Pengalaman Ibu Yang Memiliki Bayi Prematur di Rumah Sakit dr. Pirngadi Kota Medan

(1)

PENGALAMAN IBU YANG MMILIKI BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT dr. PIRNGADI KOTA MEDAN

HETTY MARIA I. SIHOTANG NIM. 085102057

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

Nama Mahasiswa : Hetty Maria Isabela Sihotang

NIM : 085102057

Judul KTI : Pengalaman Ibu Yang Memiliki Bayi Prematur di Rumah Sakit dr. Pirngadi Kota Medan

Menyatakan bahwa mahasiswa tersebut di atas disetujui untuk mengikuti sidang karya tulis ilmiah.

Medan, 11 Juni 2009 Pembimbing


(3)

Judul : Pengalaman Ibu Yang Memiliki Bayi Prematur di Rumah Sakit dr. Pirngadi Kota Medan

Nama : Hetty Maria Isabela Sihotang NIM :085102057

Program :D-IV Bidan Pendidik

Pembimbing Penguji

………. ………Penguji I

(Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep) (dr. Zulkifli, M. Si) Penguji

...Penguji II (dr. Christoffel, L. Tobing, SpOG)

Penguji

……….Penguji III (Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep) Program D-IV Bidan Pendidik telah menyetujui Karya Tulis Ilmiah ini sebagai persyaratan kelulusan Sarjana Sains Terapan untuk D-IV Bidan Pendidik.

……… ………..

(Nur Asnah Sitohang, S.Kep,Ns, M.Kep) dr. Murniati Manik, SpKK)

NIP. 132299794 NIP.130810210

Koordinator Ketua Pelaksana


(4)

Judul : Pengalaman Ibu Yang Memiliki Bayi Prematur di Rumah Sakit dr. Pirngadi Kota Medan

Peneliti : Hetty Maria Isabela Sihotang Jurusan : D-IV Bidan Pendidik FK USU NIM : 085102057

ABSTRAK V + 47 halaman + 1 tabel +6 lampiran

Bayi prematur adalah bayi dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan dengan berat lahir kurang dari 2500 gram. Banyak ibu yang memiliki bayi prematur yang belum siap secara psikologis dan dibebani rasa takut, stres dan kecemasan yang bisa menggangu hubungan antara ibu dan bayinya. Untuk itu peneliti merasa tertarik dan menganggap penting untuk meneliti tentang pengalaman ibu yang memiliki bayi prematur. Desain penelitian yang digunakan adalah kualitatif fenomenologi yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengalaman ibu yang memiliki bayi prematur. Responden dalam penelitian ini sebanyak 7 orang dan sampel diambil dengan teknik purposive sampling. kriteria inklusi sample adalah ibu yang memiliki bayi prematur dengan berat badan 1500-2500 gr. Penelitian dilaksanakan di rumah sakit Pirngadi Kota Medan pada bulan Februari-Mret 2009. Analisa data menggunakan metode Colaizzi. Adapun hasil penelitian yang diperoleh peneliti dari ketujuh partisipan mengenai pengalaman ibu yang memiliki bayi premature adalah penyebab kelahiran prematur yang meliputi preeklamsi atau hipertensi dalam kehamilan, kehamilan ganda,perdarahan pada kehamilan, ketuban pecah dini (KPD) dan awal persalinan mendadak. Perasaan ibu melihat bayi pertamakali meliputi senang, sedih, senang campur sedih, cemas, pasrah, takut dan khawatir. Perawatan bayi prematur meliputi menjaga suhu tubuh bayi menggunakan lampu 30 watt, botol-botol hangat, dan baby oil. Informasi tentang perawatan bayi prematur meliputi tenaga kesehatan, tetangga, keluarga. Persiapan ibu merawat bayi prematur di rumah meliputi bayi biasa, sudah ada persiapan dan belum ada persiapan. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ibu-ibu yang memiliki bayi prematur di RS. Dr. Pirngadi Kota Medan pengetahuan tentang bayi prematur dan bagaimana cara perawatannya masih kurang. Sehingga diharapkan agar tenaga kesehatan terutama di bagian UPKB (Unit Perawatan Khusus Bayi) tersebut meningkatkan kemampuan dan lebih aktif dalam memberikan pendidikan kesehatan kepada orangtua yang memiliki bayi prematur.

Daftar pustaka : 20 (1999-2008)


(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Hetty Maria Isabela Sihotang Tempat/Tanggal lahir : Pekanbaru, 24 November 1985 Agama : Kristen Katolik

Alamat rumah : Jln. Gabus No.2 Labuhbaru-Pekanbaru Riwayat pendidikan : 1. SD Santa Maria II

Tahun 1992-1998 2. SLTP Santa Maria

Tahun 1998-2001

3. SMU Negeri 1 Pekanbaru Tahun 2001-2004

4. AKBID Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2007

5. Sedang mengikuti pendidikan D IV Bidan pendidik di USU


(6)

Puji syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan kasih-Nya, peneliti dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul Pengalaman ibu yang memiliki bayi prematur di rumah sakit dr. Pirngadi Kota Medan.

Peneliti menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna baik dari isi maupun susunan bahasa. Oleh karena itu peneliti mengharapkan adanya masukan dan saran untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing peneliti dalam menyelesaikan karya tulis ini, yaitu:

1. Prof. dr. Chairuddin Lubis, DTM, Sp. A (K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Gontar A. Siregar, SpPD-KGEH selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3. dr. Murniati Manik, MSc, SpKK selaku ketua program studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4. Nur Asnah Sitohang, S.Kep,Ns, M.Kep selaku dosen pembimbing dalam penyusunan proposal karya tulis ilmiah ini, yang telah meluangkan waktu untuk membimbing, memeriksa, dan melengkapi karya tulis ilmiah ini hingga selesai. 5. Seluruh dosen, staf dan pegawai administrasi program studi D-IV Bidan Pendidik

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

6. Papa, Mama dan seluruh keluarga yang tiada pernah berhenti memberikan motivasi kepada peneliti sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan.

7. Teman- teman yang telah memberikan dukungan kepada peneliti sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan.


(7)

8. Semua pihak yang mendukung dan mendoakan peneliti dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah.

Akhir kata peneliti ucapkan terima kasih atas segala bantuan yang diberikan, semoga seluruh pihak yang telah membantu penulis mendapat anugrah yang berlipat ganda dari Tuhan Yang Maha Esa. Amin.

Medan, 11 Juni 2009 Peneliti


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

KATAPENGANTAR………..…i

DAFTAR ISI………...………..……iii

BAB I PENDAHULUAN………..1

A. Latar Belakang………1

B. Perumusan Masalah………4

C. Tujuan Penelitian………5

1. Tujuan Umum……….5

2. Tujuan Khusus………5

D. Manfaat Penelitian………...5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………6

A. Defenisi………...6

B. Klasifikasi Berdasarkan Berat Badan………...6

C. Penyebab Terjadinya Prematuriatas……….7

D. Tanda Bayi Prematur………7

E. Penyulit Yang Dapat Terjadi………8

F. Perawatan Bayi Prematu Di Rumah Sakit………..10

G. Perasaan Yang Timbul Pertama Kali……….16

H. Persiapan Perawatan Bayi Prematur Di Rumah……….18

I. Perawatan Bayi Lekat……….19

J. Pengalaman……….20

K. Penelitian Fenomenologi………20

BAB III METODE PENELITIAN………...23

A. Desain Penelitian………..23

B. Populasi Dan Sampel………23


(9)

D. Waktu Penelitian………24

E. Etika Penelitian………...24

F. Instrumen Penelitian………24

G. Pengumpulan Data………..25

H. Analisa Data………25

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……….28

A. Hasil Penelitian………28

1. Karakteristik Responden………28

2. Hasil Wawancara………31

B. Pembahasan………40

a. Penyebab Kelahiran Prematur………..40

b. Perasaan Ibu Melihat Bayi Pertama Kali………..41

c. Perawatan Bayi Prematur……….43

d. Informasi Tentang Perawatan Bayi Prematur………..44

e. Persiapan Ibu Untuk Merawat Bayi Prematur………..45

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………..47

A.Kesimpulan………..47

B Saran……….48 Transkrip Wawancara


(10)

Judul : Pengalaman Ibu Yang Memiliki Bayi Prematur di Rumah Sakit dr. Pirngadi Kota Medan

Peneliti : Hetty Maria Isabela Sihotang Jurusan : D-IV Bidan Pendidik FK USU NIM : 085102057

ABSTRAK V + 47 halaman + 1 tabel +6 lampiran

Bayi prematur adalah bayi dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan dengan berat lahir kurang dari 2500 gram. Banyak ibu yang memiliki bayi prematur yang belum siap secara psikologis dan dibebani rasa takut, stres dan kecemasan yang bisa menggangu hubungan antara ibu dan bayinya. Untuk itu peneliti merasa tertarik dan menganggap penting untuk meneliti tentang pengalaman ibu yang memiliki bayi prematur. Desain penelitian yang digunakan adalah kualitatif fenomenologi yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengalaman ibu yang memiliki bayi prematur. Responden dalam penelitian ini sebanyak 7 orang dan sampel diambil dengan teknik purposive sampling. kriteria inklusi sample adalah ibu yang memiliki bayi prematur dengan berat badan 1500-2500 gr. Penelitian dilaksanakan di rumah sakit Pirngadi Kota Medan pada bulan Februari-Mret 2009. Analisa data menggunakan metode Colaizzi. Adapun hasil penelitian yang diperoleh peneliti dari ketujuh partisipan mengenai pengalaman ibu yang memiliki bayi premature adalah penyebab kelahiran prematur yang meliputi preeklamsi atau hipertensi dalam kehamilan, kehamilan ganda,perdarahan pada kehamilan, ketuban pecah dini (KPD) dan awal persalinan mendadak. Perasaan ibu melihat bayi pertamakali meliputi senang, sedih, senang campur sedih, cemas, pasrah, takut dan khawatir. Perawatan bayi prematur meliputi menjaga suhu tubuh bayi menggunakan lampu 30 watt, botol-botol hangat, dan baby oil. Informasi tentang perawatan bayi prematur meliputi tenaga kesehatan, tetangga, keluarga. Persiapan ibu merawat bayi prematur di rumah meliputi bayi biasa, sudah ada persiapan dan belum ada persiapan. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ibu-ibu yang memiliki bayi prematur di RS. Dr. Pirngadi Kota Medan pengetahuan tentang bayi prematur dan bagaimana cara perawatannya masih kurang. Sehingga diharapkan agar tenaga kesehatan terutama di bagian UPKB (Unit Perawatan Khusus Bayi) tersebut meningkatkan kemampuan dan lebih aktif dalam memberikan pendidikan kesehatan kepada orangtua yang memiliki bayi prematur.

Daftar pustaka : 20 (1999-2008)


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Periode segera setelah lahir merupakan awal kehidupan yang tidak menyenangkan bagi bayi. Proses penyesuaian kehidupan dari dalam uterus ke luar uterus ini merupakan masa yang sulit bagi bayi. Masa transisi ini adalah fase kritis bagi bayi. Umumnya bayi yang dilahirkan dalam kondisi normal dapat melewati masa tersebut dengan baik, sebaliknya bagi bayi yang dilahirkan dalam keadaan belum siap (prematur) atau bayi yang lahir dengan penyulit tentunya proses adaptasi itu menjadi lebih sulit untuk dilalui. Bahkan seringkali menjadi pemicu timbulnya komplikasi lain yang membuat bayi tidak dapat melanjutkan ke kehidupan ke fase selanjutnya yaitu meninggal (Surasmi, A., Handayani, S., Kusuma H.N, 2003, hlm 1).

Setiap tahun diperkirakan empat juta bayi meninggal pada bulan pertama kehidupannya, dan dua pertiganya meninggal pada minggu pertama kehidupan karena komplikasi kehamilan dan persalinan seperti asfiksia, sepsis dan komplikasi berat lahir rendah. Kurang lebih 98 % kematian ini terjadi di negara berkembang dan sebagian besar kematian ini dapat dicegah dengan pengenalan dini dan pengobatan yang tepat (Kosim, M.S, A., Setyiwireni, D., 2003, hal 1)


(12)

Sebagian besar bayi lahir antara minggu ke-39 dan ke-41 selama masa kehamilan, tetapi seorang bayi yang lahir sebelum minggu ke-37 maka disebut prematur. Bayi yang lahir sangat awal (sepuluh minggu, atau lebih awal) sering kali membutuhkan banyak campur tangan medis untuk menolong bayi bertahan hidup pada beberapa minggu pertama. Bayi prematur akan dimasukkan ke Unit Perawatan Khusus Bayi (UPKB) untuk mendapatkan perawatan yang lebih intesif (Briley, A., Mungeam, T., 2007, hlm.112)

Kelahiran prematur bisa disebabkan adanya masalah pada ibu hamil, juga pada janin itu sendiri. Ibu hamil yang mengalami masalah seperti kelainan letak plasenta, ketuban pecah dini, kelainan dalam rahim, pre-eklamsia atau hipertensi akibat kehamilan, perdarahan pada kehamilan, kehamilan kembar, uterus berbentuk tidak normal dan masih banyak lagi penyebab lahir prematur (Briley, A., Mungeam, T., 2007, hlm.113).

Kelahiran seorang bayi prematur merupakan kejutan bagi banyak ibu. Penyesuaian untuk menjadi orangtua beberapa minggu lebih awal dari yang diperkirakan bisa cukup membingungkan. Bayi prematur menciptakan orangtua prematur. Maksudnya para calon ibu selalu mengantisipasi bahwa bayi akan lahir setelah ia dikandung selama 40 minggu, jika secara tiba-tiba bayi lahir sebelum 40 minggu, banyak ibu akan mengalami kesulitan untuk menerima kenyataan tersebut. Banyak ibu yang sulit menerima bahwa bayi telah lahir dan mereka tidak hamil lagi (Briley, A., Mungeam, T., 2007, hlm.114)

Bayi prematur memiliki fungsi sistem organ yang belum matur sehingga dapat mengalami kesulitan untuk beradaptasi dengan lingkungan di luar rahim. Oleh karena itu, bayi prematur memerlukan perawatan dan pengawasan ketat dengan fasilitas yang memadai dan petugas yang terampil. Bagi bayi, ini berarti saat-saat untuk berjuang menyelamatkan dirinya.


(13)

Bagi orangtua bayi, kegembiraan yang seharusnya timbul dihatinya dipenuhi oleh rasa takut dan khawatir akan bahaya yang mengancam kehidupan bayinya. Para ibu, terutama pada hari-hari pertama sangat dibebani oleh stres, rasa takut dan kecemasan (Surasmi, A., Handayani, S., Kusuma H.N, 2003, hlm 7).

Ibu seringkali merasa bersalah karena ia melahirkan bayi prematur. Rasa berdosa atau bersalah karena melahirkan bayi secara dini merupakan hal yang sangat sering ditemukan. Secara berangsur ibu akan menyadari bahwa bayinya yang prematur bukanlah sesuatu yang harus ditolak, melainkan pribadi yang memiliki hak hidup tetapi kebetulan ia dilahirkan secara dini. Ia harus mendapatkan perawatan terbaik agar dapat bertahan hidup. Ketidakpercayaan, syok, dan kebingungan merupakan reaksi yang normal terjadi terhadap kelahiran bayi prematur (Robinson D. C., 2002, hlm 83).

Tidak seorangpun suka bayi mereka yang baru lahir ditempatkan di UPKB. Para ibu dan ayah dengan bayi yang dirawat khusus tidak mungkin bisa berdekatan, apalagi mendekapnya erat. Bayi prematur memiliki penampilan sangat berbeda dengan bayi cukup bulan. Sedikitnya lemak menimbulkan penampilan bayi yang kurus, yang seolah hanya terdiri dari kulit dan tulang saja. Dan melihat anaknya yang mungil dipasang alat-alat yang bisa membuat siapun stres, apalagi orangtuanya (Briley, A., Mungeam, T., 2007, hlm.114).

Dipengaruhi oleh rasa takut dan kurangnya informasi, ada ibu yang tidak mau melihat bayi prematurnya untuk pertama kali. Kengganan tersebut alamiah dan lazim ditemukan pada hari-hari pertama. Ini berakar pada rasa cemas dan takut. Namun demikian haruslah disadari bahwa perjuangan bayi prematur guna mempertahankan nyawanya pada awal usianya akan dibantu sekali oleh sentuhan halus, suara yang lembut, serta belaian ibunya.


(14)

Jika orangtua menyadari bahwa bayi prematur juga memerlukan kasih sayang dan perhatian orangtua seperti bayi cukup bulan, mereka akan dapat mengatasi rasa takut dan rasa cemas mereka. Dengan demikian, para orangtua dapat membina hubungan kasih sayang dengan bayi mereka (Musbikin Imam, 2005, hlm. 309).

Berdasarkan pengamatan peneliti ketika bekerja di salah satu rumah sakit swasta, banyak ibu yang memiliki bayi prematur yang belum siap secara psikologis dan dibebani oleh rasa takut, stres dan kecemasan yang bisa mengganggu hubungan antara ibu dan bayinya. Ketika bayi prematur boleh dibawa pulang seringkali orangtua juga belum siap untuk merawat bayi prematur di rumah. Kebanyakan orangtua sangat cemas membawa bayi dengan berat lahir rendah ke rumah. Oleh karena itu orangtua harus belajar merawat bayi prematur, karena bayi ini membutuhkan perawatan khusus yang berbeda dengan bayi pada umumnya.

Berdasarkan uraian diatas, penulis ingin mengetahui dan mengadakan penelitian tentang pengalaman ibu yang memiliki bayi prematur di rumah sakit Pringadi” dimana runah sakit tersebut merupakan salah satu rumah sakit rujukan di Sumatera Utara.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka penulis merumuskan permasalahan yaitu bagaimana pengalaman ibu yang memiliki bayi prematur di Rumah Sakit dr. Pirngadi Kota Medan.


(15)

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Untuk mengetahui pengalaman ibu yang memiliki bayi prematur di Rumah Sakit dan sejauh mana kesiapan ibu yang memiliki bayi prematur dalam merawat bayinya.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengalaman ibu sewaktu melahirkan bayi prematur di rumah sakit.

b. Untuk mengetahui pengalaman ibu pertamakali melihat bayi prematur. c. Untuk mengetahui kesiapan ibu merawat bayi prematur.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi tenaga kesehatan

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi tenaga kesehatan seperti dokter, dan tenaga kesehatan yang bertugas di Unit Perawatan Khusus Bayi (UPKB) .

2. Bagi ibu yang memiliki bayi prematur

Hasil penelitian diharapkan dapat memberi tambahan informasi bagi ibu-ibu yang memiliki bayi prematur tentang perawatan bayi prematur.

3. Bagi peneliti lanjut

Sebagai masukan dan tambahan informasi bagi peneliti lanjut tentang pengalaman ibu yang memiliki bayi prematur.


(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Defenisi

Bayi prematur adalah bayi dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan dengan berat lahir kurang dari 2500 gram (Musbikin Imam, 2005, hlm.303).

Bayi prematur adalah bayi yang dilahirkan dengan berat kurang dari 2500 gr, kapan pun bayi itu dilahirkan, baik pada minggu ke 32, 36, atau 39. (Stoppard M, 1999, hlm. 29).

Menurut WHO bayi prematur adalah bayi yang lahir hidup sebelum usia kehamilan 37 minggu (dihitung dari hari pertama haid terakhir ) tanpa memperhatikan berat badan (Berhman, Kliegman, & Arvin, 2000, hlm 561).

B. Klasifikasi Berdasarkan Berat Badan

Berat badan lahir rendah dikelompokkan sebagai berikut:

1. Bayi berat badan lahir amat sangat rendah, yaitu bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 1000 gram.

2. Bayi berat badan lahir sangat rendah, yaitu bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 1500 gram

3. Bayi berat badan lahir cukup rendah, yaitu bayi yang lahir dengan berat badan 1500-2500 gram ( Surasmi, A., Handayani, S., Kusuma, H.N., 2002, hlm.32).


(17)

B. Penyebab Terjadinya Prematuritas

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terhadap kelahiran bayi prematur dilihat dari faktor ibu yaitu toksemia gravidarum (preeklamsia dan eklamsia), kelainan bentuk uterus (uterus bikornis, inkompeten serviks), tumor (mioma uteri, sistoma), ibu yang menderita penyakit akut (mis.tifus abdominalis, malaria) dan kronis (mis.TBC, jantung), trauma pada maa kehamilan antaralain fisik (jatuh) dan psikologis (stres), usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, ibu-ibu yang sebelumnya telah melahirkan lebih dari 4 anak dan malnutrisi. Faktor janin yaitu kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah dini (KPD), cacat bawaan, infeksi (mis. Ruberella, sifilis, toksoplasma), inkompatibilitas darah ibu dan janin (faktor rhesus, gol. darah ABO). Dari faktor plasenta yaitu plasenta previa dan solutio plasenta (Berhrman, Kliegman, & Arvin, 2000, hlm 562).

C. Tanda Bayi Prematur

Tanda klinis atau penampilan bayi prematur sangat bervariasi, bergantung pada usia kehamilan saat bayi dilahirkan. Tanda dan gejala bayi prematur yaitu umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu, berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram, panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, kuku panjangnya belum melewati ujung jari, batas dahi dan rambut kepala tidak jelas,lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama dengan atau kurang 30 cm, rambut lanugo masih banyak, dan jaringan lemak subkutan tipis atau kurang.


(18)

Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya, sehingga seolah-olah tidak teraba tulang rawan dan daun telinga.mengilap, telapak kaki halus,alat kelamin pada bayi laki-laki testis belum turun dan pada bayi perempuan labia minora belum tertutup oleh labia mayora,.tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah, fungsi saraf yang belum atau kurang matang, mengakibatkan refleks isap, menelan dan batuk masih lemah atau tidak efektif, dan tangisannya lemah, .jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan jaringan lemak masih kurang, verniks kaseosa tidak ada atau sedikit.(Berhrman, Kliegman, & Arvin, 2000, hlm 562).

D. Penyulit Yang Dapat Terjadi

Tingkat kematangan fungsi sistem organ neonatus merupakan syarat untuk dapat beradaptasi dengan kehidupan luar rahim. Penyakit yang terjadi pada bayi prematur berhubungan dengan belum matangnya fungsi organ-organ tubuh.

Konsekuensi dari anatomi dan fisiologi yang belum matang, bayi prematur cenderung mengalami masalah masalah yang bervariasi. Adapun masalah – masalah yang dapat terjadi sebagai berikut:

Pertama ialah hipotermia. Dalam kandungan bayi berada dalam suhu lingkungan yang normal dan stabil yaitu antara 36 – 37 derajat celcius. Segera setelah bayi lahir dihadapkan pada suhu lingkungan yang umumnya lebih rendah. Selain itu hipotermia dapat terjadi karena pertunbuhan otot-otot yang belum cukup memadai, lemak subkutan yang sedikit, luas permukaan tubuh relatif lebih besar dibanding dengan berat badan sehingga lebih mudah kehilangan panas.Tanda klinis hipoternia dalah suhu tubuh dibawah normal, kulit dingin, akral dingin, dan sianosis.


(19)

Kedua ialah sindrom gawat napas. Kesukaran pernafasan pada bayi prematur dapat disebabkan belum sempurnanya pembentukan membran hialin surfaktan paru yang merupakan suatu zat yang dapat menurunkan tegangan dinding alveoli paru. Tanda klinis sindrom gawat napasadalah pernapasan cepat, sianosis perioral, merintih waktu ekspirasi dan retraksi substernal dan interkostal.

Ketiga ialah hipoglikemi. Glukosa merupakan sumber utama energi selama masa janin. Bayi aterm dapat mempertahankan kadar gula darah 50-60mg/dl selama 72 jam pertama, sedangkan bayi berat badan lahir rendah dalam kadar 40 mg/dl. Hipoglikemia bila kadar gula darah sama dengan atau kurang dari 20 mg/dl.

Tanda klinisnya adalah gemetar, sianosis, apatis, kejang, apnea intermitten, tangisan lemah, letargi, keringat dingin dan gagal jantung.

Keempat ialah perdarahan intrakranial. Pada bayi prematur pembuluh darah masih sangat rapuh hingga mudah pecah. Perdarahan intrakranial dapat terjadi karena trauma lahir, diseminated intravascular coagulopathy. Tanda klinisnya adalah kegagalan umum untuk bergerak, refleks morro menurun atan tidak ada, tonus otot menurun, letargi, kejang, kelumpuhan dan fomtanela mayor mungkin tegangdan cembung.

Kelima ialah rentan terhadap infeksi Bayi prematur mudah mendapat infeksi karena imunitas humoral dan seluler masih kurang hingga bayi mudah menderita infeksi.

Keenam ialah hiperbilirubinemia. Hal ini dapat terjadi karena belum maturnya fungsi hepar. Kadar bilirubin normal pada bayi prematur 10 mg/dl.Tanda klinisnya adalah sklera, puncak hidung, sekitar mulut, dada, perut dan ekstremitas berwarna kuning, letargi, lemampuan mengisap menurun dan kejang (Asrining, A., Siti H., & Heni, N., 2002, hlm.42.)


(20)

E. Perawatan Bayi Prematur di Rumah Sakit

Bayi prematur memerlukan perawatan dan pengawasan ketat (intensif). Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah tejadinya keadaan yang lebih buruk. Selain itu, perawatan intensif dapat membantu bayi mengatasi hambatan atau kesulitan dalam upaya penyesuaian diri dengan kehidupan ekstrauteri..

Maturitas fungsi sistem organ merupakan syarat bagi bayi untuk mampu beradaptasi dengan lingkungan di luar rahim.

Bayi prematur atau berat lahir sangat rendah,fungsi sistem organnya belum matur sehingga dapat mengalami kesulitan untuk beradaptasi dengan lingkungan. Di bawah ini diuraikan tindakan perawatan yang dilakukan terhadap bayi prematur :

Pertama yang dilakukan yaitu bantuan pernapasan. Segera setelah lahir jalan napas orofaring dan nasofaring dibersihkan dengan isapan yang lembut. Bila pengisapan menggunakan alat, lama setiap pengisapan tidak boleh lebih dari 10 detik. Ketika memasukkan kateter jangan memaksa karena dapat menyebabkan trauma pada mukosa. Pemberian terapi oksigen harus hati-hati dan diikuti dengan pemantauan terus-menerus tekanan oksigen darah arteri. Hal ini dilakukan karena pemberian terapi oksigen dapat menimbulkan hiperoksigenisasi yang dapat menyebabkan fibroplasia retrolental dan fibroplasia paru.Sebaiknya terapi okdigen tidak melebihi konsentrasi 30%, kecuali dokter merekomendasikanmememakai tudung kepala dengan alat continous positive airway pessure (CPAP) atau pipa endotrakea. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan konsentrasi oksigen yang sihirup tetap stabil dan aman, yaitu tekanan oksigen arteri antara 80-100 mmHg.


(21)

Kedua yaitu mengupayakan suhu lingkungan netral. Untuk mencegah akibat buruk dari hipotermi karena suhu lingkungan yang rendah atau dingin harus dilakukan upaya untuk merawat bayi dalam suhu lingkungan yang netral, yaitu suhu yang diperlukan agar konsumsi oksigen dan pengeluaran kalori minimal. Kedaan ini dapat dicapai bila suhu inti bayi (suhu tubuh tanpa berpakaian) dapat dipertahankan 36,6 – 37,5 derajat celcius. Suhu lingkungan yang netral dapat diupayakan melalui berbagai cara. Inkubator ada berbagai macam, yang canggih dilengkapi dengan alat pengatur suhu dan kelembaban agar bayi dapat mempertahankan suhu tubuhnya dalam batas normal, suplai oksigen dapat diatur, dan alat perlengkapan lain untuk memantau.

Inkubator pada umumnya ada dua macam, yaitu inkubator tertutp yang semua perawatan dan pengobatannya diberikan melalui lobang lengan yang tersedia, dibuka bila diperlukan, dan inkubator terbuka yang harus dibuka bila perawat akan melakukan tindakan perawatan bayi.

Namun bila tidak ada inkubator, lingkungan bayi dapat dihangatkan dengan cara meletakkan botol berisi air panas di bagian samping kanan dan kiri bayi. Botol berisi air panas sebelum diletakkan dibungkus dengan kain atau handuk dan ditempatkan disisi keranjang, jangan sampai menyentuh atau terlalu dekat dengan tubuh bayi. Isi botol diganti setiap jam atau bila sudah tidak panas.Bila ada sarana listrik untuk memberi lingkungan yang hangat dilakukan dengan menempatkan lampu pijardekat keranjang atau tempat tidur bayi pada tiga sisi dan ditempatkan sedemikian rupa sehingga dapat dimatikan dan dinyalakan secara terpisah.


(22)

Ketiga yaitu pencegahan infeksi. Tindakan pencegahan infeksi sangat penting karena infeksi akan memperburuk kedaan bayi yang sudah bermasalah. Bayi prematur akan mudah menderita sakit. Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencegah infeksi :petugas dan orangtua yang mengunjungi bayi harus cuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi, petugas yang berpenyakit infeksi tidak boleh memasuki unit perawatan bayi sampai mereka dinyatakan sembuh, setiap orang yang memasuki unit perawatan bayi harus memakai pakaian bersih dan pakaian penutup khusus yang disediakan, setiap bayi menggunakan alat perawatan individual. Peralatan yang digunakan dibersihlan secara teratur sesuai ketentuan yang berlaku. Setiap bayi yang masuk kembali dari rumah atau bayi dengan proses kelahiran yang tidak steril harus diisolasi secara fisik dari bayi prematur

Keempat yaitu pemenuhan kebutuhan cairan dan nutrisi. Kebutuhan bayi untuk pertumbuhan yang cepat dan pemeliharaan harian harus disesuaikan dengan tingkat kematangan anatomi san fisiologi.Koordinasi mekanisme mengisap san menelan belum sepenuhnya baik pada usia kehamilan 36-37 minggu. Kapasitas lambung bayi prematur sangat terbatas dan mudah mengalami distensi abdomen yang dapat mempengaruhi pernapasan. Pada hari-hari pertama, pengosongan lambung bayi prematur lebih lambat, pengosongan akan lebih cepat pada hari ketiga dan seterusnya. Pemberian cairan yang cukup sangat penting untuk bayi prematur, karena kadar air ekstra sel pada bayi prematur lebih tinggi daripada bayi normal (70% pada bayi normal, 90 % pada bayi prematur). Pemantauan yang perlu dilakukansetiap hari asalah berat badan, jumlah pengeluaran air kemih, berat jenis urine, serta kadar nitrogen urea serum dan elektrolit. Kehilangan cairan yang meningkat akan menyebabkan bayi menjadi dehidrasi karena ginjal tidak sanggup menahan air dan dan elektrolit yang keluar. Sebaliknya, jumlah


(23)

cairan yang berlebihan memudahkan terjadinya edema, gagal jantung dan ductus arteriosus paten.

Pemberian cairan intrevena pada bayi dapat diberikan melalui vena, cairan tersebut dialirkan melalui pompa infus, yang dapat mengalirkan cairan dengan volume sangat kecil pada tingkat aliran yang sudah ditentukan. Prinsip utama pemberian makan bayi prematur adalah sedikit demi sedikit secara perlahan dan hati-hati. Saat pemberian minum harus dicegah terjadinya kelelahan, regurgitasi dan aspirasi.

Minuman atau makanan terbaik yang diberikan pasa bayi adalah ASI, bila ASI tidak ada karena ibu sakit, meninggal, produksi ASI tidak ada atau hal lain, diberikan susu formula khusus bayi prematur atau sesuai anjuran.

Minuman pertama yang diberikan adalah larutan glukosa 5%. Cara pemberian minum yaitu menyusu, minum melalui botol, dan minum melalui selang

Menyusu

Bayi prematur yang tampak aktif dengan refleks mengisap dan menelanyang baik dapat minum dengan cara menyusu langsung pada ibumya. Bayi dapat dicoba menyusu pada ibunya bila berat badan minimal 2000 gram, suhu tubuh bayi dapat tetap stabil di luar inkubator, refleks menghisap dan menelan baik, tidak sianosis atau menunjukkan tanda gangguan pernapaan selama menyusu.

Minum melalui botol susu

Bayi yang aktif secara refleks sapat mengisap dan menelan dengan baik. Akan tetapi, bayi yang belum atau tidak dapat menyusus pada ibu dapat diberi minum melalui botol. Lubang dot hrus memberi aliran tetesan yng lancar bukan mengeluarkan arus susu dengan deras. Saat minum, kepala dan bahu bayi lebih tinggi 30 derajat dari badan degan meletakkan kepala bayi di atas lipatan selimut, atau bayi deletakkan di atas lengan


(24)

perawat. Bayi prematur minum lebih lambat dan membutuhkan periode istirahat yang sering.

Jika bayi membutuhkan waktu lebih dari 20 menit untuk menghabiskan jatah 1 kali minum, pemberian minumnya perlu dipertimbangkan karena mungkin bayi belum cukup kuat untuk minum melalui botol. Selanjutnya, perlu dipertimbangkan cara pemberian minum melalui pipa lambung atau melalui cara lain sesuai kondisi bayi.

Pemberian minum melalui pipa

Bayi dengn masa gestasi 32 minggu atau kurang atau berat badan kurang dari 1500 gram terlalu lemah untuk bisa mengisap secara efektif atau tidak mempunyai refleks menelan yang memadai. Dalam keadaan demikian, pemberian minum diberikan melalui pipa lambung ynag dimadukkan melalui mulut atau hidung. Pemasukkan pipa lambung melalui hidung dapat menghalangi pernapasan dan memicu peradangan mukosa hidumg.

Ketika memasukkan minuman melalui pipa lambung, aliran susu harus menurut gaya berat. Karena aliran yang terlalu cepat atau disemprotkan dapat menyebakan perut bayi membuncit, regurgitasi, aspirasi, atau muntah. Setiap akan memberi minum caira lambung harus diaspirasi terlebih dahulu. Apabila yang keluar hanya sedikit udara dan lendir, jumlah minuman yang direncanakan dapat diteruskan.

Selama pemberian minum, perawat harus memperhatikan perilaku bayi prematur yang menunjukkan kesiapan minum melalui botol atau menyusu. Perilaku bayi prematur selama menyusu yang dapat diamati yaitu refleks mengisap yang kuat, koordinasi gerakan mengisap dan menelan yang baik dan terbangun sebelum pemberian minum dan mengantuk setelah minum. Apabila perilaku tersebut tampak, bayi bisa mencoba minum dengan botol atau menyusu pada ibu.


(25)

Kelima yaitu penghematan energi. Salah satu tujuan utama perawatan bayi resiko tinggi adalah menghemat energi. Oleh karena itu, bayi prematur ditangani seminimal mungkin. Bayi yang dirawat dalam inkubator tidak membutuhkan pakaian, tetapi hanya dibaringkan diatas popok atau alas. Selain itu, observasi juga dapat dilakukan tanpa harus membuka pakaian. Alat monitor yang dilekatkan ke kulit memberi data yang berkelanjutan tentang fungsi vital sehingga mengurangi penanganan secara langsung untuk pengkajian secara periodik.

Keenam yaitu perawatan kulit. Kulit bayi prematur belum matang dibanding kulit bayi normal. Lemak subkutan sedikit atau tidak ada, struktur kulitnya masih longgar, rapuh dan tipis dengan serat elastik yang lebih sedikit. Sabun alkali tidak dapat digunakan karena dapat merusak mantel asam kulit. Obat desinfektan alkohol dan betadin atau yodium povidon digunakan secara hati-hati. Setelah digunakan jika perlu dibilas dengan air steril karena bahan tersebut bisa menimbulkan iritasi dan luka.

Plester yang digunakan untuk melekatkan alat monitor, fiksasi infus, dan pipa lambung, waktu dilepas dapat membuat kulit terkelupas terbawa oleh plester atau selotip sehingga kulit terpisah dari struktur di bawahnya.

Bagian tubuh yang sering tertekan terutama tumit, bokong, bahu, siku dan bagian belakang kepala harus selalu dibersihkan, kemudian diberi bedak bayi. Begitu juga daerah lipatan kulit yaitu leher, ketiak, lipat paha, lutut. Posisi tidur harus diubah setiap 1-2 jam, secara bergantian miring ke kiri atau ke kanan, untuk mencegah iskemia dan nekrosis pada bagian yang tertekan.

Ketujuh yaitu pemberian obat. Mekanisme detoksifikasi bayi prematur belum matang, sehingga tidak atau kurang memiliki kemapuan untuk menunjukkan gejala keracunan. Kondisi ini menghasuskan perawat untuk waspada terhadap tanda reaksi


(26)

yang berlawanan. Pemberian obat-obatan, salep, cairan intravena dan oksigen membutuhkan perhatian dan penangan yang teliti. Dosis obat dan pengencerannya harus dihitung dengan cermat, cara dan waktu pemberian harus tepat, etiket dibaca dengan teliti.

Kedelapan yaitu pemantauan data fisiologis. Bayi yang memerlukan pemantauan intensif ditempatkan dalam lingkungan dengan suhu yang terkontrol dan dipantau aktifitas pernapasan, frekuensi denyut jantung, dan suhu tubuh.

Pemantauan dapat dilakukan dengan menggunakan peralatan mekanis dan monitor yang dilengkapi dengan sistem alarm yang dapat memberi tanda bila terjadi penyimpangan tanda-tanda vital dari batas nilai normal.

Perawat harus teliti dan waspada mengamati adanya perubahan yang samar dalam perilaku minum, warna kulit atau tanda vital karena dapat merupakan gejala adanya masalah pada bayi. Mengontrol denyut jantung dan membandingkan dengan data yang ada pada alat monitor, merupakan suatu tindakan yang penting dilakukan.

G. Perasaan yang Timbul Saat Melihat Bayi Pertamakali

Bayi prematur memiliki penampilan sangat berbeda dengan bayi cukup bulan. Tidak adanya lemak menimbulkan penampilan bayi yang kurus, seolah hanya terdiri dari kulit dan tulang saja. Apalagi dalam perawatan di rumah sakit bayi tampak dikelilingi dengan kabel-kabel dan peralatan rumah sakit yang membantu kelangsungan hidup bayi.

Karena dipengaruhi oleh rasa takut dan kurangnya informasi, ada ibu yang enggan melihat bayi prematurnya untuk pertama kali. Kengganan tersebut alamiah dan lazim ditemukan pada hari-hari pertama. Ini berakar pada rasa cemas dan takut. Ada ibu yang merasa khawatir mereka tidak bisa mencintai bayinya yang prematur.


(27)

Kecemasan dan stres secara bersama dapat menghambat arus alamiah emosi yang mengalir di hatibanyak ibu. Tidaklah mengherankan, kecemasan karena lahirnya bayi prematur menghilangkan rasa gembira. (Glover, B., & Hodson, C., 1998, hlm.37)

Menurut Caplan (2002) individu lebih mau mendengarkan tenaga kesehatan ika isi pesan yang disampaikan berhubungan dengan keadaan dan pengalamannya. Karena itu penanganan krisis dapat menjadi pencegahan primer jika tenaga kesehatan dapat memfasilitasi adaptasi, pembelajaran dan pertumbuhan sehingga individu dapat melihat manfaat dari pengalamannya dan dapat menghadapi krisis yang mungkin terjadi pada masa yang akan datang menggunakan ketrampilan yang mereka pelajari. pencarian informasi dirumuskan dalam tiga bagian: memperoleh informasi tentang krisis, menilai tindakan alternatif dan memperkirakan hasil akhir yang mungkin terjadi. Mencari dukungan dari keluarga, teman dan oranglain yang mampu menolong di masyarakat merupakan sumber kekuatan pada masa sulit. (Niven, N., 2002, hlm. 82)

Banyak ibu mengalami kegembiraan yang meluap ketika ia melihat bayi yang baru ia lahirkan, tetapi juga ditemukan kenyataan tentang adanya beberapa ibu yang tidak terlampau antusias dengan bayi yang ia lahirkan, baik bayi prematur atau yang cukup bulan. Ibu bayi prematur sangat kecil kemungkinannya merasakan kegembiraan yang meluap seperti kebanyakan ibu yang lain, karena adanya stres, rasa cemas dan rasa takut terhadap kemungkinan bayinya akan meninggal.

Menurut Sherr (1995), dari sudut pandang orangtua, bayi prematur menimbulkan berbagai kesulitan tinggi, terutama karena hasil untuk tiap bayi tidak pernah pasti. Pengalaman mereka, berdasar defenisi, terlalu dini dan sering terperangkap dalam kegawatan, panik, dan intervensi medis tinggi. Ketidakpuasan terhadap hasil bayi, pengalaman ini sering sangat membuat stres dan ada permasalahan jangka panjang.


(28)

Menurut Calam (1999), akibat beratnya emosi dan kecemasan banyak orangtua tidak mampu menyerap informasi yang diberikan kepada mereka pada saat yang sangat stres tersebut. Pemberi asuhan harus siap untuk mengulang penjelasan dan berbicara dengan sensitif, dengan istilah yang mudah dipahami, mengenai kemungkinan yang terjadi, meskipun suram untuk bayi. Menurut Ballard (2002) menemukan bahwa neonatologis cenderung menunda permintaan orangtua bukan mematuhi keputusannya yang terbaik. Terutama sangat jelas bila orangtua dianggap penuntut. (Niven, N., 2002, hlm. 80)

H. Persiapan Perawatan Bayi Prematur di Rumah

Kebanyakan orangtua sangat cemas membawa bayi dengan berat lahir rendah ke rumah, tetapi dokter tidak akan melepas bayi prematur ika dokter tidak yakin bayi siap dibawa pulang ke rumah. Sebelum pemulangan, bayi prematur harus dapat minum semua nutrisi melalui puting, botol atau buah dada. (Robinson D. C, 2002,hlm 83)

Pertumbuhan harus terjadi dengam penambahan yang stabilsekitar 10-30 gr/hari. Suhu harus stabil dalam tempat tidur terbuka. Tidak terdapat apnea atau bradikardia yang baru dan pemberian obat parenteral harus sudah dihentikan.

Kebutuhan bayi prematur pada umumnya tidak berbeda dengan kebutuhan bayi cukup bulan. Tetapi dibutuhkan persiapan sebelum kepulangan bayi di rumah. Dianjurkan kepada orangtua untuk dapat bertanya pada paramedis atau membaca buku tentang perawatan bayi.

Sebenarnya banyak hal yang harus diperhatikan dalam merawat bayi prematur di rumah. Yang harus diperhatikan adalah kehangatan bayi. Pada hari-hari pertama setelah bayi di rumah, pastikan bahwa ia diberi pakaian secukupnya dan tertutup


(29)

kepalanya. Bayi harus selalu menggunakan topi yang hangat. Pemberian ASI yang adekuat dan teratur. Refleks menghisap dan menelan bayi prematur belum baik serta organ pencernaannya belum sempurna, maka pemberian makan bayi harus dilakukan secara hati-hati. (Berhman, Kliegman, & Arvin, 2002, hlm 571).

I. Perawatan Bayi Lekat (PBL)

KMC (Kangaroo Mother Care) adalah kontak kulit diantara ibu dan bayi secara dini, terus menerus dan dikombinasi dengan pemberian asi eksklusif. Tujuannya agar bayi kecil tetap hangat. Dapat dimulai segera setelah lahir atau setelah bayi stabil. KMC dapat dilakukan di rumah salit atau di rumah setelah bayi pulang. Bayi tetap bisa dirawat dengan KMC meskipun belum bisa menyusu, berikan asi peras dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.

KMC dilakukan sampai bayi berat badan 2500 gr atau mendekati 40 minggu, atau sampai bayi kurang nyaman dengan KMC, misalnya sering bergerak, gerakan ekstremitas berlebihan, san bila dilakukan KMC lagi bayi menangis. Bila ibu perlu istirahat, dapat digantikan ayah, saudara atau petugas kesehatan.

Bila tidak ada yang menggantikan, bayi diberi pakaian hangat dan topi, dan diletakkan di boks bayi dalam ruangan hangat.

Pasa saat melakukan KMC bayi diberi pakaian, topi, popok, dan kaos kaki yang telah dihangatkan lebih dahulu. Letakkan bayi di dada ibu dengan posisi tegak langsung ke kulit ibu, dan lihat apakah kepala bayi sudah terfiksasi pada dada ibu.

Kemudian posisikan bayi dalam frog position yaitu fleksi pada siku san tungkai, kepala dan dada bayi terletak di dada ibu dengan kepala agak ekstensi. Menutupi bayi dengan pakaian ibu ditambah selimut yang sudah dihangatkan sebelumnya. Bila baju ibu tidak


(30)

dapat menyokong bayi, dapat menggunakan handuk/kain (dilipat diagonal, dan difiksasi dengan ikatan atau peniti yang aman di bahu ibu), kain lebar elastik,atau kantong yang dibuat sedemikian untuk menjaga tubuh bayi. Dapat pula memakai baju dengan ukuran lebih besar dari badan ibu, bayi diletakkan diantara payudara ibu, baju ditangkupkan, kemudian ibu memakai selendang yang dililitkan di perut ibu agar bayi tidak terjatuh.

Dalam memantau bayi ibu harus tahu bagaimana kedaaan normal bayi mengenai pola pernapasan dan warna kulit bayi normal. Mintalah pada ibu wapada terhadap tanda yang tidak biasanya ditemui atau tidak normal. Jelaskan pada ibu bahwa KMC penting agar pernapasan bayi baik dan mengurangi risiko terjadinya apnea, dibanding bila bayi diletakkan di dalam boks. Mengajari ibu cara menstimulasi bayi (mengelus dada atau punggung, atau menyentil kaki bayi) bila bayi tampak biru di daerah lidah, bibir atau sekitar mulut atau napas berhenti lama (Kosim, S., 2003, hlm. 108).

J. Pengalaman

Pengalaman ialah yang pernah dialami (dijalani, dirasai, ditanggung, dan sebagainya) (Daryanto,1998, hlm. 28).

Pengalaman dapat diartikan juga sebagai memori episodik, yaitu memori yang menerima dan menyimpan peristiwa yang terjadi atau dialami individu pada waktu dan tempat tertentu, yang berfungsi sebagai referensi otobiografi (Syah, 2003)


(31)

K. Penelitian fenomenologi

Fenomenologi diartikan sebagai pengalaman subjektif atau pengalaman fenomenologikal atau studi tentang kesadaran dari perspektif dari seseorang. Istilah fenomenologi juga sering diartikan sebagai anggapan umum untuk menunjuk pada pengalaman subjektif dari berbagai jenis dan tipe subjek yang ditemui. Istilah fenomenologi juga mengacu pada penelitian terdisiplin tentang keadaran dari perspektif pertama seseorang (Moleong, 2005).

Terdapat dua macam penelitian fenomenologi, yaitu fenomenologi deskriptif dan fenomenologi interpretif. Fenomenologi deskriptif berfokus pada penyelidikan fenomena, kemudian pengalaman yang seperti apakah yang terlihat dalam fenomena (fenomena deskriptif) dan bagaimana mereka menafsirkan pengalaman tersebut (fenomenologi interpretif). Tujuan dari penelitian fenomenologi adalah untuk menggambarkan secara penuh tentang pengalaman dan pengembangan persepsi. Terdapat empat aspek dalam fenomenologi yaitu: (1) ruang kehidupan); (2) kehidupan tubuh (memenuhi kebutuhan badaniah); (3) usia (kesementaraan); (4) kehidupan hubungan manusia (Polit, 2001).

Fenomenologis percaya bahwa kehidupan seseorang adalah berharga dan menarik, karena kesadaran seseorang tentang kehidupan tersebut. Ungkapan menjadi sesuatu di dunia (perwujudan) adalah sebuah konsep tentang ketajaman ikatan fisik seseorang pada dunia mereka seperti berfikir, melihat, mendengar, rasa, dan interaksi antara perasaan yang terus menerus pada tubuh mereka dengan dunia ( Polit, 2003).

Peneliti dalam pandangan fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang yang berada dalam situasi tertentu. Fenomenologi tidak berarti bahwa peneliti mengetahui arti sesuatu bagi orang-orang


(32)

yang sedang diteliti, yang ditekankan oleh kaum fenomenologis ialah aspek subjektif dari perilaku seseorang. Tetapi peneliti berusaha untuk masuk ke dalam dunia konseptual para sunjek yang ditelitinya sehinnga mereka mengerti apa dan bagaimana suatu yang dikembangkan oleh mereka di sekitar dalam kehidupannya sehari-hari (Moleong, 2005).

Dalam sebuah penelitian fenomenologi sumber data utama adalah data percakapan yang mendalam, dengan peneliti dan informan sebagai partisipan. Peneliti membantu partisipan untuk menggambarkan pengalaman hidup tanpa memimpin diskusi. Selanjutnya, dalam percakapan yang dalam, peneliti berusaha menambahkan jalan kepada partisipan untuk mendapatkan akes penuh tentang pengalaman hidup mereka. Terkadang dua wawancara terpisah atau beberapa pembicaraan diperluka

(Polit, 2001)

Walaupun terdapat sebuah metode interpretasi fenomenologi, sebuah penelitian deskriptif sering melibatkan empat tahap yaitu: (1) menggolongkan data, yang berarti proses mengidentifikasi dan memegang praduga kepercayaan dan pendapat ditangguhkan tentang fenomena yang dteliti; (2) Intuisi, yang terbentuk ketika peneliti membuka arti sifat dari orang yang pernah mengalaminya; (3) analisa data, misalnya menyaring percakapan penting, mengkategorikan dan membuat pengertian tentang hal-hal baru dari fenomena; (4) menggambarkan, yaitu tahap menggambarkan ketika peneliti mulai mengerti dan mengartikan fenomena ( Polit, 2001).


(33)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain penelitian

Dalam penelitian ini digunakan desain penelitian kualitatif fenomenologi untuk mengetahui bagaimana pengalaman ibu yang memiliki bayi prematur dan sejauh mana kesiapan ibu yang memiliki bayi prematur dalam merawat bayinya di rumah sakit dr. Pirngadi Kota Medan.

B. Populasi dan sampel 1. Populasi

Populasi yang diambil pada penelitian adalah ibu yang memiliki bayi prematur yang sedang dirawat di rumah sakit dr. Pirngadi Kota Medan. Berdasarkan survey awal yang dilakukan oleh peneliti jumlah bayi prematur yang terdapat di rumah sakit Pirngadi pada tanggal 13 November 2008 adalah 7 orang bayi.

2. Sampel

J umlah sampel yang diambil pada penelitian ini 5 orang, karena dalam penelitian kualitatif fenomenologi jumlah sampel biasanya 10 orang atau kurang (Polit, D.F., Hungler, B.P, 2001, hlm.215). Sampel diambil dengan teknik purposive sampling, kriteria inklusi sample adalah ibu yang memiliki bayi prematur dengan berat badan 1500-2500 gr di rumah sakit Pirngadi, bersedia diwawancarai atau menjadi partisipan dan bisa berbahasa Indonesia dengan baik.


(34)

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di rumah sakit dr.Pirngadi Kota Medan, yaitu pada bulan Februari-Maret 2009.

D. Etika Penelitian

Penelitian dilakukan setelah mendapat rekomendasi dari bagian pendidikan D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran USU. Setelah memperoleh persetujuan, peneliti ak memulai penelitian dengan pertimbangan etik yaitu: peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian, disamping itu akan diberikan penjelasan bahwa partisipan yang diteliti tersebut bersifat sukarela dan partisipan mempunyai hak untuk mengundurkan diri dari penelitian serta partisipan tidak akan dipaksa melainkan akan dihormati haknya sebagai pertisipan. Peneliti melindungi partisipan dari resiko tekanan fisik dan psikologis dari resiko tekanan fisik dan psikologis akibat penelitian. Untuk menjaga kerahasiaan, maka identitas partisipan pada lembar pengumpulan data (kuesioner) hanya nomor kode yang akan digunakan sehingga kerahasiaan identitas semua informasi yang akan diberikan tetap terjaga.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terbagi dua bagian.. Pertama merupakan kuesioner data demografi, yang berisi pernyataan mengenai data umum partisipan pada lembar pengumpulan data (kuesioner) berupa usia ibu, agama, suku bangsa, pendidikan terakhir, dan jumlah anak.


(35)

Kedua merupakan panduan wawancara berisi pertanyaan yang diajukan meliputi tentang pengalaman yang dialami ibu yang memiliki bayi prematur dengan jumlah pertanyaan enam soal.

F. Pengumpulan Data

Setelah mendapatkan izin dari ketua program studi D-IV bidan pendidik fakultas kedokteran USU Medan dan izin dari direktur rumah sakit umum pemerintah dr.Pirngadi Medan. Peneliti mengambil data melalui rekam medik masing- masing rumah sakit untuk memperoleh data calon partisipan. Setelah data diperoleh, peneliti melakukan pendekatan kepada calon partisipan dengan cara menghubungi calon partisipan untuk membuat janji pertemuan dan untuk mendapat persetujuan sebagai sampel penelitian.

Jika dalam waktu penelitian dijumpai ibu yang memiliki bayi premature yang bayinya sedang dirawat di rumah sakit tersebut, maka peneliti juga melakukan pendekatan kepada calon partisipan untuk mendapat persetujuan sebagai sampel penelitian. Setelah dilakukan pendekatan kepada calon partisipan dan tercapai kesepakatan diantara partisipan dan peneliti mengenai waktu pelaksanaan wawancara, maka peneliti akan melakukan wawancara dengan partisipan sesuai dengan waktu dan tempat yang telah disepakati bersama.

Partisipan mengisi pertanyaan yang terdapat pada lembar kuesioner data demografi sesuai dengan petunjuk masing-masing bagian. Dalam melakukan wawancara, peneliti merekam hasil wawancaradengan menggunakan handycam. Setelah selesai wawancara, peneliti membuat transkrip hasil wawancara, dan jika ada hal-hal yang kurang jelas akan dilakukan wawancara ulang.


(36)

Pengumpulan data telah selesai jika saturasi data tercapai, dalam arti bahwa dengan dilakukan wawancara dengan partisipan yang lain tidak akan ditemukan lagi hal-hal yang baru.

G. Analisa Data

Metode yang digunakan adalah metode Colaizzi. Adapun Colaizzi mendiskripsikan proses analisa yang digunakan secara rinci yang terdiri dari:

1. Membaca semua prosedur untuk memperoleh perasaan mereka.

2. Meninjau kembali setiap prosedur dan saring pernyataan-pernyataan penting. 3. Mengemukakan makna setiap pernyataan penting (misalnya runuskan

maknanya).

4. Mengorganisasi makna yang sudah dirumuskan ke dalam kelompok tema.

a. Membandingkan kembali kelompok-kelompok ini kepada prosedur aslinya untuk mengabsahkannya.

b. Mencatatat penyimpangan diantara berbagai kelompok, dengan menghindari pengabaian data atau tema yang tidak sesuai.

5. Mengintegrasikan hasil kedalam penjelasan luas tentang fenomena yang sedang diselidiki

6. Merumuskan penjelasan luas dari fenomena yang sedang diselidiki sebagai pernyataan diindentifikasi sespesifik mungkin.

7. Menanyakan partisipan tentang temuan-temuan ini sejauh mungkin sebagai langkah validasi akhir.(Polit, D.F., Hungler, B.P, 2001, hlm.393).


(37)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian fenomenologi ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan tentang pengalaman ibu yang memiliki bayi premature.

A. Hasil Penelitian

1) Karakteristik Responden a. Responden A

Responden A adalah seorang wanita berumur 30 tahun, beragama Kristen protestan, tingkat pendidikan terakhir ibu adalah Diploma I, pekerjaan ibu adalah ibu rumah tangga dan riwayat persalinannya adalah ini merupakan anak pertama dan proses persalinan melalui Sectio Caesarea (SC). Berat badan bayi

adalah 2150 gr. b. Responden B

Responden B adalah seorang wanita berumur 25 tahun, beragama islam, tingkat pendidikan terakhir ibu adalah Sekolah menengah umum (SMU), pekerjaan ibu adalah ibu rumah tangga dan riwayat persalinannya adalah ini merupakan anak pertama dan proses persalinan melalui pervaginam (spontan). Berat badan bayi adalah 1500 gr.


(38)

c. Responden C

Responden C adalah seorang wanita berumur 25 tahun, beragama islam, tingkat pendidikan terakhir ibu adalah sekolah menengah umum (SMU), pekerjaan ibu adalah ibu rumah tangga dan riwayat persalinannya adalah ini merupakan anak pertama dan proses persalinan melalui section caesarea (SC). Berat badan bayi adalah 2050 gr.

d. Responden D

Responden D adalah seorang wanita berumur 28 tahun, beragama Katolik, tingkat pendidikan terakhir ibu adalah Diploma III, pekerjaan ibu adalah perawat dan riwayat persalinannya adalah ini merupakan anak kedua dan melalui operasi caesar (SC). Anak yang pertama berumur 2 tahun dan memiliki riwayat prematur. Berat badan bayi adalah 2200 gr.

e. Responden E

Responden E adalah seorang wanita berumur 28 tahun, beragama Kristen protestan, tingkat pendidikan terakhir ibu adalah sekolah menengah umum (SMU), pekerjaan ibu adalah ibu rumah tangga dan riwayat persalinannya adalah ini merupakan anak keenam dan melalui operasi Caesar (SC). Anak pertama dan kedua sudah meninggal karena memiliki riwayat premature dan anak yang hidup berjumlah 4 orang. Berat badan bayi adalah 2150 gr.


(39)

f. Responden F

Responden F adalah seorang wanita berumur 24 tahun, beragama islam, tingkat pendidikan terakhir ibu adalah sekolah menengah umum (SMU), pekerjaan ibu adalah ibu rumah tangga dan riwayat persalinannya adalah ini merupakan anak pertama dan melalui sectio caesarea (SC). Berat badan bayi adalah 1550 gr. g. Responden G

Responden G adalah seorang wanita berumur 35 tahun, beragama islam, tingkat pendidikan terakhir ibu adalah sekolah menengah pertama (SMP), pekerjaan ibu adalah ibu rumah tangga dan riwayat persalinannya adalah ini merupakan anak ketiga memiliki riwayat kembar dan melalui pervaginam (spontan). Anak yang hidup berjumlah 4 orang. Berat badan bayi adalah 1700 gr.

Tabel 4.1 Karakteristik Partisipan Umur Range Mean 25-35 tahun 30 tahun Agama Islam K. Protestan K. Katolik 4 orang 2 orang 1 orang Pendidikan SMP SMA Perguruan Tinggi 1 orang 4 orang 2 orang Pekerjaan

Ibu Rumah Tangga (IRT) Perawat

6 orang 1 orang Riwayat Persalinan Lalu

Anak pertama Anak kedua Anal>2 4 orang 1 orang 2 orang Berat badan bayi

Range Mean

1500-2500 gr 2000 gr


(40)

2) Hasil wawancara

a. Penyebab kelahiran prematur

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan terhadap ketujuh partisipan melalui pengalaman ibu yang memiliki bayi premature, penyebab kelahiran prematur tersebut adalah preeklamsi atau hipertensi akibat kehamilan, kehamilan ganda, perdarahan pada kehamilan, ketuban pecah dini (KPD) dan awal persalinan yang mendadak.

1) Preeklamsi atau hipertensi akibat kehamilan

Partisipan mengatakan bahwa penyebab kelahiran prematur adalah preeklamsi atau hipertensi akibat kehamilan, hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan:

“ Penyebabnya adalah preeklamsi. Waktu umur 7 bulan mual-mual masih ada baru naik tensi waktu umur 7 bulan mual-mual masih ada baru naik tensi 130/90. Baru periksa lab hasilnya ada protein urin positif satu. Bulan ke delapan naik lagi menjadi 140/100, jalan delapan bulan dua minggu naik menjadi 150/110, makin naik tiap bulan dan mualnya masih terus.”

”Partisipan A” “ karena mengalami eklamsi, kejang-kejang dan mengalami kebutaan, saya dibawa kemari lalu diputuskan di operasi.Tensi saya waktu itu 180/120, harus menunggu dulu 120 per berapa gitu baru bisa dioperasi.”

“Partisipan F” “Pas umur 8 bulan mengeluarkan tanda mau melahirkan. Periksa sama bidannya, mau dioperasi karena katanya tekanan darah saya tinggi, sudah itu anak itu minta keluar, ya dah saya edankan.”


(41)

2) Kehamilan ganda

Partisipan mengatakan bahwa penyebab kelahiran premature adalah kehamilan ganda (kembar). Hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut ini:

“Anak yang pertama berat badannya 2500, jadi itu melintang dia diatas adeknya dibawah jadi selama dalam kandungan adeknya yang kasih abangnya makan.”

“Partisipan F” “Waktu diperiksa lagi kayaknya anaknya dua. Baru saya ditanya pernah USG, saya bilang saya gak pernah USG. Trus pas keluar kok satu, saya nanya urinya mana. Katanya urinya belum keluar satu lagi anaknya buk”

“Partisipan G” 3) Perdarahan pada kehamilan

Partisipan mengatakan bahwa penyebab kelahiran premature adalah perdarahan pada kehamilan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut ini:

“Plasenta previa. Waktu awal kehamilan sudah periksa ke dr. Harry, kata dr. Harry keadaan bayi baik, sampai umur 4 bulan periksa rutin masih bagus tidak nampak plasenta previa. Setelah perdarahan baru tahu plasenta ada di bawah. Jadi supaya semuanya aman, maka dr. Harry menyuruh saya ke Pirngadi saja.”


(42)

4) Ketuban Pecah Dini (KPD)

Partisipan mengatakan bahwa penyebab kelahiran premature adalah ketuban pecah dini (KPD). Hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut ini:

“umur 6 bulan jalan ke tujuh tiba-tiba ketuban saya pecah. Kencing-kencing aja hari itu lalu malamnya saya pergi berkusuk. Besoknya perut saya tambah sakit periksa ke bidan katanya sudah buka jalan dan malamnya saya melahirkan”

”Partisipan B” 5) Awal persalinan yang mendadak

Partisipan mengatakan bahwa penyebab kelahiran premature adalah awal persalinan yang mendadak. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut ini:

“Awalnya sih rencana melahirkan bulan 3 tapi sebelum waktunya sudah sakit. Saya pergi ke bidan dekat rumah katanya sudah mulai bukaan.Baru saya diperiksa dokter setelah dua hari centinya gak naik baru rasa nyeri yang saya rasakan tambah sakit jadi dokter mutusin di operasi aja”

“Partisipan C” b) Perasaan ibu melihat bayi pertamakali

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan terhadap ketujuh partisipan melalui pengalaman ibu yang memiliki bayi prematur, perasaan yang dialami ibu melihat bayi pertamakali yaitu senang, sedih, senang campur sedih, cemas, pasrah, takut, kecewa,dan khawatir.


(43)

1) Senang

Partisipan mengatakan bahwa perasaan ibu melihat bayi pertamakali adalah senang. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut ini:

“Senang juga lha, lebih cepat dari yang seharusnya, jadi gak lama-lama. Cuma was-wasnya bagaimana perawatan bayinya karena ini pertamakali”

”Partisipan A” ” Ya senanglah, nampaknya gak terpikir lagi bayinya kurang bulan atau tidak. Senanglah banyak kemungkinan dia sehat selalu.”

”Partisipan C” ” Istilahnya 25 % senang karena sama-sama selamat tapi 75% rasa khawatir karena melihat keadaan bayi.”

”Partisipan D” ” Saya nengoknya pas melahirkan, saya senang punya anak kembar. Walaupun seharusnya dia lahir sembilan bulan jadi delapan bulan, diikhlaskan saja dan saya senang aja.”

“ Partisipan G” 2) Sedih

Partisipan mengatakan bahwa perasaan ibu melihat bayi pertamakali adalah sedih. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut ini:

“Perasaan saya...karena waktu mau melahirkan bidannya bilang tidak ada harapan lagi, itu yang bikin sedih”

“ Partisipan B” 3) Senang campur sedih

Partisipan mengatakan bahwa perasaan ibu melihat bayi pertamakali adalah senang campur sedih. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut ini:

“Senang gitulah tapi sedih nengoknya. Sedihlah kalo nengok gitu, ya senanglah karena dapat anak.”


(44)

“Senanglah campur sedih Senang karena punya bayi kembar, yang sedihnya karena berat badannya gak sama dengan bayi normal.”

“ Partisipan F”

4) Cemas

Partisipan mengatakan bahwa perasaan ibu melihat bayi pertamakali adalah cemas. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut ini:

“Klo cemas ada karena pertamakali, Cuma klo ada mertua atau

saudara-saudara yang lain yang lebih tahu agak tenang gitu kita tanya ini gimana, itu gimana.

”Partisipan A”

5) Pasrah

Partisipan mengatakan bahwa perasaan ibu melihat bayi pertamakali adalah pasrah. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut ini:

“Perasaan saya pasrah aja. Kalo Tuhan mengizinkan ya hidup, kalo Tuhan mau ambil ya ambil.”

“Partisipan B” 6) Takut

Partisipan mengatakan bahwa perasaan ibu melihat bayi pertamakali adalah takut. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut ini:

“Memang pikiran langsung nanti cacat, ada rasa takut ya mudah-mudahan anak saya sehat.”


(45)

7) Kecewa

Partisipan mengatakan bahwa perasaan ibu melihat bayi pertamakali adalah kecewa. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut ini:

“kutengok badannya lembek kali. Sedikit ada rasa kecewa tapi gak bolehlah kan kita apakan, sama-sama anak kita kan gak boleh kita bandingkan si kakak sama si adik. Secara psikis agak jatuh mental gitu”

“ Partisipan D”

c. Perawatan bayi prematur

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan terhadap ketujuh partisipan melalui pengalaman ibu yang memiliki bayi premature, maka setelah diidentifikasi peneliti menemukan pengalaman ibu dalam merawat bayi premature adalah lampu 30 watt, botol-botol hangat, dan baby oil.

Partisipan mengatakan bahwa perawatan bayi premature adalah menggunakan lampu 30 watt, botol-botol hangat, dan baby oil. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut ini:

“Katanya kalo malam ditaruh lampu 30 watt biar hangat sama pake botol hangat di dekat bayi dan mandinya pake baby oil.”

“Partisipan B” ”Setau saya sih harus di lampu tapi karena anak saya sehat gak harus seperti itu kata dokter. Kalo anaknya kurang sehat atau sesak baru di lampu”


(46)

”istilahnya kalo bayi dibawah 2500 gr maka sebisa mungkin jangan kita mandikan pakai air, kalo bisa pake baby oil dulu. Karena minyak mengurangi penguapan suhu tubuh bayi. Setiap sore sehabis dimandikan dibuat botol panas diletakkan di bawah tilam. ”

”Partisipan D”

” Bila timbangan berat badannya belum pas dibawa pulang dari sini, ya caranya pake botol-botol dan pake lampu 30 watt”

“Partisipan F” “Bayinya nanti kurang panas, pake air di botol, pake lampu taunya itu

aja.” “Partisipan G”

d. Informasi tentang perawatan bayi prematur

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan terhadap ketujuh partisipan melalui pengalaman ibu yang memiliki bayi premature, maka setelah diidentifikasi peneliti menemukan pengalaman ibu memperoleh informasi tentang perawatan bayi premature adalah dokter atau tenaga kesehatan, tetangga, dan keluarga.

1) Dokter

Partisipan mengatakan bahwa ibu memperoleh informasi tentang perawatan bayi premature adalah dokter atau tenaga kesehatan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut ini:

“Tapi saudara juga banyak yang kerja di rumah sakit, jadi dikasih pengetahuan sama saudara-saudara itu.”


(47)

” Setau saya sih harus di lampu tapi karena anak saya sehat gak harus seperti itu kata dokter. Kalo anaknya kurang sehat atau sesak baru di lampu.”

”Partisipan C” 2) Tetangga

Partisipan mengatakan bahwa ibu memperoleh informasi tentang perawatan bayi premature adalah tetangga. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut ini:

“Saya mendapat informasi dari tetangga yang punya bayi premature juga”

“Partisipan F” “Saya tahu dari tetangga yang punya bayi premature.”

“ Partisipan G”

3) Keluarga

Partisipan mengatakan bahwa ibu memperoleh informasi tentang perawatan bayi premature adalah keluarga. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut ini:

”paling sama mertua aja belajarnya kan dah pengalaman punya anak lima.”


(48)

4) Lain-lain

”Tapi kalo dari oranglain sudah tahu, bagaimana cara perawatannya seperti dari nenek kawan saya yang sering merawat bayi prematur.”

”Partisipan B” ”Karena pengalaman kakaknya yang dulu lahirnya pun baik walaupun kurang bulan, dia bisa kami rawat seperti bayi biasa.”

“Partisipan D”

e) Persiapan ibu untuk merawat bayi prematur di rumah

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan terhadap ketujuh partisipan melalui pengalaman ibu yang memiliki bayi premature, maka setelah diidentifikasi peneliti menemukan persiapan ibu untuk merawat bayi premature di rumah adalah seperti bayi biasa, belum ada persiapan dan lain-lain.

1) Seperti bayi biasa

Partisipan mengatakan bahwa persiapan untuk merawat bayi premature di rumah adalah seperti bayi biasa. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut ini:

“Saya belum ada persiapan di rumah, yah seperti bayi biasa aja”

“ Partisipan A” ”Belum tahu, tapi kelengkapannya seperti bayi biasa.”

”Partisipan B”

”Seperti bayi biasa, mungkin lebih ekstra merawatnya daripada bayi-bayi yang lain.”

”Partisipan C” “Ya seperti biasa, karena setiap melahirkan mamak yang merawat bayi saya selama 2 bulan. Ya saya membantu merawat bayinya”


(49)

2) Belum ada persiapan

Partisipan mengatakan bahwa persiapan untuk merawat bayi premature di rumah adalah seperti bayi biasa. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut ini:

“Saya belum ada persiapan di rumah.”

“Partisipan G”

3) Lain-Lain

”Kalo yang ini mau tidak mau harus kami sediakan boks karena harus kita pikirkan keselamatan bayi ini terutama dari kakaknya. Karena kakaknya sedang dalam masa pertumbuhan, nanti sangkanya boneka. Jadi kami sediakan boks, susu dan botol susu juga perlengkapan mandi.”

”Partisipan D” “Persiapan saya di rumah memakai lampu 30 watt, memberikan air hangat dan mensterilkan kamar. “


(50)

2. Pembahasan

a. Penyebab Kelahiran Prematur

Penyebab utama kelahiran belum sepenuhnya dipahami dan pada sebagian kasus penyebabnya tidak diketahui. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terhadap kelahiran prematur dapat dilihat dari factor ibu, janin, p;asenta dan factor-faktor lainnya.

Dari hasil penelitian, peneliti menemukan penyebab kelahiran prematur 3 orang partisipan yaitu hipertensi atau preeklamsi. Penyebab kelahiran premature dari factor ibu yaitu toksemia gravidarum (preeklamsi dan eklamsi), kelainan bentuk uterus (uterus bikornis, inkompeten serviks), tumor (mioma uteri, sistoma), ibu yang menderita penyakit akut (mis.tifus abdominalis, malaria) dan kronis (mis.TBC, jantung), trauma pada masa kehamilan antaralain fisik (jatuh) dan psikologis (stres), usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, ibu-ibu yang sebelumnya telah melahirkan lebih dari 4 anak dan malnutrisi (Berhman, Kliegman, & Arvin, 2002, hlm 562).

Dari hasil penelitian, peneliti menemukan penyebab kelahiran prematur 2 orang partisipan karena kehamilan ganda dan 1 orang partisipan karena ketuban pecah dini (KPD). Penyebab kelahiran prematur dari faktor janin yaitu kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah dini (KPD), cacat bawaan, infeksi (mis. Ruberella, sifilis, toksoplasma), inkompatibilitas darah ibu dan janin (faktor rhesus, gol. darah ABO) (Berhman, Kliegman, & Arvin, 2002, hlm 562).


(51)

Dari hasil penelitian, peneliti menemukan penyebab kelahiran premature 1orang partisipan karena plasenta previa. Penyebab kelahiran prematur dari faktor plasenta yaitu plasenta previa dan solution plasenta. Dan ada satu orang partisipan dimana kelahiran premature disebabkan oleh factor lain yaitu awal persalinan yang mendadak.

Penyebab kelahiran prematur terbanyak dari 7 partisipan ialah diakibatkan oleh preeklamsi atau hipertensi dalam kehamilan (3 orang) dan kehamilan kembar (2 orang). Dua orang partisipan mengalami 2 penyebab yang sama yaitu akibat hipertensi dan kehamilan ganda, dimana salahsatu partisipan bahkan tidak mengetahui bahwa kehamilannya kembar.

Hal ini menunjukkan masih kurangnya kepedulian ibu-ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan antenatal. Dimana selama pemeriksaan antenatal diharapkan ibu dapat memberitahu jika ia mengalami tanda-tanda bahaya atau dapat terdeteksi oleh bidan sehingga dapat dilakukan pemeriksaan lebih lanjut sehingga dapat mencegah komplikasi yang terjadi selama kehamilan termasuk kelahiran prematur.

b. Perasaan ibu melihat bayi pertamakali

Berdasarkan hasil penelitian dari 7 partisipan, peneliti menemukan 4 responden mengatakan perasaan mereka senang melihat bayi prematur karena bayinya lebih cepat lahir dari semestinya. Ada 2 responden yang mengatakan senang campur sedih, mereka senang karena bayinya sudah lahir tetapi mereka sedih karena keadaan bayinya tidak seperti bayi normal. Perasaan-perasaan lain yang timbul berdasarkan pernyataan partisipan yaitu perasaan sedih, cemas, takut, kecewa dan pasrah.


(52)

Bayi prematur memiliki penampilan sangat berbeda dengan bayi cukup bulan. Tidak adanya lemak menimbulkan penampilan bayi yang kurus, seolah hanya terdiri dari kulit dan tulang saja. Apalagi dalam perawatan di rumah sakit bayi tampak dikelilingi dengan kabel-kabel dan peralatan rumah sakit yang membantu kelangsungan hidup bayi.

Karena dipengaruhi oleh rasa takut dan kurangnya informasi, ada ibu yang enggan melihat bayi prematurnya untuk pertama kali. Kengganan tersebut alamiah dan lazim ditemukan pada hari-hari pertama. Ini berakar pada rasa cemas dan takut. Ada ibu yang merasa khawatir mereka tidak bisa mencintai bayinya yang prematur. Kecemasan dan stres secara bersama dapat menghambat arus alamiah emosi yang mengalir di hatibanyak ibu. Tidaklah mengherankan, kecemasan karena lahirnya bayi prematur menghilangkan rasa gembira. (Glover, B., & Hodson, C., 1998, hlm.37)

Banyak ibu mengalami kegembiraan yang meluap ketika ia melihat bayi yang baru ia lahirkan, tetapi juga ditemukan kenyataan tentang adanya beberapa ibu yang tidak terlampau antusias dengan bayi yang ia lahirkan, baik bayi prematur atau yang cukup bulan. Ibu bayi prematur sangat kecil kemungkinannya merasakan kegembiraan yang meluap seperti kebanyakan ibu yang lain, karena adanya stres, rasa cemas dan rasa takut terhadap kemungkinan bayinya akan meninggal.

Menurut Sherr (1995), dari sudut pandang orangtua, bayi prematur menimbulkan berbagai kesulitan tinggi, terutama karena hasil untuk tiap bayi tidak pernah pasti. Pengalaman mereka, berdasar defenisi, terlalu dini dan sering terperangkap dalam kegawatan, panik, dan intervensi medis tinggi. Ketidakpuasan terhadap hasil bayi, pengalaman ini sering sangat membuat stres dan ada permasalahan jangka panjang.


(53)

c. Perawatan bayi prematur

Bayi prematur memerlukan perawata dan pengawasan ketat (intensif). Perawatan intensif dapat membantu bayi mengatasi hambatan atau kesulitan dalam upaya penyesuaian diri dengan kehidupan ekstrauteri.

Berdasarkan hasil penelitian dari 7 partisipan, peneliti menemukan bahwa perawatan bayi prematur yang diketahui oleh 5 partisipan adalah menjaga suhu tubuh bayi dengan menggunakan lampu 30 watt, botol-botol hangat dan baby oil.

Salah satu perawatan bayi prematur yaitu mengupayakan suhu lingkungan netral. Untuk mencegah akibat buruk dari hipotermi karena suhu lingkungan yang rendah atau dingin harus dilakukan upaya untuk merawat bayi dalam suhu lingkungan yang netral, yaitu suhu yang diperlukan agar konsumsi oksigen dan pengeluaran kalori minimal. Kedaan ini dapat dicapai bila suhu inti bayi (suhu tubuh tanpa berpakaian) dapat dipertahankan 36,6 – 37,5 derajat celcius. Suhu lingkungan yang netral dapat diupayakan melalui berbagai cara yaitu dengan memakai inkubator. Namun bila tidak ada inkubator, lingkungan bayi dapat dihangatkan dengan cara meletakkan botol berisi air panas di bagian samping kanan dan kiri bayi. Botol berisi air panas sebelum diletakkan dibungkus dengan kain atau handuk dan ditempatkan disisi keranjang, jangan sampai menyentuh atau terlalu dekat dengan tubuh bayi. Isi botol diganti setiap jam atau bila sudah tidak panas.

Bila ada sarana listrik untuk memberi lingkungan yang hangat dilakukan dengan menempatkan lampu pijardekat keranjang atau tempat tidur bayi pada tiga sisi dan ditempatkan sedemikian rupa sehingga dapat dimatikan dan dinyalakan secara terpisah.


(54)

Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan yang mengatakan perawatan bayi prematur adalah menggunakan lampu 30 watt, botol-botol hangat dan baby oil. (Surasmi, A., Handayani, S., & Kusuma, H.N, 2003, hlm 15).

Hal tersebut menunjukkan bahwa partisipan telah mengetahui salah satu perawatan bayi prematur tetapi sebenarnya masih banyak lagi perawatan yang harus dilakukan untuk merawat bayi prematur yang tidak diketahui orangtua terutama ibu agar bayinya dapat tumbuh dan berkembang baik.

d. Informasi tentang perawatan bayi

Pada masa sekarang sudah banyak rumah sakit yang menganjurkan agar para ibu melibatkan diri dalam melayani kebutuhan harian si bayi. UPKB mengajarkan para ibu apa yang dapat mereka lakukan, dimana menyimpan keperluan-keperluan, bagaimana cara memegang, menyentuh dan merawat bayi.

Dari hasil wawancara terhadap ketujuh partisipan dikatakan bahwa partisipan mendapatkan informasi dari tenaga kesehatan (2 orang), tetangga (3 orang), keluarga (1 orang) dan pengalaman merawat bayi prematur (1 orang).

Menurut Caplan (2002) individu lebih mau mendengarkan tenaga kesehatan ika isi pesan yang disampaikan berhubungan dengan keadaan dan pengalamannya. Karena itu penanganan krisis dapat menjadi pencegahan primer jika tenaga kesehatan dapat memfasilitasi adaptasi, pembelajaran dan pertumbuhan sehingga individu dapat melihat manfaat dari pengalamannya dan dapat menghadapi krisis yang mungkin terjadi pada masa yang akan datang menggunakan ketrampilan yang mereka pelajari.


(55)

Berdasarkan pengamatan peneliti di lapangan dan berdasarkan hasil wawancara informasi yang diterima partisipan dari tenaga kesehatan masih kurang. Dimana ibu-ibu yang memiliki bayi prematur selama perawatan bayinya di UPKB tidak pernah dilibatkan dan diajari bagaimana perawatan bayi prematur. Keterlibatan ibu hanya dalam pemberian ASI, sehingga ibu-ibu tersebut bingung dan tidak mengerti bagaimana cara merawat bayi prematur setelah nantinya mereka pulang ke rumah.

Menurut Calam (1999), akibat beratnya emosi dan kecemasan banyak orangtua tidak mampu menyerap informasi yang diberikan kepada mereka pada saat yang sangat stres tersebut. Pemberi asuhan harus siap untuk mengulang penjelasan dan berbicara dengan sensitif, dengan istilah yang mudah dipahami, mengenai kemungkinan yang terjadi, meskipun suram untuk bayi. Menurut Ballard (2002) menemukan bahwa neonatologis cenderung menunda permintaan orangtua bukan mematuhi keputusannya yang terbaik. Terutama sangat jelas bila orangtua dianggap penuntut.

Menurut Caplan (2002), pencarian informasi dirumuskan dalam tiga bagian: memperoleh informasi tentang krisis, menilai tindakan alternatif dan memperkirakan hasil akhir yang mungkin terjadi. Mencari dukungan dari keluarga, teman dan oranglain yang mampu menolong di masyarakat merupakan sumber kekuatan pada masa sulit.

e. Persiapan ibu untuk merawat bayi prematur di rumah

Berdasarkan hasil penelitian dari 7 p[artisipan, peneliti menemukan bahwa persiapan ibu untuk merawat bayi prematur di rumah yaitu 4 orang mengatakan seperti bayi biasa, 2 orang sudah ada persiapan dan 1 orang partisipan belum ada persiapan di rumah.


(56)

Kebanyakan orangtua sangat cemas membawa bayi dengan berat lahir rendah ke rumah, tetapi dokter tidak akan melepas bayi prematur ika dokter tidak yakin bayi siap dibawa pulang ke rumah. Sebelum pemulangan, bayi prematur harus dapat minum semua nutrisi melalui puting, botol atau buah dada. (Robinson D. C, 2002,hlm 83)

Pertumbuhan harus terjadi dengam penambahan yang stabilsekitar 10-30 gr/hari. Suhu harus stabil dalam tempat tidur terbuka. Tidak terdapat apnea atau bradikardia yang baru dan pemberian obat parenteral harus sudah dihentikan.

Kebutuhan bayi prematur pada umumnya tidak berbeda dengan kebutuhan bayi cukup bulan. Tetapi dibutuhkan persiapan sebelum kepulangan bayi di rumah. Dianjurkan kepada orangtua untuk dapat bertanya pada paramedis atau membaca buku tentang perawatan bayi.

Sebenarnya banyak hal yang harus diperhatikan dalam merawat bayi prematur di rumah. Yang harus diperhatikan adalah kehangatan bayi. Pada hari-hari pertama setelah bayi di rumah, pastikan bahwa ia diberi pakaian secukupnya dan tertutup kepalanya. Bayi harus selalu menggunakan topi yang hangat. Pemberian ASI yang adekuat dan teratur. Refleks menghisap dan menelan bayi prematur belum baik serta organ pencernaannya belum sempurna, maka pemberian makan bayi harus dilakukan secara hati-hati. (Berhman, Kliegman, & Arvin, 2002, hlm 571).

Menurut Anderson (1991), setelah pulang ke rumah, ibu dapat melakukan KMC ( Kangaroo Mother Care yaitu memberi sentuhan kasih dengan cara mirip kangguru menggendong anaknya sebagai pengganti inkubator dan alat penghanga. Dengan cara ini kondisi bayi prematur membaik, bayi merasa nyaman dan tenang.


(57)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

1. Hasil penelitian yang diperoleh peneliti dari ketujuh partisipan mengenai pengalaman ibu yang memiliki bayi prematur meliputi penyebab kelahiran prematur, perasaan ibu melihat bayi pertamakali, perawatan bayi prematur, informasi tentang perawatan bayi prematur dan persiapan ibu merawat bayi prematur di rumah.

2. Penyebab kelahiran prematur terbanyak dari 7 partisipan ialah diakibatkan oleh preeklamsi atau hipertensi dalam kehamilan (3 orang) dan kehamilan kembar (2 orang). Dua orang partisipan mengalami 2 penyebab yang sama yaitu akibat hipertensi dan kehamilan ganda, dimana salahsatu partisipan bahkan tidak mengetahui bahwa kehamilannya kembar.

3. Berdasarkan hasil penelitian dari 7 partisipan, peneliti menemukan 4 responden mengatakan perasaan mereka senang melihat bayi prematur karena bayinya lebih cepat lahir dari semestinya. Ada 2 responden yang mengatakan senang campur sedih, mereka senang karena bayinya sudah lahir tetapi mereka sedih karena keadaan bayinya tidak seperti bayi normal. Perasaan-perasaan lain yang timbul berdasarkan pernyataan partisipan yaitu perasaan sedih, cemas, takut, kecewa dan pasrah.


(58)

4. Perawatan bayi prematur dari 7 partisipan, peneliti menemukan bahwa perawatan bayi prematur yang diketahui oleh 5 partisipan adalah menjaga suhu tubuh bayi dengan menggunakan lampu 30 watt, botol-botol hangat dan baby oil.

5. Informasi tentang perawatan bayi prematur dari 7 partisipan dikatakan bahwa

partisipan mendapatkan informasi dari tenaga kesehatan (2 orang), tetangga (3 orang), keluarga (1 orang) dan pengalaman merawat bayi prematur (1 orang). 6. Persiapan ibu untuk merawat bayi prematur di rumah dari 7 partisipan, peneliti

menemukan bahwa persiapan ibu untuk merawat bayi prematur di rumah yaitu 4 orang mengatakan seperti bayi biasa, 2 orang sudah ada persiapan dan 1 orang partisipan belum ada persiapan di rumah.

B. Saran

1. Bagi tenaga kesehatan

Diharapkan bagi tenaga kesehatan terutama di bagian UPKB (Unit Perawatan Khusus Bayi) agar meningkatkan kemampuan dalam memberikan pelayanan kesehatan dan lebih aktif dalam memberikan pendidikan kesehatan kepada orangtua yang memiliki bayi prematur.

2. Bagi ibu yang memiliki bayi prematur

Diharapkan agar ibu yang memiliki bayi prematur lebih aktif dalam mencari informasi yang berkaitan tentang perawatan bayi prematur melalui tenaga kesehatan, buku atau sumber-sumber yang lain. Sehingga dapat meningkatkan kemampuan ibu merawat bayi prematur di rumah.

3. Bagi peneliti lanjut

Diharapkan bagi peneliti yang akan datang jika memilih metode penelitian kualitatif menjadi desain penelitian maka hendaknya mendalami teknik wawancara mendalam dan perlu melakukan pendekatan lebih lama sebelum melakukan wawancara untuk membina hubungan saling percaya dengan partisipan agar analisa data lebih valid.


(59)

DAFTAR PUSTAKA

Berhman, Kliegman, & Arvin. (2002). Ilmu Kesehatan Anak, Jakarta: EGC Briley, A., Mungeam, T. (2007). Ketika Si Kecil Lahir, Yogyakarta: ANDI Cunningham, FG. (2005). Obstetri Williams. Jakarta: EGC

Danim, S. (2002). Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia Bobak, M., et al. (2002). Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC


(1)

3. keadaan bayi baik, sampai umur 4 bulan periksa rutin masih bagus tidak nampak 4. plasenta previa. Memang sempat letak lintang, baru saya periksa ke dokter lain 5. baru dilakukan versi luar menjadi letak kepala gitu tapi gak nampak plasenta ada 6. di bawah. Setelah perdarahan baru tahu plasenta ada di bawah. Dr. Harri pun

agak

7. sedikit gak enak sama dokter ini. Jadi supaya semuanya aman, maka dr. Harry 8. menyuruh saya ke Pirngadi saja.

9. Pada saat itu ibu sudah melihat bayinya?

10. Tidak, hari ini saya baru lihat bayi saya.

11.Apa yang ibu rasakan pada saat pertamakali melihat bayi ibu?

12. Agak terenyuh lah. Padahal anak pertama pun prematur tapi dalam segi fisik anak

13. pertama prematur lahir tujuh bulan dua minggu tapi fisiknya lebih bagus daripada

14. bayi yang ini.

15.Bagaimana bayi ini ibu lihat pada saat pertamakalinya?

16. Kalo melihat bayi ini dah pakai infus, kuning, badannya lemas, jadi ada

17. perbandingan istilahnya koq yang ini seperti ini. Yang dulu aja istilahnya periksa 18. hamil gak seperti yang ini. Kalo yang ini periksa hamil rajin kali karena jarak 19. antara anak pertama dengan yang ini dekat kali jaraknya. Jadi usahakan periksa 20. hamil yang baik agar tidak terulang lagi ternyata terjadi lagi, kutengok badannya 21. lembek kali. Sedikit ada rasa kecewa tapi gak bolehlah kan kita apakan, sama- 22. sama anak kita kan gak boleh kita bandingkan si kakak sama si adik. Secara

psikis

23. agak jatuh mental gitu.

24.Bagaimana ibu mengurangi beban pikiran yang ibu rasakan?


(2)

26. Bagaimana kita mau menyehatkan bayi ini kalo kita sendiri tidak menerima. 27. kedua kita melakukan perawatan semaksimal mungkin untuk bayi ini istilahnya. 28. Supaya menjadi bayi yang sehat seperti yang kita harapkan. Dan yang ketiga 29. berdoa.

30.Apa ibu mendapat dukungan dari keluarga, teman, tetangga, dokter dan 31.perawat di rumah sakit?

32. Untuk saat ini semuanya baik dukungannya untuk kami, tetangga juga 33. mendukung dengan menjaga anak saya.

34.Apa saja yang sudah ibu pelajari untuk merawat bayi prematur?

35. Yang sudah saya ketahui untuk merawat bayi prematur, yang pertama menjaga 36. suhu tubuh bayi. Ituhal yang penting bagi perkembangan bayi karena dimana 37. kalo suhu tubuh bayi turun maka sistem tubuh bayi itu kurang bayi. Bila suhu 38. tubuh bayi turun dia sudah jelas kedinginan maka kurang juga keinginan untuk 39. menyusu. Dua ini saja sudah mempengaruhi perkembangan tubuh bayi. Jadi

itulah

40. pertama kita harus mempertahankan suhu tubuh bayi normal istilahnya kalo bayi 41. dibawah 2500 gr maka sebisa mungkin jangan kita mandikan pakai air, kalo bisa 42. pake baby oil dulu. Karena minyak mengurangi penguapan suhu tubuh bayi. Jadi 43. setiap sore sehabis dimandikan dibuat botol panas diletakkan di bawah tilam.

Jadi

44. suhunya tetap hangat, kalo hangat enak badannya itu jadi bayinya lebih tenang 45. lagi. Yang kedua melakukan pemijatan bayi. Waktu dulu tempat saya bekerja 46. sebagai perawat di Bandung dulu, pemijatan bayi sehat dan bayi aterm dilakukan 47. secara rutin.

48.Jadi apa saja yang sudah ibu lakukan untuk persiapan merawat bayi prematur di rumah?

49. Karena pengalaman kakaknya yang dulu lahirnya pun baik walaupun kurang 50. bulan, dia bisa kami rawat seperti bayi biasa. Kami tidak siapkan boks, biar bila


(3)

51. nangis mudah kami ambil. Tapi kalo yang ini mau tidak mau harus kami sediakan

52. boks karena harus kita pikirkan keselamatan bayi ini terutama dari kakaknya. 53. Karena kakaknya sedang dalam masa pertumbuhan, nanti sangkanya boneka.

Jadi

54. kami sediakan boks, susu dan botol susu juga perlengkapan mandi.

55.Jadi bagaimana perasaan kakak sekarang dan apa yang akan kakak lakukan selanjutnya?

56. Kalo yang ini kayaknya harus lebih berjuang untuk merawatnya kalo ditengok 57. keadaannya sekarang. Kalo yang dulu lahirnya walaupun sempat tidak menangis 58. dan di inkubator tapi ditengok secara fisik aktif, bagus tapi yang ini digendong 59. tidur, loyo.

60.Jadi bagaimana perasaan kakak sekarang?

61. Kalo dibilang sedih tidak tapi kalo dibilang senang juga gak tapi khawatir.

62. Istilahnya 25 % senang karena sama-sama selamat tapi 75% rasa khawatir karena

63. melihat keadaan bayi. Karena pengalaman anak pertama pun prematur jadi rasa 64. sedih itu hilang, tapi rasa khawatir yang timbul.

PARTISIPAN KELIMA

NAMA : Ny. TH

UMUR : 28 TAHUN

PENDIDIKAN : SMA PEKERJAAN : IRT


(4)

1. Apa penyebab ibu melahirkan bayi prematur?

2. Saya dioperasi karena urinya lengket. Pertama diperiksa di dokter katanya 3. plasentanya di bawah. Pertamanyakan perdarahan saya dibawa ke rumah sakit 4. Estomihi diopname disana 3 hari sampai berhenti perdarahan ini, baru saya 5. pulang. Di rumah keluar lagi baru dibawa ke rumah sakit Bakti, disana diperiksa 6. dokter katanya harus dikeluarkan sekarang juga karena darahnya sudah banyak 7. keluar takutnya nanti gak tertampung lagi. Di ruang operasi kan ada kesepakatan 8. mau ditutup sekalian steril baru pas dioperasi katanya urinya lengket pembuluh 9. darah itu pecah jadi disitu dipanggil abang kalo ini dah berbahaya jadi dibilang 10. dokter itu berdoa ajalah. Jadi gak jadilah di steril, Cuma dioperasi aja.

11.Pada waktu itu operasi ibu dibius total atau setengah sadar?

12. Saya dibius setengah sadar.

13.Kapan ibu melihat bayinya? Waktu operasi ibu sudah melihat bayinya?

14. Belum, sudah empat kali, pada waktu mau pulang, bayi saya ditahan untuk 2 hari.

15. Katanya dibawa keruang bayi disitulah saya nengok bayi saya.

16.Bagaimana perasaan ibu melihat bayinya pertamakali?

17. Senang gitulah tapi sedih nengoknya

18.Bagaimana ibu melihat keadaan bayinya?

19. bayi saya aktif bergerak-gerak dia.

20.Apa ibu sudah menyusui?

21. Belum bisa karena saluran pernafasannya jadi makan lewat selang.

22.Apakah ibu sudah menggendong bayinya?


(5)

24.Bagaimana perasaan ibu?

25. Sedihlah kalo nengok gitu, ya senanglah karena dapat anak. Ya kan .

26.Bagaimana ibu mengurangi beban pikiran yang ibu rasakan?

27. Ya gak dipikirin kesanalah, gak terlalu difokuskan. Dicarilah yang lain, diajak 28. ngobrol-ngobrol yang lain.

29.Apakah ibu mendapat dukungan dari suami, keluarga dan dokter di rumah 30.sakit?

31. Kalo dari suami katanya kita kan dah berusaha, apa pun akan kita lakukan. Ya 32. kita gak nyerah gitu aja.

33. Bagaimana dukungan dari keluarga?

34. Dukungan dari keluarga lain gimana ya, sama aja dukungannya lewat doa.

35.kalo dari dokter dan perawat di rumah sakit gimana?

36. Ya, kalo informasinya paling kalo mau periksa darah kita bertanya karena kita 37. kan mau tahu penyakitnya, tes darah pertama katanya karena sesak itu aja karena 38. banyak mengeluarkan darah sesak katanya pernafasannya. Dua hari itu

ditransfusi

39. darah katanya bayinya dah pucat.

40.Jadi tentang perawatan bayinya ada ibu ketahui?

41. Gak ada, gak pernah kesana. Jadi baru tadi nengok bayinya lagi.

42.Kenapa ibu gak pernah nengok bayinya?

43. Ya karena saya, kontrol aja dah gak enak perasaannya jadi habis kontrol aja saya 44. demam gak tahan badannya.

45.Jadi apa saja yang sudah ibu pelajari untuk merawat bayi prematur?

46. belum ada

47.Ini sudah anak keberapa, apa ada anak ibu sebelumnya yang prematur?


(6)

49. anak kedua dan sudah berumur 18 tahun. Ini anak keempat yang hidup, saya 50. melahirkan sudah enam kali. Semua yang prematur itu meninggal waktu umur 51. kehamilan 6 bulan dan 7 bulan.

52.Jadi bayi yang prematur dulu sempat dibawa ke rumah?

53. gak meninggal di rumah sakit jadi belum sempat dirawat di rumah.

54.Dari pengalaman ibu yang pernah memiliki bayi prematur, jadi ibu pasti 55.ingin tahu bagaimana merawat bayi prematur?

56.Tidak ada

57.Jadi selama 2 minggu ini ada tanya sama keluarga, tetangga dan orang lain ?

58. Ada dulu tetangga anaknya prematur dan dirawat di rumah sakit selama 2 bulan. 59. tapi saya gak tahu bagaimana perawatan bayinya.

60.Jadi apa yang sudah ibu siapkan untuk merawat bayi prematur?

61. Saya belum tahu sama sekali bagaimana merawat bayi prematur, karena ini baru 62. pertamakali.

63.Misalnya nanti bayi ibu dibawa ke rumah, bagaiman ibu merawat bayinya?

64. Ya sepert bayi biasa, karena setiap melahirkan mamak yang merawat bayi saya 65. selama 2 bulan. Ya saya membantu merawat bayinya.