Pembuatan media bakteri Pembiakan spesimen Penentuan MIC bahan coba Penentuan MBC bahan coba

40 Gambar 12. Simplisia di dalam perkolator. Gambar 13. Vaccum rotavapor.

4.7.2 Pembuatan Suspensi Bahan Uji

Ekstrak lerak dalam pelarut etanol ditimbang menggunakan electronic balance dan massanya disesuaikan dengan konsentrasi yang diinginkan dengan cara dilarutkan dengan media Mueller Hinton Broth. Ekstrak lerak dalam pelarut etanol dimulai dari konsentrasi 100 karena belum diketahui konsentrasi ekstrak yang mampu menghambat pertumbuhan E.faecalis, jadi pengujian dimulai pada konsentrasi terbesar. Kemudian dilakukan pengenceran berganda, diperoleh konsentrasi 50 , 25 dan 12,5 . Masing-masing konsentrasi dimasukkan ke dalam tabung dan diberi label.

4.7.3 Pembuatan media bakteri

Sebelum spesimen dibiakkan, terlebih dahulu dibuat media MHA Gambar 14. Sebanyak 12 gram MHA dilarutkan dalam 240 ml akuades untuk 40 petri 20 mlpetri, lalu dipanaskan di atas tungku pemanas magnetik sampai mendidih. Setelah masak, media disterilkan dalam autoklaf selama 15 menit dengan tekanan 2 atm dan Universitas Sumatera Utara 41 suhu 121 C, lalu simpan dalam lemari pendingin. Jika akan digunakan, media dipanaskan kembali hingga mendidih lalu dituang ke dalam petri. Gambar 14. Media Mueller Hinton Agar Difco, USA

4.7.4 Pembiakan spesimen

E.faecalis yang digunakan adalah spesimen stem sel E.faecalis ATCC 29212 yang dibiakkan secara murni pada media MHA dalam suasana anaerob hingga didapatkan pertumbuhan yang sehat, yang berarti bahwa bakeri tumbuh subur. Ambil beberapa koloni bakteri lalu diencerkan dengan larutan NaCl 0,9 hingga konsentrasi 10 8 CFUml CFU: Colony Forming Unit atau setara dengan 0,5 Mc Farland Standard.

4.7.5 Penentuan MIC bahan coba

Konsentrasi ekstrak lerak dalam pelarut etanol yang diuji dalam penelitian ini adalah 100 , 50 , 25 dan 12,5 . Dari masing-masing konsentrasi tersebut diambil 1 ml lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu tambahkan 1 ml suspensi bakteri dengan menggunakan mikropipet ke dalam masing-masing tabung bahan coba Universitas Sumatera Utara 42 tersebut kemudian divorteks, lalu diinkubasi pada suhu 37 C selama 24 jam pada inkubator CO 2 . Kemudian amati kekeruhan yang terjadi dengan membandingkan tabung-tabung tersebut dengan kontrol untuk menentukan nilai MIC. Tabung dengan kekeruhan yang mulai tampak jernih untuk setiap kelompok perlakuan merupakan MIC yaitu konsentrasi minimal bahan coba yang mampu menghambat pertumbuhan E.faecalis dalam media perbenihan setelah diinkubasi 24 jam dan tidak tumbuh koloni bakteri dalam media tersebut.

4.7.6 Penentuan MBC bahan coba

Dari semua konsentrasi bahan coba yang diuji ternyata pada larutan ekstrak lerak tidak dapat terlihat larutan yang mulai tampak jernih dan tidak representatif untuk diukur sehingga semua kelompok larutan dilanjutkan dengan penghitungan jumlah koloni bakteri. Dari hasil prosedur penentuan nilai MIC diperoleh 4 kelompok yang dilanjutkan dengan penghitungan jumlah koloni menggunakan metode Drop Plate Mills Mesra, yaitu ekstrak lerak dalam pelarut etanol 100, 50, 25 dan 12,5. Dengan metode ini dapat dihitung jumlah bakteri hidup yang telah disuspensikan dalam bahan coba, sehingga dapat ditentukan penyebab kekeruhan dalam media uji, apakah karena bahan coba, pertumbuhan kuman yg cepat, atau karena tumpukan sel bakteri mati. Setelah diinkubasi pada prosedur penentuan MIC, bahan coba dengan konsentrasi seperti di atas divorteks dan diambil 50 µl untuk tiap konsentrasi lalu diteteskan ke dalam media padat Mueller Hinton Agar, direplikasi 6 petri, diamkan selama 15-20 menit sampai kering kemudian diinkubasi dalam inkubator CO 2 dengan suhu 37 C selama 24 jam. Kemudian jumlah koloni bakteri dihitung dengan prinsip Universitas Sumatera Utara 43 satu sel bakteri hidup bila dibiakkan pada media padat akan tumbuh menjadi satu koloni bakteri. Apabila bentuk koloni melebar dianggap berasal dari satu koloni, bila bentuknya dua koloni bersinggungan dianggap sebagai dua koloni. Setelah dihitung jumlah koloni bakteri pada masing-masing tetesan, dibuat rata-ratanya dan dikalikan dengan faktor pengenceran dan faktor pengali. Oleh karena pada penelitian konsentrasi yang dilakukan perhitungan jumlah koloni bakteri merupakan konsentrasi awal sebelum dilakukan dilusi maka faktor pengenceran x1, selain itu karena pada penetesan suspensi bahan coba dan bakteri pada media padat sebanyak 50 µl, maka hasil perhitungan harus dikali dengan faktor pengali 20 untuk mendapatkan hasil sesuai satuan standar CFUml. 4.8 Analisa Data Data hasil penelitian ini tidak dilakukan uji secara statistik karena data yang diperoleh adalah jumlah bakteri yang mati seluruhnya sehingga hasilnya 0, artinya tidak dijumpai pertumbuhan bakteri dalam media perbenihan atau bakteri yang berkontak dengan bahan coba 100 mengalami kematian. Universitas Sumatera Utara 44

BAB 5 HASIL PENELITIAN

5.1 Ekstrak kental Lerak

Daging buah lerak yang telah dikeringkan dan dihaluskan 520 gram diekstraksi, diperoleh ekstrak kental berwarna coklat kehitaman Gambar 15, disimpan dalam wadah kaca tertutup dan diletakkan di tempat yang sejuk. Gambar 15. Ekstrak kental lerak

5.2 Uji Efektifitas Antibakteri

Setelah dilakukan prosedur pengujian efek antibakteri, pada bahan coba ekstrak kental lerak 25 tidak dijumpai pertumbuhan bakteri dalam media perbenihan yang berarti bahwa semua bakteri Enterococcus faecalis mati. Sedangkan pada penentuan MIC, kekeruhan tabung tidak berubah sehingga dianggap tidak representatif untuk mengukur nilai MIC. Oleh karena itu, nilai MIC tidak dapat diketahui. Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Afrika (Vernonia amygdalina) sebagai Bahan Alternatif Medikamen Saluran Akar terhadap Porphyromonas gingivalis (In Vitro)

39 299 83

Efektifitas Daya Antibakteri Ekstrak Etanol Siwak (Salvadora persica L.) Terhadap Pertumbuhan Fusobacterium nucleatum Sebagai Alternatif Bahan Medikamen Saluran Akar (Penelitian In Vitro)

9 134 70

Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Siwak (Salvadora persica) sebagai Alternatif Bahan Irigasi Saluran Akar terhadap Enterococcus faecalis (Secara In Vitro)

3 56 77

Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Lerak (Sapindus rarak DC) Sebagai Alternatif Bahan Irigasi Saluran Akar Terhadap Porphyromonas gingivalis (Penelitian In Vitro)

5 140 88

Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) sebagai Alternatif Medikamen Saluran Akar terhadap Fusobacterium nucleatum (Secara In-Vitro)

8 110 71

Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) sebagai Alternatif Medikamen Saluran Akar terhadap Porphyromonas gingivalis (Secara In-Vitro)

3 71 74

Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) sebagai Alternatif Medikamen Saluran Akar terhadap Enterococcus faecalis (Secara In vitro)

1 47 71

Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Aloe vera Terhadap Enterococcus faecalis Secara in Vitro.

3 112 71

Efek Antibakteri Berbagai Sediaan Dari Buah Lerak Terhadap Streptococus Mutans (Penelitian In Vitro)

3 57 81

Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Manggis terhadap Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, Escherichia coli, dan Pseudomonas aeruginosa secara In vitro

0 53 68