UMUM Pembuatan Keramik Berpori Sebagai Filter Gas Buang Dengan Aditif Karbon Aktif

BAB I PENDAHULUAN

1.1 UMUM

Kesadaran masyarakat akan pencemaran udara akibat gas buang kendaraan bermotor di kota-kota besar dewasa ini semakin tinggi. Di banyak kota besar, gas buang kendaraan bermotor menyebabkan ketidaknyamanan pada orang yang berada di tepi jalan dan menyebabkan masalah pencemaran udara pula. Di DKI Jakarta, kontribusi bahan pencemar dari kendaraan bermotor ke udara adalah sekitar 70 Tugaswati T. A, Suzuki, 1995 dan dari data Kementerian Lingkungan Hidup menyebutkan, polusi udara dari kendaraan bermotor bensin menyumbang 70 karbon monoksida CO, 100 plumbum Pb, 60 hidrokarbon HC, dan 60 oksida nitrogen NO X . Bahan-bahan pencemaran udara yang terdapat pada gas buang kendaraan bermotor seperti oksida-oksida sulfur dan nitrogen, partikulat-partikulat dan senyawa- senyawa oksidan, menyebabkan iritasi pada mata maupun kulit dan radang pada saluran pernafasan. Juga terdapat sulfur oksida SO 2 yang dapat terabsorbsi di dalam hidung, saluran pernafasan dan saluran ke paru-paru, sedangkan nitrogen oksida NO 2 yang dapat mengganggu fungsi saluran pernafasan Tugaswati T.,2000. Mengingat luasnya akibat-akibat yang disebabkan oleh pencemaran yang diakibatkan oleh gas buang kendaraan bermotor tersebut maka terlintas keinginan untuk sekedar mengurangi pencemaran yang berasal dari gas buang kendaraan 1 Tiar delimawati Tambunan: Pembuatan Keramik Berpori Sebagai Filter Gas Buang Dengan Aditif Karbon Aktif, 2008. USU e-Repository © 2008 bermotor, yaitu dengan membuat semacam filter yang dibuat dari bahan keramik berpori yang ditempatkan pada knalpot kendaraan. Keramik pada awalnya berasal dari bahasa yunani keramikos yang artinya suatu bentuk dari tanah liat yang telah mengalami proses pembakaran Keramik Wikimedia, 2008. Tetapi seiring kemajuan teknologi pengertian keramik terbaru mencakup semua bahan bukan logam dan anorganik yang berbentuk padat. Umumnya senyawa keramik lebih stabil dalam lingkungan termal dan kimia dibandingkan elemennya. Bahan baku keramik yang umum dipakai adalah kaolin, feldspar, clay, dan kuarsa. Sifat keramik sangat ditentukan oleh struktur kristal, komposisi kimia dan mineral bawaannya. Oleh karena itu sifat keramik juga tergantung pada lingkungan geologi dimana bahan diperoleh. Secara umum strukturnya sangat rumit dengan sedikit elektron-elektron bebas, kurangnya beberapa elekton bebas keramik membuat sebagian besar bahan keramik secara kelistrikan bukan merupakan konduktor dan juga menjadi konduktor panas yang jelek. Disamping itu keramik mempunyai sifat rapuh, keras, dan kaku. Keramik secara umum mempunyai kekuatan tekan lebih baik dibanding kekuatan tariknya. Sifat keporian dari bahan filter yang akan dibuat diperoleh dari bahan keramik itu sendiri juga dengan pemberian aditif karbon aktif. Karbon berpori atau yang lebih dikenal dengan nama karbon aktif digunakan secara luas sebagai adsorben dalam proses industri untuk menghilangkan sejumlah pengotor, terutama yang berhubungan dengan zat warna, pengolahan limbah, pemurnian air, obat-obatan, dan lain-lain. Tiar delimawati Tambunan: Pembuatan Keramik Berpori Sebagai Filter Gas Buang Dengan Aditif Karbon Aktif, 2008. USU e-Repository © 2008 Bahan baku utama dalam pembuatan karbon aktif adalah semua bahan organik yang memiliki kandungan karbon tinggi seperti tempurung kelapa, kayu, gambut, tulang, batubara, dan lain-lain. Penggunaan filter dimaksudkan menangkap polutan partikel pada permukaan filter. Absorben mempunyai daya kejenuhan sehingga selalu diperlukan pergantian, bersifat disposal sekali pakai buang atau dibersihkan kemudian dipakai kembali. Bahan dasar sampel keramik berpori seluruhnya berasal dari bahan lokal , sedangkan pembuatan sampel dilakukan di Lab.Kristalografi Departemen Fisika FMIPA USU, Lab Material UNIMED, PUSLITBANG Perindustrian. Pengujian sampel dilakukan di Lab MIPA USU, PUSLITBANG Perindustian, dan Lab. MIPA UI Depok. 3 Tiar delimawati Tambunan: Pembuatan Keramik Berpori Sebagai Filter Gas Buang Dengan Aditif Karbon Aktif, 2008. USU e-Repository © 2008

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengukuran kualitas udara oleh Kementerian Lingkungan Hidup KLH tahun 2002 menunjukkan, kualitas udara enam kota, yaitu Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan, Jambi dan Pekan Baru dalam kategori baik tingkat kualitas udara tidak memberikan efek buruk bagi kesehatan manusia serta tidak berpengaruh pada tumbuhan dan nilai estetika bangunan hanya terjadi 22 – 62 hari dalam setahun www.bplhdjabar febr 2008. Seperti telah disebutkan bahwa penyumbang terbanyak polusi udara adalah gas buang kendaraan bermotor, dimana bahan-bahan pencemar udara yang terdapat didalamnya seperti oksida-oksida sulfur dan nitrogen, partikulat dan senyawa- senyawa oksidan lainnya adalah merupakan penyumbang polusi terbesar dikota-kota besar, bahan-bahan pencemar ini mempunyai dampak yang sangat luas bagi kesehatan manusia. Komponen utama bahan bakar adalah hidrogen H dan karbon C, pembakarannya akan menghasilkan senyawa HC, CO, CO 2, serta NO X pada kendaraan berbahan bakar bensin. Dari senyawa-senyawa itu yang paling berbahaya bagi kesehatan adalah HC dan CO. Penyebab tingginya HC antara lain pengapian tidak tepat, kompresi lemah, maupun kabel busi yang sudah aus, sedangkan kadar CO akan bertambah tinggi jika dalam proses pengapian, komposisi bahan bakar lebih banyak dari pada udara O 2 yang diperlukan untuk mengubah CO menjadi CO 2 . 4 Tiar delimawati Tambunan: Pembuatan Keramik Berpori Sebagai Filter Gas Buang Dengan Aditif Karbon Aktif, 2008. USU e-Repository © 2008 Dampak emisi gas buang kendaraan bermotor antara lain adalah :

a. Pb Timbal dapat mengakibatkan penurunan tingkat kecerdasan dan