Jenis Bahan Tambah Lainnya

44

2.4.4.5 Jenis Bahan Tambah Lainnya

Saat ini mulai dilakukan pengujian penambahan maupun pengganti material-material tertentu guna mencapai hasil ataupun mengetahui pengaruh dari penggunaan material tersebut. Bahan tersebut ditambahkan ke dalam campuran beton dengan berbagai tujuan, antara lain untuk mengurangi pemakaian semen, agregat halus maupun agregat kasar. Cara pemakaiannya pun berbeda-beda, sebagai bahan pengganti sebagian agregat atau sebagai tambahan pada campuran untuk mengurangi pemakaian agregat. 1. Abu Kulit Gabah Rice Husk Ash Kulit gabah dari penggilingan padi dapat digunakan sebagi bahan bakar dalam proses produksi. Kulit gabah terdiri dari 75 bahan mudah terbakar dan 25 berat akan berubah menjadi abu. Abu ini dikenal dengan dengan Rice Husk Ash RHA yang mempunyai kandungan silika reaktif sekitar 85 – 90. Untuk membuat abu kulit gabah menjadi silika reaktif yang dapat digunakan sebagai material pozzolan dalam beton maka diperlukan kontrol pembakaran yang baik. Temperatur pembakaran tidak boleh melebihi 800°C sehingga dapat dihasilkan RHA yang terdiri dari silika yang tidak terkristalisasi. Jika kulit gabah ini terbakar hingga suhu lebih dari 850°C maka akan menghasilkan abu yang sudah terkristalisasi menjadi arang dan tidak reaktif lagi sehingga tidak mempunyai sifat pozzolan. RHA kemudian dapat digiling untuk mendapatkan ukuran butiran yang halus. RHA sebagai bahan tambahan dapat digunakan dengan mencampurkannya pada semen atau hanya memakai air kapur sebagai campuran untuk mendapatkan beton dengan kuat tekan rendah. Universitas Sumatera Utara 45 2. Limbah Karet Cacahan karet ban merupakan salah satu bahan tambah ataupun pengganti pada agregat yang akhir-akhir ini mulai diteliti dampak penggunaannya terhadap campuran beton. Penggunaan cacahan karet ban ini dapat diperlakukan sebagai pengganti agregat kasar ataupun halus tergantung pada besar butiran cacahan karet yang digunakan. Dampak tahap awal yang diharapkan dari penggunaan cacahan karet ban ini adalah didapatnya nilai perilaku mekanik beton yang setara ataupun mendekati dengan beton normal sehingga didapat penghematan agregat dalam campuran beton tersebut 3. Bahan serat Selain limbah dan industri metal, bahan serat fiber dapat pula meningkatkan kinerja beton yang dikenal dengan beton berserat. Disini serat berfungsi sebagai tulangan mikro yang melindungi beton dari keretakan, meningkatkan kuat tarik dan lentur secara tak langsung. Serat juga meningkatkan kekuatan tekan dan daktilitas beton, meningkatkan kekedapan beton, serta meningkatkan daya tahan beton terhadap beban bertulang dan beban kejut. Sistem tulangan mikro yang terbuat dari serat-serat ini bekerja berdasarkan prinsip- prinsip mekanis, yaitu berdasarkan pada ikatan antara serat dan beton, bukan secara kimiawi. Oleh karenanya, material komposit beton berserat akan menjadi bahan yang tak mudah retak. Proses kimiawi dalam beton tidak akan terpengaruh dengan adanya serat dan tidak akan merugikan proses pengerasan beton dalam jangka pendek maupun Universitas Sumatera Utara 46 panjang. Beberapa jenis bahan serat yang dapat dipergunakan dalam beton, antara lain serat alami, serat sintesis polyproplene, polyester, nylon, serat baja, dan fiber glass. Beberapa keunggulan beton berserat adalah meningkatkan kuat tarik dan lentur, meningkatkan daktilitas dan kemampuan menyerap energi saat berdeformasi, mengurangi retak akibat susut beton, meningkatkan ketahanan fatigue beban berulang dan meningkatkan ketahanan impact beban tumbukan. 4. Abu Serabut Kelapa Seiring dengan semakin meningkatnya pemakaian bahan-bahan tambah additive untuk beton, maka teknologi sederhana ini dapat dijadikan sebagai alternatif yang murah dan tepat guna. Pemanfaatan limbah untuk bahan konstruksi disamping akan memberikan penyelesaian permasalahan terhadap lingkungan juga akan meningkatkan mutu bahan konstruksi. Satu hal yang merupakan nilai tambah, nilai guna limbah, serta menciptakan lapangan pekerjaan dan mengurangi dampak negatif. Pengolahan abu sabut kelapa sangat mudah. Cukup dibakar dengan panas tertentu hingga membantuk abu–abu lalu disaring hingga mendapatkan abu yang benar benar halus. Hasil pemeriksaan komposisi kimia yang telah dilakukan disajikan dalam tabel 2.7. Penggunaan abu serabut kelapa ini dalam campuran beton didasarkan atas sifat pozolanik yang terkandung dalam abu serabut kelapa, yaitu mampu bereaksi dengan kalsium hidroksida dan air untuk membentuk suatu bahan yang dapat mengeras sementasi. Sama halnya seperti fly ash batu bara yang merupakan pozolanik yang memiliki senyawa kimia aluminosilikat dan senyawa Universitas Sumatera Utara 47 lainnya, abu terbang dapat digunakan sebagai bahan campuran semen untuk menghasilkan beton. Tabel 2.7 Kandungan senyawa abu serabut kelapa Alexander, 2003 dan semen Unsur Persentase ASK Semen SiO2 42,98 21,03 Al2O3 2,26 6,16 Fe2O3 1,66 2,58 Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, abu serabut kelapa memiliki beberapa senyawa yang sama dengan yang terdapat pada semen. Gambar 2.11 Abu serabut kelapa 5. Limbah Pabrik Pengecoran Logam Limbah pabrik pengecoran logam berasal dari cetakan logam yang dibongkar setelah logam siap diproduksi. Cetakan logam ini dibuat dengan campuran pasir silica dan pasir lingga yang diberikan phenolic resin dan bahan kimia lainnya sehingga mengeras. Setelah mengeras cetakan tersebut dimanfaatkan sebagai cetakan pada cairan logam yang panasnya mencapai 1300°C. Kemudian cairan logam dituang kedalam cetakan itu sehingga terjadi Universitas Sumatera Utara 48 pemanasan hingga 1300°C. Setelah itu cetakan didinginkan selama kurang lebih 2 hari pada suhu standar. Kemudian cetakan tersebut dibongkar dengan sebuah sistem pengolahan yang disebut sand reclaimer. Dimana pasir dipisah dari logam barang jadi. Ketika cetakan pasir dibongkar dengan getaran shake out. Abu yang timbul dari proses pembongkaran akan dihisap oleh dust collector. Limbah pabrik pengecoran logam ini memiliki kandungan silica SiO 2 , ferrit Fe 2 O 3, magnesia MgO dan kapur CaO. Beberapa kandungan dalam limbah pabrik pengecoran logam membuatnya dapat dimanfaatkan dalam campuran beton. Selain itu limbah pabrik pengecoran logam ini mengandung fenol sehingga termasuk limbah B3. Fenol itu berasal dari penggunaan phenolic resin untuk proses pengerasan pada cetakan logam. Phenolic resin merupakan perekat khusus lem yang dibutuhkan oleh industri berat seperti industri ban mobil, industri elektronik, dan industri baja. Produk phenolic resin ini dibagi 3 jenis, yaitu flake berupa kepingan, powder dan liquid. Mengingat phenolic resin merupakan bahan baku yang paling penting dan memiliki sifat higroskopis dan beracun, maka phenolic resin diklasifikasikan sebagai Bahan Beracun dan Berbahaya B3. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 85 tahun 1999 tentang pengelolaan limbah B3 disebutkan bahwa phenol termasuk limbah dari sumber yang spesifik kode limbah D204 dan limbah yang bersifat kronis kode limbah D5362. Kita dapat memanfaatkan limbah B3 tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 02 tahun 2008 tentang pemanfaatan limbah bahan berbahaya dan beracun pada pasal 1 ayat 7 Recycle adalah mendaur ulang komponen-komponen yang bermanfaat melalui proses tambahan kimia, fisika, biologi, danatau secara termal yang menghasilkan produk yang sama ataupun Universitas Sumatera Utara 49 produk yang berbeda. Jadi selain dapat menghasilkan beton dengan mutu lebih tinggi, kita juga dapat menjaga lingkungan kita dari limbah B3 tersebut dengan cara memanfaatkannya . . Gambar 2.12 Limbah Pabrik Pengecoran Logam Tabel 2.8 Kandungan limbah pabrik pengecoran logam Parameter Hasil Satuan Metode SiO2 96 Gravimetri CaO 0,0813 Titrimetri MgO 0,0463 Titrimetri Fe2O3 0,0369 Spektrofotometri Sumber : Laboratorium Kimia Analitik Fakultas MIPA USU Universitas Sumatera Utara 50 Gambar 2.13 Pasir silica Gambar 2.14 Bahan tambah lainnya Gambar 2.15 Cetakan kayu Gambar 2.16 Cetakan pasir setelah dilepas dari cetakan kayu dan di coating Gambar 2.17 Cetakan pasir yang baru dituang cairan logam Gambar 2.18 Cetakan pasir yang didinginkan Universitas Sumatera Utara 51 Gambar 2.19 Diagram alir limbah pabrik pengecoran logam Pasir silica + Phenolic Resin + bahan tambah lainnya Pasir mengeras Cetakan Cairan logam 1300°C dituang ke dalam cetakan Didinginkan selama 2 hari pada suhu standar Cetakan dibongkar dengan getaran Abu yang timbul dihisap oleh dust collector Universitas Sumatera Utara 52

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Umum

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah kajian eksperimental yang dilakukan di Laboratorium Beton Fakultas Teknik Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara. Secara umum urutan tahap penelitian meliputi : a. Penyediaan bahan penyusun beton. b. Pemeriksaan bahan penyusun beton. c. Perencanaan campuran beton Mix Design. d. Pembuatan benda uji. e. Pemeriksaan nilai slump. f. Perawatan benda uji dengan cara perendaman dalam air. g. Pengujian kuat tekan beton pada umur 3, 7, 14, dan 28 hari. h. Pengujian kuat tarik belah beton pada umur 3, 7, 14, dan 28 hari. i. Analisa hasil percobaan. Universitas Sumatera Utara