KERAMIK BERPORI Pembuatan Keramik Berpori Sebagai Filter Gas Buang Dengan Aditif Karbon Aktif

Sulphate SO 4 0,01 Heavy metal as Pb 0,003 Zn zinc 0,001 Iodine absorptive capacity 0,05 mol I 70 mlgr Metylene blue absorbtion 0,15 solition 12 ml0,1gr Residu on ignation 600º C 1 Loss on drying 120º C 10 Particle size - 100 µm about 90 - d 50 about 30 µm

2.4 KERAMIK BERPORI

Keramik berpori merupakan keramik yang dewasa ini banyak dimanfaatkan, seperti filtrasi ion-ion logam berat, absorbsi gas pada temperatur tinggi, kromatolografi, vacuum chuck, reaktor kimia atau bioreaktor Keramik berporositas telah berhasil dibuat dan dimanfaatkan sebagai filter dalam penuangan logam cair, sebagai katalisator yang biasa ditempatkan dalam sistem gas buang kenderaan bermotor Van Vlack, 1985. Demikian halnya yang dilakukan oleh Lindqvist dan Liden pada pembuatan keramik berpori dari bahan alumina melalui cara slip casting dengan cara menambahkan tepung jagung Lindqvist dan Liden, 2000. Untuk mereduksi pencemaran di atmosfer digunakan biofilter oleh E.Y. Lee, et al 2001 Tiar delimawati Tambunan: Pembuatan Keramik Berpori Sebagai Filter Gas Buang Dengan Aditif Karbon Aktif, 2008. USU e-Repository © 2008 Refractron Technologies Corp New York USA, adalah badan yang meneliti dan memproduksi keramik berpori, dengan karakteristik standar porositas antara 40 – 50, sedangkan HP Technical Ceramics memproduksi keramik berpori dengan standar porositas 35 – 50. Bahkan Swedish Ceramic Institute dapat membuat keramik berpori dengan tehnik yang berbeda yang dinamakan tehnik protein suspensi hingga memperoleh porositas antara 50 – 80 dari volum keramik. Pembuatan keramik berpori dari bahan limbah juga telah dilakukan oleh Ryo SASAI, et al 2003, dengan mencampur limbah pabrik kertas, serbuk gergajian kayu K 2 CO 3 sebagai activator dan clay sebagai aditif. Dikalsinasi pada suhu 850º C selama 1 jam pada tekanan 2 atmosfer. Keramik berpori sebagai filter partikulat gas buang diesel juga telah dilakukan oleh Richard L.H dan Robert C.Schenck 1989, serta Purbasari 2005 dimana beliau memanfaatkan limbah anorganik dalam hal ini abu terbang dan bahan dasar lempung dan air. Pengujian menunjukkan bahwa sampel produk keramik berpori tersebut memiliki susut bakar 1,2 – 3,7, porositas semu 46,2 – 51,7, dengan ukuran pori berkisar antara 10 – 20 µm. Keramik berpori yang berfungsi sebagai filter lebih banyak dipergunakan sebagai penyaring air untuk menjernihkan dan menghilangkan aroma, tetapi dewasa ini aplikasinya sudah lebih luas dan variatif . 16 Tiar delimawati Tambunan: Pembuatan Keramik Berpori Sebagai Filter Gas Buang Dengan Aditif Karbon Aktif, 2008. USU e-Repository © 2008

2.5 ABSORBSI