Keahlian Audit TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Keahlian Audit

Keahlian dan kemahiran profesional merupakan standar umum yang harus dimiliki oleh seorang auditor dalam melakukan pekerjaan auditnya Boynton et. al., 2003. Auditor diharapkan memiliki kesungguhan dan kecermatan dalam melaksanakan audit serta menerbitkan laporan atas temuan. Dalam memenuhi standar ini, seorang auditor yang berpengalaman harus secara kritis melakukan review atas pekerjaan yang dikerjakan dan pertimbangan yang digunakan oleh personil kurang berpengalaman yang turut ambil bagian dalam audit. Standar penggunaan keahlian ini mengharuskan seorang auditor berlaku jujur dan tidak ceroboh dalam melakukan audit. Secara umum, belum terdapat kesepakatan mengenai definisi keahlian di antara peneliti. Ahli experts didefinisikan sebagai seseorang yang memiliki tingkat keterampilan tertentu atau pengetahuan yang tinggi dalam subyek tertentu yang diperoleh dari pelatihan atau pengalaman Murtanto dan Gudono, 1999. Troter 1986 dalam Murtanto dan Gudono 1999, mendefinisikan ahli adalah orang yang dengan keterampilannya mengerjakan pekerjaan dengan mudah, cepat, intuitif, dan sangat jarang atau tidak pernah membuat kesalahan, sedangkan Hayes-Roth, dkk 1983 dalam Murtanto dan Gudono 1999, mendefinisikan keahlian sebagai keberadaan dari pengetahuan tentang suatu lingkungan tertentu, pemahaman terhadap masalah yang timbul dalam lingkungan tersebut dan keterampilan untuk memecahkan permasalahan tersebut. Dalam beberapa studi auditing, masih belum terdapat definisi yang jelas mengenai pengertian keahlian. Konsep keahlian harus dioperasionalkan dengan melihat beberapa variabel atau ukuran lain, seperti lamanya pengalaman kerja di bidang tertentu Murtanto dan Gudono, 1999. Definisi keahlian dalam bidang audit pun sering diukur dengan pengalaman. Namun menurut Ashton 1991 dalam Mayangsari 2003, ukuran keahlian tidak cukup hanya pengalaman tetapi diperlukan pertimbangan-pertimbangan lain dalam pembuatan suatu keputusan yang baik karena pada dasarnya manusia memiliki sejumlah unsur lain selain pengalaman. Bedard 1989 dalam Mayangsari 2003 menggunakan kombinasi variabel yang berkaitan dengan pengalaman praktis dan pendidikan ke dalam suatu ukuran dari keahlian dengan menggunakan pendekatan analisis faktor, kemudian mengatakan bahwa orang yang ahli dalam bidang audit adalah seseorang yang memiliki pengetahuan dan keahlian prosedural yang luas, yang ditunjukkan dalam pengalaman audit. Mohammadi dan Wright 1987 dalam Mayangsari 2003 menunjukkan bahwa staf yang berpengalaman akan memberikan pendapat yang berbeda dengan staf junior untuk tugas-tugas yang sifatnya tidak terstruktur. Karakteristik tugas yang tidak terstruktur adalah tugas tersebut unik, tidak ada petunjuk pasti untuk dijadikan acuan, lebih cenderung berupa prediksi dan banyak membutuhkan intuisi dalam membuat keputusan. Karakteristik tugas terstruktur adalah tugas tersebut rutin, biasa terjadi dan tidak memberikan pendapat. Pengaruh pengalaman akan meningkat seiring dengan meningkatnya kompleksitas tugas. Seperti hasil penelitian yang dilakukan Libby dan Frederick 1990 dalam Sularso dan Na’im 1999 yang mengatakan bahwa pengalaman pemeriksaan dapat meningkatkan pengetahuan pemeriksa tentang sebab dan konsekuensi kekeliruan dalam suatu siklus transaksi. Dalam perkembangan berikutnya, variabel keahlian diukur dengan memasukkan unsur kinerja, seperti kemampuan ability, pengetahuan knowledge dan pengalaman experience Libby, 1995 dalam Murtanto dan Gudono, 1999. Secara praktik, definisi keahlian sering ditunjukkan dengan pengakuan resmi official recognition seperti kecerdasan partner dan penerimaan konsensus consensus acclamation, seperti pengakuan terhadap seorang spesialis pada industri tertentu, tanpa adanya suatu daftar resmi dari atribut-atribut keahlian. Seorang yang ahli dalam bidang tertentu akan mendapat pengakuan dari orang lain, tanpa adanya ketentuan yang baku. Dalam hal ini, Shanteau 1987 dalam Murtanto dan Gudono 1999 memberikan definisi operasional seorang yang ahli sebagai orang yang telah diakui dalam profesinya yang memiliki keterampilan dan kemampuan yang penting untuk menilai pada derajat yang tinggi. Dari beberapa penelitian tersebut, dapat ditunjukkan adanya konsistensi bahwa dari beberapa faktor yang mempengaruhi keahlian audit ternyata faktor pengetahuan kognitif merupakan faktor yang sangat penting bagi auditor. Faktor lain yang juga penting adalah psikologi dan strategi dalam pengambilan keputusan. Sedangkan faktor- faktor seperti kemampuan kognitif dalam berpikir dan analisis tugas bukan merupakan faktor yang penting. Hasil penelitian Murtanto dan Gudono 1999 menunjukkan komponen keahlian auditor di Indonesia terdiri atas: 1. Komponen pengetahuan, yang merupakan komponen penting dalam suatu keahlian. Komponen ini meliputi pengetahuan terhadap fakta-fakta, prosedur-prosedur dan pengalaman. Pengalaman sering digunakan sebagai pengganti dari pengetahuan, sebab pengalaman akan memberikan hasil dalam menghimpun dan memberi kemajuan bagi pengetahuan. 2. Ciri-ciri psikologis, seperti kemampuan berkomunikasi, kreativitas, kemampuan bekerja sama dengan lain, dan kepercayaan kepada keahlian merupakan komponen ciri-ciri psikologis. 3. Kemampuan berpikir, merupakan kemampuan untuk mengakumulasi dan mengolah informasi. Beberapa karakterisitik yang dapat dimasukkan sebagai unsur kemampuan berpikir misalnya kemampuan beradaptasi pada situasi yang baru dan ambiguis, perhatian terhadap fakta-fakta yang relevan dan kemampuan untuk mengabaikan fakta yang tidak relevan merupakan suatu kemampuan yang efektif untuk menghindari tekanan-tekanan. 4. Strategi penentuan keputusan, baik formal maupun informal akan membantu dalam membuat keputusan yang sistematis dan membantu keahlian di dalam mengatasi keterbatasan manusia. 5. Analisis tugas, banyak dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman audit dan analisis tugas ini akan mempunyai pengaruh terhadap penentuan keputusan. Kompleksitas tugas akan mempengaruhi pilihan terhadap bantuan keputusan oleh auditor yang telah tinggi pengalamannya dan digunakan untuk mengembangkan kerangka umum dari lingkungan tugas dalam audit. Keahlian juga dapat dilihat dari jenis informasi yang digunakan. Seorang yang ahli cenderung menggunakan informasi yang sifatnya kebalikan dari kondisi sesungguhnya atypical Mayangsari, 2003. Alba dan Hutchinson 1987 dalam Mayangsari 2003, menyatakan bahwa peningkatan keakuratan pengambilan keputusan karena menggunakan informasi yang atypical hanya sesuai dengan orang-orang yang ahli. Kondisi ini disebabkan, mereka lebih sensitif dengan ketidakharmonisan informasi dibandingkan seseorang yang kurang ahli. Fiske et. al. 1983 dalam Mayangsari 2003, juga menyebutkan hal yang sama, dengan menambahkan keterangan bahwa seorang ahli mempunyai kapasitas yang lebih besar untuk menampung segala macam informasi yang relevan dibandingkan dengan orang yang kurang ahli. Berdasarkan keterangan-keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa keahlian audit dapat diukur atas dasar lamanya pengalaman kerja, jenjang jabatan serta jenis informasi yang digunakan. Peneliti menggunakan variabel lamanya pengalaman kerja dan jenjang jabatan untuk mengukur keahlian audit.

B. Independensi