Analisis Pengaruh Rasio Lancar, Perputaran Modal Kerja, dan Debt to Equity Ratio terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STRATA-1 MEDAN
ANALISIS PENGARUH RASIO LANCAR, PERPUTARAN
MODAL KERJA, DAN DEBT TO EQUITY RATIO
TERHADAP PROFITABILITAS PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR
DI BURSA EFEK INDONESIA
DRAFT SKRIPSI OLEH
DIAN LESTARI L. GAOL 060502162
MANAJEMEN
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Universitas Sumatera Utara Medan
(2)
ABSTRAK
Dian Lestari L. Gaol (2010). Analisis Pengaruh Rasio Lancar, Perputaran Modal Kerja, dan Debt to Equity Ratio terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Ibu Dra. Lisa Marlina M.Si, selaku Dosen Pembimbing. Ibu Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si, selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Bapak Dr. Muslich Lufti, SE, MBA., dan Ibu Dr. Khaira Amalia F., MBA, AK., selaku Dosen Penguji dan Ibu Dra. Nisrul Irawaty SE, MBA selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis pengaruh Rasio Lancar, Perputaran Modal Kerja, dan Debt to Equity Ratio terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Penulis menarik hipotesis bahwa Rasio Lancar tidak berpengaruh terhadap Profitabilitas (ROE), Perputaran Modal Kerja (WCTO) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Profitabilitas (ROE), dan Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas (ROE) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Metodologi penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis statistik. Data yang digunakan adalah data sekunder. Penelitian ini menggunakan data penelitian berjumlah 113 Perusahaan. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji F dan uji t, dengan tingkat signifikansi (α) 5%. Penganalisaan data menggunakan software pengolahan data statistik yaitu SPSS 16.00 for windows.
Hasil uji F menunjukkan bahwa pada perusahaan manufaktur variabel Rasio Lancar, Perputaran Modal Kerja, dan Debt to Equity Ratio (DER) dapat mengestimasi variabel Profitabilitas (ROE) dalam model analisis. Hasil uji t (secara individual) menunjukkan bahwa pada perusahaan manufaktur masing-masing variabel Perputaran Modal Kerja dan Debt to Equity Ratio (DER) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Profitabilitas (ROE) sedangkan Rasio Lancar tidak berpengaruh terhadap Profitabilitas (ROE).
Kata Kunci: Rasio Lancar, Perputaran Modal Kerja, Debt to Equity Ratio
(3)
KATA PENGANTAR
Segala puji, hormat, dan kemuliaan bagi Tuhan Yesus Kristus atas kelimpahan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi.
Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang turut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini baik secara materil maupun moril, yaitu:
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dra. Nisrul Irawaty SE, MBA selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara
4. Bapak Drs. Amlys Syahputra Silalahi selaku Dosen Wali yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama masa perkuliahan.
5. Ibu Dra. Lisa Marlina, M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing serta memberi arahan dalam penyelesaian skripsi ini.
(4)
6. Bapak Dr. Muslich Lufti, SE, MBA. selaku Dosen Penguji I yang telah meluangkan waktunya dalam memberikan saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini.
7. Ibu Dr. Khaira Amalia, SE, MBA, AK. selaku Dosen Penguji II yang telah meluangkan waktunya dalam memberikan saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini.
8. Seluruh Dosen dan Civitas Akademik di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bekal pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan dan penulisan skripsi ini dengan baik.
9. Seluruh Staf dan Pegawai di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah membantu penulis dalam hal penyelesaian administrasi selama masa pendidikan dan penyelesaian skripsi ini.
10.Orangtuaku tercinta Drs. J. M. Lumban Gaol dan A. Sinaga, kakakku Anugerah Lumban Gaol, dan tante Ida yang telah tulus mencurahkan kasih sayang dan doa yang diberikan kepada penulis.
11.Abang-abangku dan saudara-saudaraku terkasih SION COMMUNITY (Bg. Evan, Bg. Daniel, Karnida R. Ginting, Christine S.Tambunan, dan Kartika M. S. L. S.) yang selalu memberikan dukungan semangat dan doa yang tak habis-habisnya sampai saat ini.
12.Someone Special yang selalu memberikan motivasi dan banyak masukan sehingga penulis lebih terpacu lagi untuk memberikan yang terbaik.
(5)
13.Sahabat-sahabatku yang selalu memberikan dukungan semangat dan doa dari kejauhan, para ALBUMers (Alumni Budi Mulia P.Siantar).
14.Teman-teman seperjuanganku (Ika Pratiwi, Hilda Sintya B., dan Riko) tetap semangat memberikan yang terbaik dan juga Tere (Theresia Barus). 15.Teman-teman berbagi suka dan duka di Stambuk 2006 (bapa `Freddytio`,
Ceria Natalia T., Tulang `Indera Gabe`, Tulus Pasaribu, Carjony, Diety, Renita, Mariati, Mangihut, Yoan, Artha, dan `yang lainnya`). Tetap Semangat ya woi…..
16.UKM KMK USU UP FE tempat dimana penulis semakin bertumbuh dalam Tuhan dan bertemu dengan orang-orang yang luar biasa.
17.Semua teman di Manajemen 2006, yang sudah memberikan motivasi semangat dan dukungan doa.
18.Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu, atas setiap bantuan, dukungan, dan doanya.
Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi isi maupun penyajian. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun yang dapat memperbaiki isi skripsi ini.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Medan, Maret 2010 Penulis
(6)
DAFTAR ISI ABSTRAK
KATA PENGANTAR……….. i
DAFTAR ISI………. iv
DAFTAR TABEL……… vi
DAFTAR GAMBAR……… vii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah……….. 1
1.2 Perumusan Masalah………. 5
1.3 Kerangka Konseptual……….. 5
1.4 Hipotesis……….. 6
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian……… 7
1.6 Metode Penelitian……… 8
1. Batasan Operasional……… 8
2. Defenisi Operasional……… 8
3. Populasi dan Sampel……… 9
4. Tempat dan Waktu Penelitian……….. 13
5. Jenis data……….. 13
6. Teknik Pengumpulan Data………... 13
7. Metode Analisis Data……….. 13
BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Penelitian Terdahulu………. 19
2.2 Rasio Likuiditas .……….. 21
2.3 Modal Kerja…………...……… 23
2.4 Perputaran Modal Kerja ……… 28
2.5 Struktur Modal……….. 29
2.6 Profitabilitas……….. 32
BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Sejarah Bursa Efek Indonesia……… 35
3.2 Sejarah Umum Perusahaan………. 38
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Deskriptif Variabel yang Mempengaruhi Return on Equity... 45
4.2 Analisis Statistik………. 51
1. Pengujian Normalitas……….. 51
2. Pengujian Asumsi Klasik……… 52
3. Pengujian Hipotesis……… 56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan………. 61
(7)
DAFTAR PUSTAKA……… 63 LAMPIRAN
(8)
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data Rasio Lancar, Perputaran Modal Kerja, Debt to
Equity Ratio, dan ROE……….. 4
Tabel 1.2 Nama-nama Sampel Perusahaan……….. 10
Tabel 3.1 Profil Perusahaan Manufaktur………. 39
Tabel 4.1 Rasio Lancar, Perputaran Modal Kerja, dan Debt to Equity Ratio pada Perusahaan Manufaktur tahun 2008…… 45
Tabel 4.2 Normalitas-Statistik……….. 52
Tabel 4.3 Multikolinearitas……… 53
Tabel 4.4 Heteroskedastisitas-Uji Glejser………. 54
Tabel 4.5 Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi... 55
Tabel 4.6 Autokorelasi... 55
Tabel 4.7 Uji Koefisien Dterminasi... 56
Tabel 4.8 Regresi Linear Berganda... 56
Tabel 4.9 Anova... 57
(9)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Kerangka Konseptual……… 6
Gambar 4.1 Histogram……….. 51
Gambar 4.2 Normal P-P Plot……… 51
(10)
ABSTRAK
Dian Lestari L. Gaol (2010). Analisis Pengaruh Rasio Lancar, Perputaran Modal Kerja, dan Debt to Equity Ratio terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Ibu Dra. Lisa Marlina M.Si, selaku Dosen Pembimbing. Ibu Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si, selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Bapak Dr. Muslich Lufti, SE, MBA., dan Ibu Dr. Khaira Amalia F., MBA, AK., selaku Dosen Penguji dan Ibu Dra. Nisrul Irawaty SE, MBA selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis pengaruh Rasio Lancar, Perputaran Modal Kerja, dan Debt to Equity Ratio terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Penulis menarik hipotesis bahwa Rasio Lancar tidak berpengaruh terhadap Profitabilitas (ROE), Perputaran Modal Kerja (WCTO) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Profitabilitas (ROE), dan Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas (ROE) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Metodologi penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis statistik. Data yang digunakan adalah data sekunder. Penelitian ini menggunakan data penelitian berjumlah 113 Perusahaan. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji F dan uji t, dengan tingkat signifikansi (α) 5%. Penganalisaan data menggunakan software pengolahan data statistik yaitu SPSS 16.00 for windows.
Hasil uji F menunjukkan bahwa pada perusahaan manufaktur variabel Rasio Lancar, Perputaran Modal Kerja, dan Debt to Equity Ratio (DER) dapat mengestimasi variabel Profitabilitas (ROE) dalam model analisis. Hasil uji t (secara individual) menunjukkan bahwa pada perusahaan manufaktur masing-masing variabel Perputaran Modal Kerja dan Debt to Equity Ratio (DER) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Profitabilitas (ROE) sedangkan Rasio Lancar tidak berpengaruh terhadap Profitabilitas (ROE).
Kata Kunci: Rasio Lancar, Perputaran Modal Kerja, Debt to Equity Ratio
(11)
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Setiap perusahaan dalam aktivitas usahanya selalu berusaha untuk mencapai laba yang optimal dengan menggunakan sumber daya secara efektif dan efisien. Keuntungan atau laba merupakan sarana yang penting untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, makin tinggi laba yang diperoleh maka perusahaan akan mampu bertahan hidup, tumbuh, dan berkembang serta mampu menghadapi persaingan. Perusahaan dituntut untuk efisien, dalam arti bahwa dalam pengorbanan tertentu yang diberikan maka akan dicapai hasil yang optimal, dimana pengorbanan yang dimaksud disini adalah modal usaha dan hasilnya laba usaha.
Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu disebut rentabilitas atau profitabilitas (Riyanto 2001:331). Masalah profitabilitas ini penting bagi kelangsungan hidup dan perkembangan perusahaan. Bagi pimpinan perusahaan, profitablitas dapat digunakan sebagai tolak ukur untuk mengetahui berhasil atau tidaknya perusahaan yang dipimpinnya. Sedangkan bagi penanam modal dapat digunakan sebagai tolak ukur prospek modal yang ditanamkan dalam perusahaan tersebut.
Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki disebut Return on Equity (ROE) (Sutrisno 2000:267). Salah satu cara pemilik untuk dapat mengoptimalkan profitabilitas (ROE) adalah dengan
(12)
memperhatikan tingkat likuiditas perusahaannya. Menurut Riyanto (2001: 25), likuiditas perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansiilnya yang segera harus dipenuhi. Perusahaan yang memiliki likuiditas yang baik berarti mampu memenuhi segala pembayaran yang diperlukan untuk kelancaran proses produksinya.
Salah satu alat ukur likuiditas adalah Rasio Lancar (Current Ratio) yang merupakan perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang jangka pendek (hutang lancar). Perusahaan yang dapat mengelola rasio lancarnya dengan baik menunjukkan bahwa aktiva lancar perusahaan tersebut dapat menutup hutang lancarnya, dengan kata lain perusahaan tersebut memiliki likuiditas yang baik. Akan tetapi pemilik juga harus memperhatikan jangan sampai perusahaan terlalu likuid, karena hal tersebut akan mengurangi risiko ketidakmampuan memenuhi kewajiban jangka pendek yang jatuh tempo, yang akan mengurangi profitabilitas.
Pemilik perusahaan juga hendaknya mampu mengelola modal kerja perusahaannya dengan baik untuk dapat mengoptimalkan profitabilitas (ROE), karena sebagian besar sumber daya yang dimiliki perusahaan tertanam dalam modal kerja, dimana modal kerja tersebut harus mampu membiayai pengeluaran-pengeluaran untuk kegiatan operasi perusahaan sehari-hari. Modal kerja disini adalah modal kerja bersih yang merupakan kelebihan aktiva lancar terhadap hutang jangka pendek (hutang lancar). Modal kerja yang cukup akan menguntungkan bagi perusahaan, karena disamping memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis dan efisien perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan. Adanya modal kerja yang berlebihan
(13)
menunjukkan adanya dana yang tidak produktif dan hal ini akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan karena tidak mempergunakan kesempatan untuk memperoleh keuntungan melalui dana yang ada, sehingga pemilik haruslah benar-benar dapat mengelola modal kerjanya dengan baik.
Perputaran modal kerja adalah bentuk pengukuran apakah modal kerja sudah dikelola dengan baik atau tidak. Perputaran modal kerja yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan dapat beroperasi dengan baik dan menutup pengeluaran biaya yang ada di perusahaan. Peningkatan perputaran modal kerja akan dapat meningkatkan penjualan dan modal juga dapat kembali dengan cepat sehingga keuntungan atau ROE perusahaan juga meningkat.
Sumber dan penggunaan dana dalam operasi perusahaan biasanya dibiayai dengan modal sendiri dan hutang, yang dalam hal ini untuk mengukur seberapa besar penggunaan hutang dapat diukur dengan Debt to Equity Ratio (DER). Sebagian pemilik lebih banyak menggunakan hutang daripada modal sendiri, karena dengan adanya penambahan pinjaman (hutang) dapat menghasilkan risiko yang lebih besar, tetapi potensi hasil (profitabilitas) yang diperoleh juga dapat menjadi lebih besar, sebab pemilik perusahaan akan menuntut tingkat pengembalian yang lebih tinggi dari biaya hutang.
Penelitian ini dilakukan pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008. Pemilihan kelompok industri manufaktur ini didasarkan pada alasan bahwa industri manufaktur merupakan kelompok emiten yang terbesar dibandingkan kelompok industri yang lain, sehingga dengan asumsi semakin besar objek yang diamati maka akan semakin akurat hasil
(14)
penelitian. Perusahaan Manufaktur merupakan perusahaan yang mengubah bahan baku menjadi barang jadi yang terdiri dari 3 sektor, yaitu industri dasar dan kimia, aneka industri, dan industri barang konsumsi. Industri barang konsumsi terdiri dari perusahaan makanan dan minuman. Dalam laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008 terlihat bahwa adanya nilai tertinggi dan terendah dari rasio lancar, perputaran modal kerja, DER, dan demikian pula dengan ROE. Hal ini terlihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 1.1
Data Rasio Lancar, Perputaran Modal Kerja, DER, dan ROE pada Beberapa Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2008
Ket Perusahaan Rasio
Lancar WCTO DER ROE
Nilai Rasio Lancar tertinggi &
terendah
Davomas Abadi Tbk (DAVO)
27.50 2.80 4.45 -68.90 Polysindo Eka
Perkasa Tbk (POLY)
0.11 -0.32 -1.53 25.47 WCTO
tertinggi & terendah
Trias Sentosa Tbk (TRST)
1.01 186.52 1.08 2.41 Tembaga Mulia
Semanan Tbk (TBMS)
0.97 -121.86 14.61 -52.97 DER
tertinggi & terendah
Centex Tbk (CNTX) 0.79 -7.20 322.27 -69.92 Panasia Filament Tbk
(PAFI)
0.88 -11.91 -25.25 607.82 Sumber:
Uraian sebelumnya mengatakan bahwa Rasio Lancar berbanding terbalik dengan ROE, dimana apabila rasio lancar meningkat, maka ROE akan mengalami penurunan dan sebaliknya. Akan tetapi tabel memperlihatkan bahwa pada Perusahaan Panasia Filament Tbk memiliki nilai ROE yang tinggi padahal Rasio Lancar yang dimilikinya positif dan lebih kecil daripada perusahaan yang
(15)
memiliki nilai Rasio Lancar tertinggi yaitu Davomas Abadi Tbk. Berbeda dengan rasio lancar terhadap ROE, perputaran modal kerja (WCTO) berbanding lurus dengan ROE. Pada saat perputaran modal kerja mengalami kenaikan atau penurunan, maka ROE juga mengalami kenaikan atau penurunan juga, akan tetapi pada yang memiliki nilai Perputaran Modal Kerja yang tinggi justru nilai ROE yang dimilikinya kecil. Demikian juga dengan DER yang berbanding lurus dengan ROE, pada perusahaan yang memiliki nilai DER tertinggi justru memiliki nilai ROE yang rendah dibandingkan dengan yang lainnya.
Maka berdasarkan uraian sebelumnya, penulis tertarik untuk meneliti lebih dalam tentang pengaruh rasio lancar, perputaran modal kerja, dan Debt to Equity ratio (DER) terhadap profitabilitas (ROE).
1.2Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan sebelumnya, perumusan masalah pada penelitian ini adalah : “Apakah Rasio lancar, Perputaran Modal Kerja, dan Debt to Equity Ratio (DER) memiliki pengaruh terhadap Profitabilitas pada perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI)?”
1.3Kerangka Konseptual
Salah satu cara untuk mengetahui seberapa besar kemampuan perusahaan melunasi hutang-hutang lancar adalah melalui rasio lancar, yang juga merupakan alat ukur likuiditas. Apabila nilainya semakin tinggi maka likuiditas perusahaan akan semakin baik, akan tetapi perlu diperhatikan bahwa kelebihan likuiditas akan
(16)
mengurangi risiko ketidakmampuan memenuhi kewajiban jangka pendek yang jatuh tempo dan akan mengurangi laba. (Sundjaja, 2003: 135)
Semakin tinggi tingkat perputaran modal kerja, semakin cepat modal kerja tersebut kembali lagi menjadi kas, dimana hal ini akan dapat meningkatkan laba perusahaan. (Riyanto, 2001: 63)
Perbandingan antara hutang jangka panjang dengan dana yang diberikan oleh pemilik (ekuitas) disebut Debt to Equity Ratio (DER). Adanya penambahan pinjaman (hutang) dapat menghasilkan risiko yang lebih besar, demikian pula potensi hasil (laba) yang diperoleh juga menjadi lebih besar, karena semakin besar pengaruh keuangan maka potensi risiko dan hasil juga lebih besar. (Sundjaja, 2003: 140)
Gambar 1.1. Kerangka Konseptual
Sumber: Sundjaja (2003) dan Riyanto (2001), diolah
1.4Hipotesis
Hipotesis atau jawaban sementara atas permasalahan yang dikemukakan adalah sebagai berikut: Terdapat Pengaruh antara Rasio Lancar, Perputaran Modal
Rasio Lancar (X1)
Perputaran Modal Kerja (X2)
DER (X3)
(17)
Kerja, dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Profitabilitas yang dalam hal ini adalah ROE pada Perusahaan Manaufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia.
1.5Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh variabel Rasio Lancar, Perputaran Modal Kerja, dan Debt to Equity Ratio terhadap profitabilitas pada perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI).
2. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah: a. Bagi Perusahaan
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan mengambil kebijaksanaan serta keputusan terutama yang berhubungan dengan pencapaian keuntungan atau laba pada perusahaan manufaktur.
b. Bagi pihak lain
Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan referensi yang nantinya dapat memberikan perbandingan dalam melakukan penelitian-penelitian selanjutnya yang sejenis.
c. Bagi peneliti
Penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan pola pikir peneliti.
(18)
1.6Metode Penelitian 1. Batasan Operasional
Adapun yang menjadi batasan operasional penelitian penulis, yaitu:
a. Subjek dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
b. Data laporan keuangan yang digunakan adalah laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008.
c. Penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh profitabilitas terhadap rasio lancar, perputaran modal kerja, dan Debt to Equity Ratio dengan analisis regresi berganda, yang dilakukan dengan menggunakan alat bantu program SPSS versi 16.0 for window (Statistic Product and Sosial Sciences).
2. Defenisi Operasional
Berdasarkan masalah dan hipotesis yang akan diuji, parameter yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Variabel terikat (dependen variabel)
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Return On Equity (ROE) atau disebut juga dengan tingkat pengembalian modal sendiri.
(19)
b. Variabel Bebas (independent variabel) 1) Rasio Lancar
Yang dimaksud Rasio Lancar adalah rasio yang membandingkan antara aktiva lancar dengan hutang jangka pendek (hutang lancar).
2) Perputaran Modal Kerja (working capital turnover)
Perputaran modal kerja adalah peredaran uang yang dimulai pada saat kas diinvestasikan dalam komponen modal kerja sampai kembali lagi menjadi kas. Dalam penelitian ini perputaran modal kerja yang akan diteliti adalah keseluruhan penjualan dibagi modal kerja rata-rata.
3) Debt to Equity Ratio (DER)
Debt to Equity Ratio (DER) atau Rasio hutang-ekuitas adalah perbandingan antara total hutang dengan ekuitas saham biasa (stock equity).
3. Populasi dan Sampel
Target populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 113 Perusahaan Manufaktur pada tahun 2008, karena tahun 2008 merupakan tahun terakhir
(20)
dimana perusahaan-perusahaan manufaktur mempublikasikan laporan keuangannya dengan lengkap.
Table 1.2
Nama-nama Sampel Perusahaan
Kode Perusahaan
ADES Akasha Wira International Tbk AKKU Aneka Kemasindo Utama Tbk
AKPI Argha Karya Prima Inds. Tbk ALMI Alumindo Light Metal Inds. Tbk AMFG Asahimas Flat Glass Tbk
AQUA Aqua Golden Mississi Tbk ARGO Argo Pantes Tbk
ARNA Arwana Citra Mulia Tbk ASIA Asia Natural Resources Tbk AUTO Astra Otoparts Tbk
BATA Sepatu Bata Tbk BATI BATI Indonesia Tbk
BIMA Primarindo Asia Infrastr. Tbk BRAM Indo Kordsa Tbk
BRNA Berlina Tbk
BTON Betonjaya Manunggal Tbk BUDI Budi Acid Jaya Tbk CEKA Cahaya Kalbar Tbk CNTX Centex Tbk
CTBN Citra Tubindo Tbk DAVO Davomas Abadi Tbk
DLTA Delta Djakarta Tbk
DOID Delta Dunia Petroindo Tbk DPNS Duta Pertiwi Nusantara DSUC Daya Sakti Unggul Corp. Tbk DVLA Darya-Varia Laboratoria Tbk DYNA Dynaplast Tbk
EKAD Ekadharma Internasional Tbk ERTX Eratex Djadja Tbk
ESTI Ever Shine Textile Inds. Tbk ETWA Eterindo Wahanatama Tbk FASW Fajar Surya Wisesa Tbk
FPNI Titan Kimia Nusantara Tbk GDYR Goodyear Indonesia Tbk HDTX Panasia Indosyntec Tbk HMSP HM Samprna Tbk
IGAR Kageo Igar Jaya Tbk
(21)
IKBI Sumi Indo Kabel tbk
IMAS Indomobil Sukses Int I. Tbk INAF Indofarma Tbk
INAI Indal Aluminiun Industri Tbk INCI Intanwijaya Internasional Tbk INDR Indorama Syntetics Tbk INDS Indospring Tbk
INRU Toba Pulp Lestari Tbk ITMA Itamaraya Tbk
JECC Jembo Cable Company Tbk JKSW Jakarta Kyoei Steel Works Tbk
JPFA JAPFA Tbk
KARW Karwell Indonesia Tbk KBLI KAMI Wire and Cable Tbk KBLM Kabelindo Murni Tbk KBLV First Media Tbk
KBRI Kertas Basuki Rachmat Ind. Tbk KDSI Kedawung Setia Industrial Tbk KIAS Keramik Indonesia Assosiasi
KICI Kedaung Indah Can Tbk LION Lion Metal Works Tbk
LMPI Langgeng Makmur Plastic I Tbk LMSH Lion Mesh P Tbk
LPIN Multi Prima Sejahtera Tbk MAIN Malindo Feedmill Tbk MASA Multistrada Arah Sarana Tbk MERK Merck Tbk
MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk MLIA Mulia Industrindo Tbk MRAT Mustika Ratu Tbk MYOH Myoh Tecnology Tbk MYOR Mayora Indah Tbk
MYRX Hanson International Tbk NIPS Nipress Tbk
PAFI Panasia Filament Tbk PBRX Pan Brothers Tex Tbk
PICO Pelangi Indah Canindo Tbk POLY Polysindo Eka Perkasa Tbk PRAS Prima Alloy Steel Tbk
PROD Sara Lee Body Care Indonesia PSDN Prasidha Aneka Niaga Tbk PTSN Sat Nusapersada Tbk PYFA Pyridam Farma Tbk RDTX Roda Pipatex Tbk
(22)
RICY Ricky Putra Globalindo Tbk SAIP Surabaya Agung Industri P. Tbk SCCO Supreme Cable Manufacture Co.
SCPI Schering Plough Indonesia Tbk SIAP Sekawan Intipratama Tbk SIMA Siwani Makmur Tbk
SIMM Surya Intrindo Makmur Tbk SIPD Sierad Produce Tbk
SKBM Sekar Bumi Tbk SKLT Sekar Laut Tbk
SMSM Selamat Sempurna Tbk
SQBI Bristol-Myers Squibb Indonesia SQMI Allbond makmur Usaha Tbk SRSN Indo Acidatama Tbk
SSTM Sunson Textile Manufacture Tbk STTP Siantar Top Tbk
SUGI Sugi Samapersada Tbk TALF Tunas Alfin Tbk
TBMS Tembaga Mulia Semanan Tbk TCID Mandom Indonesia Tbk TFCO Teijin Indonesia Fiber Tbk
TIRT Tirta Mahakam Resources Tbk TOTO Surya Toto Indonesia Tbk
TPIA Tri Polyta Indonesia Tbk TRST Trias Sentosa Tbk ULTJ Ultra Jaya Milk Tbk UNIC Unggul Indah Cahaya Tbk UNIT Nusantara Inti Corpora Tbk UNTX Unitex Tbk
VOKS Voksel Electric Tbk
YPAS Yanaprima Hastapersada Tbk Sumber:
(23)
4. Tempat dan Waktu Penelitian
a. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan dengan menggunakan situs b. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan sejak Oktober 2009 sampai dengan Maret 2010.
5. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang bersumber dari data sekunder. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data laporan keuangan perusahaan, antara lain neraca (balance sheet), laporan laba / rugi (income statements), Ratio, diperoleh dari hasil publikasi Bursa Efek Indonesia, media internet, buku-buku, dan jurnal referensi lainnya.
6. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan melalui studi pustaka berupa literatur, jurnal, skripsi, dan buku-buku referensi untuk mendapatkan gambaran masalah yang diteliti serta mengumpulkan data sekunder yang diperlukan yaitu laporan-laporan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia.
7. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis statistic sebagai berikut:
(24)
a. Metode Analisis Deskriptif
Metode analisis deskriptif adalah suatu metode analisis dimana data yang dikumpulkan dan digolongkan kemudian dianalisis dan diinterpretasikan secara obyektif.
b. Metode Regresi Berganda
Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh dari Rasio Lancar, Perputaran Modal Kerja, dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Profitabilitas (ROE). Persamaan regresi berganda yang dipakai adaah sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e
Keterangan:
Y = Profitabilitas (ROE) a = konstanta
X1 = Rasio Lancar
X2 = Perputaran Modal Kerja X3 = Debt to Equity Ratio (DER)
b1 = Koefisien regresi variabel Rasio Lancar
b2 = Koefisien regresi variabel Perputaran Modal Kerja b3 = Koefisien regresi variabel DER
(25)
Adapun syarat uji normalitas dan uji asumsi klasik yang harus dipenuhi model regresi berganda sebelum data tersebut dianalisis adalah sebagai berikut:
1) Pengujian Normalitas
Uji normalitas atau distribusi normal dilakukan untuk mengetahui apakah dalam suatu model regresi, variabel independen, variabel dependen, atau keduanya berdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Uji ini dilakukan melalui kolmogorov-smirnov.
2) Uji Multikolineritas
Uji multikolineritas diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan linear antar variabel independen dalam satu model. Hubungan linear antar variabel independen inilah yang disebut multikolineritas. 3) Uji Autokorelasi
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara variabel pengganggu pada periode tertentu dengan variabel pengganggu periode sebelumnya. Jika terjadi autokorelasi maka dikatakan ada problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Uji autokorelasi ini menggunakan uji Durbin Watson (DW).
4) Uji Heterokedastisitas
Uji ini digunakan untuk menguji apakah suatu model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lainnya. Jika varians dari residual dari suatu pengamatan e pengamatan
(26)
lainnya tetap, maka disebut homokedastisitas, tetapi jika varians residualnya berbeda disebut heterokedastisitas. Model yang baik adalah tidak terdapat heterokedastisitas.
5) Koefisien Determinasi
Pengujian determinasi (R2) akan menunjukkan besarnya persentase sumbangan Modal Kerja, Perputaran modal kerja, dan DER terhadap ROE, dimana 0<R2<1. Hal ini berarti bahwa nilai R2 semakin mendekati 1 merupakan indicator yang menunjukkan semakin kuatnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
c. Pengujian Hipotesis
Uji Hipotesis berguna untuk memeriksa atau menguji apakah koefisien regresi yang didapat signifikan. Ada dua jenis koefisien regresi yang dapat dilakukan, yaitu uji-F dan uji-t.
1) Uji-F (Uji Signifikansi Simultan)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua varabel bebas secara simultan dapat diterima menjadi model penelitian terhadap variabel terikat.
Bentuk pengujiannya adalah:
Ho : b1 = b2 = b3 = 0, artinya secara simultan variabel Rasio Lancar, perputaran modal kerja, dan DER tidak memenuhi model penelitian.
Ha : Tidak semua bi (b1,b2,b3) sama dengan nol, maka dianggap variabel independen telah memenuhi model penelitian terjadap variabel dependen. Kriteria pengambilan keputusan:
(27)
H0 diterima jika Fhitung≤ Ftabelpada α = 5% Ha diterima jika Fhitung > Ftabel pada α = 5% 2) Uji-t (Uji Parsial)
Digunakan untuk menguji koefisien regresi secara individual. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah secara parsial masing-masing variabel bebas mempunyai pengaruh signifikan atau tidak terhadap variabel terikat. Setelah didapat nilai thitung maka selanjutnya nilai thitung dibandingkan dengan nilai ttabel. Bentuk pengujiannya sebagai berikut: H0 : b1 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh signifikan dari variabel Raso Lancar, terhadap ROE secara parsial.
Ha : b1≠ 0, artinya terdapat pengaruh signifikan dari variabel Rasio Lancar secara parsial terhadap variabel ROE
H0 : b2 = 0,artinya tidak terdapat pengaruh signifikan dari variabel Perputaran Modal Kerja secara parsial terhadap variabel ROE
Ha : b2 ≠ 0,artinya terdapat pengaruh signifikan dari variabel Perputaran Modal Kerja secara parsial terhadap variabel ROE
H0 : b3 = 0, artinya tidak terdapat pengartuh signifikan dari variabel DER secara persial terhadap ROE
Ha : b3 ≠ 0,artinya terdapat pengaruh signifikan dari variabel DER secara parsial terhadap variabel ROE
Pada penelitian ini thitung akan dibandingkan dengan ttabel pada tingkat
signifikansi (α) = 5%
(28)
H0 diterima jika - ttabel≤ thitung ≤ ttabelpada α = 5% Ha diterima jika - ttabel > thitung > ttabelpada α = 5%
(29)
BAB II
URAIAN TEORITIS
2.1Penelitian Terdahulu
Astuti (2005) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja terhadap Return on Equity (ROE) pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdapat di Bursa Efek Jakarta (BEJ) Tahun 2000-2003”. Tujuan penelitian dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi modal kerja dan tingkat perputaran modal kerja, untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh total modal kerja dan tingkat perputaran modal kerja terhadap Return on Equity (ROE) pada perusahaan makanan dan minuman yang terdapat di Bursa Efek Jakarta, dan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh modal kerja dan tingkat perputaran modal kerja terhadap Return on Equity (ROE) pada perusahaan makanan dan minuman di Bursa Efek Jakarta. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisa deskriptif dan metode analisa statistik dengan menggunakan uji F, uji t, koefisien determinasi, dan evaluasi ekonometrika. Hasil penelitian ini menyatakan:
1. Ada pengaruh modal kerja dan perputaran modal kerja terhadap Return on Equity (ROE) pada perusahaan makanan dan minuman yang terdapat di Bursa Efek Jakarta.
2. Pengaruh modal kerja terhadap ROE pada perusahaan makanan dan minuman sebesar 79,1%.
3. Tidak ada pengaruh perputaran modal kerja terhadap Return on Equity (ROE) pada perusahaan makanan dan minuman yang terdapat di BEJhal
(30)
ini ditunjukkan dengan diperoleh hasil Fhitung = 0,319 sedang Ftabel = 1,725 atau Fhitung < Ftabel.
4. Pengaruh modal kerja dan perputaran modal kerja terhadap Return on Equity (ROE) pada perusahaan makanan dan minuman yang terdapat di BEJ sebesar 62,7% sedangkan sisanya 37,3% dipengaruhi faktor lain. Siagian (2006) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Struktur Modal terhadap Profitabilitas pada Intraco Penta tbk Medan”. Tujuan penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh struktur modal (hutang jangka panjang dan modal sendiri) terhadap profitabilitas/rentabilitas perusahaan pada PT Intraco Penta, tbk Medan, dan untuk mengetahui sejauh mana variabel hutang jangka panjang berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas/rentabilitas perusahaan. Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif dan metode analisis statistic. Hasil penelitian ini menyatakan:
1. Jumlah hutang jangka panjang (long term debt) lebih besar daripada modal sendiri menyebabkan debt to equity ratio lebih besar dari 50%. Kondisi debt to equity ratio tersebut menyebabkan modal yang dijamin (hutang jangka panjang) lebih besar dari modal yang menjadi jaminannya (modal sendiri).
2. Variabel DER (debt to equity ratio) memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap Rentabilitas Ekonomi. Hal ini dapat dilihat pada kolom sig/significance 0,673 atau probabilias jauh di atas 0,05 (koefisien regresi tidak signifikan). Variabel DER (debt to equity ratio) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Rentabilitas Modal sendiri. Hal ini dapat dilihat
(31)
pada kolom sig/significance 0,151 atau probabilitas di atas 0,05 (koefisien regresi tidak signifikan).
Sentosa (2009) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Current Rati, Total Asset Turnover, dan Debt to Equity Ratio terhadap Return on Equity (ROE) studi pada perusahaan makanan dan minuman yang Go Public di BEJ periode 2005-2007”. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisa deskriptif dan metode analisa statistik dengan menggunakan uji F, uji t, koefisien determinasi. Hasil penelitian ini menyatakan:
1. Variabel CR secara parsial tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap variabel ROE.
2. Variabel DER secara persial tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap variabel ROE.
2.2 Rasio Likuiditas
Menurut Sutrisno (2000:259), Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban-kewajibannya yang segera harus dipenuhi. Kewajiban yang segera harus dipenuhi adalah hutang jangka pendek, oleh karena itu rasio ini bisa digunakan untuk mengukur tingkat keamanan kreditor jangka pendek, serta mengukur apakah operasi perusahaan tidak akan terganggu bila kewajiban jangka pendek ini segera ditagih. Ukuran rasio likuiditas terdiri dari tiga alat ukur, yaitu:
a. Rasio Lancar (Current Ratio), adalah rasio yang membandingkan antara aktiva lancar yang dimiliki perusahaan dengan hutang jangka pendek
(32)
(hutang lancar). Aktiva lancar disini meliputi kas, piutang dagang, efek, persediaan, dan aktiva lancar lainnya. Rumus Current Ratio:
b. Rasio Cepat (Quick Ratio atau Acid Test Ratio), merupakan rasio antara aktiva lancar sesudah dikurangi persediaan dengan hutang lancar. Rumus Quick Ratio:
c. Cash Ratio adalah rasio yang membandingkan antara kas dan aktiva lancar yang bisa segera menjadi uang kas dengan hutang lancar. Rumus Cash Ratio:
Menurut Sundjaja (2003: 135), likuiditas persediaan yang rendah dapat diakibatkan oleh 2 faktor, yaitu:
a. Terlalu banyak macam persediaan yang tidak dapat dijual dengan mudah karena merupakan barang setengah jadi, barang usang atau barang untuk kegunaan tertentu.
b. Jika barang tersebut dijual dengan kredit maka akan menjadi piutang terlebih dahulu sebelum menjadi uang kas.rasio cepat = 1 atau lebih besar dari 1 lebih direkomendasikan, tetapi sama seperti rasio lancar nilai yang diterima tergantung pada industrinya. Rasio cepat merupakan alat ukur likuiditas yang lebih baik jika persediaan tidak mudah diuangkan. Jika
(33)
persediaan likuid maka rasio lancar merupakan ukuran likuiditas yang lebih disukai.
Untuk ketiga alat ukur likuiditas yaitu modal kerja bersih, rasio lancar, dan rasio cepat semakin tinggi nilainya maka likuiditas perusahaan semakin baik. Perlu diperhatikan kelebihan likuiditas akan mengurangi risiko ketidakmampuan memenuhi kewajiban jangka pendek yang jatuh tempo, hal mana akan mengurangi laba.
2.3 Modal kerja
1. Pengertian modal kerja
Dalam operasional kegiatan keseharian perusahaan, modal memiliki peran utama sehingga kelangsungan hidup perusahaan terjamin. Setiap perusahaan perlu menyediakan modal kerja untuk membelanjai operasi perusahaan dari hari ke hari seperti misalnya untuk memberi uang muka pada pembelian bahan baku atau barang dagangann, membayar upah buruh dan gaji karyawan, dan biaya-biaya lainnya. Sejumlah dana yang telah dikeluarkan untuk membelanjai operasi perusahaan tersebut diharapkan akan dapat kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam jangka waktu pendek melalui hasil penjualan barang dagangan atau hasil produksinya.
Menurut Djarwanto (2001:85), terdapat dua defenisi modal kerja yang lazim dipergunakan, yakni:
a. Modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap hutang jangka pendek. Kelebihan ini disebut modal kerja bersih (net working capital).
(34)
Defenisi ini bersifat kualitatif karena menunjukkan kemungkinan tersedianya aktiva lancar yang lebih besar daripada hutang jangka pendek dan menunjukkan tingkat keamanan bagi kreditur jangka pendek serta menjamin kelangsungan usaha di masa mendatang.
b. Modal kerja adalah jumlah dari aktiva lancar. Jumlah ini merupakan modal kerja bruto (gross working capital). Defenisi ini bersifat kuantitatif karena menunjukkan jumlah dana yang digunakan untuk maksud-maksud operasi jangka pendek.
Di samping dua defenisi modal kerja tersebut, masih terdapat pengertian modal kerja menurut konsep fungsionil. Menurut konsep fungsionil, modal kerja adalah jumlah dana yang digunakan selama periode akuntansi yang dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan jangka pendek (current income) yang sesuai dengan maksud utama didirikannya perusahaan tersebut.
Menurut Brigham dan Houston (2006:131), modal kerja adalah investasi sebuah perusahaan pada aktiva-aktiva jangka pendek (kas, sekuritas, persediaan, an piutang). Sedangkan menurut Kweon (2004:190), modal kerja bersih merupakan selisih antara asset lancar dan kewajiban lancar , menyediakan gambaran yang sangat berguna dalam menentukan kebijaksanaan pembiayaan jangka pendek. Jika modal kerja bersih rendah, keuntungan perusahaan cenderung meningkat, tetapi peningkatan keuntungan ini disaat yang sama juga meningkatkan resiko likuiditas perusahaan. Akibatnya kebijakan pembiayaaan jangka pendek perusahaan berpengaruh pada modal kerja bersih.
(35)
2. Peranan Modal Kerja
Modal kerja pada hakikatnya merupakan jumlah yang terus-menerus harus ada dalam menopang usaha perusahaan yang menjembatani antara saat pengeluaran untuk memperoleh bahan atau jasa, dengan waktu penerimaan penjualan. Menurut Djarwanto (2001:87), manfaat dari tersedianya modal kerja yang cukup, antara lain:
a. Memungkinkan perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis dan tidak mengalami kesulitan keuangan.
b. Melindungi perusahaan dari akibat buruk berupa turunnya nilai aktiva lancar.
c. Memungkinkan perusahaan untuk melunasi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya tepat waktu.
d. Menjamin perusahaan memiliki credit standing dan dapat mengatasi peristiwa yang tidak dapat diduga sebelumnya seperti adanya kebakaran, pencurian, dan sebagainya.
e. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup guna melayani permintaan konsumennya.
f. Memungkinkan perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang menguntungkan kepada para pelanggan.
g. Memungkinkan perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien karena tidak ada kesulitan dalam memperoleh bahan baku, jasa, dan supplies yang dibutuhkan.
(36)
h. Memungkinkan perusahaan utuk mampu bertahan dalam periode resesi atau depresi.
3. Sumber Modal Kerja
Modal kerja menurut jenisnya dapat dibedakan menjadi dua golongan, yakni: a. Bagian modal kerja yang relatif permanen, yaitu jumlah modal kerja
minimal yang harus tetap ada dalam perusahaan untuk dapat melaksanakan operasinya atau sejumlah modal kerja yang secara teru-menerus diperlukan untuk kelancaran usaha.
Modal kerja permanen ini dapat dibedakan dalam:
1) Modal kerja primer, yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya.
2) Modal kerja normal, yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal
b. Bagian modal kerja yang bersifat variabel, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah tergantung pada perubahan keadaan. Modal kerja variabel ini dapat dibedakan dalam:
1) Modal kerja musiman, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi musim.
2) Modal kerja siklis, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi kongjungtur.
(37)
3) Modal kerja darurat, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat atau mendadak yang tidak dapat diketahui atau diramalkan terlebih dahulu.
4. Faktor yang Menentukan Jumlah Modal Kerja
Meskipun metode penghitungan modal kerja atau pengertian modal kerja yang digunakan, namun ada hal-hal yang tetap sama, yaitu, bahwa kebutuhan modal kerja atau komposisi modal kerja akan dipengaruhi:
a. Besar kecilnya kegiatan usaha atau perusahaan (produksi dan penjualan), dimana semakin besar kegiatan perusahaan semakin besar modal kerja yang diperlukan, apabila hal lainnya tetap.
b. Kebijaksanaan tentang penjualan (kredit atau tunai). Persediaaan (dengan EOQ = Economic Order Quantity dan safety stock), dan saldo ke kas minimal, pembelian bahan (tunai atau kredit).
c. Faktor lain:
1) Faktor-faktor ekonomi.
2) Peraturan pemerintah yang berkaitan dengan uang ketat atau kredit ketat.
3) Tingkat bunga yang berlaku. 4) Peredaran uang.
5) Tersedianya barang-barang di pasar.
(38)
2.4 Perputaran Modal Kerja
Modal kerja selalu dalam keadaan berputar atau beroperasi dalam perusahaan selama perusahaan yang bersangkutan dalam keadaan usaha. Periode perputaran modal kerja (working capital turnover period) dimulai saat kas diinvestasikan dalam komponen modal kerja sampai saat dimana kas kembali lagi menjadi kas. Makin pendek periode tersebut berarti makin cepat perputarannya atau makin tinggi tingkat perputarannya (turnover rate-nya). Lama periode perputaran modal kerjanya tergantung kepada berapa lama periode perputaran dari masing-masing komponen dari modal kerja tersebut. (Riyanto, 2001:62)
Menurut Djarwanto (2001:140), perputaran modal kerja menunjukkan jumlah rupiah penjualan netto yang diperoleh bagi setiap rupiah modal kerja. Dari hubungan antara penjualan netto dengan modal kerja tersebut dapat diketahui juga apakah perusahaan bekerja dengan modal kerja yang tinggi atau bekerja dengan modal kerja yang rendah.
Menurut Ahmad (2002:7-12), dalam menentukan perputaran modal kerja, metode yang digunakan adalah:
a. Metode Keterikatan atau Daur Dana
Metode ini digunakan jika usaha baru dimulai, dengan demikian pengalaman dari pengelola atau tentunya sangat dominan dipengaruhi keadaan internal perusahaan yang mengikuti perkembangan kegiatan sehari-hari dalam jangka waktu lama.
(39)
Menurut metode daur dana ini, perputaran modal kerja dapat diketahui dengan menghitung periode atau jangka waktu dana tertanam, sejak kas diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja sampai kembali lagi menjadi kas.
b. Metode Perputaran (turnover)
Metode ini menggunakan analisis laporan keuangan perusahaan. Secara umum atau total modal kerja dihitung dengan rumus:
2.5 Struktur Modal
Menurut Sawir (2005:10), struktur modal adalah pendanaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen, dan modal pemegang saham. Nilai buku dari modal pemegang saham terdiri dari saham biasa, modal disetor atau surplus, modal dan akumulasi laba ditahan. Struktur modal merupakan bagian dari struktur keuangan.
Menurut Warsono (2003:238), tujuan manajemen struktur modal adalah membentuk kombinasi sumber pembelanjaan yang dapat memaksimumkan harga saham. Teori struktur modal mempelajari pengaruh pengungkit keuangan terhadap biaya modal dan nilai saham perusahan.
Kebijakan mengenai struktur modal melibatkan tradeoff antara risiko dan tingkat pengembalian. Penambahan hutang memperbesar risiko perusahaan tetapi sekaligus memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan. Risiko yang makin tinggi akibat membesarnya hutang cenderung menurunkan harga saham,
(40)
tetapi meningkatnya tingkat pengembalian yang diharapkan akan menaikkan harga saham tersebut.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan sehubungan dengan struktur modal. Pertama adalah risiko bisnis perusahaan, atau tingkat risiko yang terkandung pada aktiva perusahaan apabila ia tidak menggunakan hutang. Semakin besar risiko bisnis perusahaan, semakin rendah rasio hutangnya yang optimal.
Faktor yang kedua adalah posisi pajak perusahaan. Alasan utama untuk menggunakan hutang adalah karena biaya bunga dapat dikurangkan dalam perhitungan pajak, sehingga menurunkan biaya hutang yang sesungguhnya. Akan tetapi, jika sebagian besar dari pendapatan perusahaan telah terhindar dari pajak karena penyusutan yang dipercepat atau kompensasi kerugian, maka tarif pajaknya akan rendah (apabila pajak bersifat progresif), dan keuntungan akibat penggunaan hutang juga akan mengecil.
Faktor ketiga adalah fleksibilitas keuangan, atau kemampuan untuk menambah modal dengan persyaratan yang masuk akal dalam keadaan yang kurang menguntungkan. Para manajer dana perusahaan mengatahui bahwa penyediaan modal yang mantap diperlukan untuk mendukung operasi secara stabil, yang merupakan faktor yang sangat menentukan bagi keberhasilan jangka panjang. Mereka juga mengetahui bahwa dalam keadaan uang ketat, atau apabila perusahaan menghadapi kesulitan operasi, para penyedia dana lebih suka menanamkan uangnya pada perusahaan dengan posisi neraca yang bagus.
(41)
Kemungkinan tersedianya dana di masa mendatang dan konsekuensi akibat kurangnya dana sangat berpengaruh terhadap struktur modal yang ditargetkan.
Sesuai pengertian struktur modal, struktur modal dapat dinyatakan dalam dua indikator, yaitu rasio hutang (debt ratio) dan rasio hutang ekuitas (debt to equity ratio). Secara sistematis, rasio hutang (debt ratio) dapat diformulakan sebagai berikut (Warsono,2003):
Semakin tinggi rasio hutang suatu perusahaan mengindikasikan bahwa dengan struktur modal tersebut, risiko keuangan yang ditanggung para pemegang saham biasa semakin tinggi.
Indikator struktur modal kedua adalah rasio hutang ekuitas (debt to equity ratio). Rasio hutang-ekuitas adalah perbandingan antara total hutang dengan ekuitas saham biasa (stock equity). Secara sistematis, rasio ekuitas hutang (debt to equity ratio) dapat diformulakan sebagai berikut (Warsono,2003):
Adanya penambahan pinjaman (hutang) dapat menghasilkan risiko yang lebih besar, demikian pula potensi hasil (laba) yang diperoleh juga menjadi lebih besar, karena semakin besar pengaruh keuangan maka potensi risiko dan hasil juga lebih besar. (Sundjaja, 2003: 140)
(42)
2.6 Profitabilitas
Profitabilitas dimaksudkan adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba. Riyanto (2001:331) mengemukakan bahwa rasio profitabilitas adalah rasio yang menunjukkan hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan dan keputusan-keputusan (profit margin on sales, return on total asset, return on net worth, dan lain sebagainya). Salah satu rasio profitabilitas tersebut adalah Return on Equity atau disebut juga dengan tingkat pengembalian modal sendiri (Riyanto, 2001:44).
Ada beberapa pengukuran terhadap profitabilitas perusahaan dimana masing-masing pengukuran dihubungkan dengan volume penjualan, total aktiva, dan modal sendiri. Secara keseluruhan ketiga pengukuran ini akan memungkinkan seorang penganalisis untuk mengevaluasi tingkat earning dalam hubungannya dengan volume panjualan, jumlah aktiva, dan investasi tertentu dari pemilik perusahaan. Kelangsungan hidup perusahaan dapat dicapai bila perusahaan berada dalam keadaan menguntungkan/profitabel. Tanda adanya keuntungan akan sangat sulit bagi perusahaan untuk menarik modal dari luar.
Pengukuran tingkat profitabilitas merujuk pada rentabilitas perusahaan yang menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal untuk menghasilkan laba. Dengan kata lain rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu (Riyanto, 2001:35). Umumnya rentabilitas dirumuskan sebagai:
(43)
Dimana:
L : jumlah laba yang diperoleh selama periode tertentu M : Modal yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut
Pada penelitian ini akan diukur tingkat laba dengan penilaian rentabilitas ekonomi. Rentabilitas ekonomi adalah perbandingan antara laba usaha dengan modal sendiri dan hutang (hutang jangka panjang) yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut dan dinyatakan dalam persentase. Pengertian rentabilitas yang sering digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal di dalam suatu perusahaan, maka rentabilitas ekonomi sering pula dimaksudkan sebagai kemampuan suatu perusahaan dengan seluruh modal yang bekerja didalamnya untuk menghasilkan laba.
Rentabilitas ekonomi dapat dihitung dengan rumus (Riyanto, 2001:36) :
Faktor-faktor yang menentukan tinggi rendahnya rentabilitas ekonomi/earning power, yaitu:
1. Profit Margin, yaitu perbandingan antara net operating income dengan net sales dalam persentase (Riyanto,2001:37).
2. Turnover of Operating Asset, yaitu kecepatan berputarnya operating asset dalam suatu periode tertentu (Riyanto, 2001:37)
(44)
Hasil akhir dari kedua rasio ini menentukan tinggi rendahnya rentabilitas ekonomi. Makin tinggi tingkat profit margin atau operating assets turnover masing-masing atau kedua-duanya akan mengakibatkan naiknya rentabilitas ekonomi/earning power.
Tingkat profitabilitas juga diukur dari besarnya rentabilitas modal sendiri. Rentabilitas modal sendiri juga dinamakan rentbilitas usaha, yaitu kemampuan perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan keuntungan (laba). Laba yang diperhitungkan adalah laba bersih (laba setelah bunga dan pajak) sedangkan modal yang diperhitungkan adalah modal sendiri yang bekerja di dalam perusahaan. Rentabilitas modal sendiri dihitung dengan rumus (Riyanto, 2001:44):
(45)
BAB III
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
3.1 Sejarah Bursa Efek Indonesia
Pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir pada tahun 1912 di Batavia sejak jaman kolonial Belanda. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC.
Pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagimana mestinya.
Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah.
Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut:
a. 14 Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda.
(46)
c. 1925 – 1942 : Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya.
d. Awal tahun 1939 : Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan Surabaya ditutup.
e. 1942 – 1952 : Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II. f. 1952 : Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar
Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri kehakiman (Lukman Wiradinata) dan Menteri keuangan (Prof.DR. Sumitro Djojohadikusumo). Instrumen yang diperdagangkan: Obligasi Pemerintah RI (1950).
g. 1956 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif.
h. 1956 – 1977 : Perdagangan di Bursa Efek vakum.
i. 10 Agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama.
j. 1977 – 1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal.
k. 1987 : Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan penawaran umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia.
(47)
l. 1988 – 1990 : Paket deregulasi di bidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat.
m. 2 Juni 1988 : Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer.
n. Desember 1988 : Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal.
o. 16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya.
p. 13 Juli 1992 : Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.
q. 22 Mei 1995 : Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem computer JATS (Jakarta Automated Trading Systems).
r. 10 November 1995 : Pemerintah mengeluarkan Undang –Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996.
s. 1995 : Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya.
t. 2000 : Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia.
u. 2002 : BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading).
(48)
v. 2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).
3.2Sejarah Umum Perusahaan
Perusahaan Manufaktur adalah perusahaan yang mengubah bahan baku menjadi barang jadi. Perusahaan manufaktur terdiri dari 3 sektor dan 17 subsektor, yakni:
1. Industry Dasar dan Kimia
1) Keramik, perselen, dan kaca 2) Logam dan sejenisnya 3) Kimia
4) Plastic dan kemasan 5) Pakan ternak
6) Kayu dan pengolahanya 7) Pulp dan kertas
2. Aneka Industri
1) Otomotif dan komponennya 2) Tekstil dan garmen
3) Alas kaki 4) Kabel 5) Elektronika
(49)
3. Industry Barang Konsumsi 1) Makanan dan minuman 2) Rokok
3) Farmasi
4) Kosmetik dan barang keperluan rumah tangga 5) Peralatan rumah tangga
Tabel 3.1
Profil Perusahaan Manufaktur No. Kode Perusahaan Tanggal
Berdiri
Tanggal
Listing Bisnis
1. ADES
Akasha Wira International Tbk
06 Mar 1985 13 Jun 1994 Makanan & Minuman 2. AKKU
Aneka Kemasindo Utama Tbk
05 Apr 2001 01 Nov 2004 Plastik & Kemasan 3. AKPI Argha Karya
Prima Inds. Tbk 07 Mar 1980 18 Des 1992
Plastik & Kemasan 4. ALMI Alumindo Light
Metal Inds. Tbk 26 Jun 1978 02 Jan 1997
Logam dan Sejenisnya 5. AMFG Asahimas Flat
Glass Tbk 07 Okt 1971 08 Nov 1995
Keramik, Porselen dan Kaca
6. AQUA Aqua Golden
Mississi Tbk 23 Feb 1973 01 Mar 1990
Makanan & Minuman 7. ARGO Argo Pantes
Tbk 11 Jan 1981 07 Jan 1991
Tekstil & Garmen 8. ARNA Arwana Citra
Mulia Tbk 22 Feb 1993 17 Juli 2001
Keramik, Porselen dan Kaca
9. ASIA Asia Natural
Resources Tbk 16 Nov 1989 20 Okt 1994 Elektronika 10. AUTO Astra Otoparts
Tbk 20 Sep 1991 15 Jun 1998
Otomotif dan Komponennya 11. BATA Sepatu Bata
Tbk 15 Okt 1931 24 Mar 1982 Alas Kaki 12. BATI BATI Indonesia 09 Des 1987 21 Mar 2002 Rokok
(50)
Tbk
13. BIMA Primarindo Asia
Infrastr. Tbk 01 Jul 1988 30 Agu 1994 Alas Kaki 14. BRAM Indo Kordsa
Tbk 08 Jul 1981 05 Sep 1990
Otomotif dan Komponennya 15. BRNA Berlina Tbk 18 Agu 1969 06 Nov 1989 Plastik &
Kemasan 16. BTON Betonjaya
Manunggal Tbk 27 Feb 1995 18 Jul 2001
Logam dan Sejenisnya 17. BUDI Budi Acid Jaya
Tbk 15 Jan 1979 08 Mei 1995 Kimia 18. CEKA Cahaya Kalbar
Tbk 03 Feb 1968 09 Jul 1996
Makanan & Minuman 19. CNTX Centex Tbk 11 Jan 1901 15 Nov 1983 Tekstil & Garmen 20. CTBN Citra Tubindo
Tbk 23 Agu 1983 28 Nov 1989
Logam dan Sejenisnya
No. Kode Perusahaan Tanggal
Berdiri
Tanggal
Listing Bisnis
21. DAVO Davomas Abadi
Tbk 14 Mar 1968 22 Des 1994
Makanan & Minuman 22. DLTA Delta Djakarta
Tbk 15 Jun 1970 30 Jan 1989
Makanan & Minuman 23. DOID Delta Dunia
Petroindo Tbk 26 Nov 1990 15 Jun 2001
Tekstil & Garmen 24. DPNS Duta Pertiwi
Nusantara 18 Mar 1982 08 Agu 1990 Kimia 25. DSUC
Daya Sakti Unggul Corp. Tbk
20 Nov 1987 10 Des 1990 Kayu&Pengo lahannya 26. DVLA Darya-Varia
Laboratoria Tbk 05 Feb 1976 11 Nov 1994 Farmasi 27. DYNA Dynaplast Tbk 16 Nov 1959 05 Agu 1991 Plastik &
Kemasan 28. EKAD
Ekadharma Internasional Tbk
27 Nov 1981 14 Agu 1990 Plastik & Kemasan 29. ERTX Eratex Djadja
Tbk 12 Okt 1972 21 Agu 1990
Tekstil & Garmen 30. ESTI
Ever Shine Textile Inds. Tbk
11 Des 1973 13 Okt 1992 Tekstil & Garmen 31. ETWA Eterindo
(51)
Tbk
32. FASW Fajar Surya
Wisesa Tbk 13 Jun 1987 19 Des 1994
Pulp & Kertas 33. FPNI Titan Kimia
Nusantara Tbk 09 Des 1987 21 Mar 2002
Plastik & Kemasan 34. GDYR Goodyear
Indonesia Tbk 11 Jan 1901 22 Des 1980
Otomotif dan Komponennya 35. HDTX Panasia
Indosyntec Tbk 06 Apr 1973 06 Jun 1990
Tekstil & Garmen 36. HMSP HM Samprna
Tbk 19 Okt 1963 15 Agu 1990 Rokok 37. IGAR Kageo Igar Jaya
Tbk 30 Okt 1975 05 Nov 1990
Plastik & Kemasan 38. IKAI
Intikeramik alamasri Inds. Tbk
26 Juni 1991 04 Juni 1997
Keramik, Porselen dan Kaca
39. IKBI Sumi Indo
Kabel tbk 23 Jul 1981 21 Jan 1991 Kabel 40. IMAS
Indomobil Sukses Int I. Tbk
20 Mar 1987 15 Nov 1993 Otomotif dan Komponennya 41. INAF Indofarma Tbk 02 Jan 1996 17 Apr 2001 Farmasi 42. INAI
Indal Aluminiun Industry Tbk
16 Jul 1971 05 Des 1994 Logam dan Sejenisnya 43. INCI
Intanwijaya Internasional Tbk
14 Nov 1981 24 Jul 1990 Kimia 44. INDR Indorama
Syntetics Tbk 03 Apr 1974 03 Agu 1990
Tekstil & Garmen 45. INDS Indospring Tbk 05 Mei 1978 10 Agu 1990 Otomotif dan
Komponennya 46. INRU Toba Pulp
Lestari Tbk 26 Apr 1983 18 Jun 1990
Pulp & Kertas 47. ITMA Itamaraya Tbk 20 Nov 1987 10 Des 1990 Logam dan
Sejenisnya 48. JECC Jembo Cable
Company Tbk 17 Apr 1973 18 Nov 1992 Kabel 49. JKSW
Jakarta Kyoei Steel Works Tbk
30 Apr 1975 06 Agu 1997 Logam dan Sejenisnya 50. JPFA JAPFA Tbk 18 Jan 1971 23 Okt 1989 Pakan
Ternak 51. KARW Karwell
Indonesia Tbk 18 Feb 1978 20 Des 1994
Tekstil & Garmen
(52)
52. KBLI KAMI Wire
and Cable Tbk 19 Jan 1972 06 Jul 1992 Kabel 53. KBLM Kabelindo
Murni Tbk 11 Okt 1979 01 Jun 1992 Kabel 54. KBLV First Media Tbk 06 Jan 1994 25 Feb 2007 Elektronika 55. KBRI
Kertas Basuki Rachmat Ind. Tbk
14 Feb 1978 11 Jul 2008 Pulp & Kertas 56. KDSI Kedawung Setia
Industrial Tbk 09 Jan 1973 29 Jul 1996
Peralatan Rumah Tangga 57. KIAS
Keramik Indonesia Assosiasi
11 Jan 1901 08 Des 1994
Keramik, Porselen dan Kaca
58. KICI Kedaung Indah
Can Tbk 11 Jan 1974 28 Okt 1993
Peralatan Rumah Tangga 59. LION Lion Metal
Works Tbk 16 Agu 1972 20 Agu 1993
Logam dan Sejenisnya
60. LMPI
Langgeng Makmur Plastic I Tbk
30 Nov 1972 17 Okt 1994
Peralatan Rumah Tangga 61. LMSH Lion Mesh P
Tbk 14 Des 1982 04 Jun 1990
Logam dan Sejenisnya 62. LPIN Multi Prima
Sejahtera bk 11 Jan 1901 05 Feb 1990
Otomotif dan Komponennya 63. MAIN Malindo
Feedmill Tbk 10 Jun 1997 10 Feb 2006
Pakan Ternak 64. MASA
Multistrada Arah Sarana Tbk
20 Jun 1988 09 Jun 2005 Otomotif dan Komponennya 65. MERK Merck Tbk 14 Okt 1970 23 Jul 1981 Farmasi 66. MLBI Multi Bintang
Indonesia Tbk 03 Jun 1929 15 Des 1981
Makanan & Minuman 67. MLIA Mulia
Industrindo Tbk 05 Nov 1986 17 Jan 1994
Perdagangan Besar Barang Konsumsi 68. MRAT Mustika Ratu
Tbk 14 Mar 1978 27 Jul 1995
Kosmetik dan Barang Keperluan RT
69. MYOH Myoh
(53)
70. MYOR Mayora Indah
Tbk 17 Feb 1977 04 Jul 1990
Makanan & Minuman 71. MYRX
Hanson International Tbk
07 Jul 1971 31 Okt 1990 Tekstil & Garmen 72. NIPS Nipress Tbk 24 Apr 1975 24 Jul 1991 Otomotif dan
Komponennya 73. PAFI Panasia
Filament Tbk 01 Des 1988 22 Jul 1997
Tekstil & Garmen 74. PBRX Pan Brothers
Tex Tbk 21 Agu 1980 16 Agu 1990
Tekstil & Garmen 75. PICO Pelangi Indah
Canindo Tbk 26 Sep 1983 23 Sep 1996
Logam dan Sejenisnya 76. POLY Polysindo Eka
Perkasa Tbk 11 Jan 1901 12 Mar 1991
Tekstil & Garmen 77. PRAS Prima Alloy
Steel Tbk 20 Feb 1984 12 Jul 1990
Otomotif dan Komponennya
78. PROD Sara Lee Body
Care Indonesia 06 Sep 1985 27 Des 1996
Kosmetik dan Barang Keperluan RT
79. PSDN Prasidha Aneka
Niaga Tbk 16 Apr 1974 18 Okt 1994
Makanan & Minuman
80. PTSN Sat
Nusapersada
Tbk 01 Jun 1990
08 Nov 2007 Elektronika 81. PYFA Pyridam Farma
Tbk 27 Nov 1976 16 Okt 2001 Farmasi 82. RDTX Roda Pipatex
Tbk 27 Sep 1980 14 Mei 1990
Tekstil & Garmen 83. RICY Ricky Putra
Globalindo Tbk 22 Des 1987 09 Feb 1998
Tekstil & Garmen 84. SAIP
Surabaya Agung Industry P. Tbk
31 Agu 1973 03 Mei 1993 Pulp & Kertas 85. SCCO
Supreme Cable Manufacture Co.
09 Nov 1970 20 Jun 1982 Kabel
86. SCPI
Schering Plough
Indonesia Tbk
01 Nov 1972 08 Jun 1990 Farmasi 87. SIAP Sekawan
Intipratama Tbk 05 Nov 1994 17 Okt 2008
Plastik & Kemasan
(54)
88. SIMA Siwani Makmur
Tbk 07 Jun 1985 03 Jun 1994
Plastik & Kemasan 89. SIMM Surya Intrindo
Makmur Tbk 29 Jul 1996 28 Mar 2000 Alas Kaki 90. SIPD Sierad Produce
Tbk 06 Sep 1985 27 Des 1996
Pakan Ternak 91. SKBM Sekar Bumi
Tbk 14 Nov 1981 24 Jul 1990
Makanan & Minuman 92. SKLT Sekar Laut Tbk 19 Jul 1976 08 Sep 1993 Makanan &
Minuman 93. SMSM Selamat
Sempurna Tbk 19 Jan 1976 09 Sep 1996
Otomotif dan Komponennya 94. SQBI
Bristol-Myers Squibb Indonesia
08 Jul 1970 29 Mar 1983 Farmasi
95. SQMI
Allbond makmur Usaha Tbk
21 Mar 2000 14 Jul 2004 Otomotif dan Komponennya 96. SRSN Indo Acidatama
Tbk 07 Des 1982 11 Jan 1993 Kimia 97. SSTM
Sunson Textile Manufacture Tbk
11 Nov 2000 08 Jan 1997 Tekstil & Garmen
98. STTP Siantar Top Tbk 12 Mei 1987 16 Des 1996 Makanan & Minuman
99. SUGI
Sugi
Samapersada Tbk
26 Mar 2002 19 Jun 2002 Otomotif dan Komponennya 100. TALF Tunas Alfin
Tbk 06 Jan 1994 25 Feb 2007
Plastik & Kemasan 101. TBMS Tembaga Mulia
Semanan Tbk 11 Jan 1901 23 Mei 1990
Logam dan Sejenisnya 102. TCID Mandom
Indonesia Tbk 05 Nov 1969 30 Sep 1993
Kosmetik dan Barang Keperluan RT
103. TFCO Teijin Indonesia
Fiber Tbk 25 Okt 1973 26 Feb 1980
Tekstil & Garmen 104. TIRT Tirta Mahakam
Resources Tbk 22 Apr 1982 07 Des 1999
Kayu&Pengo lahannya 105. TOTO Surya Toto
Indonesia Tbk 11 Jul 1977 30 Okt 1990
Keramik, Porselen dan Kaca
(55)
106. TPIA Tri Polyta
Indonesia Tbk 08 Jul 1981 05 Sep 1990 Kimia 107. TRST Trias Sentosa
Tbk 23 Nov 1979 02 Jul 1990
Plastik & Kemasan 108. ULTJ Ultra Jaya Milk
Tbk 02 Nov 1971 02 Jul 1990
Makanan & Minuman 109. UNIC Unggul Indah
Cahaya Tbk 11 Jan 1901 06 Nov 1989 Kimia 110. UNIT Nusantara Inti
Corpora Tbk 30 Mei 1988 18 Apr 2002
Tekstil & Garmen 111. UNTX Unitex Tbk 14 Mei 1971 28 Jun 1982 Tekstil &
Garmen 112. VOKS Voksel Electric
Tbk 19 Apr 1971 20 Des 1990 Kabel 113. YPAS
Yanaprima Hastapersada Tbk
14 Des 1995
05 Mar 2008
Plastik & Kemasan Sumber:
(56)
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1Analisa Deskriptif Variabel yang Mempengaruhi Return on Equity (ROE)
Deskripsi Nilai Variabel Rasio Lancar, Perputaran Modal Kerja (WCTO), dan Debt to Equity Ratio (DER) pada perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
Tabel 4.1
Rasio Lancar, Perputaran Modal Kerja (WCTO), dan Debt to Equity Ratio (DER) pada Perusahaan Manufaktur pada tahun 2008
Kode Perusahaan Rasio
Lancar (X)
WCTO (X)
DER (X)
ADES Akasha Wira International Tbk
0.51 -2.31 2.56
AKKU Aneka Kemasindo Utama Tbk 0.73 -1.91 0.62 AKPI Argha Karya Prima Inds. Tbk 1.37 7.88 1.17 ALMI Alumindo Light Metal Inds.
Tbk
0.74 -7.98 2.76
AMFG Asahimas Flat Glass Tbk 3.45 2.85 0.33 AQUA Aqua Golden Mississi Tbk 7.82 4.05 0.71
ARGO Argo Pantes Tbk 0.43 -0.58 29.02
ARNA Arwana Citra Mulia Tbk 0.76 -10.10 1.58 ASIA Asia Natural Resources Tbk 2.80 6.28 0.49
AUTO Astra Otoparts Tbk 2.13 5.39 0.45
BATA Sepatu Bata Tbk 2.21 4.06 0.47
BATI BATI Indonesia Tbk 1.46 4.39 1.11
(57)
BRAM Indo Kordsa Tbk 2.19 3.08 0.48
BRNA Berlina Tbk 2.36 3.74 1.27
BTON Betonjaya Manunggal Tbk 4.33 3.71 0.28
BUDI Budi Acid Jaya Tbk 1.05 48.03 1.70
CEKA Cahaya Kalbar Tbk 7.35 5.58 1.45
CNTX Centex Tbk 0.79 -7.20 322.27
CTBN Citra Tubindo Tbk 1.51 6.91 1.06
DAVO Davomas Abadi Tbk 27.50 2.80 4.45
DLTA Delta Djakarta Tbk 3.78 2.94 0.34
DOID Delta Dunia Petroindo Tbk 17.42 0.04 0.19 DPNS Duta Pertiwi Nusantara 4.53 1.64 0.34 DSUC Daya Sakti Unggul Corp. Tbk 0.24 -1.68 -2.70 DVLA Darya-Varia Laboratoria Tbk 4.13 1.67 0.26
DYNA Dynaplast Tbk 0.82 -14.38 1.79
EKAD Ekadharma Internasional Tbk 2.60 2.43 1.03
ERTX Eratex Djadja Tbk 0.34 -2.20 -2.26
ESTI Ever Shine Textile Inds. Tbk 2.04 2.11 1.31 ETWA Eterindo Wahanatama Tbk 2.78 3.03 0.68 FASW Fajar Surya Wisesa Tbk 2.08 5.32 1.84 FPNI Titan Kimia Nusantara Tbk 0.61 -5.85 1.48 GDYR Goodyear Indonesia Tbk 1.49 8.52 2.45 HDTX Panasia Indosyntec Tbk 0.87 -19.42 1.29
HMSP HM Samprna Tbk 1.44 10.21 1.00
(58)
IKAI Intikeramik alamasri Inds. Tbk
0.82 -3.81 1.28
IKBI Sumi Indo Kabel tbk 4.10 4.42 0.25
IMAS Indomobil Sukses Int I. Tbk 0.91 -26.39 17.78
INAF Indofarma Tbk 1.33 7.03 2.26
INAI Indal Aluminiun Industri Tbk 1.20 9.05 7.12 INCI Intanwijaya Internasional Tbk 10.55 1.01 0.10 INDR Indorama Syntetics Tbk 1.05 50.27 1.50
INDS Indospring Tbk 1.07 20.22 7.45
INRU Toba Pulp Lestari Tbk 1.59 7.04 1.38
ITMA Itamaraya Tbk 0.15 -2.37 2.84
JECC Jembo Cable Company Tbk 0.98 -117.05 6.72 JKSW Jakarta Kyoei Steel Works
Tbk
2.24 2.28 -1.72
JPFA JAPFA Tbk 1.73 7.93 4.00
KARW Karwell Indonesia Tbk 0.30 -1.71 -2.86 KBLI KAMI Wire and Cable Tbk 2.25 5.84 1.92
KBLM Kabelindo Murni Tbk 1.08 33.60 1.06
KBLV First Media Tbk 0.35 -1.61 4.74
KBRI Kertas Basuki Rachmat Ind. Tbk
0.13 -1.23 1.27
KDSI Kedawung Setia Industrial Tbk
1.20 22.85 2.12
KIAS Keramik Indonesia Assosiasi 1.51 3.27 5.80 KICI Kedaung Indah Can Tbk 6.46 2.00 0.31
LION Lion Metal Works Tbk 5.69 1.27 0.26
LMPI Langgeng Makmur Plastic I Tbk
2.35 2.20 0.43
(59)
LPIN Multi Prima Sejahtera Tbk 1.30 2.02 1.21
MAIN Malindo Feedmill Tbk 2.28 5.51 0.34
MASA Multistrada Arah Sarana Tbk 0.89 -18.22 0.85
MERK Merck Tbk 7.87 2.44 0.14
MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk 0.94 -36.49 1.73 MLIA Mulia Industrindo Tbk 0.20 -0.49 -1.75
MRAT Mustika Ratu Tbk 6.31 1.33 0.17
MYOH Myoh Tecnology Tbk 1.32 1.03 4.13
MYOR Mayora Indah Tbk 2.19 4.27 1.32
MYRX Hanson International Tbk 0.01 0.00 -1.01
NIPS Nipress Tbk 1.04 78.38 1.64
PAFI Panasia Filament Tbk 0.88 -11.91 -25.25 PBRX Pan Brothers Tex Tbk 1.02 161.52 8.69
PICO Pelangi Indah Canindo Tbk 1.01 134.48 2.90 POLY Polysindo Eka Perkasa Tbk 0.11 -0.32 -1.53 PRAS Prima Alloy Steel Tbk 1.01 127.94 3.84 PROD Sara Lee Body Care Indonesia 5.89 0.58 0.21 PSDN Prasidha Aneka Niaga Tbk 2.78 7.10 1.62
PTSN Sat Nusapersada Tbk 1.29 18.24 0.87
PYFA Pyridam Farma Tbk 1.64 7.39 0.42
RDTX Roda Pipatex Tbk 0.75 -7.69 0.32
RICY Ricky Putra Globalindo Tbk 1.63 2.77 1.00 SAIP Surabaya Agung Industri P.
Tbk
0.96 -64.15 -3.20 SCCO Supreme Cable Manufacture
Co.
(60)
SCPI Schering Plough Indonesia Tbk
0.89 -10.87 22.90 SIAP Sekawan Intipratama Tbk 1.53 5.77 0.75
SIMA Siwani Makmur Tbk 0.49 -1.13 1.19
SIMM Surya Intrindo Makmur Tbk 0.15 -0.77 -5.17
SIPD Sierad Produce Tbk 2.28 5.51 0.34
SKBM Sekar Bumi Tbk 0.47 -5.28 -4.29
SKLT Sekar Laut Tbk 1.71 7.52 1.00
SMSM Selamat Sempurna Tbk 1.82 5.42 0.62
SQBI Bristol-Myers Squibb Indonesia
3.38 2.36 0.37
SQMI Allbond makmur Usaha Tbk 0.83 0.00 0.68
SRSN Indo Acidatama Tbk 1.37 5.33 1.04
SSTM Sunson Textile Manufacture Tbk
1.41 2.52 1.45
STTP Siantar Top Tbk 1.23 12.45 0.72
SUGI Sugi Samapersada Tbk 11.59 1.10 0.12
TALF Tunas Alfin Tbk 3.88 2.28 0.27
TBMS Tembaga Mulia Semanan Tbk 0.97 -121.86 14.61
TCID Mandom Indonesia Tbk 8.10 2.84 0.12
TFCO Teijin Indonesia Fiber Tbk 0.46 -0.63 -7.96 TIRT Tirta Mahakam Resources
Tbk
1.02 103.78 3.33 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk 1.40 6.39 1.84 TPIA Tri Polyta Indonesia Tbk 4.43 4.77 0.68
TRST Trias Sentosa Tbk 1.01 186.52 1.08
ULTJ Ultra Jaya Milk Tbk 1.85 3.58 0.53
(61)
UNIT Nusantara Inti Corpora Tbk 1.92 1.79 0.42
UNTX Unitex Tbk 0.24 -0.67 -1.91
VOKS Voksel Electric Tbk 1.10 27.20 2.70
YPAS Yanaprima Hastapersada Tbk 1.42 11.05 0.52 Rata-rata pada tahun 2008 2.44 7.03 4.33
Sumber: Hasil penelitia
Tabel 4.1 menggambarkan nilai variabel Rasio Lancar, Perputaran Modal Kerja (WCTO), dan Debt to Equity Ratio (DER) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008. Pada tabel ini dapat dilihat nilai Rasio Lancar yang tertinggi dimiliki oleh Davomas Abadi Tbk yaitu sebesar 27,50 dan nilai terendah dimiliki oleh Polysindo Eka Perkasa Tbk yaitu sebesar 0,11.
Nilai Rasio Lancar rata-rata pada tahun 2008 sebesar 2,44. Perusahaan-perusahaan yang berada di atas nilai Rasio Lancar rata-rata pada tahun 2008 sebanyak 26 perusahaan atau sekitar 23%. Perusahaan yang berada di bawah nilai Rasio Lancar rata-rata pada tahun 2008 sebanyak 87 perusahaan atau sekitar 77%.
Pada tabel 4.1 dapat dilihat nilai Perputaran Modal Kerja (WCTO) yang tertinggi dimiliki oleh Trias Sentosa Tbk yaitu sebesar 186,52 dan nilai terendah dimiliki oleh Tembaga Mulia Semanan Tbk yaitu sebesar -121,86. Nilai Perputaran Modal Kerja (WCTO) rata-rata pada tahun 2008 sebesar 7,03. Perusahaan- perusahaan yang berada di atas nilai Perputaran Modal Kerja rata-rata pada tahun 2008 sebanyak 25 perusahan atau sekitar 22,12%. Perusahaan yang berada pada nilai rata-rata sebanyak 1 perusahaan atau sekitar 0,88%, dan perusahaan-perusahaan yang berada di bawah nilai Perputaran Modal Kerja
(62)
rata-rata pada tahun 2008 sebanyak 87 perusahaan atau sekitar 77%.
Pada tabel 4.1 juga dapat dilihat nilai Debt to Equity Ratio (DER) yang tertinggi dimiliki oleh Centex Tbk yaitu sebesar 322,27 dan nilai terendah dimiliki oleh Panasia Filament Tbk yaitu sebesar -25,25. Nilai Debt to Equity Ratio (DER) rata-rata pada tahun 2008 sebesar 4,33. Perusahaan-perusahaan yang berada di tas nilai Debt to Equity Ratio (DER) rata-rata pada tahun 2008 sebanyak 12 perusahaan atau sekitar 10,62%. Perusahaan- perusahaan yang berada di bawah nilai Debt to Equity Ratio (DER) rata-rata pada tahun 2008 sebanyak 101 perusahaan atau sekitar 89,38%.
(63)
4.2Analisis Statistik
Pada tahap ini sebelum data-data tersebut dianalisis, sebuah model regresi berganda harus memenuhi syarat normalitas dan asumsi klasik, yaitu:
1. Pengujian Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti normal dan mendekati normal (Situmorang, et al., 2008:55). Pada penelitian ini data awal adalah berjumlah 113, tetapi hanya 64 data saja yangmemenuhi untuk dijadikan data dalam penelitian karena terdapat 49 outlier. Outlier adalah nilai yang terpisah dari kumpulan observasi, yang dapat bernilai sangat besar atau sangat kecil ( Nachrowi, 2006:135)
Gambar 4.1: Histogram Gambar 4.2 : Normal P-P Plot
Sumber: Hasil olahan spss 16, 7 Maret 2010 Sumber: hasil olahan SPSS 16, 7 Maret 2010
Pada uji normalitas Gambar 4.2, P-P plot menunjukkan bahwa tiitk-titik menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti garis diagonal, maka dapat
(64)
disimpulkan bahwa data yang diperoleh berdistribusi normal.
Mendapatkan tingkat uji Normalitas yang lebih signifikan maka penelitian ini juga menggunakan uji statistic non parametric Kolmogrov-Smirnov.
Tabel 4.2 Normalitas-Statistik
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 64
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 19.32890044
Most Extreme Differences Absolute .071
Positive .071
Negative -.044
Kolmogorov-Smirnov Z .567
Asymp. Sig. (2-tailed) .905
a. Test distribution is Normal.
Sumber:Hasil olahan SPSS16
Pada Tabel 4.2 diperoleh Asymp-sig (2-tailed) > taraf nyata (α) atau 0,905 > 0,05. Hal ini berarti model regresi yang didapat adalah berdistribusi normal.
2. Pengujian Asumsi Klasik 1) Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan untuk melihat ada tidaknya hubungan linear diantara variabel bebas dalam model regresi.
(65)
Tabel 4.3 Multikolinearitas
Sumber: Hasil olahan SPSS 16, 7 Maret 2010
Tabel 4.3 menunjukkan tidak adanya gejala multikolinearitas, dimana hasil uji VIF (Variance Inlation Factor) menentukan nilai kurang dari 5 (VIF<5).
2) Uji Heteroskedastisitas
Asumsi heteroskedastisitas adalah asumsi dalam regresi dimana varians dari residual tidak sama untuk satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Uji untuk mengatasi heteroskedastisitas ini adalah dengan melihat penyebaran dari varians residual pada diagram pencar (scatter plot).
Gambar 4.3: Scatterplot
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 4.283 4.836 .886 .379
RasioLancar 4.020 2.209 .166 1.820 .074 .902 1.109
WCTO 2.468 .627 .367 3.933 .000 .861 1.161
DER -14.721 1.954 -.671 -7.534 .000 .947 1.056
(66)
Sumber: Hasil olahan SPSS 16, 7 Maret 2010
Pada Gambar 4.3 tersebut terlihat bahwa penyebaran residual terakhir tidak teratur, plot berpencar, dan tidak membentuk pola tertentu. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala heteroskedastisitas. Memperoleh tingkat uji heteroskedastisitas yang lebih signifikan maka dalam penelitian ini menggunakan uji Glesjer. Pada Tabel 4.4 Dibawah ini diperoleh nilai signifikansi variabel-variabel independen lebih besar dari taraf nyata (α) 5%. Dengan demikian dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas atau persamaan regresi tersebut memenuhi asumsi heteroskedastisitas.
Tabel 4.4
Heteroskedastisitas-Uji Glesjer
Sumber: Hasil Olahan SPSS 16, 7 Maret 2010
3) Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi dilakukan untuk menguji apakah pada model regresi terdapat korelasi kesalahan pengganggu pada periode t dan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya (periode t-1). Gejala autokorelasi dideteksi dengan
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 14.608 3.043 4.800 .000
RasioLancar .322 1.390 .031 .232 .817
WCTO -.037 .395 -.013 -.094 .925
DER -.237 1.230 -.026 -.193 .848
(67)
menggunakan uji Durbin Watson (DW). Kriteria pengambilan keputusan uji autokorelasi ditunjukkan pada Tabel 4.5 berikut:
Tabel 4.5
Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi
Hipotesis Nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif
Tolak 0<DW<dl
Tidak ada autokorelasi positif
No decision dl≤DW≤du
Tidak ada korelasi negative
Tolak 4-dl<DW<du
Tidak ada korelasi negative
No decision 4-du≤DW≤4-dl Tidak ada autokorelasi.
positif atau negatif
Tidak ditolak Du<DW<4-du
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa hasil Durbin Watson (DW) adalah sebesar 2,254 dan berada pada daerah Tidak ditolak yaitu diantara nilai du (1,69) dan 4-du (2,31) yang artinya tidak terjadi autokorelasi pada model regresi.
Tabel 4.6 Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .741a .549 .527 19.80623 2.254
a. Predictors: (Constant), DER, RasioLancar, WCTO b. Dependent Variabel: ROE
Sumber: Hasil olahan SPSS, 7 Maret 2010
4) Uji Koefisien Determinasi
Pada Tabel 4.7 menunjukkan nilai Adjusted R Square pada perusahaan manufaktur dalam penelitian ini adalah sebesar 0,527 yang berarti 52,7%
(68)
faktor-faktor dari ROE dijelaskan oleh Rasio Lancar, Perputaran Modal Kerja (WCTO), dan Debt to Equity Ratio (DER). Sisanya 47,3% dijelaskan oleh faktor-faktor lainnya diluar model.
Tabel 4.7
Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .741a .549 .527 19.80623
a. Predictors: (Constant), DER, RasioLancar, WCTO b. Dependent Variabel: ROE
Sumber: Hasil olahan SPSS 16, 7 Maret 2010
3. Pengujian Hipotesis
Hasil estimasi regresi dari pengolahan data setelah didapatkan hasil yang ditunjukkan pada tabel 4.8 berikut:
Tabel 4.8
Regresi Linear Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 4.283 4.836 .886 .379
RasioLancar 4.020 2.209 .166 1.820 .074
WCTO 2.468 .627 .367 3.933 .000
DER -14.721 1.954 -.671 -7.534 .000
a. Dependent Variabel: ROE
(1)
Astuti, Herlina. 2005. Pengaruh Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja
terhadap Return on Equity (ROE) pada Perusahaan Makanan dan
Minuman yang Terdapat di Bursa Efek Jakarta (BEJ) Tahun
2000-2003, Skripsi, Ekonomi Strata-1, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri
Semarang.
Siagian, Bertua Florentina. 2006. Pengaruh Struktur Modal terhadap
Profitabilitas pada Intraco Penta tbk Medan. Skripsi, Ekonomi
Extention, Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara.
Sentosa, Debora. 2009. Analisis Pengaruh Current Rati, Total Asset Turnover,
dan Debt to Equity Ratio terhadap Return on Equity (ROE) studi
pada perusahaan makanan dan minuman yang Go Public di BEJ
periode 2005-2007. Skripsi, Ekonomi Strata-1, Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro Semarang.
(2)
Hasil Pengolahan Dengan SPSS 16.00 For Windows
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation
RasioLancar 64 1.8284 1.18953
WCTO 64 3.1916 4.28477
DER 64 .7736 1.31234
ROE 64 8.1208 28.78450
Valid N (listwise) 64
Variables Entered/Removedb
Model
Variables Entered
Variables
Removed Method
1 DER,
RasioLancar, WCTOa
. Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: ROE
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .741a .549 .527 19.80623 2.254
a. Predictors: (Constant), DER, RasioLancar, WCTO
(3)
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 28661.292 3 9553.764 24.354 .000a
Residual 23537.203 60 392.287
Total 52198.495 63
a. Predictors: (Constant), DER, RasioLancar, WCTO
b. Dependent Variable: ROE
Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 4.283 4.836 .886 .379
RasioLancar 4.020 2.209 .166 1.820 .074 .902 1.109
WCTO 2.468 .627 .367 3.933 .000 .861 1.161
DER -14.721 1.954 -.671 -7.534 .000 .947 1.056
a. Dependent Variable: ROE
Collinearity Diagnosticsa
Model
Dimensi
on Eigenvalue Condition Index
Variance Proportions
(Constant) RasioLancar WCTO DER
1 1 2.753 1.000 .03 .03 .05 .04
(4)
Collinearity Diagnosticsa
Model
Dimensi
on Eigenvalue Condition Index
Variance Proportions
(Constant) RasioLancar WCTO DER
1 1 2.753 1.000 .03 .03 .05 .04
2 .649 2.060 .02 .06 .01 .86
3 .449 2.476 .10 .04 .91 .02
4 .149 4.294 .85 .87 .03 .07
a. Dependent Variable: ROE
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value -68.0622 44.2346 8.1208 21.32935 64
Std. Predicted Value -3.572 1.693 .000 1.000 64
Standard Error of Predicted
Value 2.542 9.272 4.651 1.713 64
Adjusted Predicted Value -71.6887 46.9921 8.1003 21.39427 64
Residual -3.79068E1 51.48369 .00000 19.32890 64
Std. Residual -1.914 2.599 .000 .976 64
Stud. Residual -1.957 2.697 .000 1.012 64
Deleted Residual -3.96439E1 55.41877 .02049 20.82679 64
Stud. Deleted Residual -2.006 2.853 .004 1.031 64
Mahal. Distance .053 12.822 2.953 2.901 64
Cook's Distance .000 .139 .020 .032 64
Centered Leverage Value .001 .204 .047 .046 64
(5)
(6)