Pengukuran pengetahuan PERAN ORANGTUA DALAM IMUNISASI CAMPAK

5. Pengukuran pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkatan domain di atas Notoadmojo, 2003. 2. CAMPAK 2.1 Defenisi Campak adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus campak yang sangat menular pada anak-anak, ditandai dengan panas, batuk, pilek,konjungtivitis dan ditemukan spesifik enantem koplik”s spot, diikuti oleh erupsi makulopapular yang menyeluruh. Bahaya penyulit penyakit campak di kemudian hari adalah kurang gizi sebagai akibat diare berulang dan berkepanjangan pasca campak, sindrom subakutpanensifilitis SSPE pada anak 10 tahun dan dan munculnya gejala penyakit tuberkulosis paru yang lebih parah pasca mengidap penyakit campak yang berat yang disertai pneumonia Ranuh, dkk 2002.

2.2 Jenis-jenis vaksin campak

Imunisasi campak diberikan untuk memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak. Terdapat dua jenis vaksin campak campak yaitu vaksin yang berasal dari virus campak yang hidup dan dilemahkan tipe Edmonston B. Dan Universitas Sumatera Utara vaksin yang berasal dari virus campak yang dimatikan virus campak yang berada dalam larutan formalin yang dicampur dengan garam aluminium Ranuh, 2008.

2.3 Manifestasi klinik penyakit campak

Terjadinya penyakit ini melalui tiga stadium yaitu 1 stadium kataris yang berlangsung 4-5 hari dengan gejala flu, batuk, demam, konjungtivitis, nyeri tenggorok, pembesaran kelenjar getah bening dan terjadi bercak koplik yaitu bercak putih kelabu yang dikelilingi daerah kemerahan. 2 stadium erupsi merupakan stadium campak yang ditandai dengan adanya titik merah pada palatum durum dan palatum mole, kemudian adanya bercak makulopapuler pada muka tubuh dan anggota gerak. 3 stadium konvalensi dimana gejala-gejala sudah mulai menghilang dan meninggalkan bekas seperti adanya hiperpigmentasi Alimul, 2006. Gejala pertama biasanya timbul 10 hingga 12 hari masa inkubasi setelah tertular melalui udara atau droplet partikel ludah. Penularan melalui parenteral mempunyai masa inkubasi yang lebih singkat sekitar dua hingga empat hari. Penderita dengan imunokompromais masa inkubasinya lebih lama. Gejala prodromal yang sering terjadi demam, malaise, konjungtivitis, pilek, trakheobronkhitis dengan manifestasi batuk berlangsung selama dua hingga empat hari. Gejala-gejala ini mirip dengan infeksi saluran nafas bagian atas karena sebab lainnya. Demam yang timbul biasanya dalan empat hari dan dapat mencapai suhu 40,6°C 105 F. Pada hari pertama hingga hari kedua sebelum dan sesudah timbulnya rash didapatkan bercak koplik koplik spots di daerah mukosa pipi, Universitas Sumatera Utara gejala ini dikenal sebagai tanda patognomonik campak. Gambaran rash berbentuk erupsi makulopapular berlangsung selama 14 hari setelah terpapar dan menyebar mulai kepala muka, dahi, rambut, telinga, dan leher bagian atas meluas ke tubuh hingga ekstremitas selama tiga atau empat hari. Bercak kemerahan biasanya menyatu pada muka dan tubuh bagian atas bila ditekan berwarna kepucatan. Pada hari ketiga dan empat bercak berwarna kecoklatan dan tidak pucat bila ditekan Djauzi, 2003. Demam timbul secara bertahap dan meningkat sampai hari kelima atau keenam pada puncak timbulnya ruam. Kadang-kadang kurva suhu menunjukkan gambaran bifasik, ruam awal pada 24-48 jam pertama diikuti dengan turunnya suhu tubuh sampai normal selama periode satu hari dan kemudian diikuti dengan dengan kenaikan suhu tubuh yang cepat mencapai 40°C pada waktu ruam sudah timbul di seluruh tubuh. Pada kasus yang tanpa komplikasi, suhu tubuh mengalami lisis dan kemudian turun mencapai suhu yang normal. Gejala awal lainnya yang sering ditemukan adalah batuk, pilek, mata merah selanjutnya di cari gejala koplik’s spot. Dua hari sebelum ruam timbul, gejala koplik’s spot yang merupakan tanda pathognomonis dari penyakit campak, dapat dideteksi. Lesi ini telah didiskripsi oleh koplik pada tahun 1896 sebagai suatu bintik berbentuk tidak teratur dan berwarna kecil berwarna merah terang, pada pertengahannya didapatkan noda berwarna putih keabuan. Mula-mula hanya didapatkan dua atau tiga sampai enam bintik. Kombinasi dari noda putih keabuan dan warna merah muda disekitarnya merupakan tanda patognomonik absolut dari penyakit campak. Kadang-kadang noda putih keabuan sangat kecil dan sulit Universitas Sumatera Utara terlihat dan hanya dengan sinar yang langsung dan terang dapat terlihat. Timbulnya koplik’s spot hanya berlangsung sebentar, kurang lebih 12 jam, sehingga sukar terdeteksi dan biasanya luput pada waktu dilakukan pemeriksaan klinis. Ruam timbul pertama kali pada hari ketiga sampai keempat dari timbulnya demam. Ruam dimulai sebagai erupsi makulopapula eritematosa, dan mulai timbul pada bagian samping atas leher, daerah belakang telinga, perbatasan rambut di kepala dan meluas ke dahi. Kemudian menyebar ke bawah ke seluruh muka dan leher dalam waktu 24 jam jam. Seterusnya menyebar ke ekstremitas atas, dada, daerah perut dan punggung, mencapai kaki pada hari ketiga. Bagian yang pertama kena mengandung lebih banyak lesi daripada yang terkena kemudian. Setelah tiga atau empat hari, lesi teersebut berubah menjadi berwarna kecoklatan. Hal ini kemungkinan sebagai akibat dari perdarahan kapiler, dan tidak memucat dengan penekanan. Dengan menghilangnya ruam, timbul perubahan warna dari ruam , yaitu menjadi berwarna kehitaman atau lebih gelap. Dan kemudian disusul dengan timbulnya deskuamasi berupa sisik berwarna keputihan Ranuh, 2008.

2.4 Mekanisme penyebaran penyakit campak

Virus campak ditularkan melalui udara atau droplet partikel ludah. Penularan melalui parenteral biasanya mempunyai masa inkubasi yang lebih singkat Djauzi, 2003. Universitas Sumatera Utara Virus campak ditularkan secara langsung dari droflet infeksi, dan agak jarang dengan penularan lewat udara airborne spread. Virus campak sangat sensitif terhadap panas, sangat mudah rusak pada suhu 37°C. Toleransi terhadap perubahab pH baik sekali. Bersifat sensitif terhadap eter, cahaya, trysine. Virus mempunyai jangka waktu hidup yang pendek short survival time yaitu kurang dari dua jam. Apabila disimpan pada laboratorium, suhu penyimpanan yang baik adalah pada suhu -70°C Ranuh, 2008.

2.5 Cara pemberian imunisasi campak

Di Indonesia, digunakan vaksin campak yang dilemahkan yaitu TCID50 sebanyak 0,5 ml, untuk vaksin hidup pemberian dengan 20 TCID50 mungkin sudah dapat memberikan hasil yang baik. Vaksin campak diberikan pada bayi umur sembilan bulan secara subkutan walaupun demikian dapat diberikan secara intramuskular. Daya proteksi vaksin campak diukur dengan berbagai berbagai macam cara, salah satu indikator pengaruh vaksin terhadap proteksi adalah penurunan angka kejadian kasus campak sesudah pelaksanaan program imunisasi. Imunisasi campak diberikan lagi pada saat masuk sekolah SD atau yang disebut dengan program BIAS Ranuh, 2008.

2.6 Efek samping pemberian imunisasi campak

Efek samping imunisasi campak diantaranya adalah demam tinggi suhu lebih dari 39,4° C yang terjadi 8-10 hari setelah vaksinasi dan berlangsung selama sekitar 24-48 jam insiden sekitar 2, dan ruam selama sekitar 1-2 hari Universitas Sumatera Utara insiden sekitar 2. Efek samping yang lebih berat seperti ensefalitis sangat jarang terjadi, kurang dari 1 setiap 1-3 juta dosis yang diberikan. SSPE subakut scleosing panenchepalitis tidak pernah ditemukan lagi di negara-negara yang telah melaksanakan program imunisasi campak dengan efektif sangat kecil sekali kemungkinan vaksin mengakibatkan SSPE Gold dalam Wahab, 2002.

2.7 Kontraindikasi pemberian imunisasi campak

Pada anak dengan imunodefisiensi primer, pasien TB yang tidak diobati, pasien kanker atau transplantasi organ, mereka yang mendapat pengobatan imunosupresif jangka panjang atau anak immunocompromised yang terinfeksi HIV. Anak yang terinfeksi HIV tanpa immunosupresi berat dan tanpa bukti kekebalan terhadap campak, bisa mendapat imunisasi campak seperti biasa Ranuh, 2008.

2.8 Komplikasi penyakit campak

Komplikasi campak di kemudian hari adalah kurang gizi sebagai akibat diare berulang dan berkepanjangan pasca campak, gejala penyakit tuberkulosis paru yang lebih parah pasca mengidap penyakit campak yang berat yang disertai pneumonia Ranuh, 2008. Universitas Sumatera Utara

3. PERAN ORANGTUA DALAM IMUNISASI CAMPAK

Peningkatan cakupan imunisasi campak melalui pendidikan orangtua telah menjadi strategi populer diberbagai negara. Strategi ini berasumsi bahwa anak- anak tidak akan diimunisasi secara benar disebabkan orangtua tidak mendapat penjelasan dengan baik atau memiliki sikap yang buruk tentang imunisasi campak. Program imunisasi campak dapat berhasil jika ada usaha yang sungguh- sungguh dan berkesinambungan pada orang-orang yang memiliki pengetahuan dan komitmen yang tinggi terhadap imunisasi campak. Jika suatu program intervensi preventif seperti imunisasi campak ingin dijalankan secara serius dalam menjawab perubahan pola penyakit dan persoalan pada anak, maka perbaikan dalam evaluasi perilaku kesehatan masyarakat sangat diperlukan. Cakupan imunisasi campak yang rendah merupakan persoalan yang kompleks. Bukan hanya faktor biaya, karena ternyata vaksin gratis juga tidak menjamin bagi suksesnya imunisasi campak. Dates mengemukakan hasil penelitian becher yang mendapatkan ibu-ibu yang anaknya jarang terserang penyakit adalah mereka yang sering memanfaatkan sarana-sarana kesehatan pencegahan. Mereka mengaku bahwa dengan memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap sarana pencegahan dan melakukan usaha pencegahan yang teratur, anak mereka dapat terhindar dari sakit Notoatmodjo, 2003. Universitas Sumatera Utara

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL

1. KERANGKA PENELITIAN

Kerangka konsetual ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang imunisasi campak pada bayi di Puskesmas Padang Bulan Medan. Pengetahuan ini digambarkan dalam kriteria baik, cukup dan kurang. Skema 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Campak di Puskesmas Padang Bulan Medan. : Variabel yang diteliti : : Variabel yang tidak diteliti : Variabel yang diteliti • Pengetahuan baik • Pengetahuan cukup • Pengetahuan kurang Faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan: • Pendidikan • Lingkungan • Ekonomi • Pengalaman • Persepsi • Motivasi • Kebudayaan • Informasi Pengetahuan ibu tentang imunisasi campak: defenisi campak, manfaat imunisasi campak, manifestasi klinik penyakit campak, cara pemberian imunisasi campak, efek samping imunisasi campak, kontraindikasi dan komplikasi penyakit campak. Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Status Imunisasi Anak di Sekolah Dasar Negeri 064979 Medan

1 88 94

Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif Di Puskesmas Padang Bulan Medan

1 28 44

Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Campak di Puskesmas Teladan Medan Tahun 2010

1 57 63

Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Hepatitis B Dan Imunisasi Hepatitis B Serta Jadwal Pemberian Vaksinasinya Pada Bayi Di Puskesmas Padang Bulan, Medan

1 1 15

Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Hepatitis B Dan Imunisasi Hepatitis B Serta Jadwal Pemberian Vaksinasinya Pada Bayi Di Puskesmas Padang Bulan, Medan

0 0 2

Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Hepatitis B Dan Imunisasi Hepatitis B Serta Jadwal Pemberian Vaksinasinya Pada Bayi Di Puskesmas Padang Bulan, Medan

0 0 4

Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Hepatitis B Dan Imunisasi Hepatitis B Serta Jadwal Pemberian Vaksinasinya Pada Bayi Di Puskesmas Padang Bulan, Medan

0 2 12

Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Hepatitis B Dan Imunisasi Hepatitis B Serta Jadwal Pemberian Vaksinasinya Pada Bayi Di Puskesmas Padang Bulan, Medan

0 0 2

Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Hepatitis B Dan Imunisasi Hepatitis B Serta Jadwal Pemberian Vaksinasinya Pada Bayi Di Puskesmas Padang Bulan, Medan

0 0 25

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI CAMPAK DENGAN KEPATUHAN JADWAL PEMBERIAN IMUNISASI CAMPAK PADA BALITA DI PUSKESMAS DANUREJAN I YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi Campak dengan Kepatuhan Jadw

0 1 14