh 1
Sebagai gambaran dalam menyusun komponen-komponen kegiatan proyek menjadi jaringan kerja, berikut ini adalah contoh proyek pembangunan gudang kerangka besi,
seperti yang terdapat pada tabel 2.1 dibawah ini.
Tabel 2.1. Proyek Pembangunan Gudang kerangka besi
Kegiatan Keterangan
Kegiatan Yang
Mendahului i
j
1 2
3 4
1 2
3 4
5 6
A B
C D
E F
Membuat gambar desain Membeli material
Menyiapkan lahan Pabrikasi tiang dan atap
Membuat pondasi Mendirikan bangunan
A A
B C
B,C
Proyek dipecah menjadi 6 komponen pekerjaan dan ditentukan urutannya. Pada langkah ini, yang diberi perhatian hanyalah menyusun kegiatan-kegiatan tersebut
berdasarkan hubungan ketergantungan, sedangkan hal-hal lain akan ditinjau pada tahap berikutnya. Terlihat bahwa kegiatan pembelian material B harus menunggu
selesainya pembuatan gambar desain A, karena sebelum desain diselesaikan belum diketahui jumlah maupun macam material secara tepat. Demikian pula halnya dengan
pekerjaan menyiapkan lahan C harus menunggu sampai gambar desain selesai untuk mengetahui misalnya berapa ukuran penggalian tanah untuk pondasi yang harus
disiapkan. Dari analisis diketahui bahwa kegiatan pembelian material B dapat dilakukan bersamaan waktunya dengan kegiatan menyiapkan lahan C. Selanjutnya
mudah dimengerti bahwa pekerjaan pabrikasi 3-5 harus menunggu tersedianya material. Sedangkan mengecor pondasi 4-5 menunggu selesainya menyiapkan lahan
C. Pekerjaan mendirikan bangunan F baru dapat dimulai bila dua pekerjaan yang mendahuluinya telah selesai, yaitu membuat fondasi E dan pabrikasi tiang dan atap
Universitas Sumatera Utara
1
2 3
4 2
2
telah dikerjakan D. Bila kegiatan-kegiatan diatas disusun dalam diagram jaringan kerja kan terlihat seperti pada gambar 2.3 dibawah ini :
A B D F
C E
Gambar 2.1. Jaringan Kerja Proyek Pembangunan Kerangka besi
2.5 Metode yang Digunakan