14
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Masuknya bakteri ke pulpa sering disebabkan oleh proses lanjutan dari karies. Infeksi yang berlangsung terlalu lama memungkinkan bakteri berpenetrasi ke kamar
pulpa dan saluran akar melalui tubulus dentin yang terbuka karena proses karies tersebut.
1
Interaksi dan produksi toksin oleh bakteri pada saluran akar dapat menyebabkan terjadinya infeksi endodontik.
Sundqvist menemukan sejumlah bakteri anaerob seperti Enterococcus faecalis E.faecalis, Streptococcus anginosus, Bacteroides gracilis, dan Fusobacterium
nucleatum pada perawatan saluran akar yang gagal.
2
Penelitian menunjukkan bahwa dari 100 pengisian saluran akar yang gagal disertai periodontitis apikalis, terdapat
bakteri fakultatif sebanyak 69 dan 50 diantaranya merupakan enterococci. Walaupun Enterococcus biasanya ditemukan pada saluran akar yang tidak dirawat
dalam jumlah sedikit, bakteri ini sering ditemukan pada perawatan saluran akar yang gagal dan dapat menyebabkan infeksi saluran akar yang persisten.
2
E.faecalis bertanggung jawab terhadap 80-90 infeksi saluran akar oleh enterococci dan
biasanya merupakan satu-satunya spesies Enterococcus yang diisolasi dari saluran akar yang telah diisi.
19
Menurut taksonominya,
E.faecalis termasuk Kingdom Bacteria, Filum Firmicutes, Famili Enterococcaceae, Genus Enterococcus, Spesies Enterococcus
faecalis.
20
Virulensi bakteri ini disebabkan kemampuannya dalam pembentukan
Universitas Sumatera Utara
15
kolonisasi pada host, bersaing dengan bakteri lain, resisten terhadap mekanisme pertahanan host dan menghasilkan perubahan patogen baik secara langsung maupun
tidak langsung.
17
Faktor-faktor virulen yang berperan adalah komponen agregation substance AS, surface adhesins, sex pheromones, lipoteichoic acid LTA,
extraceluller superoxide production ESP, gelatinase lytic enzyme, hyalurodinase, dan cytolysin toxin.
18
E.faecalis terbukti dapat bertahan hidup di dalam saluran akar sebagai organisme tunggal dan resisten terhadap bahan-bahan antimikrobial yang
umum digunakan sehingga sulit dieliminasi dari saluran akar secara sempurna.
17
Persistensi bakteri memegang peranan penting terhadap timbulnya kegagalan perawatan saluran akar. Salah satu tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah
dengan proses chemomecanical cleansing. Ini merupakan kombinasi dari tindakan instrumentasi mekanis dan pengaliran bahan kimia yang bertujuan untuk membunuh
bakteri, pembersihan dan pembentukan saluran akar. Sifat irigan yang ideal yaitu mampu melarutkan jaringan atau debris khususnya pada daerah yang tidak terjangkau
instrumen, toksisitas rendah, tegangan permukaan rendah, pelumas alat endodontik, dapat membuang smear layer, membunuh mikroba, dan ekonomis.
2
Irigan yang paling sering digunakan adalah kombinasi NaOCl dan EDTA. NaOCl dapat melarutkan jaringan pulpa, sebagai lubrikan alat endodontik, harganya
murah dan mudah didapat. Namun bahan ini bersifat toksik, tidak dapat mencapai 13 apikal dan dapat menyebabkan korosi alat endodontik yang terbuat dari baja karbon.
3
Oleh karena itu, maka dicari bahan irigasi saluran akar yang terbuat dari bahan alami yang memiliki kadar toksisitas rendah tetapi mempunyai daya antibakteri yang baik.
Universitas Sumatera Utara
16
Kecenderungan masyarakat kembali memakai bahan alami dikenal sebagai New Green Wave, gerakan ini berupaya
menggunakan kembali obat-obatan tradisional yang ramuannya dari bahan alami yang didapat dari alam biofarmaka.
5
Hal ini juga sesuai dengan fokus area rencana pembangunan jangka menengah RPJM 2004-2009 mengenai teknologi kesehatan dan obat-obatan yang program
utamanya berupa penerapan teknologi produksi yang ramah lingkungan, meningkatkan pengelolaan kelestarian pemanfaatan sumber daya alam dan iklim
global, karena limbah dari obat-obatan berbahan dasar alami akan lebih mudah diurai
daripada limbah bahan-bahan sintetis yang dapat merusak jaringan hidup dan membutuhkan waktu yang sangat lama agar terurai secara sempurna.
6
Buah lerak Sapindus rarak DC menjadi salah satu alternatif bahan alami yang dapat dikembangkan sebagai bahan irigasi saluran akar. Secara tradisional buah
ini digunakan untuk mencuci kain batik, sebagai sabun wajah untuk mengurangi jerawat, obat eksim dan kudis.
7,8
Penelitian membuktikan bahwa ekstrak lerak 0,01 mempunyai efek antibakteri terhadap Streptococcus mutans dan efek antifungal
terhadap Candida albicans lebih baik daripada NaOCl 5 .
9,10
Sedangkan terhadap Fusobacterium nucleatum, ekstrak lerak mempunyai efek antibakteri dengan nilai
Minimum Inhibitory Concentration MIC dan nilai Minimum Bactericidal Concentration MBC 0,25 , serta saponin buah lerak 0,01 .
11
Saponin merupakan kandungan utama dari buah lerak yang sifatnya seperti deterjen. Penelitian menunjukkan bahwa pada 100 gram daging buah lerak terdapat
20 gram 20 saponin yang memiliki efek antibakteri terhadap S.pyogenus pada MIC 0,75 mgml, dan 50 mgml untuk S.aureus,
14
sedangkan pada penelitian lain
Universitas Sumatera Utara
17
terdapat ± 10 gram 17,5 saponin dari 175 gram daging buah lerak, yang pada konsentrasi 0,008 dapat membersihkan dinding saluran akar lebih baik dari NaOCl
5 yang umum digunakan di praktek.
15
Dari uraian di atas, dapat dilihat bahwa walaupun sudah ada penelitian untuk mengetahui efek antibakteri ekstrak lerak terhadap S.mutans dan F.nucleatum, serta
efek antifungal terhadap C.albicans, namun belum ada penelitian efek antibakteri ekstrak lerak terhadap E.faecalis sebagai bakteri yang sulit dieleminasi dari saluran
akar dan resisten terhadap antimikrobial yang umum digunakan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian efek antibakteri ekstrak lerak terhadap E.faecalis dengan
menentukan nilai Minimum Inhibitory Concentration MIC dan Minimum Bactericidal Concentration MBC.
1.2 Rumusan Masalah