pada operator agen alat angkut maupun unit otoritas di bandarapelabuhanPLBD mengenai ada tidaknya penumpang atau awak alat angkut yang menderita infeksi
saluran pernafasan akut. Pada pelaksanannya, petugas kurang aktif bertanya dan cenderung menunggu informasi mengenai ada tidaknya petugas yang menderita
infeksi saluran pernafasan akut. Hal tersebut memungkinkan adanya pelaku perjalanan yang sakit dan tidak terpantau dengan baik di pintu masuk negara
dapat berpotensi membawa dan menyebarkan virus penyakit menular seperti MERS-CoV dan Ebola, misalnya ketika agenawak alat angkut tidak memberikan
informasi ketika terdapat pasien suspek. Hal tersebut menggambarkan begitu pentingnya pengawasan terhadap orang khususnya di pintu masuk negara sesuai
dengan Keputusan Menteri Kesehatan No. 425 Tahun 2007 tentang pedoman penyelenggaraan karantina kesehatan di Kantor Kesehatan Pelabuhan, bahwa
penumpang merupakan faktor risiko yang paling rentan untuk terjadinya suatu penyakit menular potensial wabah.
b. Pengawasan Terhadap Barang
Menurut International Health Regulation 2005, barang adalah produk- produk nyata ternasuk hewan dan tanaman yang dibawa darike luar negeri,
termasuk yang digunakan oleh alat angkut. Saat ini pemeriksaan barang oleh petugas KKP Kelas I Surabaya tidak dilakukan lagi, dikarenakan oleh kurangnya
sumber daya manusia yang bertugas untuk melakukan pengawasan terhadap barang dan tidak adanya petunjuk teknisprosedur yang jelas dalam pemeriksaan
barang. Padahal, menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 425 Tahun 2007 tentang pedoman penyelenggaraan karantina kesehatan di Kantor Kesehatan
Pelabuhan, barang yang dibawa penumpang maupun awak kapal yang diletakkan dalam kabin maupun dibagasi juga bisa menjadi faktor risiko munculnya penyakit
menular potensial wabah, sehingga harusnya perlu untuk dilakukan pengawasan. Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam pengawasan terhadap barang diantaranya,
ada tidaknya bahan berbahaya yang terbawa oleh penumpang di kabin maupun bagasi, ada tidaknya bahan makananminuman mudah busuk yang terbawa
penumpang di kabin maupun bagasi, ada tidaknya binatang tumbuhan yang terbawa penumpang di kabin maupun bagasi.
Menurut Kementerian Kesehatan RI pada Pedoman Menghadapi Penyakit Virus Ebola 2014, pemeriksaan barang harusnya dilakukan minimal
terhadap barang-barang yang dibawa dari negara terjangkit. Menurut CDC 2014, salah satu bentuk penularan penyakit Ebola adalah adanya kontak langsung
dengan darah atau cairan dari orang yang terinfeksi atau paparan benda seperti jarum yang telah terkontaminasi, dan jika misalnya terdapat barang yang
terkontaminasi darah atau cairan dari orang yang terinfeksi Ebola, maka dapat berisiko menularkan melalui barang. Hal tersebut termasuk salah satu kegiatan
pemeriksaan terhadap barang. Pemeriksaan terhadap barang yang tidak terlaksana mengakibatkan barang yang tidak memiliki ijin resmi dan membawa virus tidak
dapat terdeteksi secara dini sehingga dapat berpotensi menularkan virus penyakit kepada penumpang maupun orang yang memiliki riwayat kontak dengan barang
tersebut. Pemeriksaan terhadap barang di Bandara Internasional Juanda masih bisa diatasi oleh adanya pemeriksaan oleh pihak bea cukai, walaupun seyogyanya
pengawasan terhadap barang oleh petugas KKP perlu dilakukan.
c. Pengawasan Terhadap Alat Angkut