2.4 Perputaran Modal Kerja
Modal kerja selalu dalam keadaan berputar atau beroperasi dalam perusahaan selama perusahaan yang bersangkutan dalam keadaan usaha. Periode
perputaran modal kerja working capital turnover period dimulai saat kas diinvestasikan dalam komponen modal kerja sampai saat dimana kas kembali lagi
menjadi kas. Makin pendek periode tersebut berarti makin cepat perputarannya atau makin tinggi tingkat perputarannya turnover rate-nya. Lama periode
perputaran modal kerjanya tergantung kepada berapa lama periode perputaran dari masing-masing komponen dari modal kerja tersebut. Riyanto, 2001:62
Menurut Djarwanto 2001:140, perputaran modal kerja menunjukkan jumlah rupiah penjualan netto yang diperoleh bagi setiap rupiah modal kerja. Dari
hubungan antara penjualan netto dengan modal kerja tersebut dapat diketahui juga apakah perusahaan bekerja dengan modal kerja yang tinggi atau bekerja dengan
modal kerja yang rendah. Menurut Ahmad 2002:7-12, dalam menentukan perputaran modal kerja,
metode yang digunakan adalah: a.
Metode Keterikatan atau Daur Dana Metode ini digunakan jika usaha baru dimulai, dengan demikian pengalaman
dari pengelola atau tentunya sangat dominan dipengaruhi keadaan internal perusahaan yang mengikuti perkembangan kegiatan sehari-hari dalam jangka
waktu lama.
Universitas Sumatera Utara
Menurut metode daur dana ini, perputaran modal kerja dapat diketahui dengan menghitung periode atau jangka waktu dana tertanam, sejak kas diinvestasikan
dalam komponen-komponen modal kerja sampai kembali lagi menjadi kas. b.
Metode Perputaran turnover Metode ini menggunakan analisis laporan keuangan perusahaan. Secara umum
atau total modal kerja dihitung dengan rumus:
2.5 Struktur Modal
Menurut Sawir 2005:10, struktur modal adalah pendanaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen, dan modal pemegang
saham. Nilai buku dari modal pemegang saham terdiri dari saham biasa, modal disetor atau surplus, modal dan akumulasi laba ditahan. Struktur modal
merupakan bagian dari struktur keuangan. Menurut Warsono 2003:238, tujuan manajemen struktur modal adalah
membentuk kombinasi sumber pembelanjaan yang dapat memaksimumkan harga saham. Teori struktur modal mempelajari pengaruh pengungkit keuangan
terhadap biaya modal dan nilai saham perusahan. Kebijakan mengenai struktur modal melibatkan tradeoff antara risiko dan
tingkat pengembalian. Penambahan hutang memperbesar risiko perusahaan tetapi sekaligus memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan. Risiko yang
makin tinggi akibat membesarnya hutang cenderung menurunkan harga saham,
Universitas Sumatera Utara
tetapi meningkatnya tingkat pengembalian yang diharapkan akan menaikkan harga saham tersebut.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan sehubungan dengan struktur modal. Pertama adalah risiko bisnis perusahaan, atau tingkat risiko yang
terkandung pada aktiva perusahaan apabila ia tidak menggunakan hutang. Semakin besar risiko bisnis perusahaan, semakin rendah rasio hutangnya yang
optimal. Faktor yang kedua adalah posisi pajak perusahaan. Alasan utama untuk
menggunakan hutang adalah karena biaya bunga dapat dikurangkan dalam perhitungan pajak, sehingga menurunkan biaya hutang yang sesungguhnya. Akan
tetapi, jika sebagian besar dari pendapatan perusahaan telah terhindar dari pajak karena penyusutan yang dipercepat atau kompensasi kerugian, maka tarif
pajaknya akan rendah apabila pajak bersifat progresif, dan keuntungan akibat penggunaan hutang juga akan mengecil.
Faktor ketiga adalah fleksibilitas keuangan, atau kemampuan untuk menambah modal dengan persyaratan yang masuk akal dalam keadaan yang
kurang menguntungkan. Para manajer dana perusahaan mengatahui bahwa penyediaan modal yang mantap diperlukan untuk mendukung operasi secara
stabil, yang merupakan faktor yang sangat menentukan bagi keberhasilan jangka panjang. Mereka juga mengetahui bahwa dalam keadaan uang ketat, atau apabila
perusahaan menghadapi kesulitan operasi, para penyedia dana lebih suka menanamkan uangnya pada perusahaan dengan posisi neraca yang bagus.
Universitas Sumatera Utara
Kemungkinan tersedianya dana di masa mendatang dan konsekuensi akibat kurangnya dana sangat berpengaruh terhadap struktur modal yang ditargetkan.
Sesuai pengertian struktur modal, struktur modal dapat dinyatakan dalam dua indikator, yaitu rasio hutang debt ratio dan rasio hutang ekuitas debt to
equity ratio. Secara sistematis, rasio hutang debt ratio dapat diformulakan sebagai berikut Warsono,2003:
Semakin tinggi rasio hutang suatu perusahaan mengindikasikan bahwa dengan struktur modal tersebut, risiko keuangan yang ditanggung para pemegang
saham biasa semakin tinggi. Indikator struktur modal kedua adalah rasio hutang ekuitas debt to equity
ratio. Rasio hutang-ekuitas adalah perbandingan antara total hutang dengan ekuitas saham biasa stock equity. Secara sistematis, rasio ekuitas hutang debt to
equity ratio dapat diformulakan sebagai berikut Warsono,2003:
Adanya penambahan pinjaman hutang dapat menghasilkan risiko yang lebih besar, demikian pula potensi hasil laba yang diperoleh juga menjadi lebih besar,
karena semakin besar pengaruh keuangan maka potensi risiko dan hasil juga lebih besar. Sundjaja, 2003: 140
Universitas Sumatera Utara
2.6 Profitabilitas