Pemikiran dan Prinsip-prinsipnya JAMA’AH TABLIGH
dengan kandungannya yang sangat mendalam harus di bumikan dalam kehidupan yang serba komplek sekarang ini.
Secara garis besar petunjuk al-Quran itu dapat kita simpulkan menjadi tiga kesimpulan, dan ini harus di miliki oleh kelompok Jamaah Tabligh. Garis
besar petunjuk Al-Quran tersebut adalah sebagai berikut :
1.
Memperbaiki kepercayaan atau keyakinan dan meluruskan iti-qod manusia terhadap Allah SWT, Malaikat, Ritab-kitab, Rasul-rasul, hari
akhirat dan masalah takdir dan qodho. Agar manusia terjauh dari belenggu syirik, khurafat, dan kepercayaan-kepercayaan yang menyebabkan
kehilangan kemerdekaan dalam hidupnya, karena telah diikat oleh rasa percaya kepada benda-benda yang tidak sedikitpun punya kekuatan untuk
memberi manfaat dan melarat kepada manusia tanpa adanya izin Allah swt.
18
Untuk menguatkan itiqad yang lurus ini, Tuhan juga menurunkan ayat-ayat yang mengandung seruan berpikir dan merenungkan segala
ciptaan-Nya. Allah SWT berfirman didalam kitab suci al-Quran surah Ali Imran ayat 190.
19
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.
18
Yunasril Ali, Membersihkan Tasawwuf dari syirik, Bid’ah dan Khurafat Jakarta,
Penerbit CV pedoman Ilmu Jaya, 1992. Cet.3, h. 10
19
Departtemen Agama RI, op. cit., h. 109
2. Menetapkan hukum dalam pergaulan hidup manusia sesamanya dan
menetapkan cara beribadah kepada Tuhan. Dengan adanya hukum terhidarlah manusia dari kekacauan dan kebobrokan dalam lapangan hidup
ini. Dengan hukum ini pulalah manusia dapat membedakan antara yang halal dan haram, antara haq dan bathil. Sehingga berjalanlah roda
kehidupan ini diatas undang-undang yang lurus.
20
3. Melapangkan akhlaq, mensucikan dan membersihkan hati atau budi
pekerti.
21
Dengan mensucikan dan membersihkan hati segala macam kekotoran akan hilang dan memancar Nur Ilahi pada diri manusia.
Ayat-ayat al- Qur’an yang mengandung masalah kesucian hati, kesucian
budi dan rohani manusia, inilah yang dijadikan sumber asas setiap ajaran tasawuf, begitu juga ajaran yang diamalkan oleh kelompok Jana ah
Tabligh. Sumber asasi ajaran Islam yang kedua adalah al-Sunnah yang
merupakan afâl, aqwâl, dan taqrrîr Rasulullah saw. yang secara kualitas dan kuantitas sudah dipaparkan dalam Ilmu Mustholah Hadits.
Jamaah Tabligh dalam menggunakan al-Hadis sebagai sumber ajaran yang kedua, banyak menggunakan hadis-hadis Fadhail amal. Salah satu
contohnya yaitu Kitab Riyâd al-Sâlihîn, karangan Imam Nawawi yang sudah kita kenal dan ini banyak digunakan dipesantren-pesantren sebagai kitab wajib
dalam mengkaji hadis Rasulullah saw.
20
Yunasril Ali, Membersihkan Tasawwuf dari syirik, Bid’ah dan Khurafat Jakarta,
Penerbit CV pedoman Ilmu Jaya, 1992.
21
H.Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Qur’anTafsir, Jakarta : Penerbit
PT Bulan Bintang 1954 ke-10 h. 134
Sebagaimana sudah diketahui bahwa pengertian hadis ialah. perkataan, ucapan dan pengakuan Rasulullah saw. maka, segenap para ulama telah
sepakat bahwa al-Sunnah dapat dijadikan dasar dalam beramal. Dan hal ini sudah disinyalir dalam kitab suci al-Quran surah al- Hasyr ayat 7,
Artinya: “Apa saja harta rampasan fai-i yang diberikan Allah kepada RasulNya
dari harta benda yang berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan
orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu,
Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.
22
Al-Sunnah sebagai sumber tasawuf kerena sebagai penjelasan atau
tafsir dari al-Quran. Al-Quran menjelaskan sesuatu hanya secara umum,
sunnahlah yang menjelaskan secara terperinci, Dengan demikian jadilah as- Sunnah menjadi sumber kedua bagi mistisisme Islam dan juga yang diamalkan
oleh kelompok Jamaah Tabligh. Sungguh banyak pemangku tasawuf yang tergelincir dari sunnah
tarkiyah segala amal perbuatan yang tidak dikerjakan oleh Nabi saw, Padahal
tiada halangan bagi beliau untuk mengerjakannya.
23
Mereka telah
22
Departemen Agama RI, h. 916
23
Yunasril Ali, Membersihkan Tasawwuf dari syirik, Bid’ah dan Khurafat Jakarta,
Penerbit CV pedoman Ilmu Jaya, 1992. h. 13
mengadakan ibadat yang tidak pernah dikerjakan oleh Rasulullah dan para sahabat-Nya. Padahal Allah swt. telah menjelaskan batas-batas amal ibadah
dan cara-caranya. Tidak ada aturan untuk menambah dan mengurangi apa yang telah
ditentukan oleh Allah swt. dan dijelaskan oleh Rasul-Nya. Dimuka ini telah terbentang jalan yang lurus, tempuhlah jalan itu, janganlah menyimpang dari
jalan itu setapakpun. Sebab orang yang menyimpang dari jalan Allah akan sesat, sebagaimana telah dijelaskan didalam kitab suci al-Quran surah al-
Anam ayat 153.
Artinya : “Sesungguhnya ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia. Dan
janganlah kamu mengikuti jalan-jalan yang lain yang menyebabkan kamu bercerai-berai dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah
kepadamu agar kamu bertaqwa.
24
Sabda Rasulullah saw.:
ف م سيلام ا ان ما ف ث حا نم ملسم ا بلا ا
Artinya : “Barang siapa yang mengada-ngadakan dalam agama Kami ini sesuatu
yang tidak ada didalamnya, maka yang diada-adakan itu tertolak.
25
Inilah al-Quran dan al-Sunnah, dua sumber mistik Islam yang menjadi pedoman beramal bagi para shufi yang betul-betul mengharap keridhoan Allah
24
Departemen Agama RI, h. 215
25
Yunasril Ali, Membersihkan Tasawwuf dari Syirik, Bid’ah dan Khurafat Jakarta,
Penerbit CV pedoman Ilmu Jaya, 1992. h. 13
swt., tidak tertipu oleh orang-orang yang tidak bertanggung- jawab masalah agama.
2. Prinsip-prinsipnya
Prinsip pokok dari Jamaah Tabligh sebagaimana telah diringkas oleh ustadz Muhammad Aslam.
26
Dan selalu dijelaskan kepada angota Jamaah Tabligh, bahwa para Sahabat r.a. adalah orang- orang yang hidup di zaman
Rasulullah SAW, yang berjum-lah lebih kurang 124.000. Dari jumlah ini Sahabat mempunyai sifat yang berbeda-beda, tetapi
ada 6 enam sifat yang utama. Dengan sebab sifat inilah para Sahabat mencapai kejayaan hidup di dunia dan di akhirat. Begitu juga yang
menyebabkan Allah ridho kepada para Shahabat, dan sahabatpun ridho kepada Allah SWT, para ulama mengatakan bahwa apabila di zaman sekarang inipun
sifat-sifat ini ada pada diri insan di bumi ini, Insya Allah manusia akan mendapatkan keridhoaan dari Allah SWT, sebagai-mana para Sahabat.
Adapun enam sifat para Sahabat yang telah ditetapkan oleh pendiri Jamaah ini, yang menjadi asas dakwahnya yaitu :
1. Al Kalimatuth Thoyyibah 2. Sholat khusu dan khudu
3. Ilmu ma adz dzikir 4. Ikromul Muslimin
26
Muhsin Bin Ali Jabir, Membentuk Jama’atul Muslimin, terj. Abu Fahmi, Jakarta: Gip,
1991. h. 262
5. Ikhlasunniyat 6. Dawah illal-Lah wal khuruj fii sabilillah.
27