Kata Perubahan yang paling banyak dilakukan oleh
❏ Irwansyah Syair Putri Hijau: Sebuah Telaah Filologi
LOGAT JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA
Volume IV No. 2 Oktober Tahun 2008 Halaman 86
kata penghibur yang ditujukan Mambang Yazid pada adiknya Putri Hijau, sedangkan bait 34
melukiskan bagaimana sedihnya Putri Hijau setelah ditinggalkan saudaranya Mambang Yazid.
Keempat bait tambahan itu sifatnya hanya untuk memperkuat pelukisan suasana saja. Tanpa bait-
bait itu pun sebenarnya suasana yang dilukiskan telah memadai.
Pada episode XI cetakan ke-8 ada tambahan bait baru sebanyak tujuh buah, yaitu: 7,
14, 15, 53, 60, 69, dan 70 yang menyebabkan episode ini baitnya berjumlah 72 buah, bukan 65
buah. Bait 7, 14, dan 15 melukiskan keadaan sewaktu Mambang Yazid mencari adiknya
Mambang Khayali. Bait 53 menceritakan keadaan Mambang Khayali. Bait 60 isinya tentang pesan
Mambang Yazid kepada Mambang Khayali. Bait 69 dan 70 melukiskan suasana perpisahan antara
Mambang Yazid dengan Mambang Khayali. Sama halnya dengan episode X, bait-bait tambahan ini
pun sifatnya hanya untuk memperkuat pelukisan suasana saja. Tanpa itu pun sebenarnya suasana
yang digambarkan telah terlukiskan dengan baik.
Pada episode XII cetakan ke-8 tambahan baid bersumpah. Bait 9 berisi tekad Mambang
Yazid tidak akan berbuatonar di Tanah Deli, bait 10 berisi harapannya agar sumpahnya dikabulkan,
bait 11 berisi jika sumpahnya tidak terkabul ia akan membalas dendam dengan merusakkan
rakyat semua suku. Melihat isinya, ketiga bait itu 9, 10, dan 11 menunjukkan betapa dendamnya
Mambang Yazid kepada Deli. Ketiga bait itu tampaknya dengan sengaja ditambahkan penyair
untuk mempertegas dendam kesumat tersebut.
Pada episode XIII banyak terjadi perubahan, ada bait baru dan ada pula bait yang
hilang, ada pula bait yang mempunyai kemiripan bunyi karena kata-katanya sebagian telah diganti.
Bait 1 sampai 25 episode XIII cetakan ke- 8 sama dengan bait 1 sampai 25 SbPH. Bait 26, 27,
dan 32 pada cetakan ke-8 adalah bait tambahan. Bait 26 isinya tentang keadaan sauh kapal, bait 27
tentang kedalaman laut, dan bait 32 adalah ucapan Ahmad Bakri. Selanjutnya bait 31 sampai 55
cetakan ke-8 sama dengan bait 30 sampai bait 52 SbPH.
Bait-bait episode IV SbPH yang tidak terdapat pada episode XIII cetakan ke-8 ialah bait
53, 54, dan 55 yang menceritakan bagaimana keadaan Ahmad Bakri ketika bertemu dengan Putri
Hijau. Kemudian bait 58 dan 59 berisikan Putri Hijau menanyakan asal-usul Ahmad Bakri. Bait
61, 62, 63, 64, 65, dan 67 yang berisikan keterangan Ahmad Bakri. Bait 72 dan 73
menceritakan Ahmad Bakri setelah menerima hadiah kersik dari Putri Hijau Bait 76 sampai bait
90 menceritakan keadaan sekembalinya Ahmad Bakri ke pencalang. Bait 92, 93, 94, 96, 97, dan 98
berisi penjelasan nakhoda. Bait 100, 102, 103, 104, dan 105 berisi keterangan bahwa pencalang
singgah di Sigli dalam perjalanannya dan juga merupakan bait penutup.
Sebagian bait-bait tambahan itu hanya berupa gambaran suasana dan menambah
keterangan sehingga tidak menimbulkan perbedaan yang mendasar antara SbPH dengan SPH cetakan
ke-8, tetapi sebagian lagi menyajikan cerita yang sedikit berlainan sehingga membuat teks kedua
terbitan itu sedikit berbeda. Sebagai contoh, dalam SbPH IV:99 diceritakan bahwa pencalang
singgah dahulu di Sigli sebelum menuju tujuan terakhir, ini tidak ada dalam SPH cetakan ke-8.
Adapun bait-bait yang mempunyai kemiripan bunyi karena sebagian kata-katanya
diganti, tetapi intinya sama, beberapa di antaranya: Ketika Ahmad lupakan diri,
Perempuan cantik segera menghampiri, Di hadapan Ahmad dia berdiri,
Durjanya manis berseri-seri.
XIII:56, cet. Ke-8 dengan:
Dalam hal demikian peri, Putri pun datang menghampiri,
Di hadapan Ahmad ia berdiri, Sambil bermadah durja berseri.
IV:56, SbPH Lalu berkata putri nurani,
“Wahai insan siapa kauini? Datang ke tempatku sangat berani,
Tiada takut binasa dan fani?”
XIII:77, cet. Ke-8 dengan:
“Wahai tuan, siapa kauini, Menyelami lautan sangat berani,
Tidakkah takut binasa dan fani, Bercerai ruh dengan jasmani?”
IV:57, SbPH