Respons jama'ah terhadap pengajian hadis di masjid Assalaam Bintaro Jaya 3A Tangerang

(1)

TANGERANG

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I.)

Oleh: LUCKY ISNAENI NIM : 107051001855

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H / 2011 M


(2)

(3)

(4)

Dengan ini saya menyatakan:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh strata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil asli karya saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 3 Juni 2011


(5)

i

ResponsJama’ahterhadap Pengajian Hadis di Masjid Assalaam Bintaro Jaya 3A Tangerang

Masjid adalah salah satu saran media komunikasi bagi kaum muslimin. Aktivitas dakwah pada zaman dahulu hingga sekarang sama, terutama dakwah yang dilakukan di masjid, yang sekarang ini dikenal dengan istilah pengajian. Materi dakwah bermacam-macam, diantaranya adalah materi hadis. Masjid assalaam adalah salah satu masjid yang digunakan sebagai media dakwah, misalnya pengajian hadis yang disampaikan oleh Ustadz Ali Mustofa Yaqub, M.A. Sudah jarang kaum muslimin yang ahli dalam bidang hadis dan kurang memahami akan hadis, apalagi pada zaman modern yang mana masyarakatnya dimanjakan dengan teknologi yang canggih. Sehingga pengajian ini adalah penting karena hadis merupakan sumber kedua setelah Al-Qur’an.

Dari teks bacaan di atas, maka timbul pertanyaan; Bagaimana respons jama’ah terhadap pengajian hadis di masjid assalaam? Apa dampak pengajian hadis bagi para jama’ah secara kognitif dan afektif?

Landasan teori yang saya gunakan dalam hal ini, yakni dengan pendekatan kajian Stimulus Response Theory atau S-R theory. Teori ini beranggapan bahwa sikap dapat berubah karena adanya rangsangan atau daya tarik yang disebut stimulus dari subjek yang diterima oleh objek. Kuat lemahnya rangsangan akan menemukan mutu atau kualitas responden baik reaksi, tanggapan, ataupun balasan dari objek yang menerima stimulus. Di dalam proses dakwah seorang da’i harus mampu memberikan stimulus dan penguatan atau reinforcement objek dakwah sehingga dakwahnya dapat diterima objek dakwah secara positif. Model teori ini juga menunjukkan bahwa komunikasi merupakan proses aksi-reaksi. Artinya model ini mengasumsikan bahwa kata-kata verbal, isyarat non verbal, simbol-simbol tertentu akan merangsang orang lain memberikan respons dengan cara tertentu.

Metodelogi yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah melalui observasi di masjid Assalaam mengenai pengajian hadis, menyebar angket kepada jamaah, wawancara dan dokumentasi yang berkaitan dengan penelitian.

Respons jama’ah terhadap pengajian hadis adalah positif, hal tersebut menurut penulis terjadi karena para jamaah memahami bahwa pesan dakwah banyak manfaat yang bisa diterapkan dalam kehidupan mereka.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa respons jama’ah terhadap pengajian hadis yang diselenggarakan di masjid Assalaam Bintaro Jaya 3A Tangerang adalah positif. Sebagian besar jama’ah antusias dan mendukung terhadap kegiatan pengajian tersebut, karena mereka merasa senang dan nyaman ketika mengikuti pengajian.


(6)

ii

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang menguasai segala yang ada dan tempat kembalinya setiap jiwa senantiasa melindungi, memberi kekuatan, dan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dan juga tidak lupa kepada baginda Nabi Muhammad SAW, beliau adalah laksana matahari yang memberi cahaya terang bagi umat dengan ilmu pengetahuan dan keimanan serta memberi pencerahan tentang hidup.

Penulis menyelesaikan tugas ini bertujuan agar mahasiswa memahami dengan baik, konsep dan teori-teori Komunikasi dan Penyiaran Islam yang ditempuh di perguruan tinggi. Disamping mahasiswa mempunyai kewajiban mengemban tugas sosial kepada masyarakat, mahasiswa juga berkewajiban memberikan hasil selama mereka kuliah yaitu tugas akhir skripsi.

Penulis menyadari bahwa penulis dalam pelaksanaan dan penyelesaian skripsi ini mempunyai hambatan. Namun, hal tersebut dapat diatasi atas bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. Arief Subhan, MA dan Pembantu Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Drs. Wahidin Saputra, M.Ag, Drs. Mahmud Djalal MA, dan Drs. Study Rizal LK, MA.


(7)

iii

Jakarta, Drs. Jumroni, M.Si dan Dra. Umi Musyarofah, MA.

3. Dosen-dosen Fakultas Dakwah, Dr. Gun Gun Herianto, M. Si, Drs. Mahmud Djalal MA, Dra. Umi Musyarofah, MA., Drs. Jumroni, M.Si yang selalu memberi arahan kepada penulis, terutama kepada Drs. Helmi Rustandi, M.Ag selaku Dosen Pembimbing dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Ayahanda dan Ibunda tercinta, Bapak Mudzakir dan Ibu Mutirah dan kakakku tercinta, Mas Miftakhul Munir dan juga orang yang saya cinta, Iin Nurohmah yang senantiasa memberikan semangat dan do’a dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Pihak pengurus masjid Assalaam Bintaro Jaya 3A Tangerang yang senantiasa membantu, khususnya Ust. Fuad Masykur, MA dan Ir. H. Seno Wintarto, MM yang telah membantu penulis untuk mendapatkan data.

6. Teman-teman satu kontrakan, satu nasib dan satu perjuangan, Abang Ahmad Nawawi, Abang Prio Supriadi, Lukman Nasution, dan Abang Rinto Nasution dan keluarganya.

7. Teman-temanku di Masjid Assalaam, berharap menggapai cita-cita kalian, Mas Nurul Huda, Mas Bagus Luthfi, Hatif Saiful Mursyid, Ahmad Sofyan, Anton Yulianto, Muhamad Najib, Setiono, Bapak Suwandi, Mas Kholil, dan lainnya.

8. Teman-temanku angkatan 2007, yang sama-sama berjuang menempuh hari-hari di bangku perkuliahan hingga akhir semester di kampus ini, Miftakhul Munjiat, Herman, Fauziah HMY, Eka Kurniawati, Nur Lailatul Fajriah,


(8)

iv

Faradisya, Irvan Fahmi Akbar, Abdul Mujib, Anggi Ria, Wildah, Ahmad Ghauzi, Nadia Nurfitria, Sholahuddin Al Ayubi, Abi Sakti, Icha Bilqis, Ana Khasanah, Biah Adawiyah, Nia Kurniawati, Disya Rahmasyari Rahayu, Eni Suheni, Uce Chairunnisa, Tiara Ayu Sari Dewi, Nafisul Qodar, Agma Satriani, dan Didih Sairoh.

9. Semua pihak yang banyak membantu sehingga skripsi ini selesai, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Akhir kata, besar harapan semoga skripsi ini tidak hanya menjadi penghias rak buku tetapi dapat bermanfaat bagi penyusun maupun para pembaca.

Jazakumullah Khairan Katsira

Jakarta, 3 Juni 2011 Penulis,

Lucky Isnaeni NIM. 107051001855


(9)

v

ABSTRAK……… i

KATA PENGANTAR………. ii

DAFTAR ISI………. v

DAFTAR TABEL……… viii

BAB I PENDAHULUAN……… 1

A. Latar Belakang Masalah ……….. 1

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ………. 9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……… 10

D. Metodologi Penelitian……….. 11

E. Tinjauan Pustaka ……….. 20

F. Sistematik Penulisan ………. 22

BAB II KAJIAN TEORI……… 24

A. Kajian Teori tentang Respons………. 24

1. Teori S-O-R ………. 24

2. Pengertian Respons………... 25

3. Proses Terjadinya Stimulus-Respons……… 27

4. Macam-Macam Respons………... 29

5. Faktor-Faktor Terbentuknya Respons………... 32

B. Kajian Teori tentang Jama’ah ………. 34


(10)

vi

3. Kaitan Pengajian dengan Dakwah……… 37

4. Tujuan Pengajian ………... 39

5. Unsur-unsur Pengajian ………... 40

D. Kajian Teori tentang Hadis ……….. 46

1. Pengertian Hadis ……… 46

2. Kedudukan Hadis ………... 47

3. Fungsi Hadis terhadap Al-Qur’an ………... 48

BAB III PROFIL MASJID ASSALAAM BINTARO JAYA 3A TANGERANG……… 49

A. Gambaran Umum Masjid Assalaam…..……… 49

B. Struktur Organisasi Dewan Pengelola Masjid Assalaam ..… 53

C. Program Kegiatan Masjid Assalaam ..………... 57

BAB IV ANALISIS HASIL DAN TEMUAN PENELITIAN RESPONS JAMA’AH TERHADAP PENGAJIAN HADIS DI MASJID ASSALAAM BINTARO JAYA 3A TANGERANG..………. 64

A. Identitas Responden ……….. 64

B. Hasil dan Analisa Respons Jamaah terhadap Pengajian Hadis 69 1. ResponsJama’ah terhadap Da’i ..………... 70

2. ResponsJama’ah terhadap Materi Pengajian ...………... 73

3. ResponsJama’ah terhadap Metode Pengajian ..………. 79 C. Analisis Data Dominan ResponsJama’ah terhadap


(11)

vii

B. Saran-saran ……….. 89

DAFTAR PUSTAKA………..………. 90


(12)

viii

Tabel 1 : Program Kegiatan Pengajian Hadis pada bulan Febuari–April 2011.. 60

Tabel 2 : Responden Berdasarkan Jenis Kelamin………65

Tabel 3 : Responden Berdasarkan Perbedaan Usia……….. 66

Tabel 4 : Responden BerdasarkanPekerjaan ………... 67

Tabel 5 : Responden Berdasarkan Pendidikan……….68

Tabel 6 : Respons Kognitif Jamaah terhadap Da’i ………. 70

Tabel 7 : Respons Afektif Jamaah terhadap Da’i ………... 71

Tabel 8 : Respons Kognitif Jamaah terhadap Materi Pengajian………. 73

Tabel 9 : Respons Afektif Jamaah terhadap Materi Pengajian ………... 76

Tabel 10 : Respons Kognitif Jamaah terhadap Metode Pengajian………. 79

Tabel 11 : Respons Afektif Jamaah terhadap Metode Pengajian………... 81

Tabel 12 : Perbandingan Skor Respons Jamaah terhadapDa’i, Materi Pengajian dan Metode Pengajian ………..……….84

Tabel 13 : Perbandingan Rata-rata Respons Jamaah terhadapDa’i, Materi Pengajian dan Metode Pengajian ……….. 85


(13)

1 A. Latar Belakang

Masjid adalah rumah Allah SWT yang dibangun sebagai sarana bagi umat Islam untuk mengingat, mensyukuri dan menyembah Allah SWT dengan baik. Selain itu, masjid juga merupakan tempat melaksanakan berbagai aktivitas dakwah, seperti pengajian, tempat bermusyawarah dan kegiatan-kegiatan amal saleh.

Ditinjau dari sudut etimologi, kata masjid berasal dari bahasa Arab yang memiliki akar katasa-ja-dayang berarti “sujud” atau menundukan kepala sampai tanah. Kata masjid merupakan kata berasal dari “masjidun”, kata masjidan ini adalah “isim makan” dari kata sa-ja-da, yakni kata benda yang menunjukan tempat. Dengan demikian, masjid adalah tempat sujud sebagai ungkapan ketundukan penuh terhadap Allah SWT.1al-Qur’anbanyak menyebut kata masjid dalam beberapa ayat-ayat-Nya antara lain dalam Surah al-Israa’/17: 1 berikut:

                               

“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah kami berkahi sekelilingnya agar kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda

1

Cecep Castrawijaya, Manajemen Masjid Antara Teori dan Praktek (Bogor: Titian-Nusa Press, 2010), h. 1.


(14)

kebesaran kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Kemudian dinyatakan juga dalam Surah al-Baqarah/2: 150 berikut:

                                                     

“Dan dari mana saja kamu keluar. Maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu sekalian berada. Maka palingkanlah wajahmu ke arahnya, agar tidak ada hujjah bagi manusia atas kamu, kecuali orang-orang yang zalim di antara mereka. Maka janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku saja. Dan agar Ku-sempurnakan nikmat-Ku atasmu, dan supaya kamu mendapat petunjuk.”

Demikian juga dijelaskan pada Surah an-Nur/24: 36-37 berikut:

                                                     

“Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang”. Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak pula oleh jual


(15)

beli dari mengingati Allah, dan dari mendirikan sembahyang, dan dari membayarkan zakat. mereka takut kepada suatu hari yang di hari itu hati dan penglihatan menjadi goncang”.

Masjid juga mempunyai peran dan fungsi yang sangat penting dalam Islam dalam upaya membentuk pribadi dan kepribadian masyarakat yang Islami. Karena masjid bukan hanya sekedar sebuah tempat kegiatan keagamaan dan kebudayaan, tapi merupakan suatu tata kelembagaan yang menjadi sarana pembinaan masyarakat dan keluarga muslim.2Di samping itu, masjid dalam Islam memiliki banyak peran dan fungsi pada zaman Nabi Muhammad SAW, antara lain:3

1. Tempat pelaksanaan peribadatan 2. Tempat pertemuan

3. Tempat berkonsultasi 4. Tempat kegiatan sosial

5. Tempat pengobatan orang sakit dan

6. Tempat pembinaan umat dan kegiatan dakwah Islamiah

Dari keenam fungsi dan peranan masjid di atas, poin keenam merupakan kegitaan atau aktivitas dakwah. Dalam hal ini, kegiatan dakwah juga merupakan salah satu kegiatan yang diselenggarakan pengrus masjid Assalaam Bintaro Jaya, Tangerang, yang kita sering sebut dengan pengajian untuk memakmurkan masjid.

Pengajian merupakan suatu istilah yang cukup dikenal oleh masyarakat, istilah ini merujuk pada suatu bentuk kegiatan yang sering dilakuakan oleh

2

Miftah Farid,Masyarakat Ideal(Bandung: Pustaka, 1997), h. 205. 3


(16)

mubaligh untuk berdakwah, bentuk kegiatan yang berupa pengajian ini sudah dipraktekkan oleh Rasulullah SAW sejak beliau menerima wahyu pertama. Namun kegiatan ini pertama kalinya berlangsung secara sembunyi-sembunyi di Makkah. Tetapi setelah turunnya perintah untuk menyebarkan agama Islam, maka pengajian tersebut berkembang dan dilaksanakan juga oleh para Walisongo, di mana dalam menyampaikan dakwah Islamiyah mereka banyak menggunakan pengajian sebagai metode dakwahnya dan hal tersebut ternyata membawa hasil yang sangat besar sehingga hampir seluruh penduduk bangsa Indonesia sekarang beragama Islam dan di zaman sekarang ini istilah pengajian medapat istilah bermacam-macam, tetapi pengertiannya sama, misalnya kuliah subuh, kultum 7 menit dan lainnya.

Pengajian juga salah satu dasar dari dakwah. Pengajian atau yang sering kita sebut dengan Majelis Ta’lim, adalah sebuah aktivitas dakwah yang mentransfer ilmu pengetahuan agama dari seorang mubaligh kepada mad’u melalui metode bilisan, pengajian biasanya dilakukan oleh para kyai maupun ustadz dengan menggunakan acuan atau pegangan kitab-kitab.

Ada juga yang mengatakan pengajian berasal dari kata kaji yang berarti pelajaran, baik pelajaran agama maupun umum. Kata ini yang medapat pe- dan berakhiran–an, sehingga bermakna ajaran dan pengajaran.

Secara terminologi pengajian adalah wahana pembelajaran sudah menjadi tradisi khas dalam kehidupan kaum muslimin. Biasanya mereka bersama-sama mengkaji dan mendialogkan berbagai tema dan topik bahasan khususnya dari bidang keagamaan.


(17)

Pengajian juga bisa diartikan sebgai dakwah untuk menyebarkan dan mensiarkan Islam kepada seluruh umat manusia karena dakwah merupakan salah satu penentu tercapainya kebahagiaan di dunia dan akhirat. Allah SWT dalam firman-Nya, Surah ali 'Imran/3: 104 berikut:







 





















“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung.”

Uraian di atas, memberikan penjelasan bahwa masjid merupakan pusat ibadah dalam pengertian luas yang mencangkup juga pusat kegiatan muamalat. Jadi, ketika kita hendak memaksimalkan peran dan fungsi masjid sebagai pembinaan umat (pengajian), maka kegiatan-kegiatan yang berkenaan dengan pembinaan umat harus dikembangkan. Apalagi aktivitas yang di dalamnya tidak hanya melibatkan sekelompok orang dan aktivitasnyapun tidak hanya berupa ritual ibadah shalat saja. Oleh karenanya, aktivitas dalam rangka memakmurkan masjid harus tidak hanya kepada satu golongan saja tapi melibatkan semua kelompok jamaah, baik dari kalangan remaja, pemuda, orang dewasa, hingga orang tua yang sudah lanjut usia. Ini ditegaskan Allah SWT dalam firman-Nya, Surah at-Taubah/9: 18 berikut:


(18)

                                         

“Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut kepada siapapun selain kepada Allah, Maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Dalam upaya meningkatkan kualitas moral dan sepiritual masyarakat, pada intinya terdapat lima pokok utama yang harus dilakukan yakni pertama, pemenuhan kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani atau sepiritual;4kedua, menggugah hati nurani agar setiap inividu merasa malu berbuat salah; ketiga, setiap individu atau kelompok berperilaku sesuai harapan kelompok sosialnya yang digariskan dalam hukum, kebiasaan, dan peraturan;keempat, para pemimpin baik formal dan tokoh masyarakat harus dapat memberikan keteladanan kepada masyarakat atau umatnya; kelima, memfungsikan peran keluarga, sekolah, dan mayarakat (lingkungan ketiga) sebagai upaya preventif untuk memecahkan problematika umat.5

Dalam hal ini, pengajian hadis adalah salah satu kegiatan dakwah yang diselenggarakan oleh masjid Assalaam, yang bertujuan untuk meningkatkan sepiritual masyarakat sekitarnya. Hadis adalah sumber ajaran Islam yang kedua.

4

Murtadha Muthahhari, Al-Fithrah, Terjemahan (Jakarta: Penerbit Lentera, 1998), h. 43.

5


(19)

Sebagaimana telah kita ketahui bahwa sejak zaman Nabi, umat Islam meyakini bahwa hadis itu merupakan salah satu sumber ajaran Islam setelah al-Qur’an. Dasar utama dari keyakinan itu adalah berbagai petunjuk al-Qur’an, diantaranya ialah dalam Surah al-Hasyr/59: 7 berikut:

                       

“Dan apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka hendaklah kamu menerimanya; dan apa yang dilarang bagimu, maka hendaklah kamu meninggalkannya apa yang dilarang itu. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.”

Kemudian dijelaskan juga dalam Surah ali ‘Imran/3: 32 berikut:

                    

“Katakanlah: “Ta’atilah Allah dan Rasul-Nya; apabila kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah tidak menyukai menyukai orang-orang kafir.”

Menurut ulama, ayat yang dikutip pertama (al-Hasyr: 7) mengandung petunjuk yang bersifat umum, yakni bahwa semua perintah dan larangan yang berasal dari Nabi wajib dipatuhi oleh orang-orang yang beriman. Ayat yang dikutip kedua (Ali-Imran: 32) mengandung petunjuk bahwa bentuk ketaatan kepada Allah adalah dengan mematuhi petunjuk al-Qur’an, sedang bentuk ketaatan kepada Rasulullah adalah dengan mengikuti sunnah beliau.


(20)

Dalam al-Qur’andinyatakan dalam Surah an-Najm/53: 3-4 berikut:



















 

“Dan (Muhammad) tidaklah berbicara berdasarkan kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain adalah wahyu yang diwahyukan kepadanya.”

Ayat ini menunjukkan bahwa sumber syariat Islam baik al-Qur’an maupun hadis merupakan satu kesatuan, yaitu wahyu dari Allah. al-Qur’an sebagai pokok hukum merupakan dasar pertama dan hadis sebagai dasar kedua, dengan kata lain ada rutbah atau urutan derajat, al-Qur’an lebih tinggi rutbah derajatnya dari hadis.

Penjelasan di atas, memberi pemahaman bahwa pengajian hadis adalah penting karena hadis merupakan pokok hukum yang kedua setelah al-Qur’an. Namun, pengajian hadis tidak lempas dengan jamaahnya.

Salah satu masjid yang telah menjalankan aktivitas dakwah adalah masjid Assalaam yang terletak di wilayah Bintaro Jaya 3A, Tangerang. Aktivitas dakwah yang diselenggarakan oleh masjid Assalaam dapat kita lihat dari berbagai rangkaian kegiatan yang berhubungan dengan dakwah Islam, diantaranya pengajian Hadis, yang lasung disampaikan oleh da’i yang ahli dalam bidangnya yakni Ust. Prof. Dr. Ali Mustofa Yaqub, MA.

Berdasarkan penjelasan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap pengajian hadis yang diselenggarakan oleh Masjid Assalaam. Adapun judul penelitian ini adalah “Respons Jama’ah terhadap Pengajian Hadis di Masjid Assalaam Bintaro Jaya 3A Tangerang”.


(21)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Untuk lebih sepesifik tujuan yang akan dicari dari penelitian ini agar lebih jelas, maka penelitian akan memfokuskan pada masalah responsjama’ah terhadap pengajian hadis, dengan cara menganalisa seberapa besar respons jama’ah terhadap pengajian yang diselenggarakan oleh masjid assalaam Bintaro Jaya 3A. Maksud respons dalam penelitian ini adalah tanggapan, pandangan, atau jawaban yang muncul dari jama’ah terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan dalam pengajian hadis. Ada tiga elmen respons yaitu kognitif, afektif dan konatif tapi dalam hal ini peneliti memfokuskan penelitian ini hanya pada aspek kognitif dan afektif. Sedangkan pengajian hadis difokuskan pada unsur-unsur pelaksanaan pengajian tersebut dengan aktivitas dakwah meliputi subyek, materi dan metode.

Peneliti membatasi penelitian ini hanya pada aktivitas pengajian Hadis yang berlangsung pada bulan Febuari–April 2011.

2. Perumusan Masalah

Dengan berpedoman kepada pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah dapat dirumuskan secara umum dalam bentuk pertanyaan, bagaimanakah respons jama’ah terhadap pengajian Hadis di Bintaro Jaya 3A, Tangerang.

Dari permasalahan umum di atas, dapat dirinci ke dalam sub-sub masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana ResponsJama’ah terhadap Da’i dalam Pengajian Hadis. b. Bagaimana ResponsJama’ah terhadap Materidalam Pengajian Hadis. c. Bagaimana ResponsJama’ah terhadap Metodedalam Pengajian Hadis.


(22)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui responsjama’ah terhadap da’i pada pengajian hadis di masjid Assalaam di Bintaro Jaya 3A, Tangerang.

b. Untuk mengetahui respons jama’ah terhadap materi yang di sampaikan oleh da’i pada pengajian hadis di masjid Assalaam di Bintaro Jaya 3A, Tangerang.

c. Untuk mengetahui responsjama’ah terhadap metode yang digunakan oleh da’i pada pengajian hadis di masjid Assalaam di Bintaro Jaya 3A, Tangerang.

2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Akademis

1) Untuk memberikan pelengkap data informasi dalam bidang studi Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, terutama pada keilmuan bidang psikologi dakwah dan komunikasi dakwah.

2) Untuk memberikan informasi kepada mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi mengenai respons terhadap salah satu dakwah yang dilakukan oleh Ustadz Prof. Dr. Ali Mustofa Yaqub, M.A melalui pengajian hadis di masjid Assalaam.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan menambah wawasanjama’ah dalam mendalami ilmu hadis untuk meningkatkan pengetahuan agama Islam.


(23)

D. Metodologi Penelitian

1. Motodologi dan Desain Penelitian

Metodologi penelitian menurut Cholid Narbuko dan Abu Achmad dalam bukunya yang berjudul “Metodologi Penelitian” adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang membicarakan atau mempersoalkan mengenai cara-cara melaksanakan penelitian yaitu meliputi kegiatan-kegiatan mencari, mencatat, merumuskan, menganalisis sampai menyusun laporannya berdasarkan fakta-fakta atau gejala-gejala secara ilmiah.6 Namun dalam penelitian ini, penulis menggunakan motodologi penelitian pendekatan kuantitatif, karena pendekatan kuantitaif sangat tepat untuk menghasilakan data yang akurat dengan perhitungan angka. Selain itu, motodologi penelitian pendekatan kuantitatif juga digunakan untuk menteliti pada populasi atau sampel tertentu.7

Adapun Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan pendekatan deskriptif analisis yaitu suatu metode penelitian yang dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan-keadaan nyata.8

2. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jama’ah Masjid Assalaam, dengan alasan bahwa mereka mengetahui dan mengikuti secara langsung pengajian hadis yang diselenggarakan oleh Masjid Assalaam. Sedangkan yang dimaksud objek penelitian adalah pengajian Hadis yang disampaikan oleh Prof. Mustofa Ali Yaqub, MA.

6

Cholid Narbuko dan Abu Achmad,Metode Penelitian(Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 2.

7

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & G (Bandung: Alfabeta, 2008), h. 8.

8


(24)

3. Lokasi dan Waktu Penelitian a. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Masjid Assalaam Bintaro Jaya 3 A, Tangerang yang dipimpin oleh Ir. H. Seno Wintarto, MM sebagai ketua Dewan Kepengurusan Masjid (DKM) Assalaam. Adapun alasan memilih lokasi penelitian tersebut didasari atas pertimbangan-pertimbangan yaitu:

1) Kegiatan Masjid Assalaam yang menitik beratkan kemakmuran Masjid dan aktivitas dakwah, melalui pengajian bapak-bapak, ibu-ibu dan remaja masjid Assalaam.

2) Pengajian Hadis yang diselenggarakan oleh masjid Assalaam, khususnya pengajian Hadis sudah diadakan sejak tahun 2003 hingga sekarang.9 Pengajian ini diselenggarakan setiap bulan pada minggu keempat dan diisi oleh seorang da’i yang ternama dalam bidang Hadis, yaitu Prof. Dr. Ali Mustofa Yaqub, MA.

3) Kegiatan yang diselenggarakan oleh Masjid Assalaam dapat memberikan peningkatan pengetahuan keagamaan, melalui kegiatan-kegiatan dakwah. b. Waktu penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti membutuhkan waktu untuk memperoleh hasil penelitian yang baik. Penulis akan memaksimalkan penelitian ini dengan melakukan penelitian hanya pada bulan Febuari–April 2011.

4. Teknik Pengambilan Data

9


(25)

Adapun dalam memperoleh data-data dan informasi mengenai berbagai hal di dalam pembahasan penelitian ini, sebagai berikut:

a. Observasi

Karl Weick (dikutip dari Seltiz, Wrightsman dan Cook 1976: 253), seperti yang dikutip oleh Drs. Jalaluddin Rahmat, N. SC mendefinisikan observasi sebagai pemilihan, pengubahan, pencatatan, dan pengkodean serangkaian perilaku dan suasana yang berkenaan dengan organisasi sesuai dengan tujuan-tujuan empiris.10

Adapun hal yang akan penelitiresearchdalam penelitian ini adalah: 1) Pelaksanaan pengajian yang diadakan oleh Masjid Assalaam pada

bulan Febuari–April 2011.

2) Materi yang diberikan dan metode yang digunakan dalam pengajian hadis.

b. Angket

Angket adalah alat pengumpul data yang berisi daftar pertanyaan secara tertulis yang ditunjukan kepada responden. Pertanyaan-pertanyaan pada angket, bisa berbentuk tertutup atau berstruktur dan bisa berbentuk terbuka atau tidak berstruktur.11 Dalam penelitian ini, penulis hanya memberikan angket kepada jama’ah yang rutin ikutpengajian hadis.

c. Wawancara

10

Jalaluddin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991), h. 83.

11

Sanapiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial (Jakarta: RajaGrafido Persada, 2007), h. 122.


(26)

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab antara pewawancara dengan responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara).12 Sedangkan menurut Sugiyono (dikutip dari Sutrisno Hadi 1986) mengemukakan bahwa anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti dalam menggunakaninterview guidedan juga kuesioner adalah sebagai berikut:13

1) Bahwa subjek atau responden adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri.

2) Bahwa apa yang dinyatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya.

3) Bahwa interprestasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti. Wawancara dapat dilakukan secara tersetruktur maupun tidak tersetruktur dan dapat dilakukan melalui tatap muka atau face to face. Dari wawancara ini akan diketahui respons jama’ah terhadappengajian Ustadz Prof. Dr. Ali Mustofa Yaqub, MA dalam hal kognitif dan afektif. Dalam penelitian ini, penulis juga melakukan wawancara dengan pengurus masjid Assalaam,dan jama’ah.

d. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengumpulan data yang berkaitan dengan masalah penelitian, dapat berupa buku, majalah, artikel, foto, gambar dan lain-lain.14

12

Nasir,Metode Penelitian, h. 234. 13

Sugiyono,Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & G, h. 138. 14

Nana Danapriatna dan Roni Setiawan, Pengantar Statistika (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005), h. 9.


(27)

5. Populasi dan Sampel a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, untuk keperluan penelitian ini diambil populasi dengan berpedoman kepada pendapat Suharsimi Arikunto, seperti di bawah ini:

“Apabila subjek kurang dari 100 orang, lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, tenaga dan dana.15 Adapun populasi dalam penelitian ini adalah jamaah Masjid Assalaam, khususnya kaum ibu, bapak dan remaja masjid assalaam yang mengikuti pengajian hadis yang berjumlah 102 orang adalah jamaah aktif.16

b. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang mewakili seluruh populasi.17 Adapun sampel dari penelitian ini adalah 32% dari jumlah populasi yaitu 34 orang, yakni jama’ah yang sudah rutin mengikuti pegajian hadis. Adapun penetapan sampel berdasarkan kriteria sebagai berikut:

1) Jama’ah yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah jama’ah yang sudah rutin mengikuti pengajian hadis pada minggu keempat setiap bulannya.

15

Suharsimi Arikunto,Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan(Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h. 107.

16

Data diambil dari pengurus Masjid Assalam dan wawancara. 17

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif(Jakarta: Kencana, 2010), h. 101.


(28)

2) Jama’ah yang hadir dalam pengajian hadis adalah bapak-bapak, ibu-ibu dan remaja masjid Assalaam.

6. Sumber Data

a. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari responden lewat angket. Dalam hal ini peneliti menyebarkan angket atau daftar pertanyaan tertulis yang disampaikan kepada responden, yaitu jama’ah yang mengikuti pengajian hadis untuk di isi.

b. Data sekunder, yaitu data yang dikumpulkan peneliti berupa catatan-catatan atau dokumen-dokumen, buku-buku, surat kabar serta sumber lain yang berkaitan dengan masalah penulisan penelitian ini.

7. Definisi Operasional a. Respons Jamaah

Respons jamaah merupakan respons yang terjadi pada jamaah. Dalam pembahasan ini, penulis mengklasifikasikan pada beberapa respons, yaitu respons kognitif, respons afektif dan respons behavior.18 Dalam hal ini penulis hanya fokus pada respons kognitif dan afektif.

1) Respons kognitif

Respons kognitif adalah efek secara pengetahuan, terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami atau dipersepsi oleh jamaah. Indikatornya adalah:

- Jamaah mendapat pengetahuan dari pesan dakwah yang disampaikan. - Mengetahui kata-kata bijak atau nasihat.

18


(29)

2) Respons afektif

Respons afektif merupakan perasaan yang timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi atau dibenci jamaah. Indikatornya adalah:

- Menimbulkan perasaan senang dan semangat mendengarkan dakwah yang disampaikan.

- Menyenangi materi pengajian hadis dalam dakwah tersebut. - Menyenangi dakwah Ust. Ali Mustofa Yaqub, M.A

3) Respons behavior

Respons behavior merupakan tingkah laku atau sikap yang merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan atau kebiasaan berprilaku. Indikatornya adalah:

- Fokus dan serius mendengarkan isi pesan dakwah. - Aktif dalam sesi tanya jawab.

- Mengaplikasikan isi pesan dakwah dalam kehidupan sehari-hari. b. Pengajian Hadis

Pengajian adalah dakwah itu sendiri. Pengajian mengandung arti penyampaian pesan dakwah kepada umat manusia untuk menuju kepada jalan kebaikan, memerintah yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar dalam rangka memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.19 Sebagaimana dijelaskan dalam Surah ali-‘Imron/3:104.

19

Maman Abdul Djalil,Prinsip dan Strategi Dakwah(Bandung: Pustaka Setia, 2001), h. 20.


(30)

                          Artinya:

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung.”

Sedangkan hadis adalah segala sesuatu yang bersumber dari Nabi SAW baik berupa perkataan, perbuatan, dan ihwal. Hal ini sesuai dengan pendapat Mudasir dalam bukunya Ilmu Hadis yang mengutip dari Imam Taqiyyudin ibnu Taimiyyah mengemukakan definisi hadis sebagai berikut:20

.ِهِراَﺮْﻗِإَو ِﮫِﻠْﻌِﻓَو ِﮫِﻟْﻮَﻗ ْﻦِﻣ ِة ﱠﻮَﺒُﻨﻟا َﺪْﻌَﺑ َﻢﱠﻠَﺳَو ِﮫْﯿَﻠَﻋ ُﷲا ﻰﱠﻠَﺻ ُﮫْﻨَﻋ ِﮫِﺑ َث ِّﺪُﺣﺎَﻣ

“Seluruh yang diriwayatkan dari Rasul SAW sesudah kenabian beliau, yang terdiri atas perkataan, perbuatan dan ikrar beliau.”

Hadis juga merupakan sumber hukum Islam yang kedua setelah Al-Quran dan sebagai penjelas atau bayan terhadap ayat-ayat Al-Quran yang sifatnya global. Hadis ini sangat penting karena kita tidak bisa memahami Al-quran tanpa ada penjelasan hadis yang sangat terinci contohnya salat, zakat, dll.

8. Teknik Analisis Data Kuantitatif

Teknik analisis data kuantitatif, yaitu analisis yang dilakukan dengan cara mengumpulkan, mengelola, menyajikan dan menganalisis data berwujud angka. Analisis ini meliputi perhitungan mean, standar deviasi dan frekuensi relatif.

20


(31)

a. Mean adalah nilai tengah atau kecenderungan tengah yang memberikan gambaran umum dari suatu segi pengamatan.21

Rumus: x =∑fx

n x = Rata-rata x1 = Pengamatan n = Jumlah pengamatan

b. Standar deviasi adalah seberapa jauh nilai pengamatan tersebut di sekitar nilai rata-rata.22

Rumus:

SS= n SS2= Ragam

SS = Simpangan baku/simpangan standar/simpangan deviasi c. Rumus frekuensi relatif adalah perhitungan rasio atau bilangan persen.

Rumus:23

P = 100%

n Keterangan:

21

Faisal,Format-format Penelitian Sosial, dasar-dasar dan aplikasi,h. 179. 22

Sugiyono,Statistika untuk Penelitian, h. 58. 23


(32)

P = Persentase F = Frekuensi

n = Jumlah pengamatan

Adapun mengenai teknik penulisan ini, penulis menggunakan buku Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi, yang diterbitkan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Press tahun 2007.24

Dari berbagai data dan informasi yang telah diperoleh, kemudian disajikan dalam bentuk tulisan yang disertai dengan analisis penulis. Dalam hal ini, analisis dilakukan melalui elaborasi data untuk menunjukkan keadaan dan gambaran sebenarnya.

E. Tinjauan Pustaka

Sebelum melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis telah terlebih dahulu melakukan tinjauan pustaka. Penulis mencari judul skripsi-skripsi yang berada di Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Dakwah. Sebelumnya telah ada judul skripsi berjudul ResponsJama’ah terhadap Pengajian Tafsir Tematik di Masjid Islamic Centre Jakarta yang dibuat oleh Arsyi Makin dengan NIM 203051001422 pada tahun 2008 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Selain itu penulis menemukan juga skripsi dengan judul Respons Jama’ah Majlis Ta’lim At -Tarbiyah terhadap Metode Dakwah K. H. Edi Junaedi Nawawi yang dibuat oleh Siti Buraedah dengan NIM 105051001874 pada tahun 2009 Fakultas Ilmu

24

Hamid Nasuhi dkk, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi), (Jakarta: UIN Jakarta Press, Ceqda, 2007), h. 34.


(33)

Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dan Respons Jamaah terhadap Aktivitas Dakwah Islam di Masjid Baiturrahman Bukit Cinere yang dibuat oleh Sayuti dengan NIM 200051000559 pada tahun 2007 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Pada skripsi yang berjudul Respons Jama’ah terhadap Pengajian Tafsir Tematik di Masjid Islamic Centre Jakarta membahas tentang Respons Jama’ah terhadap Pengajian Tafsir Tematik yang digunakan oleh Dr. KH. Ahsin S. Muhammad, M.A, dan K.H. Syukron Makmun. Tafsir tematik adalah metode tafsir yang berusaha menggali al-Qur’an dengan cara mengumpulkan ayat-ayat tertentu yang mempunyai kesatuan maksud dan bersama-sama membahas judul tertentu kemudian disusun secara sistematis sesuai dengan masa turunnya dan selaras dengan sebab-sebab turunnya. Skripsi ini hanya membatasi pada respons kognitif pada jamaah. Sedangkan pada skripsi yang berjudul Respons Jama’ah Majlis Ta’lim At-Tarbiyah terhadap Metode Dakwah K. H. Edi Junaedi Nawawi membahas tentang Metode Dakwah Bil Hikmah yang digunakan oleh K. H. Edi Junaedi Nawawi. Dan skripsi yang berjudul Respons Jamaah terhadap Aktivitas Dakwah Islam di Masjid Baiturrahman Bukit Cinere membahas tentang pelaksanaan aktivitas dakwah majlis taklim bapak-bapak di Masjid Baiturrahman Bukit Cinere tentang kajian tafsir.

Sedangkan judul skripsi yang penulis ambil adalah Respons Jama’ah terhadap Pengajian Hadis di Masjid Assalam Bintaro Jaya 3A Tangerang yang mana pengajiannya diisi oleh da’i yang berkompeten dalam ilmu hadis yakni,


(34)

Prof. Dr. KH. Ali Mustofa Yaqub, MA. Perbedaan skripsi ini dengan skripsi-skripsi tersebut adalah lebih mengkhususkan pembahasan pada pengajian hadis yang dilakukan oleh Prof. Dr. KH. Ali Mustofa Yaqub, MA. Skripsi ini juga hanya membatasi pada respons kognitif dan respon afektif pada jamaah pengajian hadis.

Dengan demikian, maka skripsi ini berbeda dengan skripsi sebelumnya dan layak untuk diajukan sebagai penelitian ilmiah.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini maka dibuatlah sistematika penulisan yang terdiri dari beberapa bab dan sub yaitu:

BAB I PENDAHULUAN : Membahas Latar Belakang Masalah, Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka, dan Sistematika Penulisan.

BAB II KAJIAN TEORI : Membahas Kajian Teori tentang Respons, Teori S-O-R, Pengertian Respons, Proses Terjadinya Stimulus-Respons, Macam-macam Respons, Faktor Terbentuknya Respons, Kajian Teori tentang Jama’ah, Kajian Teori tentang Pengajian, Kaitan Pengajian dengan Komunikasi, Kaitan Pengajian dengan Dakwah, Tujuan Pengajian, Unsur-unsur Pengajian, Kajian Teori tentang Hadis, Kedudukan Hadis, Fungsi Hadis terhadap Al-Qur’an.

BAB III PROFIL MASJID ASSALAM BINTARO JAYA A : Membahas


(35)

Assalaam, Struktur Organisasi Dewan Pengelola Masjid Assalaam, Program Kegiatan Masjid Assalaam.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN TEMUAN PENELITIAN RESPONS

JAMA’AH TERHADAP PENGAJIAN HADIS DI MASJID ASSALAAM BINTARO JAYA 3A TANGERANG : Membahas Deskripsi Responden, Hasil dan Analisa Respons Jama’ah terhadap

Pengajian Hadis; ResponsJama’ah terhadap Da’i, ResponsJama’ah terhadap Materi Pengajian, dan ResponsJama’ah terhadap Metode Pengajian. Dan Analisis Data Dominan Respons Jama’ah terhadap

Pengajian Hadis.

BAB V PENUTUP : Membahas Kesimpulan yang merupakan jawaban terhadap rumusan permasalahan, Saran-saran yang dilengkapi dengan daftar pustaka dan lampiran-lampiran.


(36)

24 A. Kajian Teori tentang Respons

Kajian teori tentang respons yang akan dibahas pada bab kedua ini yaitu akan membahas teori S-O-R, pengertian respons, proses terjadinya stimulus-respon, macam-macam respons, dan faktor-faktor terbentuknya respons.

1. Teori S-O-R

Stimulus Response Theory atau S-R theory merupakan salah satu aliran yang mewarnai teori-teori yang terdapat dalam komunikasi massa. Aliran ini beranggapan bahwa media massa memiliki efek langsung yang dapat mempengaruhi individu sebagai audience.1 Teori ini juga beranggapan bahwa sikap dapat berubah karena adanya rangsangan atau daya tarik yang disebut stimulus dari subjek yang diterima oleh objek. Kuat lemahnya rangsangan akan menemukan mutu atau kualitas responden yaitu reaksi, tanggapan, dan balasan dari objek yang menerima stimulus. Di dalam proses dakwah seorang da’i harus mampu memberikan stimulus dan penguatan atau reinforcement objek dakwah sehingga dakwahnya dapat diterima objek dakwah secara positif.2Model teori ini juga menunjukkan bahwa komunikasi merupakan proses aksi-reaksi. Artinya model ini mengasumsikan bahwa kata-kata verbal, isyarat non verbal, simbol-simbol tertentu akan merangsang orang lain memberikan respons dengan cara tertentu.

Menurut teori ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan

1

S. Djuarsa Sendjaya,Teori Komunikasi(Jakarta: Universitas Terbuka, 2005), h. 520. 2

Maman Abdul Djaliel, Prinsip dan Strategi Dakwah (Bandung: CV Pustaka Setia, 1997), h. 9.


(37)

kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur dalam model ini adalah pesan (stimulus, S), komunikan (organism, O), dan efek (Response, R).

Dalam proses perubahan sikap tampak sikap dapat berubah, hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula. Prof. Dr. Mar'ot dalam bukunya "sikap manusia", perubahan erat pengukurannya, mengutip pendapat Hovland yang sebagaimana diikuti oleh Onong Uchjana Effendy mengatakan bahwa menelaah sikap yang baru ada 3 variabel yang penting yaitu perhatian, pengertian, dan penerimaan. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti atau kognitif. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya atau afektif, maka terjadilah kesediaan untuk mengubahnya atau konatif.3

2. Pengertian Respons

Dalam kamus bahasa Indonesia disebutkan bahwa respons adalah tanggapan, reaksi, jawaban, terhadap suatu gejala atau peristiwa yang terjadi, misalnya masyarakat terhadap rencana perbaikan kampung sangat baik.4 Tanggapan adalah suatu yang timbul akibat adanya suatu gejala peristiwa. Reaksi adalah tanggapan suatu aksi, sedangkan jawaban adalah suatu yang muncul karena adanya suatu pertanyaan. Dalam kamus ilmiah populer, respons berarti reaksi, jawaban atau reaksi balik.5

Dari penjelasan di atas, dapat diambil pengertian bahwa respons menurut bahasa adalah reaksi balik atau tanggapan dari seseorang atau orang banyak

3

Jalaluddin Rakhmat,Psikologi Komunikasi(Bandung: PT Remaja Rosydakarya, 1999), h. 218.

4

Depdikbud,Kamus Besar Bahasa Indonesia(Jakarta: Balai Pustaka, 1996), h. 838. 5

Piter A.Partanto dan M.Dahlan.Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Arkola, 1994), h. 467.


(38)

terhadap suatu peristiwa yang telah terjadi. Dengan demikian yang dimaksud dengan respons tersebut sama juga dengan tanggapan.

Kata respons dalam komunikasi dapat diartikan sebagai kegiatan komunikasi yang diharapkan mempunyai timbal balik atau reaksi balik. Kegiatan komunikasi itu dapat memberikan efek berupa respons dari komunikasi terhadap pesan yang dikomunikasikan oleh komunikator.

Respons akan muncul dari komunikan setelah sebelumnya terjadi rangkaian komunikasi. Menurut Ahmad Subandi mengatakan respons dengan istilah feedback atau umpan balik yang memiliki respons atau pengaruh yang besar dalam menentukan baik atau tidaknya suatu komunikasi.6 Dengan adanya respons yang disampaikan oleh objek dakwah, maka akan menimalisir kesalahan penafsiran dalam sebuah proses dakwah atau komunikasi.

Adapun menurut istilah, seperti yang dikatakan oleh Indung A. Shaleh bahwa respons adalah “Setiap kegiatan yang ditimbulkan oleh stimulus atau perangsang. Jadi maksud dari perangsang adalah apa yang menimbulkan suatu sambutan. Perangsang tersebut merupakan kekuatan-kekuatan dari luar (lewatnya seorang gadis, lukisan yang indah), atau dari dalam (lapar, haus dan sebagainya) yang bekerja terhadap suatu reseptor. Dalam diri organisme itu sendiri terdapat perangsang yang mendorong atau menggiatkan seluruh bagian-bagiannya. Kedua istilah ini, stimulus dan respons, rangsang dan sambutan, tidak bisa dipisah-pisahkan karena merupakansuatu kebulatan”.7

6

Ahmad Subandi,Psikologi Sosial(Jakarta: Bulan Bintang, 1982), h. 81. 7

Indung A Shaleh dkk,Pengantar Psikologi Umum(Surabaya: Usaha Nasional, 1982), h. 78.


(39)

Di atas telah dijelaskan bahwa respons sama halnya dengan tanggapan. Oleh karena itu, penulis akan menguraikan beberapa pendapat mengenai pengertian tanggapan, sebagai berikut:

a. Agus Sujanto, tanggapan adalah pengamatan yang tinggal dalam kesadaran kita yang sedang mengamati.8

b. M. Alisuf Sabri, tanggapan adalah banyangan atau kesan kenangan dari apa yang pernah kita amati dan kenali.9

Dengan demikian, respons, tanggapan atau pun jawaban, muncul disebabkan oleh karena adanya suatu gejala atau peristiwa yang mendahuluinya. Sehubungan dengan adanya stimulus, khususnya terhadap seseorang, maka akan muncul sebuah respons atau tanggapan terhadap apa yang dilihat, didengar dan dirasakan.

3. Proses Terjadinya Stimulus-Respons

Perbuatan sadar akan timbul akibat adanya stimulus, baik yang datang dari luar tubuh maupun dari dalam tubuh. Ada berbagai macam teori tentang kesadaran diri, antara lain aliran behaviorisme yang dikemukakan oleh Watson antara tahun 1930 dan 1940. Ia mengatakan bahwa suatu perbuatan sadar disebabkan oleh adanya tiga faktor, yaitu: pesan (Stimulus, S), komunikan (Organism, O), efek (Respons, R).

Dalam proses komunikasi berkenaan dengan perubahan sikap adalah aspek “how”. Jelasnya how to communicate, dalam hal ini how to change the attitude, bagaimana mengubah sikap komunikan.10

8

Agus Sujanto,Psikologi Kepribadian(Jakarta: Aksara Baru, 1991), h. 30. 9

M. Alisuf Sabri,Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1993), h. 60.


(40)

Dari penjelasan di atas, penulis beranggapan bahwa melalui panca inderalah manusia dapat mengamati apa yang ada disekitarnya, sehingga dalam dirinya timbul kesan atau bahkan respons berupa perbuatan terhadap objek tertentu. Dalam ilmu komunikasi dikenal adanya teori S-O-R, yaitu stimulus-organisme-respons. Menurut teori ini, bahwa reaksi tertentu akan timbul akibat stimulus tertentu, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan yang disampaikan terhadap reaksi komunikan.11 Unsur-unsur dalam model ini adalah pesan atau stimulus, komunikan atau organisme dan efek atau respons. Model teori ini dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar Model Teori S-O-R

Dari gambar tersebut menunjukkan bahwa komunikan dapat berlangsung apabila komunikan menaruh perhatian, pengertian serta penerimaan terhadap pesan yang disampaikan oleh komunikator. Setelah itu akan dilanjutkan ke proses berikutnya yaitu perubahan sikap, ini dapat diartikan juga suatu respons atau tanggapan terhadap pesan tersebut. Sedangkan stimulus yang dimaksudkan di atas

10

H. M. Arifin,Psikologi dan Beberapa Aspek Kehidupan Rohaniyah Manusia(Jakarta: Bulan Bintang, 1977), h. 166.

11

Onong Uchjana Effendy,Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi(Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003), h. 254-255.

Stimulus

Organisme: -Perhatian -Pengertian -Penerimaan

Respons (perubahan sikap)


(41)

adalah dapat berupa kata-kata verbal atau pun non verbal dari komunikator kepada komunikan.12

4. Macam-Macam Respons

Macam-macam respons yang diartikan sebagai tanggapan dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu berdasarkan indera yang digunakan, terjadinya dan lingkungannya, yaitu:13

a. Respons Menurut Indra Yang Mengamati 1) Respons Audio

Respons audio adalah respons terhadap apa-apa yang didengar, baik berupa suara, ketukan dan lain-lain.14 Orang dapat mendengar sesuatu dengan alat pendengaran yaitu telinga. Telinga merupakan salah satu alat untuk dapat mengetahui sesuatu yang ada diksekitarnya, telinga dapat menerima setimulus dari luar, stimulus berwujud bunyi yang merupakan geteran udara dan getaran medium lainnya sebagai respons dari stimulus itu orang dapat mendengar.15

2) Respons Visual

Respons visual merupakan respons terhadap sesuatu yang dilihat. Artinya orang lebih mudah dan cenderung untuk menimbulkan respons-respons dari apa yang dilihat.

Seseorang dapat melihat dengan matanya tetapi mata bukanlah satu-satunya bagian hingga individu dapat mengamati apa yang dilihatnya. Mata hanyalah merupakan salah satu alat yang menerima stimulus, dan

12

Ibid, h. 256. 13

Agus Sujanto,Psikologi Kepribadian, h. 30. 14

Ibid, h. 31. 15


(42)

stimulus ini dilangsungkan oleh syaraf sensorik ke otak, hingga akhirnya individu dapat menyadari apa yang dilihat.

3) Respons Perasaan

Respons perasaan merupakan respons sesuatu yang dialami oleh dirinya. Perasaan biasanya disifatkan sebagai suatu waktu, misalnya orang sedih, senang, terharu dan sebagainya. Jika melihat sesuatu, mendengar sesuatu, mencium bau, dan sebagainya. Dengan kata lain perasaan disifatkan sebagai suatu keadaan jiwa.

b. Respons Menurut Terjadinya 1) Respons Ingatan

Ingatan adalah suatu daya jiwa kita yang dapat menerima, menyimpan dan memproduksi kembali pengertian-pengertian maupun respons-respons kita.16

Segala pesan-pesan dan pengalaman-pengalaman yang telah lampau tertinggal jejaknya pada kita. Tertinggalnya berkas-berkas yang lampau ini, tidak selalu ada secara sadar, namun masih dapat ditimbulkan kembali dalam kesadaran. Inilah yang merupakan esensi dari apa yang kita sebut ingatan.17

2) Respons Fantasi

Fantasi ialah suatu daya jiwa untuk mencapai respons-respons baru dengan bantuan respons yang sudah ada pada diri kita, jadi ciri khas gejala jiwa ini adalah unsur menciptakan sesuatu yang baru dalam jiwa. Ciptaan

16

Sabri,Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, h. 71. 17


(43)

baru yang lahir dari fantasi ini dapat berupa kreasi atau kesan baru tentang sesuatu baru yang sifatnya didasari oleh orang yang bersangkutan.

3) Respons Pikiran

Respons pikiran adalah respons masa datang atau respons akan sesuatu yang akan terjadi. Berpikir adalah gejala jiwa yang dapat menetapkan hubungan-hubungan antara ketahuan kita. Berpikir adalah suatu proses dialektis. Artinya, selama kita berpikir, pikiran kita mengadakan tanya jawab dengan pikiran kita untuk meletakan hubungan antara pengetahuan kita dengan tepat. Pikiran itulah yang memberi arah kepada kita.

c. Respons Menurut Lingkungannya 1) Respons Benda

Maksud dari respons benda yakni tanggapan terhadap benda-benda yang ada disekitarnya.

2) Respons Kata-kata

Respons kata-kata adalah tanggapan seseorang terhadap ucapan atau kata-kata yang dilontarkan oleh lawan bicara.

Beberapa macam tanggapan di atas tergantung pada jenis stimulusnya, karena tanggapan yang dilakukan oleh seseorang dapat terjadi apabila terpenuhi faktor penyebabnya. Hal ini perlu diketahui agar individu yang bersangkutan dapat merespons dengan baik. Pada proses awalnya, individu mengadakan tanggapan atau respons tidak terhadap semua stimulus yang ada, tetapi individu melakukan respons terhadap stimulus yang ada penyesuaian atau yang menarik dirinya.


(44)

Menurut Steven M. Chaffe respons dibedakan menjadi tiga macam, yaitu respons kognitif, respons afektif dan respons konatif.18

a) Kognitif, yaitu respons yang berkaitan erat dengan pengetahuan, keterampilan dan informasi seseorang mengenai sesuatu. Respons ini timbul apabila adanya perubahan terhadap yang dipahami atau dipersepsi oleh khalayak.

b) Afektif, yaitu respons yang berhubungan dengan emosi, sikap dan menilai seseorang terhadap sesuatu. Respons ini timbul bila ada perubahan pada apa yang disenangi khalayak terhadap sesuatu.

c) Konatif, yaitu respons yang berhubungan dengan perilaku nyata, yang meliputi tindakan atau kebiasaan.

Dapat diambil kesimpulan bahwa respons itu terbentuk dari proses rangsangan atau pemberian aksi atau sebab yang berujung pada hasil reaksi dan akibat dari proses rangsangan tersebut.

5. Faktor-Faktor Terbentuknya Respons

Pada umumnya manusia menerima stimulus sejak manusia itu terlahir. Penerimaan stimulus sekaligus dituntut untuk menjawab dan mengatasi semua pengaruh. Manusia pada masa pertumbuhan selanjutnya terus merasakan akibat pengaruh dari dirinya, untuk mengembangkan fungsi alat inderanya sesuai fungsinya. Kemudian memperhatikan, mengenali lingkungan sekitar, serta aspek eksternal, seperti dikatakan Bimo Walgito alat indera itu penghubung antara individu dengan dunia lainnya.19

18

Rakhmat,Psikologi Komunikasi, h. 118. 19


(45)

Respons yang dilakukan seseorang dapat terjadi jika terpenuhi faktor penyebabnya, hal ini perlu diketahui agar individu yang bersangkutan dapat menanggapi dengan baik pada proses awalnya individu dapat menanggapi dengan baik, pada proses awalnya individu mengadakan respons tidak hanya dari stimulus yang ditimbulkan oleh keadaan sekitar. Tidak semua stimulus itu mendapat respons individu, sebab individu melakukan terhadap stimulus yang ada penyesuaian atau yang menarik dirinya, dengan demikian maka akan ditanggapi oleh individu. Selain tergantung pada stimulus, juga bergantung pada keadaan individu pada dua faktor, yaitu:

a. Faktor Internal

Manusia terdiri dari dua unsur, yaitu jasmani dan rohani, maka seseorang yang mengadakan respons terhadap sesuatu stimulus tetap dipengaruhi oleh eksistensi kedua unsur tersebut. Apabila terganggu salah satu unsur saja, maka akan melahirkan hasil respons yang berbeda intensitasnya pada diri individu yang melakukan respons atau akan berbeda responnya tersebut, diantaranya satu orang dengan orang lain. Unsur jasmani atau psikologi meliputi keberbedaan, keutuhan, dan cara kerja alat indera, urat syaraf, dan bagian-bagian tertentu pada otak. Unsur-unsur rohani dan psikologi yang meliputi keberbedaan, perasaan akal, fantasi, pandangan jiwa, mental, pikiran, motivasi dan sebagainya.

Perbedaan lain yang menyebabkan orang memiliki respons berbeda terhadap stimulus yang sama adalah berupa motif yang berlainan, untuk setiap orang, sikap, nilai, prefensi, dan keyakinan yang berlainan merupakan faktor yang mempengaruhi respons berbeda.


(46)

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal yaitu faktor yang ada pada lingkungan, faktor ini mempunyai intensitas dan jenis benda perangsang atau orang menyebutnya dengan faktor stimulus, faktor psikis berhubungan dengan objek menimbulkan setimulus dan stimulus mengenai indera.20

Manusia adalah makhluk yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan, faktor eksternal adalah petunjuk yang bisa kita amati dari objek, petunjuk tersebut dapat berupa karakter fisik dari stimulus itu sendiri. Pengorganisasian pesan yaitu cara bagaimana pesan diatur atau diorganisasikan mempengaruhi respons kita,novelty (kebaruan, kesenangan yang baru), hal yang baru.

B. Kajian Teori tentangJama’ah

Definisi Jamaah menurut bahasa Arab, kata jamaah berasal dari kata dasar

jama’aatau mengumpulkan yang berkisar padaal-jam’u atau kumpulan,al-ijma’

atau kesepakatan, dan al-ijtima’ atau perkumpulan yang merupakan lawan kata dari at-tafarruq atau perpecahan.Ibnu Faris berkata “Jim, mim, dan ‘ain” adalah satu dasar yang menunjukkan berkumpulnya sesuatu. Dikatakan, jama’tu asyai’a

jam’anyang berarti saya mengumpulkan sesuatu.

Sedangkan menurut istilah para ulama aqidah, kata “jama’ah” adalah generasi dari umat ini, meliputi para sahabat nabi, para tabi’in, dan semua orang yang mengikuti mereka dengan baik sampai hari kiamat. Mereka dalah orang-orang yang bersepakat untuk menerima kebenaran yang nyata dari al-Qur’an dan

20


(47)

as-Sunnah. Menurut bahasa Arab pengertiannya adalah dari kata al-jamu’dengan arti mengumpulkan yang bercerai-berai.

Sedangkan dalam kamus Ilmiah Populer, jama’ah adalah sekumpulan orang atau sekelompok manusia.21

C. Kajian Teori tentang Pengajian 1. Pengertian Pengajian

Pengajian adalah salah satu dasar dari dakwah. Pengajian mengandung arti penyampaian pesan dakwah disampaikan mad’u melalui metode bilisan, pengajian biasanya disampaikan oleh para kyai maupun ustadz dengan menggunakan acuan atau pegangan kitab-kitab.

Ada juga yang mengatakan pengajian berasal dari kata “kaji” berarti pelajaran (baca, agama) kata yang mendapat awalan pe- dan berakhiran –an. Sehingga bermakna ajaran atau pengajaran.

Pengajian merupakan salah satu istilah yang cukup dikenal oleh kalangan masyarakat, istilah ini merujuk kepada salah satu bentuk kegiatan yang kerap kali dilakukan oleh mubaligh untuk berdakwah, bentuk kegiatan yang berupa pengajian ini sudah dipraktekkan oleh Rasulullah SAW sejak beliau menerima wahyu pertama, namun kegiatan ini pertama kalinya dilakukan secara sembunyi-sembunyi di Mekah. Tapi setelah turunnya perintah untuk menyebarkan agama Islam, maka pengajian tersebut berkembang dan dilaksanakan juga oleh para Walisongo, di mana dalam menyampaikan dakwah Islamiyah mereka banyak menggunakan pengajian sebagai metode dakwahnya dan hal tersebut ternyata

21


(48)

membawa hasil yang sangat besar sehingga hampir seluruh bangsa Indonesia sekarang semua beragama Islam dan di zaman ini pengajian mendapat istilah bermacam-macam, tetapi pengertiannya sama, misalnya kuliah subuh, kultum tujuh menit, dan sebagainya.

2. Kaitan Pengajian dengan Komunikasi

Di atas telah dijelaskan bahwa pengajian mengandung arti penyampaian pesan dakwah disampaikan mad’u melalui metode bilisan, pengajian biasanya disampaikan oleh para kyai maupun ustadz dengan menggunakan acuan atau pegangan kitab-kitab.

Sedangkan komunikasi menurut Horral Laswall dalam buku Komunikasi Dakwah karangan Wahyu Ilaihi mendefinisikan komunikasi adalah siapa mengatakan apa dengan saluran apa kepada siapa dengan pengaruh bagaimana atau who says what in which channel to whom with what effect.22 Penjelasan tersebut terdapat komponen-komponen meliputi komunikator, pesan, komunikan, media dan efek. Jadi berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, secara sederhana proses komunikasi adalah pihak komunikator membentuk pesan dan menyampaikannya melalui suatu saluran tertentu kepada pihak penerima yang menimbulkan efek tertentu.

Adapun kaitan pengajian dengan komunikasi adalah keduanya mempunyai kesamaan yaitu merupakan proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan akibat tertentu atau efek. Namun, dalam pengjian ini adalah dengan komunikasi verbal ataudakwah bil-lisan.

22


(49)

3. Kaitan Pengajian dengan Dakwah

Di atas telah dijelaskan bahwa pengajian merupakan mengandung arti penyampaian pesan dakwah disampaikan mad’u melalui metode bilisan, pengajian biasanya disampaikan oleh para kyai maupun ustadz dengan menggunakan acuan atau pegangan kitab-kitab.

Sedangkan dakwah Jika ditinjau dari segi etimologi, istilah dakwah berasal dari kata da’aa dari fi’il madi dan yad’u dari fi’il mudari’ yang artinya memanggil, mengundang, mengajak, menyeru dan mendorong.23 Sedangkan secara terminologi, istilah dakwah banyak ahli atau pakar yang berusaha mendefinisikan dakwah dan mereka bervariasi dalam mengukapkannya, diantara para ahli tersebut adalah Syeikh Ali Mahfudz. Beliau mendefinisikan dakwah adalah mengajak atau mendorong manusia untuk mengikuti kebenaran dan petunjuk, menyeru mereka berbuat kebajikan dan melarang mereka dari perbuatan munkar agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat.24 Sedangkan dakwah menurut Mohamad Nasir adalah usaha-usaha menyerukan dan menyampaikan kepada perorangan manusia dan seluruh ummat, konsepsi Islam tentang pandangan dan tujuan hidup manusia di dunia ini, yang meliputi amar ma’ruf nahi munkar.25

Jadi dakwah menurut Islam adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat.26

23

Warson Munawwir,Kamus Al-Munawwir(Surabaya: Pustaka Progresif, 1994), h. 439. 24

Maman Abdul Djalil,Prinsip dan Strategi Dakwah(Bandung: Pustaka Setia, 2001), h. 24-25.

25

Hasanuddin,Manajemen Dakwah(Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h. 39. 26


(50)

Dari penjelasan dan pernyatan di atas, penulis berpendapat bahwa dakwah adalah usaha mengajak dan menyapaikan ajaran agama Islam keapada manusia ke jalan yang benar sesuai dengan perintah-Nya. Sebagaimana dijelaskan dalam Surah ali-‘Imron/3: 104 berikut:

ð 

                !  ð 

"

#$% & '

(

)*+,-" ./ 01 2

Artinya:

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.”

Adapaun kaitan pengajian dalam konteks dakwah adalah dakwah itu sendiri. Jadi, pengajian mempunyai arti yang sama dengan dakwah. Karena dakwah adalah seruan atau ajakan dan penyampaian pesan kepada mad’u atau objek dakwah untuk berbuat kebajikan dan melarang mereka dari perbuatan munkar agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat. Sebagaimana dalam firman-Nya dalam Surah an-Nahl/16: 125 berikut:

 3

4 5 #

"    "

!6 

7 &  8

                          Artinya:

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”


(51)

4. Tujuan Pengajian

Pengajian merupakan suatu rangkaian kegiatan atau proses dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu, tujuan ini dimaksudkan untuk pemberi arah atau pedoman bagi gerak langkah kegiatan pengajian, sebab tanpa tujuan yang jelas seluruh aktivitas pengajian akan sia-sia (tiada artinya). Apalagi ditinjau dari segi pendekatan sistem, tujuan pengajian merupakan salah satu unsur dakwah, di mana antara unsur dakwah yang satu dengan yang lain saling membantu, mempengaruhi, dan berhubungan (sama pentingnya).27 Bahkan lebih dari itu tujuan pengajian sangat menentukan dan berpengaruh terhadap penggunaan metode dan media dakwah, sasaran dakwah sekaligus strategi dakwah juga ditentukan atau berpengaruh olehnya. Ini disebabkan karena tujuan pengajian merupakan arah gerak yang hendak dituju seluruh aktivitas dakwah.

Adapun tujuan umum pengajian adalah mengajak umat manusia yaitu meliputi orang mukmin maupun orang kafir atau musyrik kepada jalan yang benar yang diridhoi Allah SWT, agar dapat hidup bahagia dan sejahtera di dunia maupun di akhirat.28

Tujuan khusus pengajian secara operasional dapat dibagi lagi ke dalam beberapa tujuan yakni:29

a. Menganjurkan dan menunjukkan perintah-perintah Allah SWT. Perintah Allah secara garis besar dapatlah dibagi menjadi dua yakni Islam dan Iman.

27

Asmuni Syukir,Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h. 49.

28

Ibid, h. 51. 29


(52)

b. Menunjukkan larangan-larangan Allah SWT. Larangan ini meliputi larangan-larangan yang bersifat perbuatan atau amaliah, dan perkataan atauqauliah.

c. Menunjukkan keuntungan-keuntungan bagi kaum yang mau bertaqwa kepada Allah SWT.

d. Menunjukkan ancaman Allah SWT bagi kaum yang ingat kepada-Nya. Jadi tujuan pengajian adalah mencapai masyarakat yang adil dan makmur serta mendapat ridha Allah SWT.30Karena terpenuhinya kebutuhan spiritual bagi setiap individu khususnya dalam menjalankan ajaran agama yang dipeluk dan diyakininya akan dapat mewujudkan dengan memberikan kebebasan bagi setiap individu untuk menganut dan melaksanakan ajaran agamanya masing-masing tanpa adanya kecurigaan maupun tekanan dari berbagai pihak.

5. Unsur-Unsur Pengajian

Dalam aktivitas atau kegiatan dakwah seperti pengajian, perlu diperhatikan unsur-unsur yang terkandung dalam pengajian itu sendiri, dengan bahasa lain adalah komponen-komponen yang harus ada dalam setiap kegiatan pengajian. Dan komponen-komponen tersebut adalah;

a. Da’i

Dai adalah orang yang melaksanakan dakwah baik secara lisan maupun tulisan ataupun perbuatan dan baik secara individu, kelompok atau bentuk organisasi atau lembaga. Di Indonesia orang yang berdakwah selain dipanggil dengan istilah da’i dan muballigh, juga digunakan istilah ustadz, ustadzah, kyai, ajengan, dan lain-lain.

30


(53)

Dai sebagai subjek pengajian dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu: 1) Secara umum adalah setiap muslim atau muslimat yang mukallaf di mana

bagi mereka kewajiban dakwah merupakan suatu yang melekat, tidak terpisahkan dari misinya sebagai penganut Islam, sesuai dengan perintah: “Sampaikan walau satu ayat”. Hal ini dapat dilihat dalam surah at -Taubah/9: 71 berikut:



9

                                              



Artinya:

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka adalah menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh mengerjakan yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah SWT; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

2) Secara khusus adalah mereka yang mengambil keahlian khusus dalam bidang agama Islam, yang dikenal dengan panggilan ulama. Hal ini juga dapat dipahami dalam Surah ali-‘Imron/3: 104 berikut:

                            Artinya: 31


(54)

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung.”

b. Mad’u

Dalam melaksanakan pengajian selain terdapat dai ada juga yang dinamakan mad’u. Mad’u adalah manusia yang menjadi mitra pengajian atau menjadi sasaran dakwah, baik secara individu, kelompok, baik yang beragama Islam maupun tidak, dengan kata lain manusia secara keseluruhan.32

c. Materi Pengajian

Materi pengajian adalah isi pesan yang disampaikan dai kepada mad’u. pada dasarnya pesan pengajian itu adalah ajaran Islam itu sendiri. Materi yang akan diberikan oleh seorang dai akan memperlihatkan keilmuan yang dimilikinya. Materi yang diberikan juga harus sesuai dengan keadaan mad’u. Hal terpenting dalam pemberian materi atau pesan pengajian adalah tidak boleh menyimpang dari al-Qur’an dan Hadis. Namun, secara umum materi atau pesan pengajian dapat dikelompokkan menjadi:33

1) Pesan Akidah, adalah bersifat i’tiqad bathiniyah yang mencangkup masalah-masalah yang erat hubungannya dengan rukun iman, meliputi Iman kepada Allah SWT. Iman kepada Malaikat-Nya, Iman kepada kitab-kitab-Nya, Iman kepada rasul-rasul-Nya, Iman kepada hari akhir, Iman kepada Qadha-Qadhar.

2) Pesan Syariah, adalah hubungan erat dengan amal lahir dalam rangka mentaati semua peraturan atau hukum Allah guna mengatur hubunagn

32

Ibid, h. 20. 33


(55)

manusia dengan Tuhannya dan mengatur pergaulan hidup antara sesame manusia, meliputi ibadah thaharah, shalat, zakat, puasa, dan haji serta mu’amalah.

- Hukum perdata meliputi: hukum niaga, hukum nikah, dan hukum waris.

- Hukum public meliputi: hukum pidana, hukum Negara, hukum perang dan damai.

3) Pesan Akhlak adalah masalah akhlak dalam aktivitas dakwah sebagai materi dakwah merupakan pelengkap saja, yakni untuk melengkapi keimanan dan keislaman seseorang, meliputi: akhlak terhadap Allah SWT, akhlak terhadap mahkluk yang meliputi; akhlak terhadap manusia, diri sendiri, tetangga, masyarakat lainnya, akhlak terhadap bukan manusia, flora, fauna, dan sebagainya.

d. Media Pengajian

Istilah media jika dilihat dari asal katanya atau secara etimologi berasal dari bahasa Latin yaitu “media”, yang berarti alat perantara. Maksud dari alat perantara adalah adalah alat yang dipakai untuk menyampaikan ajaran Islam. Hamzah Ya’qub membagi media pengajian itu menjadi lima:34

1) Lisan, ini adalah media pengajian yang paling sederhana yang menggunakan lidah dan suara. Media ini dapat berbentuk pidato, ceramah, kuliah, bimbingan, penyuluh, dan sebaginya.

2) Tulisan,meliputi: buku majalah, surat kabar; korespondensi (surat, e-mail, sms), spanduk dan lain-lain.

34


(56)

3) Lukisan,meliputi: gambar; karikatur dan sebagainya.

4) Audio Visual, yaitu alat dakwah yang dapat merangsang indra pendengaran atau penglihatan dan kedua-keduanya, bisa berbentuk televise, slide, ohp, internet, dan sebagainya.

5) Akhlak,yaitu perbuatan-perbuatan nyata yang mencerminkan ajaran Islam, yang dapat dinikmati dan didengarkan oleh mad’u.

e. Efek Pengajian

Efek dalam ilmu komunikasi biasa disebut dengan feedback atau umpan balik adalah umpan balik dari reaksi proses pengajian. Dalam bahasa sederhananya adalah reaksi pengajian yang ditimbulkan oleh aksi pengajian.35 Menurut Jalaluddin Rahmat efek dapat terjadi pada tataran yaitu:36

1) Efek kognitif, yaitu terjadi jika ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, dan dipersepsikan oleh khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, ketrampilan, kepercayaan, atau informasi.

2) Efek afektif, yaitu timbul jika ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci khalayak, yang meliputi segala yang berkaitan dengan emosi, sikap dan nilai.

3) Efek behavioral, yaitu merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasan tindakan berperilaku.

f. Metode Pengajian

Metode pengajian adalah cara-cara yang dipergunakan dai untuk menyampaikan pesan pengajian atau serentetan kegiatan untuk mencapai tujuan

35 Ibid. 36


(57)

pengajian. Sementara itu, dalam komunikasi metode lebih dikenal dengan approach, yaitu cara-cara yang digunakan oleh seorang komunikator untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Secara terperinci metode pengajian dalam al-Qur’an terdapat dalam Surah al-Nahl/16:125 berikut:

                                           Artinya:

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Dari ayat tersebut, terlukiskan bahwa ada tiga metode yang menjadi dasar dakwah yaitu;

1) Hikmah, yaitu berdakwah dengan memperhatikan situasi dan kondisi sasaran dakwah dengan menitikberatkan pada kemampuan mereka, sehingga di dalam menjalankan ajaran-ajaran Islam selanjutnya mereka tidak lagi merasa terpaksa atau keberatan. Namun, menurut Muhammad Natsir dalam bukunya fiqhud da’wah mengatakan bahwa hikmah adalah kemampuan untuk memilih bentuk yang tepat dan menggunakannya secara tepat.37

37

Muhammad Natsir,Fiqhu Da’wah (Surabaya: Yayasan Kesejahteraan Pemuda Islam Surakarta, 1970), h. 16.


(58)

2) Mau’idhatul hasanah, adalah berdakwah dengan memberikan nasihat-nasihat atau menyampaikan ajaran Islam yang disampaikan itu dapat menyentuh hati mereka.

3) Mujadalah, adalah berdakwah dengan cara bertukar pikiran dan membantah dengan cara sebaik-baiknya dengan tidak memberikan tekanan-tekanan dan tidak pula dengan menjelekkan yang menjadi mitra dakwah.

D. Kajian Teori tentang Hadis 1. Pengertian Hadis

Kata hadis (Arab: hadits) secara etimologis berarti “komunikasi, cerita, percakapan, baik dalam konteks agama atau duniawi, atau dalam konteks sejarah atau peristiwa dan kejadian actual.” Penggunaanya dalam bentuk kata sifat atau ajektiva, mengandung arti al-jadid, yaitu: yang baru, lawan dari al-qodim, yang lama. Dengan demikian, pemakaian kata hadis di sini seolah-olah dimaksudkan untuk membedakannya dengan al-Qur’an yang bersifatqodim.38

Hadis secara terminologis, menurut Ibnu Hajar, berarti:39

“Segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW.”

Definisi di atas masih umum, karena belum dijelaskan batasan sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW tersebut. Definisi yang lebih terperinci adalah:40

38

Nawir Yuslem,Ulumul Hadis(Jakarta: PT. Mutiara Sumber Widya, 2001), h. 31. 39

Nawir Yuslem,Ulumul Hadis,h. 36. 40


(59)

“Segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW dari perkataan, perbuatan, taqrir, atau sifat.”

Adapun Imam Taqiyyudin ibnu Taimiyyah mengemukakan definisi hadis sebagai berikut:41

“Seluruh yang diriwayatkan dari Rasul SAW sesudah kenabian beliau, yang terdiri atas perkataan, perbuatan dan ikrar beliau.”

2. Kedudukan Hadis

Kedudukan hadis dari segi statusnya sebagai hukum dan sumber hukum ajaran Islam, menurut jumhur Ulama, adalah menepati posisi kedua setelah al-Qur’an. Berikut akan diuraikan argumen yang dikemukakan para Ulama tentang posisi hadis terhadap al-Qur’an yaitu; pertama, al-Qur’an dengan sifatnya yang

qath’i al-wurud (keberadaannya yang pasti dan diyakini), baik secara ayat per

ayat maupun secara keseluruhan, sudah seharusnyalah kedudukannya lebih tinggi daripada Hadis yang statusnya secara hadis per hadis, kecuali yang berstatus Mutawatir, adalah bersifat dzoni al-wurud. Kedua, Hadis berfungsi sebagai penjelas dan penjabar terhadap al-Qur’an. Ini berarti bahwa yang dijelaskan, yakni al-Qur’an, kedudukannya adalah lebih tinggi daripada penjelasan, yakni Hadis. Ketiga, Sikap para Sahabat yang merujuk kepada al-Qur’an terlebih dahulu apabila mereka bermaksud mencari jalan keluar atas suatu masalah, dan jika di dalam al-Qur’an tidak ditemui penjelasannya, barulah mereka merujuk kepada Al-Sunnah yang mereka ketahui, atau menanyakan hadis kepada Sahabat yang lain.

41


(1)

(2)

Pedoman wawancara

Nama : Hatif Saiful Mursyid Jabatan : Jama’ah Pengajian hadis Hari/tanggal : 25 Mei 2011

Tempat : Masjid Assalaam

Daftar dialog wawancara di bawah ini adalah hasil interview asli antara narasumber (jamaah) dan Lucky (sebagai interviewer), yang kemudian betuk pertanyaan wawancara penulis tulis sesuai dengan huruf angka dan jawaban dari narasumber dalam dialog ini penulis tulis dengan huruf bercetak miring atau italic.

1. Apakah Ibu sering menghadiri pengajian hadis secara rutin? Ya, saya selalu hadir dalam pengajian hadis.

2. Bagaimana pendapat Ibu tentang dakwah Ust. Ali Mustofa Yaqub?

Sangat menarik, dilihat dari pembahasan pada setiap materi sangat mendalam dalam pembahasannya dan keilmuan beliau juga sangat luas tentang hadis yang tak diragukan lagi karena beliau adalah salah satu ahli hadis di Indonesia. 3. Apakah dakwah Ust. Ali Mustofa Yaqub sangat menarik? Jelaskan!

Sangat meraik. Jika dilihat dari antusias jamaah dalam mengikuti pengajian, dari segi penjelasan materi beliau menjelaskan dengan jelas dan mudah dipahami, serta beliau membahas persoalan-persoalan terkini. Beliau juga mempersilahkan jamaah untuk bertanya pada materi yang telah dijelaskan jika jamaah masih belum memahaminya ataupun jamaah bertanya diluar materi yang dibahas oleh da’i.

4. Apakah fungsi pengajian hadis dalam dakwah Ust. Ali Mustofa Yaqub?

Untuk mengetahui hukum seperti hadis yang disampaikan beliau dan meningkatkan keimanan kita.

5. Bagaimana respon jamaah terhadap pengajian hadis?

Sangat baik, karena keilmuan beliau yang sangat mendalam dalam bidang hadis serta penjelasan dengan bahasa yang tepat sehingga jamaah mudah memahami apa yang dijelaskan beliau dalam pengajiannya.


(3)

(4)

DOKUMENTASI

Foto-foto di bawah ini merupakan salah satu bentuk dokumentasi yang penulis peroleh selama penelitian.

(Spanduk Pengajian Hadis dalam rangka Maulid Nabi SAW)

(Prof. Dr. K.H. Ali Mustofa Yaqub M.A pada saat mengisi pengajian)


(5)

(Jamaah bertanya kepada Ust. Ali Mustofa Yaqub MA pada sesi Tanya Jawab)


(6)

DAFTAR NAMA-NAMA JAMA’AH PENGAJIAN HADIS

No Nama No Nama

1 Setiono 18 Muhammad Ihsan

2 Sudio Susilo 19 F. M. Iqbal

3 Ade Ardiansyah 20 Iis Dody

4 Nurul Huda 21 Dewa G. Dwiadnya

5 Achmad Sofyan 22 Ir. Hadi

6 Hatif 23 dr. Abror

7 Anton Fathoni 24 Seno Witanto

8 Hardi Anto 25 R. Muhammad Iman

9 Sugiono 26 Hengky Prasetyo

10 Bambang Subandio 27 Lia R Sentika

11 Suwandi 28 Tini Helmi

12 Ny. Yeli 29 Ernawati

13 Persada Ginting 30 Kholil

14 Agung S.D 31 Najib

15 Lusye Sufuira 32 Tina Dayandri

16 Helmi M. S 33 Ita Mulyanto