Beberapa hasil penelitian yang tidak konsisten dan berbeda ini menarik untuk diteliti kembali, terutama mengenai auditor yang ada di Indonesia. Pengujian kembali
suatu hasil penelitian yang saling bertentangan dengan kondisi yang lebih spesifik juga didukung oleh pernyataan Otley et. al. 1994 dalam Sularso 1999, yang mengatakan
bahwa replikasi dengan kondisi yang berbeda akan dapat menempatkan keyakinan pada suatu hasil penelitian sebelumnya pada tingkat yang lebih baik. Dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan faktor ukuran kantor akuntan publik, lama hubungan audit, besarnya fee audit, persaingan antar kantor akuntan publik, dan tekanan dari klien
sebagai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi independensi auditor.
C. Pendapat Audit Atas Kelangsungan Usaha
Dalam melakukan penugasan umum, auditor ditugaskan untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan entitas yang diperiksanya. Pendapat atau opini audit
merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dalam laporan audit. Laporan audit merupakan bagian terpenting dalam suatu proses audit karena laporan tersebut
menginformasikan pemakai informasi tentang apa yang dilakukan auditor dan apa kesimpulan yang diperolehnya. Pendapat audit diberikan auditor melalui beberapa tahap
audit sehingga auditor dapat memberikan kesimpulan atas opini yang harus diberikan atas laporan keuangan yang diauditnya. Dengan demikian, auditor dalam memberikan
pendapatnya telah didasarkan pada keyakinan profesionalnya. Going concern
adalah kelangsungan hidup suatu entitas Setyarno et. al., 2006. Dengan adanya going concern maka suatu entitas dianggap akan mampu
mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka panjang, tidak akan dilikuidasi dalam jangka waktu pendek. Laporan audit dengan modifikasi mengenai going concern
merupakan suatu indikasi bahwa dalam penilaian auditor terdapat risiko auditee tidak dapat bertahan dalam kegiatan usahanya. Merupakan tanggung jawab manajemen untuk
menentukan kelayakan dari persiapan laporan keuangan menggunakan dasar going
concern dan tanggung jawab auditor untuk meyakinkan dirinya bahwa penggunaan
dasar going concern oleh entitas adalah layak dan diungkapkan secara memadai dalam laporan keuangan Setiawan, 2006 dalam Praptitorini dan Januarti, 2007. Menurut
Altman dan McGough 1974 dalam Praptitorini dan Januarti 2007, masalah going concern
terbagi dua, yaitu masalah keuangan yang meliputi kekurangan defisiensi likuiditas, defisiensi ekuitas, penunggakan hutang, kesulitan memperoleh dana, serta
masalah operasi yang meliputi kerugian operasi yang terus-menerus, prospek pendapatan yang meragukan, kemampuan operasi terancam, dan pengendalian yang
lemah atas operasi. Auditor harus mempertimbangkan hasil dari operasi, kondisi ekonomi yang mempengaruhi perusahaan, kemampuan membayar hutang, dan
kebutuhan likuiditas di masa yang akan datang untuk menentukan pendapatnya mengenai going concern entitas Setyarno et. al., 2006.
Chen dan Church 1992 dalam Setyarno et. al. 2006, menyatakan bahwa perusahaan yang bermasalah setidaknya memenuhi salah satu dari kriteria berikut: 1
ekuitas yang negatif, 2 arus kas yang negatif, 3 laba operasi yang negatif, 4 modal kerja yang negatif, 5 laba bersih yang negatif, atau 6 laba ditahan yang negatif.
D. Keahlian Audit, Independensi dan Pendapat Audit