permukaan sel yang kemudian menghalangi pertukaran medium, peralihan ion pengkhelat dan menghambat enzim Li et al., 1992 dan Ramisz et al., 2005.
Selanjutnya kitosan mempengaruhi permeabilitas membran sel, menginduks i kebocoran materi selular yang mempengaruhi keseimbangan biosintesis dan degradasi
komponen dinding sel Leuba et al., 1986 cit El Ghaouth et al,. 1992.
31
Perubahan permeabilitas membran dinding sel Candida albicans menyebabkan kebocoran
substansi intraseluler yang penting bagi metabolisme normal sel seperti ion kalsium yang dibutuhkan untuk berubah menjadi bentuk hifa yang lebih patogen Jackson and
Heath., 1993.
32
Hal ini diikuti oleh gangguan fungsi DNA dan mRNA serta gangguan metabolisme sel yang diikuti dengan kematian sel Candida albicans.
3.2 Hipotesis Penelitian
Dari kerangka konsep diatas dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut: •
Ada efek antifungal kitosan blangkas bermolekul tinggi dengan pelarut gliserin terhadap Candida albicans.
BAB 4
Universitas Sumatera Utara
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan penelitian : Posttest only control group design
4.2 Jenis penelitian : Eksperimental laboratorium
4.3 Populasi, sampel dan besar sampel Populasi adalah koloni Candida albicans yang diisolasi dari rongga mulut
Sampel adalah koloni Candida albicans yang telah diisolasi, dan dibiakkan
secara murni pada media Potato Dekstrose Agar PDA
Besar sampel
Pada penentuan efek antifungal, digunakan 1 satu kelompok bahan coba dan 1 satu kelompok kontrol negatif.
Kelompok I : Kitosan blangkas 0,25gr: 0,5gr dan 1gr ditambahkan 100
ml asam asetat 1 dan 1 ml pelarut gliserin 1 Kelompok II kontrol negatif : Pelarut gliserin
Perhitungan besar sampel memakai rumus Stell dan Torrie, 1995 : n =
Zα + Zβ
2
2δ
2
= 1,96 + 1,64
2
2 3,55
2
d
2
6,08 = 8,83
Keterangan : n =
besar sampel Zα
= harga standar normal dari
Zβ =
harga standar normal dari δ
= penyimpangan yang ditolerir
d =
simpangan baku dari kelompok kontrol
Universitas Sumatera Utara
Untuk menggenapkan sampel, maka besar sampel yang dipakai dari setiap kelompok perlakuan pada penelitian ini adalah 10, maka jumlah keseluruhan sampel
sebanyak 40 sampel.
4.4 Variabel Penelitian 4.4.1 Variabel bebas
a. Kitosan blangkas bermolekul tinggi dengan berat 0,25gr: 0,5gr dan 1gr
Trimurni et al., 2007 yang dilarutkan dalam asam asetat 1 kemudian dicampurkan dengan pelarut gliserin 100
b. Gliserin 100
4.4.2 Variabel tergantung Pertumbuhan Candida albicans setelah inkubasi 24 jam
4.4.3 Variabel kendali
a. Media untuk pertumbuhan Candida albicans.
b. Konsentrasi larutan kitosan blangkas sebesar 0,25;0,5;1
c. Perbandingan larutan kitosan blangkas 0,25;0,5;1 dengan pelarut gliserin
100 d.
Suhu inkubasi yang digunakan untuk menumbuhkan Candida albicans sekitar 37
C e.
Waktu yang digunakan untuk pembiakan Candida albicans selama 24 jam f.
Teknik pengisolasian dan pengkulturan. g.
Sterilisasi alat dan bahan coba. h.
Keterampilan operator dalam pelaksanaan percobaan
Universitas Sumatera Utara
4.4.4 Variabel tak terkendali a. Individu asal Candida albicans diisolasi
b. Lamanya penyimpanan kitosan blangkas dan bahan pelarut gliserin sebelum
perlakuan penelitian
4.5 Defenisi operasional
4.5.1 Koloni Candida albicans adalah Candida albicans yang telah diisolasi dari
rongga mulut dan dikultur pada media Potato Dekstrose Agar PDA. 4.5.2
Kitosan blangkas Trimurni et al., 2007 merupakan kitosan yang diperoleh dari cangkang blangkas melalui proses deasetilasi kitin dilanjutkan dengan
VARIABEL BEBAS •
Kitosan blangkas bermolekul tinggi Trimurni et al., 2007 0,25gr;0,5gr;1gr +
asam asetat 1 + gliserin 100 •
Gliserin 100 VARIABEL TERGANTUNG
Pertumbuhan Candida albicans setelah inkubasi 24 jam
VARIABEL TERKENDALI •
Media pertumbuhan •
Konsentrasi larutan kitosan blangkas 1;0,5:0,25
• Perbandingan larutan kitosan blangkas
dengan pelarut •
Suhu inkubasi 37 •
Waktu pembiakan Candida albicans selama 24 jam
• Teknik pengisolasian dan pengkulturan
• Sterilisasi alat dan bahan coba
• Keterampilan operator
VARIABEL TAK TERKENDALI •
Individu asal Candida albicans diisolasi
• Lamanya penyimpanan kitosan
blangkas dan bahan pelarut gliserin sebelum perlakuan
penelitian
Universitas Sumatera Utara
proses deproteinasi dan demineralisasi. Sebanyak 0,25gr; 0,5gr; 1gr bubuk kitosan blangkas dilarutkan masing-masing dalam 100 ml asam asetat dan
selanjutnya diambil sebanyak 9 ml pada setiap konsentrasi untuk kemudian ditambahkan 1 ml pelarut gliserin 100.
4.5.3 Gliserin merupakan pelarut jenis viscous yang digunakan sebagai kontrol
negatif dan dicampurkan dengan larutan kitosan blangkas 0,25; 0,5 dan 1 , masing-masing sebanyak 1 ml.
4.5.4 Kitosan blangkas + gliserin merupakan campuran 9 ml larutan kitosan
blangkas pada konsentrasi 0,25; 0,5 dan 1 dengan 1 ml pelarut gliserin 100 yang akan dilihat efeknya terhadap pertumbuhan Candida
albicans. 4.5.5
Penentuan efek antifungal dari kitosan blangkas dengan pelarut gliserin pada konsentrasi 0,25; 0,5 dan 1 didapat dengan metode difusi agar
dimana paper disk Ǿ 6 mm yang telah direndam bahan coba berkontak
langsung dengan media yang telah diinokulasi oleh Candida albicans, kemudian dapat diamati zona bening yang terbentuk setelah diinkubasi
selama 24 jam. Zona bening menunjukkan daya hambat yang dihasilkan dari bahan coba terhadap Candida albicans. Dengan metode ini, dapat juga
ditentukan Minimum Inhibitory Concentration MIC yakni konsentrasi minimal dari larutan kitosan blangkas yang mampu menghambat
pertumbuhan Candida albicans yang ditunjukkan oleh zona bening paling kecil yang terbentuk disekitar disk setelah diinkubasi selama 24 jam. Zona
bening yang terbentuk diukur dengan menggunakan jangka sorong
Universitas Sumatera Utara
ketelitian mm. Berikut adalah cara mengukur diameter zona hambat terhadap pertumbuhan Candida albicans.
Diameter zona hambat = 2
Ǿ vertikal + Ǿ horizontal mm
= Diameter vertikal = Diameter horizontal
= Zona hambat
4.6 Alat dan Bahan Penelitian 4.6.1 Alat penelitian