52
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Umum
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah kajian eksperimental yang dilakukan di Laboratorium Beton Fakultas Teknik Departemen Teknik Sipil
Universitas Sumatera Utara. Secara umum urutan tahap penelitian meliputi : a. Penyediaan bahan penyusun beton.
b. Pemeriksaan bahan penyusun beton. c. Perencanaan campuran beton Mix Design.
d. Pembuatan benda uji. e. Pemeriksaan nilai slump.
f. Perawatan benda uji dengan cara perendaman dalam air. g. Pengujian kuat tekan beton pada umur 3, 7, 14, dan 28 hari.
h. Pengujian kuat tarik belah beton pada umur 3, 7, 14, dan 28 hari. i. Analisa hasil percobaan.
Universitas Sumatera Utara
53
Gambar 3.1 Diagram alir pembuatan beton dengan pasir biasa dan beton dengan
substitusi limbah pabrik pengecoran logam terhadap agregat halus
Pemeriksaan Bahan
Pembuatan benda uji Silinder
Perawatan Benda Uji di dalam air Pengujian Nilai Slump
Analisa hasil percobaan Pengujian Kekuatan Tekan dan Tarik Belah
Mulai
A. Kasar A. Halus
Semen 1. Analisa Ayakan Kerikil
2. BJ Absorbsi Kerikil 3. P. Kadar Lumpur Kerikil
4. Berat Isi Kerikil 1. Analisa Ayakan pasir
2. Clay Lump Pasir 3. P Kadar Lumpur Pasir
4. BJ Absorbsi Pasir 5. Colorimetric Test
6. Berat isi Pasir
Perencanaan Campuran Mix Design Silinder F’c = 50 Mpa Uji Pendahuluan
Persiapan Bahan dan Alat
1. 24 buah beton variasi 1 2. 24 buah beton variasi 2
3. 24 buah beton variasi 3 4. 24 buah beton variasi 4
Universitas Sumatera Utara
54
3.2 Bahan-Bahan Penyusun Beton 3.2.1 Semen Portland
Semen yang digunakan dalam penelitian ini adalah semen jenis OPC Ordinary Portland Cement atau Tipe I, yang diproduksi oleh PT. SEMEN
PADANG dalam kemasan 1 zak 50 kg.
3.2.2 Agregat Halus
Agregat halus pasir yang dipakai dalam campuran beton diperoleh dari quarry Sei Wampu, Binjai. Pemeriksaan yang dilakukan terhadap agregat halus
meliputi :
Analisa ayakan pasir
Pemeriksaan kadar lumpur pencucian pasir lewat ayakan no.200
Pemeriksaan kandungan organik colometric test
Pemeriksaan kadar liat clay lump
Pemeriksaan berat isi pasir
Pemeriksaan berat jenis dan absorbsi pasir
Analisa Ayakan Pasir
a. Tujuan : Untuk memeriksa penyebaran butiran gradasi dan menentukan nilai modulus
kehalusan pasir FM b. Hasil pemeriksaan :
Modulus kehalusan pasir FM : 2.43 Pasir dapat dikategorikan pasir halus.
c. Pedoman :
Universitas Sumatera Utara
55
100 mm
0.15 ayakan
hingga tertahan
Komulatif FM
Berdasarkan nilai modulus kehalusan FM, agregat halus dibagi dalam beberapa kelas, yaitu :
Pasir halus
: 2.20 FM 2.60
Pasir sedang : 2.60 FM 2.90
Pasir kasar : 2.90 FM 3.20
Pencucian Pasir Lewat Ayakan no.200
a. Tujuan : Untuk memeriksa kandungan lumpur pada pasir.
b. Hasil pemeriksaan : Kandungan lumpur : 2.4 5 , memenuhi persyaratan.
c. Pedoman : Kandungan Lumpur yang terdapat pada agregat halus tidak dibenarkan
melebihi 5 dari berat kering. Apabila kadar lumpur melebihi 5 maka pasir harus dicuci.
Pemeriksaan Kandungan Organik
a. Tujuan : Untuk memeriksa kadar bahan organik yang terkandung di dalam pasir.
b. Hasil pemeriksaan : Warna kuning terang standar warna no.3, memenuhi persyaratan.
c. Pedoman : Standar warna no.3 adalah batas yang menentukan apakah kadar bahan
organik pada pasir lebih kurang dari yang disyaratkan.
Universitas Sumatera Utara
56
Pemeriksaan Clay Lump Pada Pasir
a. Tujuan : Untuk memerisa kandungan liat pada pasir.
b. Hasil pemeriksaan : Kandungan liat 0.25 1 , memenuhi persyaratan.
c. Pedoman : Kandungan liat yang terdapat pada agregat halus tidak boleh melebihi 1
dari berat kering. Apabila kadar liat melebihi 1 maka pasir harus dicuci.
Pemeriksaan Berat Isi Pasir
a. Tujuan : Untuk menentukan berat isi unit weight pasir dalam keadaan padat dan
longgar. b. Hasil pemeriksaan :
Berat isi keadaan rojok padat : 1615,89 kgm
3
. Berat isi keadaan longgar : 1513,75 kgm
3
. c. Pedoman :
Dari hasil pemeriksaan diketahui bahwa berat isi pasir dengan cara merojok lebih besar daripada berat isi pasir dengan cara menyiram, hal ini berarti
bahwa pasir akan lebih padat bila dirojok daripada disiram. Dengan mengetahui berat isi pasir maka kita dapat mengetahui berat pasir dengan
hanya mengetahui volumenya saja.
Pemeriksaan Berat Jenis dan Absorbsi Pasir
a. Tujuan :
Universitas Sumatera Utara
57 Untuk menentukan berat jenis specific grafity dan penyerapan air absorbsi
pasir. b. Hasil pemeriksaan :
Berat jenis SSD
: 2.51 tonm
3
.
Berat jenis kering : 2.46 tonm
3
.
Berat jenis semu : 2.59 tonm
3
.
Absorbsi : 2.04
c. Pedoman : Berat jenis SSD merupakan perbandingan antara berat pasir dalam keadaan
SSD dengan volume pasir dalam keadaan SSD. Keadaan SSD Saturated Surface Dry dimana permukaan pasir jenuh dengan uap air sedangkan
dalamnya kering, keadaan pasir kering dimana pori-pori pasir berisikan udara tanpa air dengan kandungan air sama dengan nol, sedangkan keadaan semu
dimana pasir basah total dengan pori-pori penuh air. Absorbsi atau penyerapan air adalah persentase dari berat pasir yang hilang terhadap berat pasir kering
dimana absorbsi terjadi dari keadaan SSD sampai kering. Hasil pengujian harus memenuhi :
Berat jenis kering berat jenis SSD berat jenis semu.
3.2.3 Agregat Kasar
Agregat kasar adalah agregat dengan ukuran butir lebih besar dari 5 mm. Agregat harus mempunyai gradasi yang baik, artinya harus tediri dari butiran yang
beragam besarnya, sehingga dapat mengisi rongga-rongga akibat ukuran yang besar, sehingga akan mengurangi penggunaan semen atau penggunaan semen
Universitas Sumatera Utara
58 yang minimal. Agregat kasar batu pecah yang dipakai dalam campuran beton
diperoleh dari quarry sei Wampu, Binjai. Pemeriksaan yang dilakukan pada agregat kasar meliputi :
Analisa ayakan batu pecah
Pemeriksaan kadar lumpur pencucian lewat ayakan no.200
Pemeriksaan keausan menggunakan mesin pengaus Los Angeles
Pemeriksaan berat isi batu pecah
Pemeriksaan berat jenis dan absorbsi batu pecah
Analisa Ayakan Batu Pecah
a. Tujuan : Untuk memeriksa penyebaran butiran gradasi dan menentukan nilai modulus
kehalusanfineness modulus FM split. b. Hasil pemeriksaan : 6,71
5.5 6.71 7.5 , memenuhi persyaratan. c. Pedoman :
1. 2. Agregat kasar untuk campuran beton adalah agregat kasar dengan modulus
kehalusan FM antara 5.5 sampai 7.5.
Pemeriksaan Kadar Lumpur Pencucian Split Lewat Ayakan no.200
a. Tujuan : Untuk memeriksa kandungan lumpur pada split.
b. Hasil pemeriksaan : Kandungan lumpur : 0.35 1 , memenuhi persyaratan.
100 mm
0.150 ayakan
hingga tertahan
kumulatif FM
Universitas Sumatera Utara
59 c. Pedoman :
Kandungan Lumpur yang terdapat pada agregat kasar tidak dibenarkan melebihi 1 ditentukan dari berat kering. Apabila kadar lumpur melebihi
1 maka pasir harus dicuci.
Pemeriksaan Keausan Dengan Mesin Los Angeles
a. Tujuan : Untuk memeriksa ketahanan aus agregat kasar.
b. Hasil pemeriksaan : Persentase keausan : 10.36 50
c. Pedoman : 1.
100 x
awal berat
akhir berat
awal berat
keausan
2. Pada pengujian keausan dengan mesin pengaus Los Angeles, persentase
keausan tidak boleh lebih dari 50.
Pemeriksaan Berat Isi Batu Pecah
a. Tujuan : Untuk memeriksaan berat isi unit weight agregat kasar dalam keadaan padat
dan longgar. b. Hasil pemeriksaan :
Berat isi keadaan rojok padat : 1565,58 kgm
3
Berat isi keadaan longgar : 1457,24 kgm
3
c. Pedoman : Dari hasil pemeriksaan diketahui bahwa berat isi batu pecah dengan cara
merojok lebih besar daripada berat isi dengan cara menyiram, hal ini berarti
Universitas Sumatera Utara
60 bahwa split akan lebih padat bila dirojok daripada disiram. Dengan
mengetahui berat isi batu pecah maka kita dapat mengetahui berat batu becah dengan hanya mengetahui volumenya saja.
Pemeriksaan Berat Jenis dan Absorbsi Batu Pecah
a. Tujuan : Untuk menentukan berat jenis specific gravity dan penyerapan air absorbsi
batu pecah. b. Hasil pemeriksaan :
Berat jenis SSD
: 2.57 tonm
3
Berat jenis kering
: 2.54 tonm
3
Berat jenis semu
: 2.60 tonm
3
Absorbsi
: 0.93 c. Pedoman :
Berat jenis SSD merupakan perbandingan antara berat batu pecah dalam keadaan SSD dengan volume batu pecah dalam keadaan SSD. Keadaan SSD
Saturated Surface Dry dimana permukaan batu pecah jenuh dengan uap air, keadaan batu pecah kering dimana pori batu pecah berisikan udara tanpa air
dengan kandungan air sama dengan nol, sedangkan keadaan semu dimana pasir basah total dengan pori penuh air. Absorbsi atau penyerapan air adalah
persentase dari berat batu pecah yang hilang terhadap berat batu pecah kering, dimana absorbsi terjadi dari keadaan SSD sampai kering.
Hasil pengujian harus memenuhi : Berat jenis kering berat jenis SSD berat jenis semu.
Universitas Sumatera Utara
61
3.2.4 Limbah Pabrik Pengecoran Logam
Limbah pabrik pengecoran logam yang digunakan sebagai substitusi agregat halus pada penelitian ini berasal dari PT. Growth Asia. Pemeriksaan yang
dilakukan terhadap limbah pabrik pengecoran logam meliputi :
Analisa ayakan pasir
Pemeriksaan kadar lumpur
Pemeriksaan kadar liat
Pemeriksaan berat isi
Pemeriksaan berat jenis dan absorbsi
Analisa Ayakan Agregat Halus
c. Tujuan : Untuk memeriksa penyebaran butiran gradasi dan menentukan nilai modulus
kehalusan FM b. Hasil pemeriksaan :
Modulus kehalusan FM : 126,7100=1,267 Limbah pabrik pengecoran logam ini tidak dapat dikategorikan sebagai pasir
karena tidak memenuhi persyaratan modulus kehalusan pada pasir c. Pedoman :
100 mm
0.15 ayakan
hingga tertahan
Komulatif FM
Berdasarkan nilai modulus kehalusan FM, agregat halus dibagi dalam beberapa kelas, yaitu :
Pasir halus
: 2.20 FM 2.60
Pasir sedang : 2.60 FM 2.90
Universitas Sumatera Utara
62
Pasir kasar : 2.90 FM 3.20
Pemeriksaan Kadar Lumpur
a. Tujuan : Untuk memeriksa kandungan lumpur pada limbah.
b. Hasil pemeriksaan : Kandungan lumpur : 2 5 , memenuhi persyaratan.
c. Pedoman : Kandungan Lumpur yang terdapat pada agregat halus tidak dibenarkan
melebihi 5 dari berat kering. Apabila kadar lumpur melebihi 5 maka limbah harus dicuci.
Pemeriksaan Clay Lump
a. Tujuan : Untuk memerisa kandungan liat pada limbah.
b. Hasil pemeriksaan : Kandungan liat 0.2 1 , memenuhi persyaratan.
c. Pedoman : Kandungan liat yang terdapat pada agregat halus tidak boleh melebihi 1
dari berat kering. Apabila kadar liat melebihi 1 maka limbah harus dicuci.
Pemeriksaan Berat Isi Limbah
a. Tujuan : Untuk menentukan berat isi unit weight limbah dalam keadaan padat
dan longgar.
Universitas Sumatera Utara
63 b. Hasil pemeriksaan :
Berat isi keadaan rojok padat : 1658,17 kgm
3
. Berat isi keadaan longgar : 1575,13 kgm
3
. c. Pedoman :
Dari hasil pemeriksaan diketahui bahwa berat isi limbah dengan cara merojok lebih besar daripada berat isi limbah dengan cara menyiram, hal ini berarti
bahwa limbah akan lebih padat bila dirojok daripada disiram. Dengan mengetahui berat isi limbah maka kita dapat mengetahui berat limbah dengan
hanya mengetahui volumenya saja.
Pemeriksaan Berat Jenis dan Absorbsi
a. Tujuan : Untuk menentukan berat jenis specific grafity dan penyerapan air absorbsi
limbah. b. Hasil pemeriksaan :
Berat jenis SSD
: 2.65 tonm
3
.
Berat jenis kering : 2.62 tonm
3
.
Berat jenis semu : 2.68 tonm
3
.
Absorbsi : 0,81
c. Pedoman : Berat jenis SSD merupakan perbandingan antara berat limbah dalam keadaan
SSD dengan volume limbah dalam keadaan SSD. Keadaan SSD Saturated Surface Dry dimana permukaan limbah jenuh dengan uap air sedangkan
dalamnya kering, keadaan limbah kering dimana pori-pori limbah berisikan udara tanpa air dengan kandungan air sama dengan nol, sedangkan keadaan
Universitas Sumatera Utara
64 semu dimana limbah basah total dengan pori-pori penuh air. Absorbsi atau
penyerapan air adalah persentase dari berat limbah yang hilang terhadap berat limbah kering dimana absorbsi terjadi dari keadaan SSD sampai kering.
Hasil pengujian harus memenuhi : Berat jenis kering berat jenis SSD berat jenis semu.
3.2.5 Air
Air yang digunakan dalam pembuatan sampel adalah air yang berasal dari sumber air yang bersih. Secara pengamatan visual air yang dapat pembuatan beton
yaitu air yang jernih, tidak berwarna dan tidak mengandung kotoran-kotoran seperti minyak dan zat organik lainnya. Dalam penelitian ini air yang dipakai
adalah berasal dari PDAM Tirtanadi, di Laboratorium Bahan Rekayasa Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik USU.
3.2.6 Superplasticizer
Superplasticizer yang digunakan pada penelitian ini adalah sikamen NN type F, produk PT. Sika Nusa Pratama. Dalam penelitian ini dosis sikamen yang
dipakai adalah 1 dari berat semen.
3.2.7 Silicafume
Silicafume yang digunakan pada penelitian ini adalah silicafume dari produk PT. Sika Nusa Pratama. Dalam penelitian ini dosis silicafume yang
dipakai adalah 5 dari berat semen.
Universitas Sumatera Utara
65
3.3 Perencanaan Campuran Beton Mix Design
Perencanaan campuran beton dimaksudkan untuk mengetahui komposisi atau proporsi bahan-bahan penyusun beton. Proporsi bahan-bahan penyusun beton
ini ditentukan melalui sebuah perancangan beton mix design. Hal ini dilakukan agar proporsi campuran dapat memenuhi syarat teknis secara ekonomis. Dalam
menentukan proporsi campuran dalam penelitian ini berdasarkan pada SNI 03- 2834-2000.
Kriteria dasar perancangan beton dengan menggunakan metode Departemen Pekerjaan Umum ini adalah kekuatan tekan dan hubungan dengan
faktor air semen. Perhitungan mix design secara lengkap dapat dilihat pada lampiran. Dari hasil perhitungan mix design tersebut diperoleh perbandingan
campuran beton antara semen : pasir : split : air = 1,00 : 0.74 : 1.11 : 0,24 Komposisi material penyusun untuk beton normal adalah sebagai berikut:
Semen = 779,9 kgm
3
Pasir = 575,0 kgm
3
Split = 862,4 kgm
3
Air = 185,2 kgm
3
3.4 Penyediaan Bahan Penyusun Beton