kesehatan dan petugas kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung PP- ASI, gencarnya promosi susu formula dan ibu bekerja Arimurti, 2007.
Dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia pada tahun 1997, cakupan ASI Eksklusif masih 52. Bahkan menurut Sensus Dasar Kesehatan
Indonesia, pemberian ASI Ekslusif terus menurun. Pada tahun 1997 sebesar 42,4; kemudian turun menjadi 39,5 pada tahun 2003.
Di sisi lain, Infeksi Saluran Pernafasan Atas ISPA masih menjadi penyebab kematian balita nomor satu di Tanah Air. ISPA mengakibatkan
sekitar 20 - 30 kematian balita Depkes RI, 2000. ISPA juga merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien pada sarana kesehatan.
Sebanyak 40 - 60 kunjungan berobat di Puskesmas dan 15 - 30 kunjungan berobat di bagian rawat jalan dan rawat inap rumah sakit
disebabkan oleh ISPA Dirjen P2ML, 2000. Menurut Kartasasmita 2003 setiap 4 menit terjadi 1 kematian balita akibat ISPA. Bahkan sejak tahun 2000
angka kematian balita akibat ISPA ialah 5 per 1.000 balita. Bayi usia 0 – 11 bulan yang tidak diberi ASI mempunyai risiko 5 kali lebih besar meninggal
karena ISPA dibandingkan dengan bayi yang memperoleh ASI Ekslusif. Upaya penanggulangan ISPA sesungguhnya telah dilakukan sejak tahun
1984, dengan target menurunkan angka kematian balita menjadi 3 per 1.000 balita dalam tahun 2004. Namun penanggulangan ISPA melalui program
Manajemen Terpadu Balita Sakit MTBS ini masih menemui banyak kendala Kartasasmita, 2003.
Berdasarkan hal - hal tersebut,telah menimbulkan ketertarikan peneliti untuk melakukan suatu penelitian.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Bagaimana riwayat ASI Eksklusif pada balita ISPA ? ”
Universitas Sumatera Utara
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui riwayat ASI Eksklusif pada balita yang menderita ISPA.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui cakupan penggunaan ASI Eksklusif pada balita yang menderita ISPA.
2. Mengetahui klasifikasi ISPA yang sering diderita balita yang menderita ISPA.
3. Mengetahui rentang usia dimana ISPA sering terjadi pada pasien balita.
4. Mengetahui distribusi jenis kelamin balita yang menderita ISPA.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai: 1. Menimbulkan minat bagi peneliti dan akademisi lain untuk makin
memperbanyak penelitian di bidang ini. 2. Memberikan informasi tambahan bagi pengambil kebijakan kesehatan
serta sebagai laporan mengenai tingkat pelaksanaan ASI Eksklusif di masyarakat.
3. Memberikan informasi bagi sarana pelayanan kesehatan agar lebih baik dalam memberikan penyuluhan pemberian ASI Eksklusif pada ibu – ibu
yang baru melahirkan. 4. Menambah kesadaran pada ibu – ibu mengenai manfaat ASI Eksklusif
bagi kesehatan bayi.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. ASI 2.1. 1. Pengertian ASI Eksklusif
ASI Eksklusif merupakan pemberian ASI pada 6 bulan pertama tanpa disertai pemberian makanan atau minuman apapun WHO,
2001.
2.1.2. Komposisi ASI
Menurut Suraatmaja 1997 ASI merupakan suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose dan garam – garam organik yang
disekresi oleh kelenjar payudara ibu. Komposisi ASI ternyata tidak konstan dan tidak sama dari waktu ke waktu. Ada beberapa faktor
yang mempengaruhi komposisi ASI yaitu stadium laktasi, ras, keadaan nutrisi, serta diet ibu.
Air susu ibu menurut stadium laktasi:
a. Kolostrum
Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar payudara, mengandung tissue debris dan residual
material yang terdapat dalam alveoli dan duktus dari kelenjar payudara sebelum dan setelah masa puerperium.
Kolostrum disekresi dari hari 1 sampai hari 3-4. Komposisi dari kolostrum selalu berubah. Bersifat viscous dengan warna
kekuning – kuningan, lebih kuning daripada ASI matur.Kolostrum juga merupakan pencahar yang ideal untuk membersihkan
mekonium dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan bayi bagi makanan yang akan datang.
Mengandung lebih banyak protein serta antibodi yang dapat
Universitas Sumatera Utara