PENGARUH KEAHLIAN AUDIT DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP PENDAPAT AUDIT PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK (KAP) DI SURABAYA.
SKRIPSI
Oleh :
0613010161/FE/EA
CHRISTINA CHANDRA DEWI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
(2)
TERHADAP PENDAPAT AUDIT PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK (KAP) DI SURABAYA
yang diajukan :
0613010161/FE/EA
CHRISTINA CHANDRA DEWI
disetujui untuk ujian lisan oleh
Pembimbing Utama
Dr. Sri Trisnaningsih, SE, MSi NIP. 030.217.167
Tanggal : ……….
Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi
NIP. 030.194.437 Drs. Ec. Saiful Anwar, MSi
(3)
i
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga tugas penyusunan skripsi dengan judul : “Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi Auditor Terhadap Pendapat Audit Pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya”, dapat terselesaikan dengan baik.
Adapun maksud penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi sebagian persyaratan agar memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur di Surabaya.
Sejak adanya ide sampai tahap penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, SE, MSi, sebagai Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. 4. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, SE, MSi, selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah
banyak meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan, pengarahan, dorongan dan saran untuk penulis.
5. Para dosen dan staff karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
(4)
ii
sebanyak - sebanyaknya, karena beliaulah yang selama ini telah memberi dorongan semangat baik material maupun spiritual, dan memberikan curahan kasih sayangnya sampai skripsi ini selesai.
Semoga Allah SWT memberikan rahmat-Nya atas semua bantuan yang telah mereka berikan selama penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dengan terbatasnya pengalaman serta kemampuan, memungkinkan sekali bahwa bentuk maupun isi skripsi ini jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang mengarah kepada kebaikan dan kesempurnaan skripsi ini.
Sebagai penutup penulis mengharapkan skripsi ini dapat memberikan sumbangan kecil yang berguna bagi masyarakat, almamater, dan ilmu pengetahuan.
Surabaya, Oktober 2010
(5)
iii
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
ABSTRAKSI ... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 5
1.3. Tujuan Penelitian ... 6
1.4. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 8
2.2. Landasan Teori ... 14
2.2.1. Auditing ... 14
2.2.1.1. Definisi Dan Tujuan Auditing ... 14
2.2.1.2. Standart Profesional Akuntan Publik ... 16
2.2.1.3. Standart Auditing ... 17
2.2.2. Keahlian Audit ... 19
2.2.2.1. Pengertian Keahlian Audit ... 19
2.2.2.2. Tipe Audit ... 21
2.2.2.3. Tahap – Tahap Audit ... 23
(6)
iv
2.2.5. Pengaruh Keahlian Audit Terhadap Pendapat Audit ... 29
2.2.6. Pengaruh Independensi Terhadap Pendapat Audit ... 31
2.2.7. Pengaruh Keahlian Audit Dan Independensi Terhadap Pendapat Audit ... 32
2.3. Kerangka Pikir ... 33
2.4. Hipotesis ... 34
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional Dan Teknik Pengukuran Variabel ... 35
3.1.1. Definisi Operacional Variabel ... 35
3.1.2. Teknik Pengukuran Variabel ... 36
3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 38
3.2.1. Populasi ... 38
3.2.2. Sampel ... 39
3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 40
3.3.1. Jenis Dan Sumber Data ... 40
3.3.2. Metode Pengumpulan Data ... 40
3.4. Uji Kualitas Data ... 40
3.4.1. Uji Validitas Data ... 40
3.4.2. Uji Reliabilitas ... 41
3.4.3. Uji Normalitas ... 41
(7)
v
3.6.2.1. Uji Kesesuaian Model ... 43
3.6.2.2. Uji Parsial ... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Objek Penelitian ... 46
4.1.1. Sejarah Berdirinya Akuntan Publik ... 46
4.1.2. Ketentuan dan Peraturan ... 47
4.1.3. Cara Akuntan Publik Menjual Jasanya ... 48
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 49
4.3. Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis ... 51
4.3.1. Uji Analisis Data ... 51
4.3.1.1. Uji Validitas, Reliabilitas Dan Normalitas ... 51
4.3.1.1.1. Uji Validitas ... 51
4.3.1.1.2. Uji Reliabilitas ... 53
4.3.1.1.3. Uji Normalitas ... 54
4.3.2. Uji Asumsi Klasik ... 54
4.3.3. Teknik Analisis Regresi Linier Beganda ... 57
4.3.4. Uji Hipotesis ... 58
4.3.4.1. Uji Kesesuaian Model ... 58
4.3.4.2. Uji Parsial ... 59
4.4. Pembahasan ... 60
(8)
vi
4.4.4. Keterbatasan Penelitian ... 64
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ... 66 5.2. Saran ... 66
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(9)
vii
Halaman Tabel. 4.1 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Keahlian Audit (X1) 49
Tabel. 4.2 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Independensi
Auditor (X2) ... 50
Tabel. 4.3 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Pendapat Audit (Y) ... 51
Tabel. 4.4 Hasil Uji Validitas ... 52
Tabel. 4.5 Hasil Uji Reliabilitas ... 53
Tabel. 4.6 Hasil Uji Normalitas ... 54
Tabel. 4.7 Hasil Uji Multikolinieritas… ... 55
Tabel. 4.8 Hasil Uji Heteroskedastisitas… ... 56
Tabel. 4.9 Hasil Pendugaan Parameter Regresi Linier Berganda … ... 57
Tabel. 4.10 Hasil Analisis Uji Kesesuaian Model … ... 58
Tabel. 4.11 Koefisien Determinasi (R Square / R2) … ... 59
(10)
viii
Halaman Gambar. 1. Diagram Kerangka Pikir ... 33
(11)
ix
DI SURABAYA
Oleh :
CHRISTINA CHANDRA DEWI
Abstrak
Untuk meyakinkan para pemakai laporan keuangan terhadap kewajaran laporan keuangan, pihak manajemen perusahaan dapat meminta jasa dari pihak ketiga yaitu auditor. Seorang auditor sebelum melaksanakan tugasnya harus merencanakan penugasannya dengan baik. Beberapa auditor mengakui bahwa melaksanakan tugas dengan benar tidaklah mudah untuk selain harus ahli, teliti dan cermat juga harus memiliki pengalaman yang cukup. Sekarang ini masih banyak masalah mengenai pembekuan izin akuntan publik..Kejadian tersebut menyebabkan timbulnya keraguan atas integritas auditor Para pengguna jasa Kantor Akuntan Publik sangat mengharapkan agar para auditor dapat memberikan pendapat yang tepat, namun dalam praktek masih kerap kali terjadi pemberian pendapat akuntan yang tidak sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan dalam SPAP (Standar Profesional Akuntan Publik). Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara empiris pengaruh keahlian audit dan independensi auditor terhadap pendapat audit.
Sampel yang digunakan dalam penelitan ini adalah 44 Auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya, Sedangkan sumber data yang digunakan berasal dari jawaban kuisioner yang disebar pada 44 responden (Auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya). Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis regresi linier berganda dengan alat bantu komputer, yang menggunakan program SPSS. 16.0 For Windows
Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa diduga terdapat pengaruh secara signifikan keahlian audit dan independensi auditor terhadap pendapat audit, teruji kebenarannya.
(12)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap manajemen perusahaan melaporkan hasil posisi keuangan dan kegiatan operasinya setiap tahun. Posisi keuangan tersebut berisi keadaan atau kondisi keuangan perusahaan secara keseluruhan, dimana pihak pemakai laporan keuangan dapat melihat perkembangan perusahaan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Posisi keuangan dan hasil kegiatan operasinya tersebut dilaporkan dalam bentuk laporan keuangan, sehingga terdapat hubungan antara pihak manajemen perusahaan dengan para pemakai laporan keuangan tersebut.
Terdapat perbedaan kepentingan antara pihak manajemen dengan para pemakai laporan keuangan. Pihak manajemen berkepentingan untuk melaporkan hasil kegiatan operasi perusahaan yang dipercayakan kepadanya dalam bentuk laporan keuangan, dimana laporan keuangan tersebut dilaporkan dengan mengacu pada Standar Akuntansi keuangan (SAK). Sedangkan pemakai laporan keuangan, khususnya pemilik berkepentingan untuk melihat hasil kinerja manajemen didalam mengelola perusahaan (Christiawan, 2002). Untuk meyakinkan para pemakai laporan keuangan terhadap kewajaran laporan keuangan tersebut, maka pihak manajemen perusahaan dapat meminta jasa dari pihak ketiga yaitu auditor, untuk memeriksa laporan keuangan dan meminta pendapat apakah laporan keuangan tersebut telah disajikan secara wajar sesuai dengan SAK. Standar
(13)
yang dijadikan pedoman bagi para auditor adalah Standar Professional Akuntan Publik (SPAP) dan Standar Akuntansi Keuangan (SAK), dimana standar-standar tersebut ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).
Laporan keuangan adalah laporan yang disajikan oleh klien. Auditor bertanggung jawab dalam penentuan kecermatan pencatatan data yang menjadi dasar laporan keuangan tersebut. Ia bertanggung jawab atas ketidakcermatan didalam laporan keuangan tersebut.
Standar Profesional Akuntansi Publik pada seksi 341 menyebutkan bahwa pertimbangan auditor atas kemampuan kesatuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya harus berdasarkan pada ada tidaknya kesamaan dalam diri auditor itu sendiri terhadap kemampuan suatu kesatuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode satu tahun sejak tanggal laporan keuangan audit.
Seorang auditor sebelum melaksanakan tugasnya harus merencanakan penugasannya dengan baik. Ada tiga alasan utama mengapa auditor harus merencanakan penugasannya dengan baik yaitu untuk dapat memperoleh bukti kuat yang mencukupi dalam situasinya pada saat itu atau sebagai dasar pendapatnya, untuk membantu menekan biaya audit, dan untuk menghindari salah pengertian dengan klien. Seorang auditor yang tidak mempunyai keahlian sangat bergantung pada bukti-bukti yang disediakan oleh pihak manajemen atau pemikiran–pemikiran orang lain. Artinya mereka tidak dapat memberikan pendapat secara obyektif. Akan tetapi terkadang bukti – bukti audit yang dikumpulkan menunjukkan bahwa auditor sering salah dalam memberikan pendapat mengenai hal yang diauditnya (Taffler dan Citroen
(14)
(1998), kesalahan tersebut antara lain disebabkan kurangnya kompetensi dan independensi yang dimiliki auditor (Mayangsari, 2003). Kesalahan – kesalahan itu timbul karena faktor keahlian audit dan independensi. Asthon (1991); Choo dan Trootman (1991); Libby dan Libby (1989) mengatakan bahwa pengalaman dan pengetahuan merupakan faktor penting yang berkaitan dengan pemberian pendapat audit. Knapp (1985) mengatakan bahwa yang mempengaruhi pemberian pendapat audit adalah kemampuan auditor untuk tetap bersikap independen meskipun ada tekanan dari pihak manajemen (Mayangsari, 2003).
Di Indonesia penelitian yang berkaitan dengan auditor memang sudah sering dilakukan. Namun peneliti belum melihat adanya penelitian yang membahas masalah keahlian audit dan independensi audit sebagai dua faktor yang tidak mutually exclusive yang mempengaruhi pendapat audit. Dalam penelitian ini kedua faktor tersebut dimasukkan sebagai faktor kembar yang mungkin akan mempengaruhi pendapat auditor terhadap kelangsungan hidup perusahaan.
Rerangka postulat auditing menurut Lee (1972) dalam Lee dan Stone (1995) disebutkan bahwa auditor diasumsikan memiliki independensi baik secara mental maupun secara fisik untuk melaksanakan tugas audit serta memiliki keahlian dan pengalaman yang cukup agar dapat memberikan pendapat secara obyektif (Mayangsari, 2003).
Beberapa auditor mengakui bahwa melaksanakan tugas dengan benar tidaklah mudah untuk selain harus ahli, teliti dan cermat juga harus memiliki pengalaman yang cukup. Sekarang ini masih banyak masalah mengenai
(15)
pembekuan izin akuntan publik. Misalnya adalah Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati membekukan izin tiga akuntan publik (AP). Mereka adalah Akuntan Publik Suhartati Suharso, Amir Hadyi Nasution, dan Lauddin Purba. Izin Akuntan Publik Suhartati Suharso dibekukan selama 3 bulan melalui Keputusan Menteri Keuangan (KMK) Nomor 481/KM.01/2008 terhitung mulai 21 Juli 2008. Akuntan Publik Suhartati Suharso telah melakukan pelanggaran terhadap Standar Auditing (SA) dan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dalam pelaksanaan audit atas laporan keuangan PT. Satan Teknologi (Persero) untuk tahun buku 2004 – 2008, sehingga berpengaruh cukup signifikan terhadap laporan audit.
Akuntan Publik Amir Hadyi Nasution dikenai pembekuan izin selama 3 bulan melalui Keputusan Menteri Keuangan (KMK) Nomor 484/KM.1/2008 terhitung mulai 21 Juli 2008. Sanksi terhadap Amir Hadyi Nasution disebabkan karena telah melakukan pelanggaran terhadap Standar Auditing (SA) dan Standar Profesional Akuntan Pulik (SPAP) dalam pelaksanaan audit atas laporan keuangan PT. Satan Teknologi (Persero) untuk tahun buku 2002 dan 2003, sehingga berpengaruh cukup signifikan terhadap laporan auditor independen. Sedangkan Akuntan Publik Lauddin Purba dikenai pembekuan izin selama 3 bulan melalui Keputusan Menteri Keuangan (KMK) Nomor 485/UM.1/2008 terhitung mulai 21 Juli 2008. Lauddin Purba telah melakukan pelanggaran terhadap Standar Auditing (SA) dan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dalam pelaksanaan audit atas laporan keuangan PT. Satan Teknologi (Persero) untuk periode yang berakhir 30 Juni 2007, sehingga berpengaruh cukup signifikan terhadap laporan auditor independe
(16)
Kejadian tersebut menyebabkan timbulnya keraguan atas integritas auditor Kantor Akuntan Publik. Pada sisi lainnya para auditor senantiasa dituntut untuk mentaati standar dan perilaku sesuai dengan kode etik. Sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui hal-hal apa saja yang dapat mempengaruhi sikap dan perilaku tersebut dan seberapa kuat pengaruh – pengaruh itu.
Para pengguna jasa Kantor Akuntan Publik sangat mengharapkan agar para auditor dapat memberikan pendapat yang tepat, namun dalam praktek masih kerap kali terjadi pemberian pendapat akuntan yang tidak sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan dalam SPAP (Standar Profesional Akuntan Publik).
Berdasarkan uraian diatas membangkitkan minat peneliti untuk menunjukkan karakteristik antara keahlian dan independensi tersebut menjadi satu karakteristik yang harus dimiliki oleh auditor yang selama ini dibahas secara terpisah. Untuk itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi Auditor Terhadap Pendapat Audit Pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian latar belakang diatas, maka permasalahan yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Apakah keahlian audit dan independensi auditor berpengaruh secara signifikan terhadap pendapat audit ?
(17)
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
Untuk membuktikan secara empiris pengaruh keahlian audit dan independensi auditor terhadap pendapat audit.
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan diatas, maka penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi semua pihak diantaranya :
1. Bagi Universitas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi penelitian lain yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti, serta sebagai Dharma Bakti Perguruan Tinggi Universitas Pembangunan Nasional pada umumnya dan Fakultas Ekonomi pada khususnya.
2. Bagi Peneleti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk menambah pengalaman yang berharga dalam menulis karya ilmiah, memperoleh pengetahuan sebagai upaya peningkatan daya pikir, dan menambah pengetahuan praktis masalah audit khususnya tentang pengaruh keahlian audit dan independensi auditor terhadap pendapat audit.
3. Bagi Peneleti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk menambah pengetahuan sebagai upaya meningkatkan daya pikir, dapat
(18)
juga dijadikan wacana dasar pemikiran dan penalaran untuk merumuskan permasalahan baru dalam penelitian selanjutnya guna memperluas pemahaman aktivitas akademis, dan menambah pengetahuan di bidang akuntansi khususnya tentang pengaruh keahlian audit dan independensi auditor terhadap pandapat audit.
(19)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat dipakai sebagai bahan masukan serta bahan pengkajian yang terkait dengan penelitin ini, telah dilakukan oleh
1. Murtanto dan Gundono (1999)
Judul : “Identifikasi Karakteristik-karakteristik Keahlian Audit : Profesi Akuntan Publik di Indonesia”
Permasalahan :
Apakah karakteristik-karakteristik keahlian audit mempunyai pengaruh pada profesi akuntan publik ?
Hipotesis :
Diduga keahlian audit tidak semata-mata diperoleh dari ilmu pengetahuan dan pengalaman saja melainkan juga dari atribut penting lainnya. ilmu pengetahuan dan pengalaman merupakan karakteristik penting bagi keahlian audit untuk meningkatkan kualitas profesi auditor. Hasil penelitian :
Penelitian ini menggunakan suatu rerangka untuk mempelajari karakteristik - karakteristik dibidang auditing dengan mengorganisasikannya kedalam lima kategori yaitu: “ciri-ciri psikologi”, “kemampuan berfikir”, “komponen pengetahuan”, “strategi penentuan keputusan”, dan “analisis tugas”. Dua pendekatan digunakan untuk
(20)
memilih karakteristik-karakteristik keahlian auditor dari suatu sampel pada suatu kantor akuntan publik di Indonesia dan para mahasiswa jurusan akuntansi. Pertama memanfaatkan open-ended question naire
dan yang kedua menggunakan kuisioner dari karakteristik yang telah diurutkan. Hasil dari kedua pendekatan yang dgunakan dalam penelitian ini memperlihatkan bahwa “pengalaman” dan “pengetahuan” masih merupakan karakteristik yang penting bagi keahlian auditor, namun untuk meningkatkan kualitas profesi auditor perlu memperhatikan juga karakteristik lain yang terungkap melalui penelitian ini.
2. Christiawan (2002)
Judul : “Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik : Refleksi Hasil Penelitian Empiris”
Permasalahan :
Apakah terdapat perbedaan kompetensi dan Independensi Akuntan Publik dalam memberikan refleksi hasil penelitian empiris? Hipotesis :
Diduga terdapat perbedaan kompetensi dan independensi akuntan pubilk dalam refleksi hasil penelitian empiris. Kompetensi akuntan publik memberikan refleksi, bahwa profesi akuntansi mulai tidak menarik dan tergeser oleh profesi lainnya. Sedangkan independensi akuntan publik memberikan refleksi, bahwa dalam mengambil keputusan dibidang auditnya akuntan publik dipengaruhi oleh dorongan untuk mempertahankan klien auditnya dan merupakan salah satu komponen etika yang harus dijaga oleh akuntan publik.
(21)
Hasil Penelitian :
Kualitas audit ditentukan oleh dua hal yaitu kompetensi dan independensi akuntan publik. Kompetensi berkaitan dengan pendidikan dan pengalaman memadai yang dimiliki akuntan publik dalam bidang auditing dan akuntansi. Sedangkan independensi merupakan salah satu komponen etika yang harus dijaga oleh akuntan publik.
3. Mayangsari (2003)
Judul : “Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi Terhadap Pendapat Audit: Sebuah Kuasi Eksperimen”
Permasalahan :
a. Apakah terdapat perbedaan pendapat auditor yang ahli dan independen dengan auditor yang hanya memiliki satu karakteristik atau auditor yang sama sekali tidak memiliki kedua karakteristik tersebut?
b. Apakah terdapat perbedaan jenis informasi yang digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan pendapat antara auditor yang ahli dan auditor tidak ahli?
Hipotesis :
a. Diduga auditor yang memiliki keahlian dan independen memberikan pendapat tentang kelangsungan hidup perusahaan yang cenderung benar dibandingkan auditor yang hanya memiliki salah satu karakteristik atau sama sekali tidak memiliki keduanya.
b. Diduga kuantitas informasi yang diingat dipengaruhi oleh jenis informasi. Auditor yang ahli lebih banyak mengingat informasi yang atypical sedangkan auditor yang tidak ahli lebih banyak mengingat informasi yang typical.
(22)
Hasil Penelitian :
a. Pada hipotesa pertama menyatakan bahwa terdapat perbedaan antara auditor yang ahli dan independen dengan auditor yang hanya memiliki satu karakteristik atau sama sekali tidak memiliki karakteristik tersebut. Kesimpulan ini diambil karena pada kelompok auditor yang ahli dan independen, rata – rata pendapat yang diberikan lebih mengarah kepada lemahnya kelangsungan hidup perusahaan tersebut, sedangkan pada kelompok yang lain cenderung memberikan pendapat bahwa perusahaan yang dianalisis tidak mengalami kesulitan dalam kelangsungan hidupnya. Jadi auditor pada kelompok ini mempunyai tingkat prediksi yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok yang lain.
b. Pada hipotesa kedua menyatakan bahwa adanya interaksi antara keahlian audit dengan jenis informasi yang digunakan. Auditor yang ahli ternyata memiliki perbedaan perhatian terhadap jenis informasi yang digunakan sebagai dasar pemberian pendapat audit. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Choo dan Trotman, yang menyebutkan bahwa auditor ahli lebih memperhatikan informasi atypical. Sebaliknya auditor yang non ahli lebih memperhatikan informasi typical.
4. Qudus (2004)
Judul :“Pengaruh Keahlian dan Independensi Auditor Terhadap Pendapat Auditor” (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya)
(23)
Permasalahan :
a. Apakah keahlian auditor dan independensi auditor berpengaruh secara simultan terhadap pendapat auditor?
b. Apakah keahlian auditor dan independensi auditor berpengaruh secara parsial terhadap pendapat auditor?
Hipotesis :
a. Diduga terdapat pengaruh secara simultan antara keahlian auditor dan independensi auditor terhadap pendapat auditor
b. Diduga terdapat pengaruh secara parsial antara keahlian auditor dan independensi auditor terhadap pendapat auditor
Hasil penelitian :
a. Keahlian auditor dan independensi auditor secara simultan berpengaruh terhadap pendapat auditor.
b. Keahlian auditor dan independensi auditor secara parsial berpengaruh terhadap pendapat auditor.
c. Variabel keahlian auditor berpengaruh signifikan terhadap pendapat auditor terbukti.
d. Variabel independensi auditor berpengaruh signifikan terhadap pendapat auditor terbukti.
5. Rahmawati (2004)
Judul : “Pengaruh Keahlian Audit, Independensi, dan Kompetensi Terhadap Pelaksanaan Audit yang Berkualitas Pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya”.
(24)
Permasalahan :
a. Apakah keahlian audit, independensi dan kompetensi mempunyai pengaruh secara simultan terhadap pelaksanaan audit yang berkualitas pada kantor akuntan publik di Surabaya?
b. Variabel manakah dari variabel keahlian audit, independensi, dan kompetensi yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap pelaksanaan audit yang berkualitas pada kantor akuntan publik di Surabaya?
Hipotesis :
a. Terdapat pengaruh secara simultan antara keahlian audit, independensi, dan kompetensi terhadap pelaksanaan audit yang berkualitas pada kantor akuntan publik di Surabaya.
b. Kompetensi mempunyai pengaruh yang dominan terhadap pelaksanaan audit yang berkualitas pada kantor akuntan publik di Surabaya.
Hasil penelitian :
a. Hipotesis I yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh secara simultan keahlian audit, independensi, dan kompetensi terhadap pelaksanaan audit yang berkulitas pada kantor akuntan publik di Surabaya teruji kebenarannya.
2. Hipotesis II yang menyatakan bahwa kompetensi mempunyai pengaruh paling dominan terhadap pelaksanaan audit yang berkualitas pada kantor akuntan publik di Surabaya teruji kebenaranya.
(25)
2.2. Landasan Teori 2.2.1. Auditing
2.2.1.1. Definisi dan Tujuan Auditing
Menurut Arrens & Loebbecke (1997: 1) menjelaskan bahwa auditing adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian infromasi dimaksud dengan kriteria – kriteria yang ditetapkan.
Menurut Mulyadi dan Kanaka (1998: 7) mendefinisikan auditing secara umum sebagai suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan – pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian pernyataan – pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil – hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.
Ditinjau dari sudut akuntan publik, auditing adalah pemeriksaan
(examination) secara obyektif atas laporan keuangan suatu perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan atau organisasi tersebut (Mulyadi; 1998).
Menurut Arrens & Loebbecke (1986) tujuan audit dimasudkan untuk membuat suatu kerangka kerja untuk membantu auditor
(26)
mengumpulkan fakta yang cukup kuat yang dibutuhkan oleh standar ketiga dari pelaksanaan kerja lapangan dan memutuskan fakta mana yang perlu dikumpulkan sesuai dengan kondisi dari perjanjian.
Tujuan auditing menurut Standar Profesional Akuntan Publik PSA No. 22 (SA; 110) menyatakan bahwa tujuan umum atas laporan keuangan oleh auditor independen adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, serta arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
2.2.1.2. Standar Profesional Akuntan Publik
Kualitas jasa yang dihasilkan oleh profesi akuntan publik diatur dan dikendalikan melalui berbagai standar yang diterbitkan oleh organisasi profesi tersebut.
Ada 4 macam standar profesional yang digunakan sebagai aturan mutu pekerjaan akuntan publik (Mulyadi dan kanaka, 1998: 32-34), sebagai berikut :
1. Standar Auditing
Standar auditing merupakan pedoman audit atas laporan keuangan historis yang terdiri dari 10 standar dan dirinci dalam bentuk pernyataan Standar Auditing.
2. Standar Atestasi
Standar atestasi memberikan kerangka untuk fungsi atestasi bagi jasa akuntan publik yang mencakup tingkat keyakinan tertinggi
(27)
yang diberikan dalam jasa audit atas laporan keuangan histories maupun tingkat keyakinan yang lebih rendah dalam jasa audit. Standar atestasi terdiri dari 11 standar dan dirinci dalam bentuk pernyataan standar atestasi (PSAT).
3. Standar Jasa Akuntansi dan Review
Standar jasa akuntansi dan review memberikan kerangka untuk fungsi non atestasi bagi jasa akuntansi publik yang mencakup jasa akuntansi dan review. Standar jasa akuntansi dan review dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review (PSAR).
4. Standar Jasa Konsultasi
Standar jasa konsultasi memberikan panduan bagi akuntan publik didalam penyediaan jasa konsultasi para praktisi menyajikan temuan, kesimpulan dan rekomendasi. Sifat dan lingkup pekerjaan jasa konsultasi ditentukan oleh perjanjian antara praktisi dan kliennya.
2.2.1.3. Standar Auditing
Menurut PSA No. 01 (SAS; 150), standar auditing berbeda dengan prosedur auditing. Standar auditing yang berbeda dengan prosedur auditing, berkaitan dengan tidak hanya kualitas professional auditor namun juga berkaitan dengan pertimbangan yang digunakan dalam pelaksanaan auditnya dan dalam laporannya.
(28)
Standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Standar Umum (General Standards)
a. Audit harus dilaksanakan oleh seseorang yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
2. Standar Pekerjaan Lapangan (Standards of Field Work)
a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik – baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.
b. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian yang akan dilaksanakan.
c. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.
3. Standar Pelaporan (Standards of Reporting)
a. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sessuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
(29)
b. Laporan audit harus menunjukkan atau meenyatakan, jika ada ketidak konsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebalumnya.
c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam auditor.
d. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asensi, bahwa penyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan maka alasannya harus dinyatakan. Dalam suatu hal yang sama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, laporan audit harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pakerjaan auditor, jika ada dan tingkat tanggung jawab yang dipikulnya.
2.2.2. Keahlian Audit
2.2.2.1. Pengertian Keahlian Audit
Definisi keahlian sampai saat ini masih belum terdapat definisi operasional yang tepat. Trotter (1986) dalam Mayangsari (2003) mendefinisikan ahli adalah orang yang dengan ketrampilannya mengerjakan pekerjaan secara mudah, cepat, intuisi, dan sangat jarang atau tidak pernah membuat kesalahan.
Pengertian keahlian audit menurut Tugiman (1995: 21) adalah keahlian pemeriksaan internal dalam menerapkan berbagai standar,
(30)
prosedur, dan teknik pemeriksaan yang diperlukan dalam melaksanakan pemeriksaan. Selain itu, keahlian audit sendiri juga berarti kemampuan dalam menerapkan pengetahuan pada persoalan tersebut tanpa perlu belajar kembali secara luas dan bantuan yang berarti dari pihak lain.
Menurut Abdulmohammadin, Searfoss dan Shanteau (1992) dalam Murtanto dan Gudono (1999) memberikan suatu rangka untuk menganalisis keahlian seorang auditor kedalam lima karakteristik :
1. Komponen Pengetahuan (Knowledge Component)
Merupakan komponen penting dalam suatu keahlian. Komponen pengetahuan meliputi komponen seperti pengetahuan terhadap fakta–fakta, prosedur – prosedur, proses dan pengalaman. 2. Ciri – ciri Psikologis (Psychological Traits)
Merupakan komponen ciri – ciri psikologis seperti kemampuan dalam komunikasi, kreatifitas, bekerjasama dengan orang lain, dan kepercayaan.
3. Kemampuan Berpikir (Cognitive Abilities)
Merupakan kemampuan untuk mengakumulasikan dan mengolah informasi.
4. Strategi Penentu Keputusan (Decision Strategies)
Dinilai baik formal maupun informal yang akan membantu dalam membuat keputusan sistematis dan membantu keahlian didalam mengatasi keterbatasan manusia (Shanteau, 1998).
5. Analisis Tugas (Task Analysis)
Hal ini banyak dipengaruhi oleh pengalaman – pengalaman audit dan analisis tugas ini akan mempunyai pengaruh terhadap penentu keputusan.
(31)
Kompetensi dapat didefinisikan sebagai keahlian audit yang dimiliki seseorang untuk dapat mencapai tujuan audit yang baik. Kemampuan berpikir yaitu kemampuan untuk mengumpulkan, mengolah, dan menganalisa informasi. Karakteristik kemampuan berpikir adalah kemampuan beradaptasi dengan situasi yang baru dan ambisius serta kemampuan untuk mengabaikan atau menyaring informasi - informasi yang tidak relevan.
Kompetensi itu sendiri melibatkan proses berkesinambungan antara pendidikan, pelatihan, dan pengalaman. Dalam mempertimbangkan penerimaan atau penolakan suatu penugasan auditor, auditor harus mempertimbangkan apakah ia dapat melaksanakan audit dan menyusun laporan auditnya secara cermatdan seksama. Kecermatan dan keseksamaan pengguna kemahiran professional auditor ditentukan oleh ketersediaan waktu yang memadai untuk merencanakan dan melaksanakan audit (Mulyadi, 1992: 24).
Menurut Holmes dan Overymer (1984: 30) berpendapat bahwa seseorang yang telah diakui dalam profesinnya sebagai orang yang memiliki ketrampilan dan kemampuan yang penting untuk menilai pada derajat yang tinggi dan mampu untuk mengatasi setiap permasalahan yang dihadapinya.
Sehingga, kesimpulannya yang dapat diambil dari pengertian keahlian audit adalah seseorang yang memiliki tingkat ketrampilan tertentu atau pengetahuan yang tinggi dalam subyek yang diperoleh dari pelatihan atau pengalaman dibidang audit.
(32)
2.2.2.2. Tipe Audit
Menurut Mulyadi (1998: 28) auditing pada umumnya digolongkan menjadi tiga tipe audit, antara lain :
1. Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audit)
Audit laporan keuangan adalah audit yang dilakukan oleh auditor independent terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh kliennya untuk menyatakan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. Auditor independen menilai kewajaran laporan keuangan atas dasar kesesuaiannya dengan prinsip akuntansi berterima umum. Hasil laporan keuangan tersebut disajikan dalam bentuk tertulis berupa laporan audit. Laporan audit ini dibagikan kepada para pemakai informasi keuangan seperti pemegang saham, kreditur, dan kantor pelayanan pajak.
2. Audit Kepatuhan (Compliance Audit)
Audit kepatuhan adalah audit yang bertujuan untuk menentukan apakah yang diaudit sesuai dengan kondisi atau peraturan tertentu. Hasil audit kepatuhan umumnya dilaporkan kepada pihak yang berwenang membuat kriteria. Audit kepatuhan banyak dijumpai dalam pemerintahan.
3. Audit Operasional (Operational Audit)
Audit operasional merupakan review secara sistematik kegiatan organisasi atau bagian daripadanya dalam hubungannya dengan tujuan tertentu. Tujuan audit operasional adalah untuk :
(33)
b. Mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan.
c. Membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut.
Pihak yang memerlukan audit operasional adalah manajemen atau pihak ketiga. Hasil audit operasional diserahkan kepada pihak yang meminta dilaksanakannya audit tersebut.
2.2.2.3. Tahap – Tahap Audit
Menurut Harahap (1991: 143) yang dimaksud dengan proses audit atau yang disebut juga tahap – tahap audit adalah merupakan kegiatan atau langkah yang dilakukan oleh auditor mulai dari rencana audit, pelaksanaan sampai pada penerbitan laporan akuntansi.
Bailey yang dikutip oleh Harahap (1991: 144) berpendapat bahwa tahap – tahap audit adalah :
1. Meneliti keadaan lingkungan perusahaan. Tahap ini mencakup: a. Meneliti lingkungan perusahaan.
b. Membaca keadaan ekonomi nasional atau internasional secara umum
c. Meminta struktur organisasi perusahaan.
2. Melakukan penelitian terhadap system pengawasan intern. 3. Laksanakan pengujian kesesuaian (Test of Compliance).
4. Laksanakan pengujian substantive atau kebenaran bukti (Substantive Test).
Dreyfus dan Drefus (1986) mengatakan bahwa keahlian seseorang merupakan suatu gerakan yang terus menerus, yang berupa proses
(34)
pembelajaran dari “mengetahiiu sesuatu” menjadi “mengetahui bagaimana”. Lebih spesifik lagi Dreyfus membedakan proses pemerolehan keahlian menjadi lima tahap (Mayangsari, 2003).
Tahap pertama disebut dengan novice, yaitu tahapan pengenalan terhadap kenyataan dan membuat judgement hanya berdasarkan aturan – aturan yang tersedia. Keahlian pada tahap pertama ini biasanya dimiliki oleh staf audit pemula yang baru lulus dari universitas.
Tahap kedua disebut dengan advanced beginner. Pada tahap ini auditor sangat bergantung paada aturan dan tidak mempunyai cukup kemampuan untuk merasionalkan segala tindakan audit. Namun demikian auditor pada tahap ini mulai dapat membedakan aturan yang sesuai dengan suatu tindakan.
Tahap ketiga disebut dengan competence. Pada tahap ini auditor sudah punya cukup pengalaman untuk menghadapi situasi yang kompleks. Tindakan yang diambil disesuaikan dengan tujuan yang ada dalam pikirannya dan kurang sadar terhadap pemilihan, penerapan, dan prosedur aturan audit.
Tahap keempat disebut dengan profiency. Pada tahap ini segala sesuatunya menjadi rutin, sehingga dalam bekerja auditor cenderung bergantung pada pengalaman yang lalu. Intuisipun mulai digunakan, akhirnya pemikiran audit akan terus berjalan sehingga elemen analisis yang substansial.
Tahap kelima adalah expertise. Pada tahap ini, auditor mengetahui sesuatu karena kematangannya dan pemahamannya terhadap praktek yang
(35)
ada. Auditor sudah membuat keputusan atau menyelesaikan suatu permasalahan. Dengan demikian segala tindakan auditor dalam tahap ini sangat rasional dan mereka bergantung intuisinya bukan aturan – aturan yang ada.
Keterangan – keterangan diatas semakin menunjukkan pengaruh pengalaman yang merupakan salah satu unsur dari kompetensi terhadap pemberian opini audit. Dreyfus dan Drefus menunjukkan bahwa dalam pembagian jenjang kompetensi, terdapat unsur pengalaman, karena seseorang yang memiliki keahlian yang berada pada tahap novice, untuk sampai ke tahap beginner harus mengalami beberapa waktu pengalaman kerja serta tambahan pengetahuan teknis.
2.2.3. Independensi Auditor
PSA No. 04 seksi 220 dijelaskan bahwa independensi adalah sikap yang tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum. Dengan demikian, ia tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapapun, sebab bagaimana pun sempurnanya keahlian teknis yang ia miliki, ia akan kehilangan sikap tidak memihak yang justru sangat penting untuk mempertahankan kebebasan pendapatnya.
Kepercayaan masyarakat umum atas independensi sikap auditor independen sangat penting bagi perkembangan profesi akuntan publik. Kepercayaan masyarakat akan menurun jika terdapat bukti bahwa independensi sikap auditor ternyata berkurang, bahkan kepercayaan masyarakat dapat juga menurun disebabkan oleh keadaan yang oleh mereka
(36)
berpikiran sehat dianggap dapat mempengaruhi sikap independen tersebut. Auditor independen tidak hanya berkewajiban mempertahankan fakta bahwa ia independen, namun ia harus pula menghindari keadaan yang dapat menyebabkan pihak luar meragukan sikap independensinya.
Profesi akuntan publik telah menetapkan dalam kode etik Akuntan Indonesia, agar para akuntan publik menjaga dirinya dari kehilangan persepsi independensi dari masyarakat.
Menurut Mulyadi (1998: 49) bahwa independensi auditor mempunyai tiga aspek, antara lain:
1. Independensi dalam kenyataan merupakan independensi dalam diri auditor yang berupa kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan berbagai fakta yang ditemui dalam auditnya.
2. Independensi dalam penampilan merupakan independensi yang ditinjau dari sudut pandangan pihak lain yang mengetahui informasi yang bersangkutan dengan diri auditor.
3. Independensi dipandang dari sudut keahliannya adalah seseorang yang dapat mempertimbangkan fakta dengan baik jika ia mempunyai keahlian mengenai audit atas fakta tersebut. Dengan demikian, kompetensi auditor menentukan independen atau tidaknya auditor tersebut dalam mempertimbangkan fakta yang diauditnya.
Kesimpulannya bahwa independensi merupakan suatu sikap seseorang untuk bertindak secara obyektif dan dengan integritas yang tinggi. Integritas berhubungan dengan kejujuran intelektual akuntan sedangkan obyektifitas secara konsisten berhubungan dengan sikap netral dalam melaksanakan tugas pemeriksaan dan menyiapkan laporan auditor.
(37)
2.2.4. Pendapat Auditor
2.2.4.1. Pengertian Pendapat Auditor
Menurut Arens dan Loebbecke (1997: 38) mendefinisikan pendapat sebagai kesimpulan dari hasil laporan audit dan proses pengambilan keputusan dalam bidang audit. Bagian ini sangat penting sehingga seringkali keseluruhan laporan audit hanya disebut sebagai pendapat auditor. Tujuannya adalah untuk menunjukkan bahwa kesimpulan teresbut didasarkan atas pertimbangan profesional.
Mulyadi dan Kanaka (1998: 18) menjelaskan dalam paragraf ini auditor menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran laporan keuangan auditor, dalam semua hal yang material, yang didasarkan atas kesesuaian laporan keuangan tersebut dengan prinsip akuntansi berterima umum. Jika auditor tidak dapat mengumpulkan bukti kompeten yang cukup atau jika hasil pengujian auditor menunjukkan bahwa laporan keuangan yang diauditnya disajikan tidak wajar, maka auditor perlu menerbitkan laporan audit selain laporan yang berisi pendapat tanpa pengecualian.
2.2.4.2. Jenis – Jenis Pendapat Auditor
Terdapat lima jenis pendapat audit menurut Standar Profesional Akuntan Publik (PSA 29 SA seksi 508), antara lain:
1. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion)
Pendapat wajar tanpa pengecualian diberikan oleh auditor jika tidak terjadi pembatasan dalam lingkup audit dan tidak terdapat pengecualian yang signifikan mengenai kewajaran dan penerapan
(38)
prinsip akuntansi yang berterima umum dalam penyusunan laporan keuangan, konsistensi penerapan prinsip akuntansi berterima umum tersebut, serta pengungkapan memadai dalam laporan keuangan.
Laporan audit yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian adalah laporan keuangan yang paling dibutuhkan oleh semua pihak, baik oleh klien, pemakai informasi keuangan, maupun oleh auditor. Kata wajar dalam paragraph pendapat mempunyai makna:
a Bebas dari keragu-raguan dan ketidakjujuran. b Lengkap informasinya.
2. Laporan yang Berisi Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelasan (Unqualified Opinion Report with Explanatory Language).
Jika terdapat hal-hal yang memerlukan bahasa penjelasan, namun laporan keuangan tetap menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan klien, auditor dapat menerbitkan laporan audit bentuk baku.
3. Pendapat Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion)
Auditor memberikan pendapat wajar dengan pengecualian dalam laporan audit, jika auditor menjumpai kondisi-kondisi berikut ini:
a Lingkup audit dibatasi oleh klien.
b Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau tidak dapat memperoleh informasi penting karena kondisi-kondisi yang berada diluar kekuasaan klien maupun auditor.
(39)
c Laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.
d Prinsip akuntansi berterima umum yang digunakan dalam laporan keuangan tidak diterapkan secara konsisten.
4. Pendapat tidak Wajar (Adverse Opinion)
Auditor memberikan pendapat tidak wajar jika laporan keuangan klien tidak disusun berdasarkan prinsip akuntansi berterima umum sehingga tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas perusahaan klien. Auditor juga akan memberikan pendapat tidak wajar jika ia tidak dibatasi lingkup auditnya, sehingga ia dapat mengumpulkan bukti kompeten yang cukup untuk mendukung pendapatnya. Jika laporan keuangan diberi pendapat tidak wajar oleh auditor, maka informasi yang terdapat dalam laporan keuangan sama sekali tidak dapat dipercaya dan tidak dapat digunakan oleh pemakai informasi keuangan untuk pengambilan keputusan.
5. Pernyataan tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer of Opinion). Jika auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan, maka laporan audit ini disebut dengan laporan tanpa pendapat (no opinion report). Kondisi yang menyebabkan auditor menyatakan tidak memberikan pendapat adalah:
a Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkungan audit. b Seorang Auditor tidak independen dalam hubungannya dengan
(40)
2.2.4.3. Jenis – Jenis Auditor
Arens dan Loebbecke (1997 : 6), meyebutkan empat jenis auditor yang paling umum dikenal, yaitu.
1 Akuntan Publik Terdaftar
Auditor ekstern/ independent bekerja untuk kantor akuntan publik yang statusnya diluar struktur perusahaan yang mereka audit. Umumnya auditor ekstern menghasilkan laporan atas financial audit
yang dibuat oleh kliennya. Audit tersebut ditujukan untuk memenuhi kebutuhan para pemakai informasi keuangan seperti: kreditur, investor, calon kreditur, calon investor dan instansi pemerintah.
2 Auditor Intern
Auditor intern bekerja untuk perusahaan yang mereka audit dimana tugas pokok Auditor intern adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi.
3 Auditor Pajak
Auditor pajak bertugas melakukan pemeriksaan ketaatan wajib pajak yang diaudit terhadap undang- undang perpajakan yang berlaku.
4 Auditor Pemerintah
Tugas auditor pemerintah adalah menilai kewajaran informasi keuangan yang disusun oleh instansi pemerintahan. Disamping itu audit juga dilakukan untuk menilai efisiensi, efektifitas dan
(41)
ekonomisasi operasi program dan penggunaan barang milik pemerintah. Dan sering juga audit atas ketaatan pada peraturan yang dikeluarkan pemerintah. Audit yang dilaksanakan oleh pemerintahan dapat dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atau Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
2.2.5. Pengaruh Keahlian Audit Terhadap Pendapat Audit
Trooter (1986) dalam Chow dan Rice (1987) mendefinisikan ahli sebagai orang dengan keterampilannya mengerjakan pekerjaan dengan mudah, cepat, intuitif, dan sangat jarang atau tidak pernah membuat kesalahan (Mayangsari, 2003).
Penelitian tentang keahlian yang berkaitan dengan proses pembuatan laporan yang dilakukan oleh seorang ahli merupakan suatu penelitian yang banyak berhubungan dengan aspek perilaku. Pada proses pembuatan keputusan, seorang ahli harus melakukan pertimbangan – pertimbangan yang didasarkan pada jumlah informasi yang digunakan untuk membuat keputusan. Menurut Einhorn (1972), pembuatan keputusan oleh seorang ahli didasarkan pada paradigma Einhorn (Mayangsari, 2003).
Einhorn mengatakan ada tiga hal penting yang harus dipertimbangkan oleh seorang ahli dalam proses pembuatan keputusan, yaitu :
1. Seorang ahli seharsnya cenderung untuk mengelompokkan variabel – variabel dalam cara yang sama disaat mengidentifikasi dan mengorganisasi faktor informasi.
(42)
2. Dalam menghitung jumlah informasi, seorang ahli seharusnya menunjukkan pertimbangan reliabilitas yang tinggi sehingga terhindar dari bias.
3. Seorang ahli seharusnya mempertimbangkan dan menggabungkan faktor – faktor dalam cara yang sama.
Gibbins dan Larocque (1990) dalam Murtanto (1999), memberikan suatu model umum atas keahlian auditor dengan lima komponen yang terdiri atas kepribadian, tugas, lingkungan sosial, dan kendala – kendala serta proses pemberian pendapat.
Berdasarkan keterangan diatas maka dapat disimpulkan bahwa seorang auditor harus mempunyai komponen pengetahuan serta pangalaman dalam menyelesaikan tugas – tugas auditnya. Serta harus ahli dalam melakukan pertimbangan – pertimbangan yang didasarkan pada jumlah informasi yang digunakan untuk membuat keputusan.
2.2.6. Pengaruh Independensi Auditor Terhadap Pendapat Audit
Berdasarkan keterangan – keterangan yang ada, maka dapat diambil kesimpulan bahwa independensi merupakan suatu sikap seseorang untuk bertindak secara obyektif dan dengan integritas yang tinggi dalam pengambilan keputusan. Integritas berhubungan dengan kejujuran intelektual akuntan sedangkan obyektifitas secara konsisten berhubungan dengan sikap netral dalam melaksanakan tugas pemeriksaan dan menyiapkan laporan auditor.
Independensi merupakan aspek yang penting dalam profesi akuntan publik, karena akuntan publik tidak dapat memberikan pendapat yang
(43)
obyektif jika ia tidak independen. Meskipun auditor memiliki kemampuan teknis yang cukup, masyarakat tidak akan percaya jika mereka tidak independen.
Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah disebutkan sebelumnya, nampak bahwa pendapat auditor merupakan suatu faktor yang mempengaruhi pemilihan kantor akuntan publik dan faktor yang dapat menyebabkan klien berganti kantor akuntan publik. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa pemberian pendapat oleh auditor dapat tidak obyektif jika auditor tidak independen.
2.2.7. Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi Auditor Terhadap
Pendapat Audit
Menurut Mutchler (1985) berdasarkan hasil-hasil penelitian sebelumnya mengenai adanya hubungan antara faktor keahlian audit dan independensi dengan pendapat audit, menunjukkan adanya hubungan yang saling bergantung antara keahlian audit dengan independensi terhadap pemberian pendapat. Artinya, auditor baik itu kompeten maupun tidak kompeten akan cenderung memberikan pendapat yang salah karena adanya faktor-faktor komersial, seperti kerugian jika klien berpindah ke kantor akuntan yang lain atau auditor menghadapi tekanan pada saat melakukan pemeriksaan (Mayangsari, 2003).
Proses pengambilan keputusan dalam bidang audit dipengaruhi oleh faktor keahlian audit dan independensi. Keahlian audit berkaitan dengan struktur yang dimiliki auditor dan dapat menyebebkan perbedaan pendapat
(44)
audit terhadap suatu kasus tertentu. Sedangkan, independensi merupakan cerminan tekanan politik, sosial, ekonomi yang dihadapi oleh seorang auditor dalam proses pengambilan keputusan dalam pemberian pendapat audit.
Berdasarkan keterangan tersebut, bahwa seorang auditor harus kompeten terlebih dulu sebelum ia dapat menjadi independen, karena seorang auditor tidak kompeten maka ia tidak mungkin dapat bertindak independen dalam menyelesaikan tugas-tugas auditnya. Auditor yang tidak kompeten cenderung bergantung pada pendapat orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas auditnya, karena sangat terbatasnya pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya.
Behavioral Decision Theory (Bowditch & Buono 1990)
Behavioral Decision Theory (Bowditch & Buono 1990) teori ini yang (Murtanto dan Gudono, 1999) menjelaskan bahwa menyatakan seseorang mempunyai keterbatasan pengetahuan dan bertindak hanya berdasarkan persepsinya atas suatu situasi yang sedang dihadapi. Dalam proses pengambilan keputusan didunia aktual seseorang selalu berhadapan dengan berbagai macam tekanan-tekanan sosial.
Peneliti ini selain ingin menguji behavioral decision theory dengan membedakan partisipan atas ahli dan non ahli juga ingin menghubungkan dengan kondisi riil, yaitu adanya tekanan-tekanan sosial yang dalam hal ini dimanipulasi dengan suatu keadaan berupa tergantungnya independensi auditor dalam memberikan suatu pendapat. Keputusan mengenai kelangsungan hidup satuan usaha sangat mempengaruhi kontinuitas suatu satuan usaha (Rohana, 2004).
(45)
2.3. Kerangka Pikir
Untuk memudahkan analisis dan menguji hipotesis, maka dapat digambarkan dalam suatu diagram kerangka pikir, ynag disajikan pada gambar 2.1 sebagai berikut.
Gambar 2.1 : Diagram Kerangka Pikir
Dari gambara diagram kerangka pikir diatas, maka dapat dikemukakan analisis mengenai faktor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap pendapat audit, yaitu antara lain:
Dengan keahlian audit dalam melakukan pertimbangan-pertimbangan yang didasarkan pada jumlah informasi maka auditor dapat memberikan pendapat auditnya.
Jika independensi terdapat dalam diri auditor yang sifatnya tidak memihak maka auditor dapat memberikan pendapat secara obyektif.
2.4. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang penelitian, landasan teori dan kerangka pikir diatas, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
“Diduga terdapat pengaruh secara signifikan keahlian audit dan independensi auditor terhadap pendapat audit”
Keahlian Audit X1
Independensi Auditor X2
Pendapat Audit Y
Uji Statistik Regresi Liner Berganda
(46)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan Teknik Pengukuran Variabel
Definisi operasional dan pengukuran variabel adalah pernyataan tentang definisi dan pengukuran variabel dalam penelitian secara operasional, baik berdasarkan teori yang telah ada, peneliti terdahulu dan pengalaman empiris.
3.1.1. Definisi Operasional Variabel
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas 2 (dua) variabel bebas (X) yaitu Keahlian Audit (X1), Independensi Auditor (X2
1. Variabel Bebas (X)
) dan satu variabel terikat (Y) yaitu Pendapat Audit
Agar dapat memperjelas definisi dan untuk memudahkan pengukuran terhadap masing-masing variabel, maka diperlukan definisi operasional atas variabel-variabel tersebut.
Adapun definisi operasional dari masang – masing variabel tersebut, yaitu sebagai berikut :
a. Keahlian Audit (X1
Keahlian adalah kemahiran auditor dalam melaksanakan tugas pemeriksaan dengan menerapkan standar, prinsip, prosedur dan teknik pemeriksaan secara tepat sesuai dengan ilmu yang dimilikinya.
(47)
b. Independensi Auditor (X2
Independensi Auditor adalah sikap yang diharapkan dari seorang auditor untuk tidak mudah dipengaruhi oleh pihak luar dalam melaksanakan pekerjaannya.
)
2. Variabel Terikat (Y) Pendapat Audit
Pendapat Audit adalah keseluruhan dari hasil laporan audit dan proses pengambilan keputusan dalam bidang audit dipengaruhi oleh faktor keahlian audit dan independensi.
3.1.2. Teknik Pengukuran Variabel
Adapun teknik pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Keahlian Audit (X1
Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala interval, sedangkan teknik pengukurannya menggunakan teknik Semantik Differential, yang mempunyai skala 7 poin, dengan pola sebagai berikut:
)
1 2 3 4 5 6 7
Jawaban dengan nilai 1 sampai 3 berarti cenderung sangat tidak setuju dengan pernyataan mengenai Keahlian Audit yang dimiliki oleh Auditor dalam melaksanakan tugas audit, nilai 4 merupakan nilai tengah antara sangat tidak setuju dan sangat setuju dengan pernyataan
(48)
yang diberikan, jawaban antara 5 sampai 7 berarti cenderung sangat setuju dengan pernyataan mengenai Keahlian Audit yang dimiliki oleh Auditor dalam melaksanakan tugas audit.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pengembangan dan modifikasi dari instrumen yang digunakan dalam penelitian Qudus (2004) dan Variabel ini diukur dengan menggunakan 5 (lima) item pertanyaan.
2. Independensi Auditor (X2
Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala interval, sedangkan teknik pengukurannya menggunakan teknik Semantik Differential, yang mempunyai skala 7 poin, dengan pola sebagai berikut:
)
1 2 3 4 5 6 7
Jawaban dengan nilai 1 sampai 3 berarti cenderung sangat tidak setuju dengan pernyataan mengenai Independensi Auditor yang dimiliki oleh Auditor dalam melaksanakan tugas audit, nilai 4 merupakan nilai tengah antara sangat tidak setuju dan sangat setuju dengan pernyataan yang diberikan, jawaban antara 5 sampai 7 berarti cenderung sangat setuju dengan pernyataan mengenai Independensi Auditor yang dimiliki oleh Auditor dalam melaksanakan tugas audit.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pengembangan dan modifikasi dari instrumen yang digunakan dalam penelitian Qudus (2004) dan Variabel ini diukur dengan menggunakan 5 (lima) item pertanyaan.
(49)
3. Pendapat Audit (Y)
Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala interval, sedangkan teknik pengukurannya menggunakan teknik Semantik Differential, yang mempunyai skala 7 poin, dengan pola sebagai berikut:
1 2 3 4 5 6 7
Jawaban dengan nilai 1 sampai 3 berarti cenderung sangat tidak setuju dengan pernyataan mengenai Pendapat Audit yang diberikan, nilai 4 merupakan nilai tengah antara sangat tidak setuju dan sangat setuju dengan pernyataan yang diberikan, jawaban antara 5 sampai 7 berarti cenderung sangat setuju dengan pernyataan mengenai Pendapat Audit yang diberikan.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pengembangan dan modifikasi dari instrumen yang digunakan dalam penelitian Qudus (2004) dan Variabel ini diukur dengan menggunakan 18 (delapanbelas) item pertanyaan.
3.2. Teknik Penentuan Sampel 3.2.1. Populasi
Populasi merupakan kelompok subyek atau obyek yang memiliki ciri-ciri atau karakteristik-karakteristik tertentu yang berbeda dengan kelompok subyek atau obyek yang lain, dan kelompok tersebut akan dikenai generalisasi dari hasil penelitian (Sumarsono, 2004: 44). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya yang berjumlah 77 Auditor (sesuai dengan data dari www.iapi.or.id).
(50)
3.2.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari sebuah populasi, yang mempunyai ciri dan karakteristik yang sama dengan populasi tersebut, karena itu sampel harus merupakan representatif dari sebuah populasi (Sumarsono, 2004: 44-45). Teknik pengambilan sampel merupakan bagian dalam melaksanakan suatu penelitian, untuk itu teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah probability sampling, dengan metode sampel random sampling yaitu setiap populasi mempunyai peluang yang sama untuk ditarik sebagai sampel (Sumarsono, 2004 : 46).
Untuk mengetahui jumlah responden yang akan dijadikan sampel digunakan rumus slovin, yaitu sebagai berikut :
n = 2
1 Ne
N
+
(Umar, 2001 : 74) Dimana :
n = Ukuran sampel
N = Ukuran populasi (77 Auditor)
e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan
pengambilan sample yang masih dapat ditolelir atau diinginkan (e = 10%).
Cara Perhitungan : n = 2 ) 1 , 0 .( 77 1 77 +
n = 43,51 = 44 responden
Berdasarkan dari perhitungan di atas, maka jumlah anggota sampel minimal yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 44 Auditor.
(51)
3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data primer yaitu merupakan sumber data yang diperoleh secara langsung dari sumber asli pihak pertama (Ikhsan dan Ishak, 2005 : 109). Sedangkan sumber data berasal dari jawaban kuisioner yang disebar pada 44 Auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya dan kuesioner tersebut berkaitan dengan variabel penelitian yaitu keahlian audit, independensi auditor, dan pendapat auditor.
3.3.2. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian, ini yaitu teknik pengumpulan data dengan cara pembagian lembar pertanyaan (Kuesioner) yang harus diisi oleh responden guna melengkapi data.
3.4. Uji Kualitas Data 3.4.1. Uji Validitas Data
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan di ukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2006: 135).
Dasar analisis yang digunakan yaitu jika nilai rhitung > nilai rtabel dan
nilai r positif, maka butir atau item pertanyaan tersebut adalah valid (Ghozali, 2006: 49).
(52)
3.4.2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas merupakan alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2006 : 132).
Dasar analisis yang digunakan yaitu jika nilai Cronbach Alpha > 0,60, maka konstruk atau variabel tersebut adalah reliabel (Nunnally, 1960 dalam Ghozali, 2006: 46).
3.4.3. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data berdistribusi normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal digunakan dengan metode Kolmogorov Smirnov (Sumarsono, 2004: 40).
Pedoman dalam pengambilan keputusan apakah distribusi data mengikuti distribusi normal adalah : (Sumarsono, 2004: 43).
1. Jika nilai signifikan (nilai probabilitasnya (Asymp sig (2-tailed)) lebih kecil dari 5%, maka distribusi adalah tidak normal.
2. Jika nilai signifikan (nilai probabilitasnya (Asymp sig (2-tailed)) lebih besar dari 5%, maka distribusi adalah normal (Sumarsono, 2004: 43).
3.5. Asumsi Klasik
Persamaan regresi linier berganda harus bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), artinya pengambilan keputusan melalui uji regrasi ini
(53)
tidak bias (Sesuai dengan tujuan Untuk mengambil keputusan BLUE, maka harus dipenuhi diantaranya tiga asumsi klasik yang tidak boleh dilanggar oleh persamaan tersebut, yaitu (Gujarati, 1999 : 153)
1. Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya) (Santoso, 2001: 216)
Dalam penelitian inidata yang digunakan bukan data time series, sehingga untuk Uji Autokorelasi tidak dilakukan. (Gujarati, 1999 : 201).
2. Multikolineritas
Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam persamaan regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Salah satu cara untuk mengetahui adanya multikoliniaritas adalah dengan melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor).
Dasar analisis yang digunakan yaitu jika nilai VIF (Variance Inflation Factor) < 10, maka hal ini berarti dalam persamaan regresi tidak ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau bebas Multikolinieritas (Ghozali, 2006 : 57-59)
3. Heteroskedasitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidak adanya heteroskedastisitas digunakan uji korelasi rank spearman
(54)
Dasar analisis yang digunakan yaitu jika nilai Sig (2-tailed) > 0,05, maka hal ini berarti dalam model regresi tidak terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya atau bebas Heteroskedastisitas (Santoso, 2001 : 161)
3.6. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.6.1. Teknik Analisis
Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda dengan model persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :
Y = β0 + β1X1 + β2X2 + e
(Anonim, 2009: L-21) Keterangan :
Y = Pendapat Audit
β0 = Konstanta X1 = Keahlian Audit
X2 = Independensi Auditor β1,2
3.6.2. Uji Hipotesis
= Koefisien regresi e = Standart Error
3.6.2.1. Uji Kesesuaian Model
Uji F ini digunakan untuk mengetahui sesuai tidaknya model regresi yang dihasilkan guna melihat pengaruh keahlian audit dan independensi Auditor terhadap pendapat audit (Anonim, 2009: L-21)
(55)
Hipotesis Statistik
1. Ho : β1
H
= 0, menunjukkan model regresi yang dihasilkan tidak cocok guna melihat pengaruh keahlian audit dan independensi Auditor terhadap pendapat audit
1: β1
2. Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikan 0,05
≠ 0, menunjukkan model regresi yang dihasilkan cocok guna melihat pengaruh keahlian audit dan independensi Auditor terhadap pendapat audit
3. Kriteria keputusan
i. Jika nilai probabilitas > 0,05, maka H0 diterima dan H1
ii. Jika nilai probabilitas < 0,05, maka H
ditolak yang berarti model regresi yang dihasilkan tidak cocok guna melihat pengaruh keahlian audit dan independensi auditor terhadap pendapat audit
0 ditolak dan H1 diterima
yang berarti model regresi yang dihasilkan cocok guna melihat pengaruh keahlian audit dan independensi auditor terhadap pendapat audit
3.6.2.2. Uji Parsial
Uji t ini digunakan untuk mengetahui dan membuktikan secara empiris pengaruh keahlian audit dan independensi auditor secara parsial terhadap pendapat audit (Anonim, 2009: L-21)
Hipotesis Statistik
1. Ho : β1 = 0, menunjukkan tidak ada pengaruh yang signifikan
keahlian audit dan independensi auditor secara parsial terhadap pendapat audit
(56)
H1 : β1
2. Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikan 0,05
≠ 0, menunjukkan ada pengaruh yang signifikan keahlian audit dan independensi auditor secara parsial terhadap pendapat audit
3. Kriteria keputusan
i. Jika nilai probabilitas > 0,05, maka H0 diterima dan H1
ii. Jika nilai probabilitas < 0,05, maka H
ditolak yang berarti tidak ada pengaruh yang signifikan keahlian audit dan independensi auditor secara parsial terhadap pendapat audit
0 ditolak dan H1 diterima
yang berarti ada pengaruh yang signifikan keahlian audit dan independensi auditor secara parsial terhadap pendapat audit
(57)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1. Sejarah Berdirinya Akuntan Publik
Profesi akuntan di Indonesia ada seiring dengan keluarnya lulusan pertama dalam pendidikan akuntan pada tahun 1957. Akuntan merupakan suatu gelar profesi yang dilindungi oleh Undang – Undang No. 34 Tahun 1954, didalamnya terdapat hal-hal yang perlu diketahui diantaranya, yaitu seperti:
1. Akuntan harus sarjana lulusan fakultas Ekonomi perguruan tinggi negeri atau mempunyai ijazah yang disamakan.
2. Akuntan tersebut harus terdaftar dalam register Negara yang diselenggarakan oleh Departemen Keuangan dan memperoleh ijin mempergunakan gelar Akuntan dari departemen tersebut.
3. Menjalankan pekerjaan akuntan dengan memakai nama kantor akuntan, biro akuntan, atau nama lain yang memuat nama akuntan atau akuntansi hanya diijinkan jika pemimpin kantor atau biro tersebut dipegang oleh seorang atau beberapa orang akuntan.
Profesi akuntan publik timbul, disebabkan karena pihak luar perusahaan memerlukan jasa pihak ketiga yang tidak memihak untuk menilai keandalan atas pertanggung jawaban laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen perusahaan didalam menyajikan laporan keuangan.
(58)
4.1.2. Ketentuan dan Peraturan
Pemberian ijin praktek kepada akuntan public di Indonesia yang dikeluarkan pemerintah pada tahun 1986, yang dituangkan dalam kep.Menkeu RI No. 763/ KMK.01/1986 tentang akuntan public, dalam surat keputusan tersebut terdapat persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendapatkan ijin praktek sebagai akuntan public.
Persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut
1. Memiliki ijazah akuntan sebagaimana diatur dalam UU No.34 Tahun 1954 serta memiliki register Negara.
2. WNI dan bertempat tinggal di Indonesia.
3. Telah menyelesaikan wajib kerja sarjana sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku tanpa cacat, atau dinyatakan bebas dari kewajiban kerja sarjana.
4. Memiliki surat keterangan dari pimpinan instansi, badan usaha yang berwenang yang menyatakan bahwa yang bersangkutan telah menjalani ikatan dinas tanpa cacat apabila yang bersangkutan bekerja atas dasar ikatan dinas.
5. Telah mempunyai pengalaman kerja paling sedikit 3 (tiga) tahun sebagai akuntan dengan reputasi baik di bidang pemeriksaan akuntan, hal ini dibuktikan dengan surat dari pimpinan Kantor Akuntan Publik atau kepala BPKP3 dalam hal pengalaman kerja yang diperoleh dalam lingkungan pemerintahan atau BUMN.
6. Tidak merangkap sebagai pegawai instansi pemerintahan, atau pimpinan/ karyawan Badan Usaha Milik Negara / Daerah maupun
(59)
Badan Usaha Milik Swasta. Ketentuan ini berlaku bagi akuntan public yang merangkap sebagai dosen tetap pada perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta dan juga sebagai pimpinan pada suatu usaha konsultasi manajemen.
7. Anggota Ikatan Akuntan Indonesia ( IAI ) 8. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
Ketentuan tentang kewajiban bagi akuntan yang akan membuka praktek akuntan publik untuk menyelesaikan wajib kerja sarjana dalam butir ketiga diatas telah dicabut dengan SK Menkeu RI No. 374/KMK.013/1998 tanggal 28 Mei 1998.
4.1.3. Cara Akuntan Publik Menjual Jasanya
Akuntan tidak diperkenankan untuk menawarkan jasanya secara tertulis kepada calon klien. Akuntan dilarang untuk mengiklankan nama atau jasa yang diberikannya. Hal ini sesuai dengan kode etik akuntan public pasal 20 dan 21.
Adapun cara Kantor Akuntan publik untuk menjual jasanya yaitu dengan cara:
1. Mengikuti seminar yang berhubungan dengan bidang akuntansi. 2. Menjadi pembicara seminar.
3. Menulis hasil audit laporan keuangan suatu perusahaan yang diperiksa dengan mencantumkan nama akuntan akuntan public sebagai auditornya.
4. Menulis suatu analisa atau konsultasi di luar jasa yang diberikannya. 5. Menjadi Dosen di perguruan tinggi.
(60)
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian
Sumber data yang digunakan dalam penelitian berasal dari jawaban kuesioner yang disebar pada 44 responden (dari 60 kuesioner yang disebar hanya 44 kuesioner yang kembali, sedangkan 16 kuesionernya lainnya tidak kembali atau ada yang ditolak oleh responden pada saat diberikan)
Untuk memperjelas uraian tersebut, maka berikut ini adalah hasil dari jawaban kuisioner untuk masing masing variabel, yaitu sebagai berikut:
1 Bagian I berkaitan dengan pernyataan mengenai “Keahlian Audit
(X1
Keahlian Audit adalah kemahiran auditor dalam melaksanakan tugas pemeriksaan dengan menerapkan standar, prinsip, prosedur dan teknik pemeriksaan secara tepat sesuai dengan ilmu yang dimilikinya.
Berdasarkan dari hasil jawaban kuisioner mengenai Keahlian Audit, dapat dilihat pada tabel 4.1, yaitu sebagai berikut :
Tabel. 4.1. Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai : Keahlian Audit (X
)”.
1
Item
)
Jawaban Kuesioner
1 2 3 4 5 6 7
∑ Resp % ∑ Resp % ∑ Resp % ∑ Resp % ∑ Resp % ∑ Resp % ∑ Resp %
1 1 2,27 4 9,09 3 6,82 8 18,18 14 31,82 5 11,36 9 20,45
2 3 6,82 3 6,82 5 11,36 8 18,18 7 15,91 8 18,18 10 22,73
3 0 - 7 15,91 4 9,09 5 11,36 13 29,55 7 15,91 8 18,18
4 1 2,27 2 4,55 6 13,64 9 20,45 9 20,45 7 15,91 10 22,73
5 0 - 5 11,36 6 13,64 7 15,91 10 22,73 9 20,45 7 15,91
Mean 2,27 9,55 10,91 16,82 24,09 16,36 20,00
Sumber : Lampiran. 1
Berdasarkan dari tabel 4.1 di atas, dapat diketahui bahwa nilai rata – rata (mean) tertinggi berada pada skor 5 atau jawaban setuju yaitu sebesar 24,09% yang artinya bahwa tingkat Keahlian Audit yang dimiliki oleh Auditor adalah tinggi
(61)
2 Bagian II berkaitan dengan pernyataan mengenai “Independensi Auditor (X2
Independensi adalah sikap yang diharapkan dari seorang auditor untuk tidak mudah dipengaruhi oleh pihak luar dalam melaksanakan pekerjaannya.
Berdasarkan dari hasil jawaban kuisioner mengenai Independensi, Auditor dapat dilihat pada tabel 4.2, yaitu sebagai berikut :
Tabel. 4.2. Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai : Independensi Auditor (X
)”.
2
Item
) Jawaban Kuesioner
1 2 3 4 5 6 7
∑ Resp % ∑ Resp % ∑ Resp % ∑ Resp % ∑ Resp % ∑ Resp % ∑ Resp %
1 3 6,82 11 25,00 10 22,73 5 11,36 5 11,36 1 2,27 9 20,45
2 4 9,09 4 9,09 11 25,00 12 27,27 5 11,36 3 6,82 5 11,36
3 2 4,55 15 34,09 3 6,82 4 9,09 7 15,91 6 13,64 7 15,91
4 4 9,09 11 25,00 8 18,18 8 18,18 3 6,82 2 4,55 8 18,18
5 1 2,27 15 34,09 1 2,27 13 29,55 7 15,91 2 4,55 5 11,36
Mean 6,36 25,45 15,00 19,09 12,27 6,36 15,45
Sumber : Lampiran. 2
Berdasarkan dari tabel 4.2 di atas, dapat diketahui bahwa nilai rata – rata (mean) tertinggi berada pada skor 2 atau jawaban tidak setuju yaitu sebesar 25,45% yang artinya bahwa tingkat Independensi Auditor yang dimiliki oleh Auditor adalah rendah
3 Bagian III berkaitan dengan pernyataan mengenai “Pendapat Audit
(Y)”.
Pendapat adalah keseluruhan dari hasil laporan audit dan proses pengambilan keputusan dalam bidang audit dipengaruhi oleh faktor keahlian audit dan independensi.
(62)
Berdasarkan dari hasil jawaban kuisioner mengenai Pendapat Audit, dapat dilihat pada tabel 4.3, yaitu sebagai berikut :
Tabel. 4.3. Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai : Pendapat Audit (Y)
Item
Jawaban Kuesioner
1 2 3 4 5 6 7
∑ Resp % ∑ Resp % ∑ Resp % ∑ Resp % ∑ Resp % ∑ Resp % ∑ Resp %
1 6 13,64 5 11,36 6 13,64 8 18,18 7 15,91 4 9,09 8 18,18
2 4 9,09 5 11,36 8 18,18 11 25,00 10 22,73 4 9,09 2 4,55
3 5 11,36 5 11,36 4 9,09 10 22,73 9 20,45 6 13,64 5 11,36
4 4 9,09 9 20,45 8 18,18 9 20,45 11 25,00 2 4,55 1 2,27
5 2 4,55 6 13,64 10 22,73 10 22,73 8 18,18 2 4,55 6 13,64
6 2 4,55 8 18,18 10 22,73 7 15,91 11 25,00 2 4,55 4 9,09
7 1 2,27 8 18,18 7 15,91 14 31,82 6 13,64 4 9,09 4 9,09
8 0 - 10 22,73 8 18,18 15 34,09 7 15,91 1 2,27 3 6,82
9 2 4,55 3 6,82 9 20,45 12 27,27 10 22,73 3 6,82 5 11,36
10 1 2,27 7 15,91 8 18,18 12 27,27 11 25,00 3 6,82 2 4,55
11 0 - 6 13,64 11 25,00 7 15,91 14 31,82 2 4,55 4 9,09
12 2 4,55 9 20,45 10 22,73 9 20,45 10 22,73 2 4,55 2 4,55
13 1 2,27 9 20,45 7 15,91 7 15,91 10 22,73 6 13,64 4 9,09
14 0 - 6 13,64 9 20,45 11 25,00 11 25,00 2 4,55 5 11,36
15 0 - 5 11,36 7 15,91 13 29,55 11 25,00 4 9,09 4 9,09
16 2 4,55 6 13,64 10 22,73 12 27,27 10 22,73 2 4,55 2 4,55
17 4 9,09 9 20,45 4 9,09 4 9,09 13 29,55 8 18,18 2 4,55
18 8 18,18 8 18,18 4 9,09 4 9,09 15 34,09 3 6,82 2 4,55
Mean 5,56 15,66 17,68 22,10 23,23 7,58 8,21
Sumber : Lampiran. 3
Berdasarkan dari tabel 4.3 di atas, dapat diketahui bahwa nilai rata – rata (mean) tertinggi berada pada skor 5 atau jawaban setuju yaitu sebesar 23,23% yang artinya bahwa tingkat pendapat Audit yang dimiliki oleh Auditor adalah baik.
4.3. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis. 4.3.1. Uji Analisis Data
4.3.1.1. Uji Validitas, Reliabilitas dan Normalitas 4.3.1.1.1.Uji Validitas
Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan di ukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2006: 135).
(63)
Dasar analisis yang digunakan yaitu jika nilai rhitung > nilai rtabel
Variabel
dan nilai r positif, maka butir atau item pertanyaan tersebut adalah valid (Ghozali, 2006: 49).
Berdasarkan dari hasil Uji Validitas dengan alat bantu komputer yang menggunakan program SPSS.16.0, untuk masing – masing variabel, dapat dilihat pada tabel 4,4, yaitu sebagai berikut :
Tabel. 4.4. Hasil Uji Validitas
Item Nilai r hitung Nilai r tabel Ket
( Corrected Item - Total Correlation )
Keahlian Audit (X1) Butir_1 0,870
0,251
Valid
Butir_2 0,872 Valid
Butir_3 0,863 Valid
Butir_4 0,802 Valid
Butir_5 0,794 Valid
Independensi Auditor Butir_1 0,834 Valid
(X2) Butir_2 0,787 Valid
Butir_3 0,870 Valid
Butir_4 0,851 Valid
Butir_5 0,770 Valid
Pendapat Audit (Y) Butir_1 0,809 Valid
Butir_2 0,655 Valid
Butir_3 0,737 Valid
Butir_4 0,706 Valid
Butir_5 0,664 Valid
Butir_6 0,666 Valid
Butir_7 0,607 Valid
Butir_8 0,673 Valid
Butir_9 0,704 Valid
Butir_10 0,671 Valid
Butir_11 0,665 Valid
Butir_12 0,609 Valid
Butir_13 0,745 Valid
Butir_14 0,676 Valid
Butri_15 0,654 Valid
Butir_16 0,631 Valid
Butir_17 0,772 Valid
Butir_18 0,671 Valid
Sumber : Lampiran. 4 – 6.1 dan Lampiran. 10
Berdasarkan pada tabel 4.4 dapat diketahui bahwa seluruh butir atau item pernyataan kuisioner yang terbagi atas 3 bagian dan terdiri
(64)
dari 28 item pernyataan, mempunyai nilai r hitung lebih besar dari r tabel
4.3.1.1.2.Uji Reliabilitas
, dan sesuai dengan dasar pengambilan keputusan, hal ini berarti bahwa seluruh butir atau item pertanyaan kuisioner tersebut seluruhnya valid dan dapat digunakan dalam penelitian
Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2006 : 132).
Dasar analisis yang digunakan yaitu jika nilai Cronbach Alpha > 0,60, maka konstruk atau variabel tersebut adalah reliabel (Nunnally, 1960 dalam Ghozali, 2006: 46).
Berdasarkan dari hasil Uji Reliabilitas dengan alat bantu komputer yang menggunakan program SPSS.16.0, untuk masing – masing variabel, dapat dilihat pada tabel 4.5, yaitu sebagai berikut :
Tabel. 4.5. Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Nilai
Cronbach Alpha Ket
Keahlian Audit (X1) 0,940
0,60
Reliabel
Independensi Auditor (X2) 0,932 Reliabel
Pendapat Audit (Y) 0,946 Reliabel
Sumber : Lampiran 4 - 6
Berdasarkan pada tabel 4.5 dapat diketahui bahwa besarnya nilai Cronbach Alpha pada seluruh variabel baik X1, X2, dan Y lebih besar
dari 0,60 dan sesuai dengan dasar pengambilan keputusan, hal ini berarti bahwa seluruh variabel yang digunakan dalam penelitian ini yang
(1)
masyarakat tidak akan percaya jika mereka tidak independen dan hal ini akan menyebabkan klien berganti kantor akunatan, sehingga dapat disimpulkan bahwa independensi dapat digunakan sebagai dasar untuk mengukur tingkat pendapat audit yang akan diberikan.
4.4.2. Perbedaan Dengan Penelitian Sebelumnya
Adapun persamaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu adalah sama-sama membahas mengenai faktor – faktor yang berpengaruh terhadap pendapat audit, sedangkan perbedaannya yaitu terletak pada, jumlah sampel dan periode penelitian, sehingga penelitian ini bukan merupakan replikasi Dan berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh secara signifikan keahlian audit dan independensi auditor terhadap pendapat audit.
4.4.3. Konfirmasi Hasil Penelitian Dengan Tujuan Dan Manfaat
Berdasarkan dari tujuan penelitian yang telah ditetapkan pada bab sebelumnya yaitu untuk mengetahui dan membuktikan secara empiris pengaruh dari keahlian audit dan independensi auditor terhadap pendapat audit, telah tercapai. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang menunjukan bahwa terdapat pengaruh secara signifikan keahlian audit dan independensi auditor terhadap pendapat audit.
Dari manfaat yang telah dikemukakan, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukkan yang bermanfaat bagi kantor
(2)
65
akuntan publik dalam memahami dan mengatasi masalah mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pendapat audit.
.
4.5. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari adanya beberapa keterbatasan yang mungkin mempengaruhi hasil penelitian ini. Adapun batasan-batasan tersebut yaitu : 1. Adanya perbedaan persepsi di antara masing-masing responden
(Auditor) di dalam memahami konteks pertanyaan yang disajikan dalam kuesioner.
2. Jawaban responden yang disampaikan secara tertulis melalui kuesioner belum tentu mencerminkan keadaan yang sebenarnya.
3. Populasi yang diambil hanya berasal dari beberapa KAP saja, yang juga akan mempengaruhi pengambilan sampel, sehingga jumlahnya sedikit
(3)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan pada uraian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
Hipotesis yang menyatakan bahwa diduga terdapat pengaruh secara signifikan keahlian audit dan independensi auditor terhadap pendapat audit, teruji kebenarannya.
5.2. Saran
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dikemukakan beberapa saran yang kiranya dapat dijadikan bahan pertimbangan dengan peningkatan kualitas pendapat audit, dimasa yang akan datang, yaitu antara lain :
1. Untuk meningkatkan kualitas audit diperlukan adanya peningkatan keahlian audit para auditor yakni dengan pemberian pelatihan-pelatihan serta diberikan kesempatan kepada para auditor untuk mengikuti kursus-kursus atau peningkatan pendidikan profesi.
2. Auditor yang mendapat tugas dari kliennya diusahakan benar-benar independen, tidak mendapat tekanan dari klien, tidak memiliki perasaan sungkan sehingga dalam melaksanakan tugas auditnya benar-benar objektif dan dapat memberikan opini yang wajar.
3. Diharapkan bagi para auditor untuk dapat mempertahankan keahlian audit dan independensi agar dapat memberikan opini yang tepat atas kewajaran laporan keuangan.
(4)
67
4. Bagi peneliti selanjutnya hendaknya memperhatikan dari adanya pengaruh dari variabel – variabel lain yang diteliti, sehingga dalam penelitian yang akan datang hendaknya diperhitungkan variabel lain yang kemungkinan berpengaruh terhadap pendapat audit
(5)
Anonim, 2009, Pedoman Penyusunan Usulan Penelitian dan Skripsi, Penerbit Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Jawa Timur, Surabaya.
Arens, Alvin A. dan Loebbecke, James K. 1997, Auditing : Pendekatan Terpadu, Edisi Indonesia, jilid Pertama, Cetakan Kedua, Terjemah Amir Abadi Jusuf, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Ghozali, Imam, 2006, Aplikasi Analisis Mulitivariate Dengan Program SPSS, Edisi 2, Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Gujarati, Damodar, 1999, Ekonometrika Dasar, Cetakan 6, Penerbit Erlangga, Jakarta
Harahap, Sofyan Syafri,1991, Auditing Kontemporer, Penerbit Erlangga, Jakarta. Holmes, W. Arthur dan Wayne S. Overmyer, 1984, Auditing Prinsip dan
Prosedur, Terjemah Ruchyat Kosasih, Penerbit Ananda, Yogyakarta. IAI, 1994, Standar Profesional Akuntan Publik, Penerbit Salemba Empat.
Ikhsan, Arfan dan Ishak, Muhammad, 2005, Akuntansi Keprilakuan, Penerbit Salemba Empat
Mulyadi, 1992, Pemeriksaan Akuntan, Edisi Empat, Cetakan Pertama, Penerbit Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonami, Jakarta.
Santoso, Singgih, 2001, SPSS Statistik Parametrik, Penerbit PT. Elex Media Komputindo, Kelompok Gramedia, Jakarta.
Sumarsono, 2004, Metode Penelitian Akuntansi. UPN “Veteran” Jawa Timur, Surabaya.
Tugiman, Hiro, 1995, Standar Profesional Internal Audit, Penerbit PT. Eresco, Bandung.
Umar, Husein, 2001, Metode Riset Bisnis, Cetakan Pertama, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Anonim, 2010, “Menteri Keuangan Kembali Bekukan Izin Tiga Akuntan Publik”. http://www.kap-muhaemin.com//.
(6)
Christiawan, Yulius Jogi, 2002. “Kompetensi Dan Independensi Akuntan Publik : Refleksi Hasil Penelitian Empiris”, Juranal Akuntansi dan Keuangan, Volume 4 No.2, November 2002.
Jurnal
Mayangsari, Sekar, 2003. “Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi Terhadap Pendapat Audit : Sebuah Kuasieksperimen”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Volume 6 No. 1, Januari 2003.
Murtanto dan Gudono, 1999. “Identifikasi Karakteristik-karakteristik Keahlian Audit : Profesi Akuntan Publik Di Indonesia”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Volume 3 No. 1, Januari 1999.
Noryulia Rahmawati, 2004, Pengaruh Keahlian Audit, Independensi, dan Kompetensi Terhadap Pelaksanaan Audit Yang Berkualitas Pada Kantor Akuntan Publik Di Surabaya, S-1 Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Jawa Timur, Surabaya.
Skripsi
Rohana Qudus, 2004, Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi Terhadap Pendapat Audit (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di Surabaya), S-1 Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Jawa Timur, Surabaya.