Pemeliharaan Oral Hygiene Dan Penanggulangan Komplikasi Perawatan Ortodonti
PEMELIHARAAN ORAL HYGIENE DAN PENANGGULANGAN KOMPLIKASI PERAWATAN ORTODONTI
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh :
060600177 FINDYA AYUDITHA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(2)
Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Ortodonti
Tahun 2010 Findya Ayuditha
Pemeliharaan Oral Hygiene Dan Penanggulangan Komplikasi Perawatan Ortodonti
xi + 27 halaman
Perawatan ortodonti merupakan salah satu bentuk perawatan dalam bidang kedokteran gigi yang berperan penting untuk memperbaiki susunan gigi sehingga dapat meningkatkan kemampuan pengunyahan, berbicara, serta penampilan. Keberhasilan dari perawatan ortodonti dapat dipengaruhi oleh oral hygiene, pengetahuan tentang komplikasi, dan cara penanggulang selama pemakaian pesawat ortodonti, sehingga kerusakan yang parah dapat dihindarkan.
Pemeliharaan oral hygiene merupakan faktor yang berperan untuk mencegah komplikasi-komplikasi yang terjadi selama perawatan ortodonti. Tujuan dari pemeliharaan oral hygiene dalam perawatan ortodonti adalah untuk mencegah penumpukan plak pada gigi dan jaringan sekitarnya. Penumpukan plak dapat menimbulkan karies dan penyakit jaringan periodontal serta bau mulut. Dokter gigi memiliki peranan dalam memperhatikan oral hygiene pasien, karena pada pembersihan pesawat ortodonti terutama pesawat cekat lebih sulit dilakukan. Oleh karena itu, dokter gigi harus memberitahukan kepada pasien bagaimana cara, alat dan bahan yang digunakan untuk memelihara oral hygiene. Dokter gigi memberitahukan kepada pasien berupa cara penyikatan gigi, penggunaan dental floss, penggunaan pasta gigi yang mengandung flouride, dan penggunaan obat kumur selama perawatan ortodonti.
(3)
Selama perawatan ortodonti juga harus diperhatikan komplikasi dan resiko yang dapat dihindarkan. Beberapa komplikasi perawatan ortodonti yang dapat terjadi akibat komponen yang terdiri dari bahan bonding, bracket, arch wire, dan ligation adalah pada mahkota, pulpa, akar, dan pada tulang alveolar, jaringan periodontal, serta komplikasi pada TMJ (Temporomandibular
Joint).
(4)
LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI UNTUK DISEMINARKAN PADA TANGGAL 14 DESEMBER 2010
Oleh :
Pembimbing
Nurhayati Harahap, drg., Sp.Ort (K) NIP : 19481230 197802 2 002
Mengetahui,
Ketua Departemen Ortodonti Universitas Sumatera Utara
Erna Sulistyawati, drg., Sp.Ort (K) NIP : 19540212 198102 2 001
(5)
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi Berjudu l
PEMELIHARAAN ORAL HYGIENE DAN PENANGGULANGAN KOMPLIKASI PERAWATAN ORTODONTI
Yang dipersiapkan dan disusun oleh :
060600177 FINDYA AYUDITHA
Telah Dipertahankan Di Depan Tim Penguji Pada Tanggal 14 Desember 2010 Dan Dinyatakan
Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Susunan Tim Penguji Skripsi
Ketua Penguji
Pembimbing 1 : Pembimbing 2 :
Nurhayati Harahap, drg., Sp.Ort(K) Mimi Marina Lubis, drg NIP : 19481230 197802 2 002 NIP : 19790414 200501 2 001
Anggota Tim Penguji
Muslim Yusuf,drg., Sp.Ort (K) Ervina Sofyanti,drg., Sp.Ort NIP : 19580828 198803 1 002 NIP : 19800113 200812 2 003
Medan, 17 Desember 2010 Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ortodonti Ketua
(6)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, serta shalawat dan salam kepada Rasulullah Muhammad SAW sehingga skripsi ini selesai disusun untuk memenuhi kewajiban penulis sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.
Dengan hati yang tulus, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Ibunda Fitri Leny dan Ayahanda Darmoen Samidi Prawira, dr., Sp.B. yang telah memberikan kasih sayang dan dukungan tanpa batas. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort. selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Erna Sulistyawati, drg., Sp.Ort (K) selaku Ketua Departemen Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
3. Nurhayati Harahap, drg., Sp.Ort (K) dan Mimi Marina Lubis, drg selaku pembimbing skripsi.
4. Saidina Hamzah Daliemunthe, drg., Sp.Perio(K) selaku pembimbing akademik
5. Seluruh staf pengajar di lingkungan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan membimbing penulis selama pendidikan.
6. Saudara-saudaraku tercinta Nithya Paramita dan Nadya Nabilla
7. Teman-temanku Anton, Tia, Ida, Dahnil, Merina, Calvin, Vera, Vincent, Yufridika, Amee, Gita, Desy, Adyan serta kakanda dan adinda di FKG USU yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
(7)
Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi pengembangan disiplin ilmu di Fakultas Kedokteran Gigi khususnya dalam bidang Ortodonti.
Medan, Desember 2010 Penulis
( Findya Ayuditha NIM. 060600177
(8)
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR GAMBAR ... vi
DAFTAR TABEL ... vii
BAB I : PENDAHULUAN ... 1
BAB II : ORAL HYGIENE DALAM PERAWATAN ORTODONTI 2.1 Definisi Oral Hygiene ... 3
2.2 Pemeliharaan Oral Hygiene Selama Perawatan Ortodonti... 5
2.2.1 Cara Penyikatan Gigi ... 5
2.2.2 Dental Floss ... 8
2.2.3 Penggunaan Pasta Gigi yang Mengandung Fluoride ... 9
2.2.4 Penggunaan Obat Kumur ... 10
BAB III : KOMPLIKASI DAN RESIKO PERAWATAN ORTODONTI SERTA CARA PENANGGULANGANNYA 3.1 Mahkota ……….. 11
3.2 Akar ……….... 14
3.3 Pulpa ………... 17
3.4 Tulang Alveolar ……….. 18
3.5 Jaringan periodontal ………... 18
3.6 TMJ ……….... 21
BAB IV : KESIMPULAN ... 23
(9)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kriteria skor untuk Indeks Debris……… 4
2. Kriteria skor untuk Indeks Kalkulus ………... 4
3. (A) Sikat gigi manual ... 6
(B) Sikat gigi elektrik ... 6
4. Cara pemakaian sikat gigi manual pada pasien ortodonti ... 6
5. (A) Sikat gigi interdental ... 7
(B) Cara pemakaian sikat gigi interdental pada pasien ortodonti……… . 7
6. (A) Dental floss ... 9
(B) Cara pemakaian dental floss pada pasien ortodonti ... 9
7. Pemakaian pasta gigi berflouride... 10
8. Demineralisasi enamel ... 12
9. Dekalsifikasi selama perawatan ortodonti ... 13
10. Pergerakan Tipping………. 14
11. Resorpsi akar pada gigi insisivus sentralis selama pemakaian alat ortodonti... 16
12. Pembengkakan gingiva pada pasien ortodonti ... 20
13. Resesi gingiva yang terjadi pada pasien ortodonti. ... 20
(10)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Tingkat Kebersihan rongga mulut ……….... 5 2. Kekuatan optimal untuk mendapatkan berbagai pergerakan gigi ……… 15
(11)
Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Ortodonti
Tahun 2010 Findya Ayuditha
Pemeliharaan Oral Hygiene Dan Penanggulangan Komplikasi Perawatan Ortodonti
xi + 27 halaman
Perawatan ortodonti merupakan salah satu bentuk perawatan dalam bidang kedokteran gigi yang berperan penting untuk memperbaiki susunan gigi sehingga dapat meningkatkan kemampuan pengunyahan, berbicara, serta penampilan. Keberhasilan dari perawatan ortodonti dapat dipengaruhi oleh oral hygiene, pengetahuan tentang komplikasi, dan cara penanggulang selama pemakaian pesawat ortodonti, sehingga kerusakan yang parah dapat dihindarkan.
Pemeliharaan oral hygiene merupakan faktor yang berperan untuk mencegah komplikasi-komplikasi yang terjadi selama perawatan ortodonti. Tujuan dari pemeliharaan oral hygiene dalam perawatan ortodonti adalah untuk mencegah penumpukan plak pada gigi dan jaringan sekitarnya. Penumpukan plak dapat menimbulkan karies dan penyakit jaringan periodontal serta bau mulut. Dokter gigi memiliki peranan dalam memperhatikan oral hygiene pasien, karena pada pembersihan pesawat ortodonti terutama pesawat cekat lebih sulit dilakukan. Oleh karena itu, dokter gigi harus memberitahukan kepada pasien bagaimana cara, alat dan bahan yang digunakan untuk memelihara oral hygiene. Dokter gigi memberitahukan kepada pasien berupa cara penyikatan gigi, penggunaan dental floss, penggunaan pasta gigi yang mengandung flouride, dan penggunaan obat kumur selama perawatan ortodonti.
(12)
Selama perawatan ortodonti juga harus diperhatikan komplikasi dan resiko yang dapat dihindarkan. Beberapa komplikasi perawatan ortodonti yang dapat terjadi akibat komponen yang terdiri dari bahan bonding, bracket, arch wire, dan ligation adalah pada mahkota, pulpa, akar, dan pada tulang alveolar, jaringan periodontal, serta komplikasi pada TMJ (Temporomandibular
Joint).
(13)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perawatan ortodonti merupakan salah satu bidang kedokteran gigi yang berperan penting dalam memperbaiki estetik wajah, fungsi serta stabilitas hasil perawatan yang baik.1 Untuk mendapatkan hasil perawatan ortodonti yang memuaskan, diperlukan oral
hygiene yang baik. Pemeliharaan oral hygiene bertujuan untuk menyingkirkan dan
mencegah timbulnya plak serta sisa-sisa makanan yang melekat pada gigi.2,3,4,5 Dokter gigi dan pasien memiliki peranan dalam pemeliharaan oral hygiene selama perawatan ortodonti dilakukan. Dokter gigi memberitahukan bagaimana cara penyikatan gigi, dental
floss, penggunaan pasta gigi yang mengandung fluoride, dan penggunaan obat kumur
yang dipakai untuk memelihara oral hygiene.6,7,8
Pada perawatan ortodonti terutama ortodonti cekat dapat memperburuk oral
hygiene, sehingga komplikasi dan resiko harus dihindarkan. Beberapa komplikasi
perawatan ortodonti yang dapat terjadi akibat komponen yang terdiri dari bahan bonding,
bracket, arch wire, dan ligation. Komplikasi dan resiko tersebut terjadi pada mahkota,
pulpa, akar, dan pada tulang alveolar, jaringan periodontal, serta komplikasi pada TMJ (Temporomandibular Joint).
(14)
1.2 Tujuan
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui cara memelihara oral hygiene, menghindarkan, dan menghindari komplikasi yang terjadi.
1.3Perumusan Masalah
Yang menjadi masalah adalah bagaimana cara memelihara oral hygiene yang baik dan bagaimana menanggulangi komplikasi perawatan ortodonti.
1.4Ruang Lingkup
Dalam tulisan ini akan diuraikan mengenai cara memelihara oral hygiene, dan menanggulangi komplikasi selama perawatan ortodonti.
(15)
BAB II
ORAL HYGIENE DALAM PERAWATAN ORTODONTI
Pemakaian pesawat ortodonti terutama pesawat cekat membuat gigi lebih sulit dibersihkan dan mempermudah terjadinya penumpukan plak pada gigi pasien. Plak merupakan faktor penyebab penyakit periodontal dan kerusakan gigi. Oleh karena itu, pemeliharaan oral hygiene dalam perawatan ortodonti sangat penting untuk mencegah penumpukan plak.10 Perlu diperhatikan bahan yang digunakan dalam perawatan ortodonti, karena dapat mempengaruhi oral hygiene.
2.1 Definisi Oral Hygiene
Oral hygiene adalah tindakan pemeliharaan atau menjaga rongga mulut agar tetap
bersih dan sehat untuk mencegah terjadinya karies, penyakit jaringan periodontal serta bau mulut. Tujuan pemeliharaan oral hygiene adalah untuk menyingkirkan atau mencegah timbulnya plak gigi dan sisa-sisa makanan yang melekat di gigi.2,3,9
Oral hygiene merupakan kebersihan rongga mulut seseorang yang dapat diukur dari
indikator yang disebut indeks. Ada beberapa indeks yang dapat digunakan untuk menentukan status oral hygiene seseorang yaitu indeks oral hygiene (oral hygiene index).15
Oral Hygiene Index (OHI) mengukur debris dan kalkulus yang menutupi permukaan gigi
(16)
indeks mempunyai rentangan skor 0 – 3. Oral Hygiene Index (OHI) diperoleh dengan menjumlahkan nilai indeks debris (Gambar 1)15 dan indeks kalkulus (Gambar 2)15.
(17)
Alat yang digunakan untuk menentukan Oral Hygiene Index (OHI) adalah kaca mulut dan sonde berbentuk sabit, tanpa menggunakan zat pewarna. Tingkat kebersihan rongga mulut dapat dilihat dari skor OHI yang didapat (tabel 1) 19 Skor OHI pada pasien yang dirawat ortodonti haruslah berada pada tingkatan baik, karena oral hygiene memegang peranan dalam menentukan keberhasilan perawatan ortodonti.15
Tabel 1. Tingkat kebersihan rongga mulut dilihat dari skor OHI.13
Level kebersihan oral dari debris yang
melekat
Skor Debris
Level oral hygiene Skor OHI
Baik Sedang
Jelek
0 - 6 7 – 18 19 – 30
Baik Sedang
Jelek
0 – 12 13 – 30 31 – 60
2.2 Pemeliharaan Oral Hygiene Selama Perawatan Ortodonti
Oral hygiene sangat berperan dalam perawatan ortodonti agar mendapatkan
hasil perawatan yang memuaskan.14 Untuk mencegah komplikasi-komplikasi yang terjadi, dokter gigi memiliki peranan yang harus diperhatikan, yaitu memperhatikan
oral hygiene pasien.7
Membersihkan gigi dengan pesawat ortodonti cekat sedikit lebih sulit, karena pesawat ortodonti cekat tidak dapat dilepas-lepas oleh pasien, sehingga pemakaian pesawat ortodonti cekat dibutuhkan perawatan yang lebih intensif untuk mencegah komplikasi yang terjadi.5 Dokter gigi berkewajiban untuk memberitahukan kepada
(18)
pasien bagaimana cara penyikatan gigi, dental floss, penggunaan pasta gigi yang mengandung fluoride, dan penggunaan obat kumur yang dipakai untuk memelihara
oral hygiene.6,7,8
2.2.1 Cara penyikatan gigi
Sikat gigi yang digunakan pada pasien ortodonti harus memiliki bulu sikat yang lembut. Pada saat perawatan ortodonti,sikat gigi yang digunakan untuk pesawat cekat atau lepasan terdiri dari dua jenis, yaitu sikat gigi manual dan sikat gigi elektrik (Gambar 3a dan gambar 3b).24
Gambar 3a: Sikat gigi manual24 Gambar 3b: Sikat gigi elektrik24
Sikat gigi manual merupakan prosedur pemeliharaan oral hygiene yang telah lama dilakukan. Kelebihan sikat gigi manual adalah biaya yang dikeluarkan lebih murah dan mudah dilakukan.19 Sikat gigi manual yang digunakan adalahdimana baris tengah bulu sikat berukuran lebih pendek. Hal ini bertujuan agar pasien dapat membersihkan bracket dengan mudah dan bulu sikat yang panjang tetap berkontak dengan permukaan gigi (Gambar 4)19,24
(19)
Sikat gigi interdental merupakan sikat gigi manual yang dipakai untuk menyingkirkan plak subgingiva mulai dari kedalaman saku 2-2,5mm. Saat ini jenis sikat gigi interdental bervariasi, mulai dari kekerasan bulu sikatnya, bentuk bulu sikatnya dan desain pegangan sikatnya. Tetapi bulu sikat gigi dengan ujung membulat dianjurkan untuk mencegah trauma pada gingiva (Gambar 5a dan gambar 5b). 19,24
(A) (B)
Gambar 5 : (A) : Sikat gigi interdental24
(B) : Cara pemakaian sikat gigi interdental pada pasien ortodonti24
Ada beberapa teknik menyikat gigi seperti menggosok secara vertikal horizontal, teknik memutar dan teknik Bass. Teknik tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Teknik menyikat gigi yang baik harus dapat membersihkan seluruh permukaan gigi termasuk daerah interdental dan tidak merusak atau melukai permukaan gigi dan jaringan lunak seperti abrasi dan resesi gingiva.15,20 Teknik menggosok secara horizontal dan vertikal dapat menyebabkan abrasi gigi dan resesi gingiva. Sedangkan teknik memutar tidak membersihkan daerah interdental.15
Teknik menyikat gigi yang banyak dianjurkan oleh para ahli karena dinilai cukup efektif dalam membersihkan plak gigi, yaitu teknik bass. Teknik bass
(20)
gigi, lebih tepatnya di tepi gusi (batas gigi dengan gusi), karena disinilah banyak plak menumpuk. Miringkan kepala sikat gigi kira-kira sebesar 45 derajat menghadap permukaan gigi. Tujuannya agar bulu sikat dapat masuk ke celah antara gigi dengan gusi yang disebut saku gusi, dan membersihkan plak yang ada di dalamnya agar terhindar dari komplikasi-komplikasi yang terjadi.15
Pemakaian sikat gigi elektrik juga dapat digunakan untuk membersihkan sisa-sisa makanan yang melekat pada permukaan gigi.11 Heanue dkk (2003) dan Robinson dkk (2005) menemukan bahwa penggunaan sikat gigi elektrik lebih signifikan dalam menjaga oral hygiene dibandingkan sikat gigi manual. Sikat gigi elektrik dapat lebih efektif untuk menghilangkan plak yang menempel dipermukaan gigi dibandingkan dengan sikat gigi manual. Sikat gigi elektrik digerakkan oleh motor sehingga mempunyai kekuatan yang stabil dan dapat menjangkau permukaan gigi yang sulit dijangkau oleh sikat gigi manual. Sikat gigi elektrik kurang begitu dikenal oleh masyarakat dikarenakan masih merupakan teknologi baru.9,19,20
Frekwensi penyikatan gigi juga merupakan faktor yang mempengaruhi efektifitas penyikatan gigi. Jika penyikatan lebih sering dilakukan, maka gigi dan rongga mulut lebih bersih sehingga mencegah akumulasi plak dan timbulnya gingivitis. Penyikatan gigi harus dilakukan minimal 3 kali sehari khususnya setelah makan dan sebelum tidur selama 2-3 menit. 9,19,20,22
2.2.2 Dental floss
Penyikatan gigi memang efektif dalam menyingkirkan plak, tetapi penyikatan gigi tidak selalu membuat gigi lebih bersih, khususnya pada sisi proksimal. Oleh karena itu diperlukan pemakaian dental floss pada pasien ortodonti (Gambar 6a dan Gambar
(21)
6b).17,19 Cara menggunakan dental floss adalah mengambil sekitar 45 cm dari dental
floss, kemudian lilitkan pada jari tengah di masing-masing tangan dan sisakan sekitar 4
cm. Regangkan dengan kencang menggunakan jari telunjuk dan ibu jari. Arahkan
dental floss yang diregangkan di antara gigi. Saat dental floss mencapai batas gusi,
lekuk menjadi seperti huruf C berlawanan dengan permukaan gigi. Gerakkan secara perlahan ke atas, bawah , depan, dan belakang untuk membersihkan permukaan gigi. Selanjutnya pindahkan dental floss kegigi sebelahnya. Dengan gerakan menyerupai gergaji, keluarkan dental floss setelah seluruh permukaan selesai dibersihkan.17,19
(A) (B)
Gambar 6: (A) Dental Floss24
(B) Cara pemakaian dental floss pada pasien ortodonti cekat24
2.2.3 Penggunaan pasta gigi yang mengandung fluoride
Saat ini, ada begitu banyak produk pasta gigi yang diperkaya dengan kandungan sesuai kebutuhan gigi kita, seperti tartar control, pemutih, atau penyegar napas. Tetapi, pemakaian pasta gigi ber-flouride merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dalam pemeliharaan oral hygiene. Flouride merupakan salah satu komponen yang berperan penting dalam mineralisasi dan juga dapat mencegah karies.17
(22)
fluoride dua kali sehari dapat mengurangi kerusakan gigi hingga 40 persen. Pasta gigi
yang diletakkan pada bulu sikat hanya seukuran kacang, karena pasta gigi sebanyak itu dapat membuat penggosokan gigi lebih efektif dengan membersihkan dan menghilangkan plak, noda, dan sisa makanan (Gambar 7) 17,24
Gambar 7 : Pemakaian pasta gigi berflouride24
2.2.4 Penggunaan obat kumur
Obat kumur diyakini dapat mencegah pembentukan plak gigi dan gingivitis. Obat kumur yang sering digunakan adalah chlorhexidine, triclosan dan listerine. Chlorhexidine merupakan obat kumur yang paling efektif membunuh bakteri gram positif dan negatif. Bahan ini memiliki kemampuan untuk bertahan lebih lama dirongga mulut dengan cara berikatan dengan jaringan lunak dan keras dalam rongga mulut. Tetapi bahan ini memiliki efek samping seperti perubahan rasa, restorasi dan bahan adesif bracket ortodonti. Selain chlorhexidine, bahan yang sering dipakai sebagai obat kumur adalah
triclosan. Triclosan tidak menyebabkan stain pada permukaan gigi. Bahan ini juga
dipakai pada pasta gigi. Tetapi efek penghambatan plak bakteri kurang bila dibandingkan
chlorhexidine. Listerine juga dipakai sebagai obat kumur, karena listerine merupakan
obat kumur essential oil/phenolic dan memiliki efek penghambat pembentukan plak yang sedang.19
(23)
BAB III
KOMPLIKASI DAN RESIKO PERAWATAN ORTODONTI SERTA CARA PENANGGULANGANNYA
Tujuan perawatan ortodonti adalah mendapatkan kesehatan gigi dan mulut, estetik wajah, fungsi, serta stabilitas hasil perawatan yang baik. Tetapi selama perawatan ortodonti dapat terjadi komplikasi yang dapat menggagalkan hasil perawatan. Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari komponen-komponen pesawat ortodonti terutama pesawat ortodonti cekat terdiri dari bahan bonding, bracket, arch
wire, dan ligation adalah komplikasi yang terjadi pada mahkota, pulpa, akar, dan pada
tulang alveolar, jaringan periodontal, serta komplikasi pada TMJ (Temporomandibular Joint).1,7,12,13,16
3.1 Mahkota
Pada mahkota dapat terjadi demineralisasi, fraktur, dan erosi enamel yang merupakan efek samping perawatan ortodonti dengan menggunakan pesawat cekat.1 Demineralisasi enamel atau disebut juga dengan white spot biasanya terjadi pada permukaan yang halus. Peningkatan resiko karies selama perawatan dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: Lokasi karies sulit ditemukan, pH yang rendah, peningkatan jumlah plak gigi, perubahan bakteri flora normal yang cepat.5 Gigi insisivus lateral maksila, kaninus maksila dan premolar mandibula merupakan gigi yang paling sering terkena demineralisasi enamel, tetapi demineralisasi dapat juga melibatkan beberapa gigi. (Gambar 8).1
(24)
Gambar 8 : Demineralisasi enamel.1
Penggunaan bahan-bahan yang dapat mencegah demineralisasi sering dilakukan selama perawatan ortodonti adalah fluoride. Telah terbukti bahwa fluoride dengan konsentrasi yang rendah dapat menghambat pembentukan demineralisasi. Karena Ion fluoride masuk ke permukaan kristal enamel dan menghambat atau meningkatkan remineralisasi enamel. Metode yang dipakai untuk menurunkan resiko demineralisasi selama perawatan ortodonti ditujukan pada penggunaan fluoride seperti pasta gigi, dan obat kumur yang sangat efesiensi untuk mengurangi demineralisasi enamel dan white
spot.1,5 Kooperatifan pasien juga sangat dibutuhkan dalam menurunkan faktor demineralisasi enamel.5 Kontrol plak merupakan cara mencegah demineralisasi enamel yang disebabkan oleh plak. Pemakaian sikat gigi elektrik lebih efektif mengurangi akumulasi plak daripada sikat gigi manual.19
Sealant resin juga digunakan untuk mencegah demineralisasi yang dapat
diaplikasikan di sekitar bracket dan permukaan gigi sebelum bonding bracket. Selain itu, penggunaan Resin Modified Glass Ionomer Cement (RMGIC) sebagai bahan adesif
bracket juga dapat mengurangi demineralisasi dan dapat melepaskan ion-ion fluoride.5
Selain karies, kerusakan enamel juga dapat disebabkan oleh adanya kontak prematur antara permukaan oklusal gigi dengan bracket ortodonti. Tepi insisal gigi anterior rahang atas dan bucal cusps gigi posterior rahang atas merupakan gigi yang paling sering mengalami fraktur enamel. Pada saat pemasangan bracket harus dihindari kontak
(25)
langsung antara bracket dan gigi antagonis. Jika kontak langsung antara bracket dan gigi tidak dapat dihindari, gigi lainnya juga dapat dipakai untuk menerima tekanan oklusal gigi antagonis.1
Pada saat pemasangan dan pelepasan band harus diperhatikan, karena dapat menyebabkan fraktur enamel. Ketelitian diperlukan pada restorasi yang besar, karena dapat menyebabkan fraktur tonjol.Debonding juga dapat menyebabkan fraktur enamel,
baik bracket logam maupun keramik. Pelepasan bracket dan sisa bahan bonding harus dilakukan dengan hati-hati untuk meminimalkan resiko fraktur enamel. Bur debonding dapat berpotensi untuk merusak enamel, terutama handpiece dengan turbin yang cepat.1
Erosi enamel juga harus diperhatikan pada awal perawatan dan anjuran pola makan yang tepat diberikan untuk meminimalkan kerusakan struktur gigi. Hindari minuman berkarbonat yang merupakan penyebab erosi.1 (Gambar 9)
(26)
3.2 Akar
Resorpsi akar merupakan salah satu komplikasi yang terjadi pada saat perawatan ortodonti. Dengan pemberian tekanan yang tidak tepat dapat mengakibatkan terjadinya resorpsi pada akar yang merupakan salah satu komplikasi yang terjadi pada saat perawatan ortodonti.10,16 Pemberian tekanan akan mengawali atau merangsang remodeling tulang maupun untuk membimbing gerakan gigi menuju keposisi yang diinginkan. Gigi digerakkan dengan pemberian tekanan yang dihasilkan dari komponen yang dipasang pada pesawat ortodonti cekat.14 Kekuatan yang diperlukan untuk menggerakkan gigi sebaiknya adalah kekuatan yang cukup untuk merangsang aktivitas sel tanpa menyebabkan tertutupnya pembuluh darah pada ligament periodontal.
Ada beberapa gerakan gigi dalam perawatan ortodonti yang menyebabkan resorpsi akar, salah satunya adalah gerakan tipping.14 Pergerakan tipping adalah pergerakan dimana tekanan yang diaplikasikan pada titik tunggal mahkota gigi, yang dapat menyebabkan resorpsi akar.14 (Gambar 10)
(27)
Tabel 2. Kekuatan optimal dapat diberikan untuk mendapatkan berbagai pergerakan gigi
Kekuatan optimal untuk pergerakan gigi Tipe gerakan
Kekuatan ( gr) / cm2
Tipping 50-75
Bodili 100-150
Rotasi 50-75
Ekstrusi 50-75
Intrusi 15-25
Ada beberapa teori tentang resorpsi tulang alveolus, yaitu : Teori I :
Bien dkk mengatakan bahwa pembuluh darah dalam membran periodontal akan terjepit dan terjadi stenosis. Aliran darah akan terhambat sehingga terjadinya gelembung gas (oksigen) yang keluar dari cairan darah dan meninggalkan pembuluh darah, sebagian kembali lagi tetapi sebagian ada yang terjebak di spiculae pada tulang alveolus. Keadaan ini menyebabkan resorpsi tulang alveolus secara lokal. Bagaimana mekanisme oksigen dapat merangsang resorpsi tulang sampai sekarang belum jelas, namun dalam teori ini dikatakan bahwa pembuluh darah memberikan gelembung-gelembung oksigen dan sisa nutrisi yang sangat diperlukan untuk aktifitas sel.10
Teori II :
Mekanisme terjadinya resorpsi yang lain ialah melibatkan efek hidrodinamik pada daerah yang tertekan dan sifat piezoelektrik tulang. Pemberian kekuatan akan menimbulkan tekanan hidrodinamik, karena membran periodontal berisi pembuluh darah dan cairan interstitiel. Tekanan ini akan diteruskan ke dinding tulang olveolus. Permukaan tulang alveolus akan berubah bentuknya menjadi cembung, perubahan bentuk
(28)
membantu meneruskan tekan hidrodinamik dan memberikan nutrisi untuk energi yang diperlukan dalam proses resorpsi tulang.10
Mekanisme terjadinya resorpsi gigi akibat dari perawatan ortodonti masih belum jelas. Berdasarkan teori dinyatakan bahwa, tekanan yang berlebihan dan proses pembentukan hyalin pada ligamen periodontal akan menyebabkan aktivitas yang berlebihan dari sementoklas dan osteoklas.1
Jika diketahui adanya resorpsi saat dilakukan perawatan, maka harus digunakan kekuatan yang lebih ringan, dan panjang akar gigi perlu diperhatikan setiap 6 bulan sekali dengan menggunakan foto radiografi. Tujuan perawatan harus dipertimbangkan kembali untuk dapat memaksimalkan ketahanan gigi-geligi. Pada kasus yang parah, perawatan harus dihentikan untuk mencegah terjadinya resorpsi yang lebih parah meskipun hasil yang didapat masih belum ideal.1 (Gambar 11)
(A) (B)
Gambar 11: Resorpsi akar pada gigi insisivus sentralis selama pemakaian alat ortodonti.24
(a) Sebelum perawatan, (b) selama perawatan.
3.3 Pulpa
Disamping kerusakan enamel dan kerusakan pada akar, komplikasi dapat juga terjadi selama pemakaian pesawat ortodonti yakni kerusakan pada pulpa. Tekanan ortodonti dapat menyebabkan tekanan pada sistem penggunaan oksigen sel pulpa.
(29)
Gangguan sirkulasi pada pulpa akan bertambah parah jika tekanan besar diberikan dalam jangka waktu yang lama. Pengaplikasian tekanan ringan secara berkesinambungan pada mahkota gigi akan menyebabkan inflamasi yang sementara pada pulpa. Pulpitis merupakan kondisi yang dapat terjadi pada gigi yang digerakkan secara ortodonti, namun biasanya pulpitis yang terjadi bersifat reversibel atau sementara. Walaupun jarang menyebabkan gigi menjadi non vital, juga dapat terjadi peningkatan pulpitis pada gigi yang sebelumnya mengalami trauma oleh pesawat cekat. Oleh karena itu, pada gigi yang mengalami trauma, hanya diberikan tekanan yang kecil dan vitalitas gigi tersebut harus dikontrol setiap 3 bulan. 1
Pada saat pembersihan bahan bonding yang tersisa dengan bur memiliki resiko peningkatkan temperatur lokal dapat menyebabkan kerusakan pulpa. Temperatur 46-50C° selama 30 detik akan menyebabkan trombosis dan gangguan sirkulasi. Untuk mengatasi hal tersebut, air atau udara dapat digunakan sebagai pendingin. Gigi yang mengalami trauma akibat kecelakaan atau tambalan yang besar dapat menyebabkan kerusakan syaraf. Pada beberapa kasus, pergerakan gigi dengan pesawat ortodonti dapat memperparah kondisi tersebut dan menyebabkan perawatan saluran akar.1
3.4 Tulang alveolar
Pesawat ortodonti memiliki potensi merusak jaringan periodontal dari gigi yang dirawat. Kehilangan tulang alveolar sering ditemui pada pasien ortodonti. Kerusakan tulang alveolar dapat terjadi akibat pergerakan gigi dan adanya inflamasi yang mempengaruhi keberhasilan perawatan ortodonti. Oleh karena itu, pasien ortodonti yang memiliki faktor resiko kehilangan tulang alveolar jika terjadi resorpsi yang berlebihan cara mencegahnya adalah dengan cara cangkok tulang alveolar. 1,15
(30)
3.5 Jaringan periodontal
Komplikasi lainnya dapat terjadi selama perawatan ortodonti yakni inflamasi jaringan periodontal yang ditandai dengan adanya pembengkakan, resesi gingiva dan pendarahan gingiva. Inflamasi jaringan periodontal terjadi diantaranya gingivitis dan periodontitis. Pesawat ortodonti akan menyebabkan retensi plak meningkat yang akan memicu timbulnya penyakit periodontal.1,21,22
Salah satu komponen pesawat ortodonti yang menyebabkan penyakit periodontal adalah arch wire yang bersifat korosif, terutama yang mengandung copper (tembaga). Hal ini dapat menyebabkan terjadinya sitotoksik atau keracunan sel. Selain itu, sifat korosif tersebut dapat menyebabkan penyakit periodontal seperti gingivitis.
Arch wire yang terbuat dari bahan nikel lebih tahan terfadap korosi dibandingkan
dengan yang terbuat dari stainless steel atau cobalt. Dalmau LB dkk melaporkan bahwa kandungan nikel dapat menyebabkan alergi dermatitis dan prevalensinya sekitar 20-30%.18
Arch wire ligation juga merupakan komponen pesawat cekat yang dapat
menimbulkan penyakit periodontal karena merupakan tempat perlekatan bakteri. Ricardo Alves de Souza dkk dan Turkkahraman H dkk meneliti mengenai evaluasi kondisi periodontal dan mikrobiologi pada dua jenis arch wire ligation yakni
elastomeric ring dan stainless steel. Dari hasil kedua penelitian tersebut disimpulkan
bahwa arch wire ligation dari elastomeric ring menunjukkan skor plak dan perdarahan yang lebih tinggi daripada yang terbuat dari stainless steel.18
Adanya pembengkakan gingiva (hyperplasia) dapat menganggu posisi bracket di gigi. Prosedur perawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi hyperplasia gingiva adalah skeling dan penyerutan akar, pemberian antibiotik dan gingivektomi.
(31)
Gingivektomi adalah prosedur pembedahan gingiva untuk mengembalikan bentuk dan kontur gingiva yang normal.13 Pemasangan atau pelepasan band dapat menimbulkan efek yang merugikan pada pasien. Pemasangan band pada daerah subgingiva lebih berisiko menyebabkan penyakit periodontal. Jika tidak hati-hati, pemasangan atau pelepasan band dapat menyebabkan inflamasi gingiva ataupun bakterimia. Lucas dkk menyatakan bahwa beberapa prosedur perawatan ortodonti dihubungkan dengan terjadinya bakterimia.17
Selain hyperplasia gingiva, gingivitis sering terjadi pada pasien yang disebabkan oleh plak bakteri (Gambar 12). Timbulnya plak bakteri dipengaruhi beberapa faktor diantaranya oral hygiene yang buruk, stress dan merokok. Jika gingivitis dipengaruhi oleh faktor stress, maka gingivitis dapat dirawat dengan mengurangi stress tersebut, sedangkan gingivitis dipengaruhi oleh merokok, tindakan penghentian merokok adalah cara yang tepat. Adanya gingivitis selama perawatan ortodonti dapat dirawat dengan mengkonsumsi antibiotik, seperti golongan penicillin 500 mg 4 kali sehari selama tujuh hari atau metronidazole 500 mg dua kali sehari selama tujuh hari.21
Gambar 12: Pembengkakan gingiva pada pasien ortodonti24
Jika resesi gingiva terjadi selama perawatan ortodonti, maka terlebih dahulu
(32)
13) Terapi resesi gingiva yang dipilih antara lain bedah mukogingiva, seperti lateral
sliding flaps, coronally positioned flaps dan connective tissue grafts, yang dapat menutupi
akar yang tersingkap sekitar 65 % - 98 %.22
Gambar 13: Resesi gingiva yang terjadi pada pasien ortodonti.1,24
Laserasi pada gingiva dan mukosa oral dapat terlihat seperti ulserasi atau hiperplasia (Gambar 14). Laserasi tersebut biasanya terjadi selama perawatan atau diantara sesi kunjungan yang disebabkan oleh arch wire, bracket, dan band ,dan khusunya jika wire yang terpasang tidak diregangkan dengan baik sehingga mengenai bibir. Aktivitas otot pipi dan lidah yang berlebihan dapat memicu terjadinya trauma. Pemakaian dental wax, pemakaian pipa karet dan memotong ujung arch wire yang tajam dapat mengurangi terjadinya trauma dan rasa tidak nyaman. 1
(33)
3.6 TMJ (Temporomandibular Joint).
Menurut Paul dan Ricky Wong, TMD (Temporomandibular Disorders) merupakan penyakit yang sering terjadi pada populasi masyarakat secara umum.1 Pada literatur yang ada, hubungan antara disfungsi temporo mandibula dan perawatan ortodonti telah menjadi fokus perhatian. Berdasarkan hal tersebut, disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara TMD dengan perawatan ortodonti. Pasien yang memiliki gangguan TMD sebelum perawatan ortodonti dinasehatkan bahwa perawatan dilakukan tidak akan memperbaiki kondisi tersebut dan justru dapat memperparah gejala yang ada. Jika pasien mengalami gejala TMD selama perawatan, maka perlu dilakukan standar pendekatan pemeriksaan TMD. Perawatan konservatif harus segera dilakukan untuk mengurangi perasaan tidak nyaman, disharmoni oklusal, suara pada sendi. Bentuk standar perawatan lainnya (contoh: diet makanan lunak, latihan rahang) juga perlu untuk dilakukan.1
Luecke dkk. menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan TMD dengan perawatan ortodonti yang dapat dilihat dari :
• Tanda dan gejala TMD yang meningkat pada saat pertambahan usia dan bukan dari perawatan ortodonti.
• Pada saat perawatan ortodonti cekat dengan atau tanpa pencabutan gigi tidak meningkatkan prevalensi tanda dan gejala TMD.
• Oklusi yang stabil adalah salah satu tujuan perawatan ortodonti. Jika perawatan tidak mendapatkan oklusi yang stabil, maka perawatan ortodonti tidak menghasilkan tanda atau gejala TMD.23
Sedangkan menurut Graber.T.M dkk pada perawatan ortodonti dapat mengakibatkan TMD. Karena TMD merupakan hubungan oklusal yang tidak tepat pasca
(34)
otot-ototnya. Perawatan ortodonti menciptakan ketidakseimbangan fungsional TMJ, otot dan oklusi yang dapat menyebabkan terjadinya tanda dan gejala TMD pada beberapa pasien.25 Pencegahan yang dilakukan apabila pasien terkena TMD akibat perawatan ortodonti adalah menunda perawatan ortodonti terlebih dahulu, meriksa oklusi dan gerakan korektif gigi yang dipasangi pesawat cekat, merujuk keahli bedah ortopedik atau spesialis TMD, bila TMD yang diderita cukup parah maka pencegahannya adalah menghentikan perawatan ortodonti.25
(35)
BAB IV KESIMPULAN
Perawatan ortodonti bukan saja dapat memperbaiki dan meningkatkan estetik wajah, fungsi serta stabilitas hasil perawatan yang baik, ortodonti juga memiliki beberapa komplikasi yang dapat terjadi selama perawatan. Komplikasi-komplikasi yang terjadi selama perawatan ortodonti dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
oral hygiene pasien dan komonen pesawat ortodonti.
Untuk mencegah terjadinya komplikasi dokter gigi juga harus memperhatikan
oral hygiene pasien dan memberitahukan kepada pasien bagaimana cara penyikatan
gigi, dental floss, penggunaan pasta gigi yang mengandung fluoride, dan penggunaan obat kumur yang dipakai untuk memelihara oral hygiene. Oral hygiene bukan saja
tanggung jawab dokter gigi tetapi pasien juga berperan dalam memelihara oral
hygiene-nya sendiri. Pengetahuan mengenai efek dan cara penggunaan pesawat ortodonti juga harus dimiliki oleh seorang dokter gigi. Hal ini bermanfaat untuk mencegah kemungkinan terjadinya komplikasi selama perawatan.
Setiap pasien ortodonti harus dilakukan pemeriksaan terhadap faktor resiko yang dapat terjadi. Mengingat banyaknya faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya komplikasi selama perawatan orotodonti, dokter gigi harus mengetahui cara menanggulangi komplikasi yang dapat menggagalkan hasil perawatan. Komplikasi juga dapat ditimbulkan dari komponen-komponen pesawat ortodonti terutama pesawat ortodonti cekat terdiri dari bahan bonding, bracket, arch wire, dan ligation adalah komplikasi yang terjadi pada mahkota, pulpa, akar, dan pada tulang alveolar, jaringan periodontal, serta komplikasi pada TMJ (Temporomandibular Joint). Jika perawatan
(36)
ortodonti dilakukan dengan semestinya maka kerusakan yang parah tidak akan terjadi dan keberhasilan perawatan dapat tercapai.
(37)
DAFTAR PUSTAKA
1. Lau P, Wong R. Risks and complications in orthodontic treatment. Hong Kong Dental Journal, 2006;3:15-22.
2. Hobson RS, Clark JD. How UK orthodontists advise patients on oral hygiene. Br J Orthod, 1998;25:64-6.
3. Derks A dkk. Caries preventive measures used in orthodontic practices: An
evidence-based decision?. Am J Orthod Dentofacial Orthop, 2007;132:165-70.
4. Kharsa MAI. The importance of oral hygiene in orthodontic treatment. The Orthodontic cyberjournal, 2008: 1-9.
5. Benson PE dkk. Fluorides, orthodontics and demineralization: a systematic review. Journal of Orthodontics, 2005; (32): 102–14
6. Song Li dkk. A method for producing controlled fluoride release from an orthodontic
bracket. European Journal of Orthodontics, 2007; (29): 550–4.
7. Brusca MI. dkk. Influence of different orthodontic brackets on adherence of
microorganisms in vitro. Angle Orthodontist, 2007; 77(2): 331-5.
8. Kitayama S dkk. Enamel Bonding of Self-etch and Phosphoric Acid-etch Orthodontic
Adhesive Systems. Dental Materials Journal, 2007; 26(1): 135-43.
9. Arici S, Alkan A, Arici N. Comparison of different toothbrushing protocols in
poor-toothbrushing orthodontic patients. European Journal of Orthodontics, 2007; 29: 488–92.
10. Ardhana Wayan. Biomekanika Ortodontik. Universitas Gadjah Mada, 2010.
11. Bahirrah S. Pergerakan Gigi Dalam Bidang Ortodonsia Dengan Alat Cekat. Universitas Sumatera Utara.
(38)
14. Rahardjo P. Ortodonti Dasar. Surabaya Airlangga
15. Maulani Chaerita, Seluk Beluk Kawat Gigi, Jakarta : PT. Gramedia 2009.
16. Foster T.D. Buku Ajar Ortodonti. Edisi 3. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1997
17. Lucas VS. The relationship between odontogenic bacteraemia and orthodontic treatment
procedures. European journal of orthodontics, 2002; 24: 293-301.
18. Turkkahraman H. Archwire Ligation Techniques, Microbial Colonization, and
Periodontal Status in Orthodontically Treated Patients. Angle Orthod., 2005;75:231–6.
19. Laing E, dkk. An Update on Oral Hygiene Products and Techniques. Dental update, 2008: 270-9.
20. Costa MR dkk. Efficacy of Ultrasonic, Electric and Manual Toothbrushes in Patients
with Fixed Orthodontic Appliances. Angle Orthodontist, 2007; 77 (2): 361-6.
21. Summers A. Gingivitis: diagnosis and treatment. Emergency Nurse, 2009; 17(1): 18-35. 22. Kassab MM, Cohen RE. The etiology and prevalence of gingival recession. J Am Dent
Assoc 2003; 134; 220-5.
23. Varga Marina Lapter, Orthodontic Therapy And Temporomandibular Disorders, Croatia : 2010
24.
25. Graber M. Thomas. Risk Management in Orthodontics: Experts Guide to Malpractice. 2004; 145-163
(1)
3.6 TMJ (Temporomandibular Joint).
Menurut Paul dan Ricky Wong, TMD (Temporomandibular Disorders) merupakan penyakit yang sering terjadi pada populasi masyarakat secara umum.1 Pada literatur yang ada, hubungan antara disfungsi temporo mandibula dan perawatan ortodonti telah menjadi fokus perhatian. Berdasarkan hal tersebut, disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara TMD dengan perawatan ortodonti. Pasien yang memiliki gangguan TMD sebelum perawatan ortodonti dinasehatkan bahwa perawatan dilakukan tidak akan memperbaiki kondisi tersebut dan justru dapat memperparah gejala yang ada. Jika pasien mengalami gejala TMD selama perawatan, maka perlu dilakukan standar pendekatan pemeriksaan TMD. Perawatan konservatif harus segera dilakukan untuk mengurangi perasaan tidak nyaman, disharmoni oklusal, suara pada sendi. Bentuk standar perawatan lainnya (contoh: diet makanan lunak, latihan rahang) juga perlu untuk dilakukan.1
Luecke dkk. menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan TMD dengan perawatan ortodonti yang dapat dilihat dari :
• Tanda dan gejala TMD yang meningkat pada saat pertambahan usia dan bukan dari perawatan ortodonti.
• Pada saat perawatan ortodonti cekat dengan atau tanpa pencabutan gigi tidak meningkatkan prevalensi tanda dan gejala TMD.
• Oklusi yang stabil adalah salah satu tujuan perawatan ortodonti. Jika perawatan tidak mendapatkan oklusi yang stabil, maka perawatan ortodonti tidak menghasilkan tanda atau gejala TMD.23
Sedangkan menurut Graber.T.M dkk pada perawatan ortodonti dapat mengakibatkan TMD. Karena TMD merupakan hubungan oklusal yang tidak tepat pasca perawatan yang menyebabkan trauma, pergeseran mandibula, dan hiperaktivitas dari
(2)
otot-ototnya. Perawatan ortodonti menciptakan ketidakseimbangan fungsional TMJ, otot dan oklusi yang dapat menyebabkan terjadinya tanda dan gejala TMD pada beberapa pasien.25 Pencegahan yang dilakukan apabila pasien terkena TMD akibat perawatan ortodonti adalah menunda perawatan ortodonti terlebih dahulu, meriksa oklusi dan gerakan korektif gigi yang dipasangi pesawat cekat, merujuk keahli bedah ortopedik atau spesialis TMD, bila TMD yang diderita cukup parah maka pencegahannya adalah menghentikan perawatan ortodonti.25
(3)
BAB IV KESIMPULAN
Perawatan ortodonti bukan saja dapat memperbaiki dan meningkatkan estetik wajah, fungsi serta stabilitas hasil perawatan yang baik, ortodonti juga memiliki beberapa komplikasi yang dapat terjadi selama perawatan. Komplikasi-komplikasi yang terjadi selama perawatan ortodonti dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
oral hygiene pasien dan komonen pesawat ortodonti.
Untuk mencegah terjadinya komplikasi dokter gigi juga harus memperhatikan
oral hygiene pasien dan memberitahukan kepada pasien bagaimana cara penyikatan
gigi, dental floss, penggunaan pasta gigi yang mengandung fluoride, dan penggunaan obat kumur yang dipakai untuk memelihara oral hygiene. Oral hygiene bukan saja
tanggung jawab dokter gigi tetapi pasien juga berperan dalam memelihara oral
hygiene-nya sendiri. Pengetahuan mengenai efek dan cara penggunaan pesawat ortodonti juga harus dimiliki oleh seorang dokter gigi. Hal ini bermanfaat untuk mencegah kemungkinan terjadinya komplikasi selama perawatan.
Setiap pasien ortodonti harus dilakukan pemeriksaan terhadap faktor resiko yang dapat terjadi. Mengingat banyaknya faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya komplikasi selama perawatan orotodonti, dokter gigi harus mengetahui cara menanggulangi komplikasi yang dapat menggagalkan hasil perawatan. Komplikasi juga dapat ditimbulkan dari komponen-komponen pesawat ortodonti terutama pesawat ortodonti cekat terdiri dari bahan bonding, bracket, arch wire, dan ligation adalah komplikasi yang terjadi pada mahkota, pulpa, akar, dan pada tulang alveolar, jaringan periodontal, serta komplikasi pada TMJ (Temporomandibular Joint). Jika perawatan
(4)
ortodonti dilakukan dengan semestinya maka kerusakan yang parah tidak akan terjadi dan keberhasilan perawatan dapat tercapai.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
1. Lau P, Wong R. Risks and complications in orthodontic treatment. Hong Kong Dental Journal, 2006;3:15-22.
2. Hobson RS, Clark JD. How UK orthodontists advise patients on oral hygiene. Br J Orthod, 1998;25:64-6.
3. Derks A dkk. Caries preventive measures used in orthodontic practices: An
evidence-based decision?. Am J Orthod Dentofacial Orthop, 2007;132:165-70.
4. Kharsa MAI. The importance of oral hygiene in orthodontic treatment. The Orthodontic cyberjournal, 2008: 1-9.
5. Benson PE dkk. Fluorides, orthodontics and demineralization: a systematic review. Journal of Orthodontics, 2005; (32): 102–14
6. Song Li dkk. A method for producing controlled fluoride release from an orthodontic
bracket. European Journal of Orthodontics, 2007; (29): 550–4.
7. Brusca MI. dkk. Influence of different orthodontic brackets on adherence of
microorganisms in vitro. Angle Orthodontist, 2007; 77(2): 331-5.
8. Kitayama S dkk. Enamel Bonding of Self-etch and Phosphoric Acid-etch Orthodontic
Adhesive Systems. Dental Materials Journal, 2007; 26(1): 135-43.
9. Arici S, Alkan A, Arici N. Comparison of different toothbrushing protocols in
poor-toothbrushing orthodontic patients. European Journal of Orthodontics, 2007; 29: 488–92.
10. Ardhana Wayan. Biomekanika Ortodontik. Universitas Gadjah Mada, 2010.
11. Bahirrah S. Pergerakan Gigi Dalam Bidang Ortodonsia Dengan Alat Cekat. Universitas Sumatera Utara.
12. Wikipedia. Oral hygiene
(6)
14. Rahardjo P. Ortodonti Dasar. Surabaya Airlangga
15. Maulani Chaerita, Seluk Beluk Kawat Gigi, Jakarta : PT. Gramedia 2009.
16. Foster T.D. Buku Ajar Ortodonti. Edisi 3. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1997
17. Lucas VS. The relationship between odontogenic bacteraemia and orthodontic treatment
procedures. European journal of orthodontics, 2002; 24: 293-301.
18. Turkkahraman H. Archwire Ligation Techniques, Microbial Colonization, and
Periodontal Status in Orthodontically Treated Patients. Angle Orthod., 2005;75:231–6.
19. Laing E, dkk. An Update on Oral Hygiene Products and Techniques. Dental update, 2008: 270-9.
20. Costa MR dkk. Efficacy of Ultrasonic, Electric and Manual Toothbrushes in Patients
with Fixed Orthodontic Appliances. Angle Orthodontist, 2007; 77 (2): 361-6.
21. Summers A. Gingivitis: diagnosis and treatment. Emergency Nurse, 2009; 17(1): 18-35. 22. Kassab MM, Cohen RE. The etiology and prevalence of gingival recession. J Am Dent
Assoc 2003; 134; 220-5.
23. Varga Marina Lapter, Orthodontic Therapy And Temporomandibular Disorders, Croatia : 2010
24.
25. Graber M. Thomas. Risk Management in Orthodontics: Experts Guide to Malpractice. 2004; 145-163