DEFINISI OPERASIONAL METODE PENELITIAN

dan merealisasikan nilai-nilai agama secara bersama-sama. Disinilah masyarakat terintegrasi sebagaimana yang di kemukakan oleh Talcott Parsons.

2.7 DEFINISI OPERASIONAL

Definisi Operasional dimaksudkan untuk mempermudah pengertian terhadap fenomena yang ada sehingga dapat menjadi panduan bagi peneliti untuk menindak lanjutin fenomena tersebut. Beberapa konsep penting yang terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Hukum Islam adalah seperangkat peraturan berdasarkan wahyu Allah dan sunnah Rasul tentang tingkah laku manusia dan keseluruhan bangunan dari peraturan dalam agama Islam baik lewat syari’at, fikih, dan pengembangannya seperti fatwa, qanun, qiyasah dan lain-lain.

2. Syari’at Islam ialah seperangkat peraturan atau tutunan ajaran islam

tentang kehidupan, yaitu ‘’susunan, peraturan dan ketentuan yang di Syari’atkan oleh Tuhan dengan lengkap atau pokoknya saja, supaya manusia mempergunakannya dalam mengatur hubungan dengan Tuhan, hubungan dengan saudara seagama, hubungan dengan saudaranya sesama manusia serta dengan alam besar dan kehidupan. 3. Qanun: Peraturan pemerintah daerah Nanggro Aceh Darussalam yang di Hidupkan kembali setelah hilang beberapa Tahun lamanya 4. Kontrol Sosial Merupakan semua proses yang ditempuh dan sarana yang digunakan oleh masyarakat untuk membatasi kemungkinan terjadinya Universitas Sumatera Utara penyimpangan dan pelanggaran-pelanggaran norma sosial oleh individu warga masyarakat. 5. Pengendalian sosial social Kontrol adalah berbagai cara yang digunakan masyarakat untuk menertibkan anggota yang membangkang yaitu dengan membujuk, memperolok-olok, mendesas-desuskan, mempermalukan dan mengucilkan, atau pun dipaksa untuk menyesuaikan diri pada kebiasaan dan nilai hidup kelompok 6. Meunasah adalah suatu tempat yang digunakan masyarakat gampoeng yang mempunyai banyak fungsi diantara lain sebagai tempat melaksanakan shalat lima waktu, mendamaikan orang bersengketa, tempat pengajian, melaksanakan acara rapat, dll. 7. Gampong adalah Kesatuan masyarakat hukum yang merupakan organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah mukim yang menempati wilayah tertentu, dipimpin oleh Keuchik dan yang berhak menyelenggarakan urusan rumah tangganya sendiri. 8. Wilayatul Hisbah Polisi Syari’at Islam adalah pemberi ingat dan badan pengawas yaitu bertugas mengawasi, membina, dan melakukan advokasi terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan bidang Syari’at Islam dalam rangka melaksanakan amar ma’ruf nahi mungkar Perda, 2006: 179 9. Keuchik adalah Kepala Badan Eksekutif Gampong dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Gampong Qanun, No.5 Tahun 2003 10. Khamar dan sejenisnya adalah minuman yang memabukkan, apabila dikonsumsi dapat menyebabkan terganggu kesehatan, kesadaran, dan daya pikir Qanun 12 03, ps 1 angka 20 Universitas Sumatera Utara 11. Maisir Perjudian adalah kegiatan dan atau perbuatan yang bersifat taruhan antara dua pihak atau lebih dimana pihak yang menang mendapatkan bayaran Qanun 1303,ps 1 angka 20 12. Khalwatmesum adalah perbuatan bersunyi-sunyi antara dua orang mukallaf atau lebih yang berlainan jenis yang bukan muhrim atau tanpa ikatan perkawinan Qanun 1403,ps 1 angka 20. 13. Berbusana Islami adalah suatu kewajiban bagi umat muslim untuk menutup aurat bagian anggota badan yang haram di perlihatkan kepada orang lain yang bukan muhrim 14. Shalat Jum’at adalah suatu kewajiban bagi laki-laki dewasa yang dilaksanakan pada setiap hari jum’at dengan berjama’ah. 15. HukumanSanksi adalah suatu tindakan yang di berikan kepada si pelanggar qanun, dalam bentuk peringatan, penjara, cambuk, denda uang dengan tujuan masyarakat dapat memetuhi qanun. Universitas Sumatera Utara

BAB III DESKRIPTIF LOKASI

3.1 Penerapan Syari’at Islam di Nanggroe Aceh Darussalam NAD

Penerapan Syari’at Islam di Nanggoe Aceh Darussalam NAD secara Formal dalam istitusi pemerintah dengan terbitnya Peraturan Daerah Nomor 5 tahun 2000 tentang Pelaksanaan Syari’at Islam. Pemberlakuan syari’at Islam di NAD bahkan telah di isyaratkan sejak tahun 1999, pada masa pemerintahan Presiden B.j.Habibie, dengan diberlakukannya UU-RI Undang-Undang Republik Indonesia nomor 44 tahun 1999 tentang penyelenggaraan keistimewaan Provinsi daerah Istimewa Aceh yang mengandung unsur pelaksanaan Syari’at Islam bagi pemeluknya. Pemberlakuan Syari’at Islam di NAD bahkan semakin konkrit dan tersistem dengan keluarnya UU-RI Nomor 18 tahun 2001 tentang Otonomi Khusus, sekaligus mengubah Provinsi daerah Istimewa Aceh Menjadi Nanggroe Aceh Darussalam. Berdasarkan Perda Nomor 5 tahun 2000 pasal 5 ayat 2 dinyatakan bahwa pelaksanaan Syari’at Islam di Aceh Meliputi aspek yang luas yaitu Aqidah, Ibadah, muamalah, Akhlak, pendidikan dan dakwah Islamiyah, Baitul Mal, Kemasyarakatan, Syi’ar Islam, pembelaan Islam, Qadha, Jinayat, Munakahat, dan mawaris. Dengan landasan konstitusional UU Nomor 44 tersebut dan UU Nomor 18 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Namggroe Aceh Darussalam serta keputusa Presiden Nomor 11 tahun 2003 tentang Mahkamah Universitas Sumatera Utara