Selanjutnya dapat dikembangkan hambatan model tersebut. Pertama, menentukan waktu aktivitas
j i
→ sebagai
ij
t , dimana perbedaan antara waktu kejadian pada node j dan waktu kejadian pada node
i
harus paling tidak sama dengan waktu aktivitas
ij
t
. Sebuah kumpulan hambatan yang menyatakan kondisi adalah :
ij i
j
t x
x ≥
−
Model umum program linear untuk perumusan jaringan CPM ini dapat dirangkum sebagai
Minimum
m
x Z
= Dengan kendala
ij i
j
t x
x ≥
− untuk seluruh aktivitas
j i
→
, ≥
j i
x x
Diketahui
i
x = waktu kejadian pada node
i
j
x
= waktu kejadian pada node j
ij
t
= waktu aktivitas j
i →
m = node terakhir dalam jaringan
Solusi untuk model program linear ini akan mengindikasikan waku tercepat kejadian setiap simpul dalam jaringan serta lamanya waktu proyek tersebut.
2.7 Penentuan Biaya Dalam CPM
Selain CPM dapat digunakan untuk menentukan waktu paling cepat sebuah proyek dapat terselesaikan dan mengidentifikasi waktu kelonggaran Slack paling lambat
sebuah kegiatan dapat dimulai tanpa menghambat jadwal proyek keseluruhan, metode ini juga mampu melakukan analisis terhadap sumber daya yang dipakai dalam proyek
biaya agar jadwal yang dihasilkan akan jauh lebih optimal dan ekonomis.
Suatu proyek menggambarkan hubungan antara waktu terhadap biaya. Perlu dicatat bahwa, biaya disini merupakan biaya langsung misalnya biaya tenaga kerja,
Universitas Sumatera Utara
pembelian material dan peralatan tanpa memasukkan biaya tidak langsung seperti biaya administrasi, dan lain-lain. Adapun istilah-istilah dari hubungan antara waktu
penyelesaian proyek dengan biaya yang dikeluarkan adalah sebagai berikut:
1. Waktu Normal Adalah waktu yang diperlukan bagi sebuah proyek untuk melakukan rangkaian
kegiatan sampai selesai tanpa ada pertimbangan terhadap penggunaan sumber daya.
2. Biaya Normal Adalah biaya langsung yang dikeluarkan selama penyelesaian kegiatan-kegiatan
proyek sesuai dengan waktu normalnya.
3. Waktu Dipercepat Waktu dipercepat atau lebih dikenal dengan Crash Time adalah waktu paling
singkat untuk menyelesaikan seluruh kegiatan yang secara teknis pelaksanaannnya masing mungkin dilakukan. Dalam hal ini penggunaan sumber daya bukan
hambatan.
4. Biaya untuk Waktu Dipercepat Atau Crash Cost merupakan biaya langsung yang dikeluarkan untuk
menyelesaikan kegiatan dengan waktu yang dipercepat.
2.8. Waktu Aktivitas Crashing
Waktu yang sudah dicapai dalam penjadwalan suatu proyek merupakan waktu normal. Namun waktu normal ini masih dapat diperpendek lagi guna mencapai waktu
penyelesaian yang paling singkat. Usaha untuk memperpendek waktu aktivitas ini disebut Crashing. Untuk mencapai waktu crashing ini biasanya akan menambah
sumber daya seperti tenaga kerja dan lembur, sehingga akan memperbanyak biaya proyek. Semakin cepat suatu proyek selesai maka semakin banyak biaya yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek tersebut. Oleh karena penambahan sumber daya dengan aktivitas crashing biasanya menghasilkan tambahan biaya proyek, maka
Universitas Sumatera Utara
perlu mengidentifikasi aktivitas yang paling sedikit biayanya untuk dicrash dan kemudian meng-crash aktivitas itu hanya sejumlah yang diperlukan untuk memenuhi
waktu penyelesaian proyek yang diinginkan.
Untuk menentukan dimana dan berapa banyak crash waktu aktivitas, maka diperlukan informasi mengenai berapa banyak setiap aktivitas dapat dicrash dan
berapa banyak biaya proses crashing itu.
Untuk mendapatkan informasi ini, maka perlu mengistemasi biaya aktivitas di bawah waktu normal, mengistemasi waktu untuk menyelesaikan aktivitas itu dengan
crashing maksimum.
Tujuan pokok untuk mempercepat waktu penyelesaian adalah memperpendek waktu penyelesaian proyek dengan kenaikan biaya yang seminimal mungkin. Proses
mempercepat waktu penyelesaian proyek dinamakan Crash Program. Akan tetapi, terdapat batas waktu percepatan crash time yaitu suatu batas dimana dilakukan
pengurangan waktu melewati batas waktu ini akan tidak efektif lagi.
Anggaplah
ij
t
= waktu normal untuk aktivitas j
i →
ij
tc
= waktu untuk aktivitas j
i → dengan crashing masksimum
ij
τ = kemungkinan maksimum pengurangan waktu untuk
aktivitas j
i → karena crashing maksimum
Dengan
ij
t
dan
ij
tc
diketahui, maka
ij
τ dapat dihitung sebagai berikut :
ij
τ =
ij
t
-
ij
tc
..............................................................................2.4
Berikut jika dianggap :
ij
C
= menyatakan biaya untuk aktivitas j
i → dalam waktu normal.
ij
Cc
= menyatakan biaya dengan aktivitas j
i → dengan
crashing maksimum.
Universitas Sumatera Utara
Jadi berdasarkan waktu per unit, biaya crashing
ij
S
untuk setiap aktivitas adalah :
ij
S
=
ij ij
ij
C Cc
τ
−
.......................................................................................2.5
Biaya
Waktu A
B
Waktu Normal
Biaya Normal
Titik Normal
Biaya untuk
waktu dipercepat
Waktu Dipercepat
Titik Dipercepat
Gambar 2.4. Hubungan antara waktu dan biaya pada keadaan normal dan crash
Dengan menggunakan crash schedule, tentu saja biayanya akan jauh lebih besar dibandingkan dengan normal schedule. Dalam crash schedule akan dipilih
kegiatan-kegiatan kritis dengan tingkat kemiringan terkecil untuk mempercepat pelaksanaannya. Langkah ini dilakukan sampai seluruh kegiatan mencapai nilai crash
time-nya. Perhitungan yang dilakukan untuk menentukan sudut kemiringan waktu dan biaya suatu kegiatan atau lebih dikenal dengan slope adalah:
Biaya Dipercepat – Biaya Normal
Slope Biaya =
Waktu Normal – Waktu Dipercepat
Universitas Sumatera Utara
2.8.1. Crashing Dengan Model Linear Programming
Untuk jaringan yang besar maka diperlukan prosedur matematis untuk menentukan keputusan crashing optimal. Dalam hal ini pemograman linear dapat digunakan untuk
menyelesaikan masalah crashing jaringan. Hal pertama yang dikerjakan dalam menentukan keputusan crashing adalah menentukan variabel-variabel keputusan
sebagai berikut :
i
x = waktu terjadinya peristiwa
i
j
x
= waktu terjadinya peristiwa j
m
x = waktu terjadinya peristiwa paling akhir
m
ij
t
= waktu kegiatan j
i →
ij
tc
= waktu crashing maksimum kegiatan j
i →
ij
τ = kemungkinan maksimum pengurangan waktu untuk
aktivitas j
i → karena crashing maksimum
ij
C
= menyatakan biaya untuk aktivitas j
i → dalam waktu normal.
ij
Cc
= menyatakan biaya dengan aktivitas j
i → dengan
crashing maksimum
j i
S
→
= Slope biaya untuk kegiatan j
i →
Dimana
i
, j = node 1,2,3,...
j i
→ = nama kegiatan A,B,C,...
Oleh karena tujuan yang terutama adalah memperpendek atau mempersingkat waktu penyelesaian proyek dengan meminimalkan biaya crashing, maka fungsi tujuan
program linearnya adalah :
∑
m m
m
S Min
τ .................................................................................................2.6 Dimana
ij
S
= biaya crash untuk kegiatan j
i → berdasarkan waktu per unit.
Dan yang menjadi fungsi kendala adalah waktu maksimum untuk crashing.
Universitas Sumatera Utara
Untuk kendala yang menjelaskan struktur jaringan, dimulai dari event
i
dengan asumsi bahwa
=
i
x Untuk event berikutnya
i A
A j
x t
x +
− ≥
τ
j B
B k
x t
x +
− ≥
τ
. .
.
1 −
+ −
≥
m Z
Z m
x t
x τ
Selanjutnya dengan dengan menggunakan metode simpleks dapat diperoleh jawaban optimalnya.
Kendala untuk model ini mencakup penggambaran jaringan kerja dan pembatasan waktu crash aktivitas. Dari semua ini, kendala yang digunakan untuk
menggambarkan jaringan mungkin merupakan kendala yang paling sulit. Kendala kendala itu didasarkan pada persyaratan berikut ini :
1. waktu terjadinya peristiwa
i
i
x harus lebih besar daripada atau sama dengan waktu penyelesaian aktivitas untuk semua aktivitas yang menuju node atau
peristiwa itu. 2. waktu awal suatu aktivitas sama dengan waktu terjadinya node atau peristiwa
pendahulunya. 3. waktu untuk menyelesaikan satu waktu aktivitas adalah sama dengan waktu
normalnya dikurang panjang waktu yang dicrash.
Dengan menambah batasan bahwa ≥
m
x maka dapat dicari waktu crashing
optimal dengan menggunakan metode simpleks.
Sebagai contoh diambil sebuah jaringan kerja pembangunan sebuah ruko, dimana akan dicari waktu percepatan optimalnya dengan menggunakan metode
simpleks.
Universitas Sumatera Utara
Contoh 2
Tabel 2.3. Logika ketergantungan Pembangunan Ruko
Kode Nama Kegiatan
Waktu hari
Kegiatan yang mendahului
A Pembersihan
7 -
B Dinding
6 -
C Atap
8 A
D Lantai
5 B
E Cat + Keramik
7 C, D
Dengan estimasi biaya pembangunan ruko adalah sebagai berikut :
Tabel 2.4. Estimasi biaya
Kode Nama kegiatan
Waktu normal hari
Waktu crashing max
hari Biaya normal
Rp. .000 Crash
costhari Rp. .000
A Pembersihan
7 3
800 200
B Dinding
6 2
1200 300
C Atap
8 3
500 100
D Lantai
5 2
360 120
E Cat + keramik
7 3
600 150
Penyelesaian:
Berdasarkan Tabel Logika ketergantungan diatas maka dapat digambarkan jaringan kerjanya sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
1 C
D B
5 4
3 2
A
6 7
8
5 E
15 7
7 7
15 22
22
6 10
Gambar 2.5. Jaringan kerja pembangunan ruko
i Penentuan Jalur Kritis Perhitungan maju
-
1
ES = 0 -
2
ES = maks
A
D ES
+
1
= maks 0 + 7 = 7
-
3
ES = maks
B
D ES
+
1
= maks 0 + 8 = 8
-
4
ES = maks
D C
D ES
D ES
+ +
3 2
, = maks
5 6
, 8
7 +
+ = maks
11 ,
15 = 15
-
5
ES = maks
E
D ES
+
4
= maks 15 + 7 = 22
Perhitungan mundur -
22
5 5
= = ES
LF -
4
LF = min
E
D LF
−
5
= min 22 – 7 = 15
Universitas Sumatera Utara
-
3
LF = min
D
D LF
−
4
= min 15 – 5 = 10
-
2
LF = min
C
D LF
−
4
= min 15 – 8 = 7
-
1
LF = min
A B
D LF
D LF
− −
2 3
, = min
7 7
, 6
10 −
− = 0
Dengan menggunakan formulasi 2.2 yaitu :
ij i
j i
j
D LF
LF ES
ES =
− =
−
Maka yang menjadi jalur kritis pada jaringan kerja pembangunan ruko adalah : A – C – E
1 C
D B
5 4
3 2
A
6 7
8
5 E
15 7
7 7
15 22
22
6 10
Gambar. 2.6. Jalur kritis Pembangunan ruko
ii Penentuan Biaya Crashing Optimum dengan menggunakan pendekatan Program Linear.
Data dari tabel dan gambar yang dilengkapi dengan informasi waktu penyelesaian, dapat digunakan untuk memformulasikan model linear programming.
Jika
i
x adalah waktu yang yang dibutuhkan untuk menyelesaikan event -
i
, dan
j
τ adalah waktu percepatan yang dapat dilakukan pada aktivitas j , maka untuk proyek
pada contoh diatas dapat diformulasikan :
Universitas Sumatera Utara
Min Z = 200.000
A
τ + 300.000
B
τ + 100.000
C
τ + 120.000
D
τ + 150.000
E
τ Dengan kendala
time crash
dan time
normal selisih
kendala
E D
C B
A
≤ ≤
≤ ≤
≤
3 2
3 2
3
τ τ
τ τ
τ
13
6
≤ x
→ kendala batas waktu percepatan Untuk kendala yang menjelaskan struktur jaringan, dimulai dari event -1 dengan
asumsi bahwa
1
= x
Untuk event – 2 :
2
x ≥
A aktivitas
normal waktu
-
percepatan waktu
A
τ +
x A
aktivitas untuk
awal Waktu
1
=
2
x ≥ 7 -
A
τ + 0 atau
2
x +
A
τ -
1
x ≥ 7
Untuk event – 3 :
3
x 6
+ −
≥
B
τ atau
6
1 3
≥ −
+ x
x
B
τ Untuk event – 4, dibutuhkan dua kendala, yaitu jalur aktivitas C dan jalur aktivitas D :
4
x
2
8 x
C
+ −
≥ τ
atau 8
2 4
≥ −
+ x
x
C
τ
4
x
3
5 x
D
+ −
≥ τ
atau 5
3 4
≥ −
+ x
x
D
τ Untuk event – 5 :
5
x
4
7 x
E
+ −
≥ τ
atau 7
4 5
≥ −
+ x
x
E
τ
Dengan menambah batasan ,
, ,
,
5 4
3 2
1
≥ x
x x
x x
, maka dengan menggunakan metode simpleks waktu yang optimal untuk percepatan akan didapat.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.5. Tabel Simpleks pertama pendahuluan
A
τ
B
τ
C
τ
D
τ
E
τ
1
x
2
x
3
x
4
x
5
x
1
s
2
s
3
s
4
s
5
s
6
s
7
A
8
s
8
A
9
s
9
A
10
s
10
A
11
s
11
A
12
s
12
A
13
s
14
s
15
s
16
s
17
s
Sol .
basis
Cj 200
300 100
120 150
1
s
1 1
3
2
s
1 1
2
3
s
1 1
3
4
s
1 1
2
5
s
1 1
3
6
s
1 13
7
A
M 1
1
8
A
M 1
-1 1
-1 1
7
9
A
M 1
-1 1
-1 1
6
10
A
M 1
-1 1
-1 1
8
11
A
M 1
-1 1
-1 1
5
12
A
M 1
-1 1
-1 1
7
13
s
-1 1
14
s
-1 1
15
s
-1 1
16
s
-1 1
17
s
-1 1
Cj – Zj
200 300
100 120
150
M
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.6. Tabel Simpleks kedua
A
τ
B
τ
C
τ
D
τ
E
τ
1
x
2
x
3
x
4
x
5
x
1
s
2
s
3
s
4
s
5
s
6
s
7
A
8
s
8
A
9
s
9
A
10
s
10
A
11
s
11
A
12
s
12
A
13
s
14
s
15
s
16
s
17
s
basis
Cj 200
300 100
120 150
Sol. Ras.
1
s
1 1
3 M
2
s
1 1
2 M
3
s
1 1
3 M
4
s
1 1
2 M
5
s
1 1
3 M
6
s
1 1
13 M
7
A
M 1
1 M
8
A
M 1
-1 1
-1 1
7 M
9
A
M 1
-1 1
-1 1
6 M
10
A
M 1
-1 1
-1 1
8 8
11
A
M 1
-1 1
-1 1
5 5
12
A
M 1
-1 1
-1 1
7
13
s
-1 1
M
14
s
-1 1
M
15
s
-1 1
M
16
s
-1 1
17
s
-1 1
M
Cj – Zj 200
300 100
120 150
M -1
-1 -1
-1 -1
1 -1
-1 1
1 1
1 1
33 Masuk :
4
x
; keluar
11
A
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.7. Tabel Simpleks ketiga
A
τ
B
τ
C
τ
D
τ
E
τ
1
x
2
x
3
x
4
x
5
x
1
s
2
s
3
s
4
s
5
s
6
s
7
A
8
s
8
A
9
s
9
A
10
s
10
A
11
s
11
A
12
s
12
A
13
s
14
s
15
s
16
s
17
s
basis
Cj 200
300 100
120 150
Sol. Ras.
1
s
1 1
3 M
2
s
1 1
2 M
3
s
1 1
3 M
4
s
1 1
2 M
5
s
1 1
3 M
6
s
1 1
13 M
7
A
M 1
1 M
8
A
M 1
-1 1
-1 1
7 M
9
A
M 1
-1 1
-1 1
6 6
10
A
M
1 -1
-1
1
-1 1
3 3
4
x
1 -1
1 1
-1 5
5
12
A
M 1
1 -1
1 -1
1 -1
1 12
13
s
-1 -1
1 1
M
14
s
-1 1
M
15
s
-1 1
M
16
s
1 -1
-1 -1
1 1
5
17
s
-1 1
M
Cj – Zj 200
300 100
120 150
M -1
-1 -1
-1 1
-1 -1
1 1
1 1
1 28
Masuk :
3
x
; keluar
10
A
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.8. Tabel Simpleks keempat
A
τ
B
τ
C
τ
D
τ
E
τ
1
x
2
x
3
x
4
x
5
x
1
s
2
s
3
s
4
s
5
s
6
s
7
A
8
s
8
A
9
s
9
A
10
s
10
A
11
s
11
A
12
s
12
A
13
s
14
s
15
s
16
s
17
s
basis
Cj 200
300 100
120 150
Sol Ras.
1
s
1 1
3 M
2
s
1 1
2 M
3
s
1 1
3 M
4
s
1 1
2 M
5
s
1 1
3 M
6
s
1 1
13 M
7
A
M 1
1 M
8
A
M 1
-1 1
-1 1
7 7
9
A
M 1
-1 1
-1 1
-1 1
1 -1
-1 -1
3 3
3
x
1 -1
-1 1
-1 1
1 1
3 3
4
x
1 -1
1 -1
1 8
5
12
A
M 1
1 -1
1 -1
1 -1
1 15
13
s
-1 1
M
14
s
-1 1
M
15
s
1 -1
-1 -1
1 1
-1 1
3 M
16
s
1 -1
-1 1
1 8
17
s
-1 1
M
Cj – Zj 200
300 100
120 150
M -1
-1 -1
-1 1
-1 -1
1 1
1 1
1 25
Masuk :
2
x
; keluar
9
A
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.9 . Tabel Simpleks kelima
A
τ
B
τ
C
τ
D
τ
E
τ
1
x
2
x
3
x
4
x
5
x
1
s
2
s
3
s
4
s
5
s
6
s
7
A
8
s
8
A
9
s
9
A
10
s
10
A
11
s
11
A
12
s
12
A
13
s
14
s
15
s
16
s
17
s
basis
Cj 200
300 100
120 150
Sol. Ras.
1
s
1 1
3 M
2
s
1 1
2 M
3
s
1 1
3 M
4
s
1 1
2 M
5
s
1 1
3 M
6
s
1 1
13 13
7
A
M 1
1 M
8
A
M 1
-1 1
-1 -1
1 1
-1 -1
1 1
-1 4
M
2
x
1 -1
1 -1
1 -1
1 1
-1 -1
1 3
M
3
x
1 -1
1 -1
1 6
M
4
x
1 1
-1 1
-1 1
-1 1
11 M
12
A
M 1
1 1
-1 1
-1 1
-1 1
-1 1
18 18
13
s
-1 1
M
14
s
1 -1
1 -1
-1 1
1 -1
-1 1
1 3
M
15
s
1 -1
-1 1
1 6
M
16
s
1 1
-1 -1
1 -1
1 1
11 M
17
s
-1 1
M
Cj – Zj 200
300 100
120 150
M
-1 -1
-1
-1
1 1
1 1
1 22
Masuk :
5
x
; keluar
6
s
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.10. Tabel Simpleks keenam
A
τ
B
τ
C
τ
D
τ
E
τ
1
x
2
x
3
x
4
x
5
x
1
s
2
s
3
s
4
s
5
s
6
s
7
A
8
s
8
A
9
s
9
A
10
s
10
A
11
s
11
A
12
s
12
A
13
s
14
s
15
s
16
s
17
s
basis
Cj 200
300 100
120 150
Sol. Ras.
1
s
1 1
3 M
2
s
1 1
2 M
3
s
1 1
3 3
4
s
1 1
2 M
5
s
1 1
3 M
5
x
1 1
13 M
7
A
M 1
1 M
8
A
M 1
-1 1
-1 -1
1 1
-1 -1
1 1
-1 4
4
2
x
1 -1
1 -1
1 -1
1 1
-1 -1
1 3
M
3
x
1 -1
1 -1
1 6
M
4
x
1 1
-1 1
-1 1
-1 1
11 M
12
A
M 1
1 1
-1 -1
-1 1
-1 1
-1 1
5 M
13
s
-1 1
M
14
s
1 -1
1 -1
-1 1
1 -1
-1 1
1 3
M
15
s
1 -1
-1 1
1 6
M
16
s
1 1
-1 -1
1 -1
1 1
11 M
17
s
1 1
13 M
Cj – Zj 200
300 100
120 150
M -1
-1 -1
1 1
1 1
1 1
9 Masuk :
C
τ
; keluar
3
s
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.11. Tabel Simpleks ketujuh
A
τ
B
τ
C
τ
D
τ
E
τ
1
x
2
x
3
x
4
x
5
x
1
s
2
s
3
s
4
s
5
s
6
s
7
A
8
s
8
A
9
s
9
A
10
s
10
A
11
s
11
A
12
s
12
A
13
s
14
s
15
s
16
s
17
s
basis
Cj 200
300 100
120 150
Sol. Ras.
1
s
1 1
3 M
2
s
1 1
2 M
C
τ
100 1
1 3
M
4
s
1 1
2 M
5
s
1
1
3 3
5
x
1 1
13 M
7
A
M 1
1 M
8
A
M 1
-1 -1
-1 -1
1 1
-1 -1
1 1
-1 1
4
2
x
1 1
-1 1
1 -1
1 1
-1 -1
1 6
M
3
x
1 -1
1 -1
1 6
M
4
x
1 1
-1 1
-1 1
-1 1
11 M
12
A
M 1
1 1
-1 -1
-1 1
-1 1
-1 1
5 5
13
s
-1 1
M
14
s
1 1
-1 1
-1 1
1 -1
-1 1
1 6
M
15
s
1 -1
-1 1
1 6
M
16
s
1 1
-1 -1
1 -1
1 1
11 M
17
s
1 1
13 M
Cj – Zj 200
300 120
150 -100
300
M
-1
-1
1 1
1 1
1 1
1 6
Masuk :
E
τ
; keluar
5
s
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.12 . Tabel Simpleks kedelapan
A
τ
B
τ
C
τ
D
τ
E
τ
1
x
2
x
3
x
4
x
5
x
1
s
2
s
3
s
4
s
5
s
6
s
7
A
8
s
8
A
9
s
9
A
10
s
10
A
11
s
11
A
12
s
12
A
13
s
14
s
15
s
16
s
17
s
basis
Cj 200
300 100
120 150
Sol. Ras.
1
s
1 1
3 3
2
s
1 1
2 M
C
τ
100 1
1 3
M
4
s
1 1
2 M
E
τ
150 1
1 3
M
5
x
1 1
13 M
7
A
M 1
1 M
8
A
M 1
-1 -1
-1 -1
1 1
-1 -1
1 1
-1 1
1
2
x
1 1
-1 1
1 -1
1 1
-1 -1
1 6
M
3
x
1 -1
1 -1
1 6
M
4
x
1 1
-1 1
-1 1
-1 1
11 M
12
A
M 1
1 -1
-1 -1
-1 1
-1 1
-1 1
2 M
13
s
-1 1
M
14
s
1 1
-1 1
-1 1
1 -1
-1 1
1 6
M
15
s
1 -1
-1 1
1 6
M
16
s
1 1
-1 -1
1 -1
1 1
11 M
17
s
1 1
13 M
Cj – Zj 200
300 120
-100 -150
750
M -1
1 1
1 1
1 1
1 1
3 Masuk :
A
τ
; keluar
8
A
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.13. Tabel Simpleks kesembilan
A
τ
B
τ
C
τ
D
τ
E
τ
1
x
2
x
3
x
4
x
5
x
1
s
2
s
3
s
4
s
5
s
6
s
7
A
8
s
8
A
9
s
9
A
10
s
10
A
11
s
11
A
12
s
12
A
13
s
14
s
15
s
16
s
17
s
basis
Cj 200
300 100
120 150
Sol. Ras.
1
s
1 1
-1 -1
1 1
-1 -1
1 2
2
2
s
1 1
2 M
C
τ
100 1
1 3
M
4
s
1 1
2 2
E
τ
150 1
1 3
M
5
x
1 1
13 M
7
A
M 1
1 M
A
τ
200 1
-1 -1
-1 -1
1 1
-1 -1
1 1
-1 1
1
2
x
1 1
-1 1
1 -1
1 1
-1 -1
1 6
6
3
x
1 -1
1 -1
1 6
M
4
x
1 1
-1 1
-1 1
-1 1
11 11
12
A
M 1
1 -1
-1 -1
-1 1
-1 1
-1 1
2 2
13
s
-1 1
M
14
s
1 1
-1 1
-1 1
1 -1
-1 1
1 6
6
15
s
1 -1
-1 1
1 6
M
16
s
1 1
-1 -1
1 -1
1 1
11 11
17
s
1 1
13 M
Cj – Zj 500
320 100
-150 200
-200 -200
200 200
-200 -200
200 950
M -1
-1 1
1 1
1 1
1 1
1 2
Masuk :
D
τ
; keluar
1
s
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.14 . Final tabel
A
τ
B
τ
C
τ
D
τ
E
τ
1
x
2
x
3
x
4
x
5
x
1
s
2
s
3
s
4
s
5
s
6
s
7
A
8
s
8
A
9
s
9
A
10
s
10
A
11
s
11
A
12
s
12
A
13
s
14
s
15
s
16
s
17
s
basis
Cj 200
300 100
120 150
Sol.
D
τ
120 1
1 1
1 1
-1 -1
1 1
-1 -1
1 2
2
s
1 1
2
C
τ
100 1
1 3
4
s
-1 -1
-1 1
-1 1
1 -1
-1 1
1 -1
E
τ
150 1
1 3
5
x
1 1
13
7
A
M 1
1
A
τ
200 1
1 3
2
x
-1 1
-1 -1
1 4
3
x
1 -1
1 -1
1 6
4
x
-1 1
-1 -1
-1 1
-1 1
9
12
A
M -1
-1 -1
-1 -1
-1 1
-1 1
-1 1
13
s
-1 1
14
s
-1 -1
-1 1
1 4
15
s
1 -1
-1 1
1 6
16
s
-1 -1
-1 -1
1 -1
1 1
9
17
s
1 1
13
Cj – Zj 180
-320 -220
-150 -120
120 120
-120 -120
120 120
-120 1590
M 1
1 1
1 1
1 1
1 1
Universitas Sumatera Utara
Dengan penggunaan metode simpleks diatas maka didapat : •
3 =
A
τ •
=
B
τ •
3 =
C
τ •
2 =
D
τ •
3 =
E
τ Min Z = Rp. 1.590.000
Maka penambahan biaya untuk percepatan peroyek adalah sebesar Rp. 1.590.000,- dengan waktu pengerjaan proyek setelah dipercepat adalah selama 16 hari.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1. Bentuk Permasalahan
Pada bagian ini penulis akan menyajikan permasalahan yang akan diselesaikan dengan menggunakan metode penyelesaian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya.
Urutan kegiatan yang telah disusun pada tabel 3.1., menggunakan logika ketergantungan serta pola pikir yang sistematis, dimana setiap kegiatan punya kaitan
dengan kegiatan berikutnya. Urutan kegiatan yang tampak pada tabel 3.1. dilengkapi dengan aktivitas yang mendahului setiap kegiatan. Hal ini sangat perlu untuk
menghubungkan setiap kegiatan yang satu dengan kegiatan yang lain, juga berguna untuk menyelesaikan langkah selanjutnya.
Dalam proyek ini sudah terlihat adanya waktu kegiatan dan biaya untuk setiap kegiatan pembangunan. Maka berdasarkan informasi tersebut akan lebih memudahkan
untuk menentukan : a. Berapa total waktu penyelesaian proyek tersebut?
b. Manakah jadwal waktu awal dan waktu akhir waktu penyelesaian untuk setiap aktivitas?
c. Aktivitas manakah yang kritis yang harus diselesaikan dengan jadwal untuk menjaga agar proyek tersebut tetap pada jadwal?
d. Aktivitas manakah yang harus dicrash dan sampai berapa banyak biaya crash untuk mengoptimalkan biaya proyek secara keseluruhan?
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.1. Logika Ketergantungan Pembangunan STMIK KNI
Kode Nama Kegiatan
Waktu hari
Kegiatan yang mendahului
A
Persiapan 2
- B
Clearing + Bowplank 4
A C
Pondasi pembesian, mall dan cor 16
A D
Sloof 6
B,C E
Kolom Lt. 1 pembesian, mall dan cor 7
D F
Dinding lantai 1 20
E G
Balok Lt. 1 pembesian, mall dan cor 17
E H
Struktur Lantai plat dan lantai 11
G I
Kolom Lt. 2 pembesian, mall dan cor 13
F,H J
Balok Lt. 2 pembesian, mall dan cor 11
I K
Pintu, jendela dan accecoris Lt. 1 7
I L
Dinding Lt. 2 20
K M
Kolom Lt. 3 pembesian, mall dan cor 13
J N
Plester Lt. 1 23
J O
Keramik Lt.1 17
J P
Pintu, jendela dan accecoris Lt. 2 8
M Q
Plester Lt. 2 20
L R
Keramik Lt. 2 18
L S
Cat 46
N,P T
Mekanikal – elektrikan 47
N,P U
Balok Lt. 3 pembesian, mall dan cor atap 12
O V
Dinding lantai 3 20
U W
Pintu, jendela dan accecoris Lt. 3 7
Q,R X
Plester Lt.3 18
V Y
Keramik Lt. 3 20
W
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.2 . Estimasi Waktu-Biaya Normal dan Crashing
Kode Nama Kegiatan
Waktu hari
Waktu crash max
hari Biaya
normal Rp .000
crash costhari
Rp .000 A
Persiapan 2
-
10.500 -
B
Clearing + Bowplank 4
-
11.503 -
C Pondasi pembesian, mall dan cor
16 -
14.696 -
D Sloof
6 -
11.998 -
E Kolom Lt. 1 pembesian, mall dan cor
7 -
9.190 -
F
Dinding lantai 1 20
-
14.659 -
G
Balok Lt. 1 pembesian, mall dan cor 17
-
29.292 -
H
Struktur Lantai plat dan lantai 11
-
84.310 -
I Kolom Lt. 2 pembesian, mall dan cor
13 -
17.067 -
J Balok Lt. 2 pembesian, mall dan cor
11 3
18.954 2.369
K
Pintu, jendela dan accecoris Lt. 1 7
1
15.434 2.572
L
Dinding Lt. 2 20
2
16.276 904
M
Kolom Lt. 3 pembesian, mall dan cor 13
3
9.477 948
N Plester Lt. 1
23 6
30.465 1.792
O Keramik Lt.1
17 2
11.724 782
P Pintu, jendela dan accecoris Lt. 2
8 2
14.298 2.383
Q
Plester Lt. 2 20
2
33.826 1879
R Keramik Lt. 2
18 2
12.414 776
S Cat
46 10
28.363 788
T Mekanikal – elektrikan
47 10
20.000 500
U
Balok Lt. 3 pembesian, mall dan cor atap 12
2
20.678 2.068
V
Dinding lantai 3 20
3
13.720 807
W
Pintu, jendela dan accecoris Lt. 3 7
1
19.462 3.244
X Plester Lt.3
18 3
28.513 1.900
Y Keramik Lt. 3
20 2
13.793 766
Universitas Sumatera Utara
3.2. Cara Penyelesaian