Analisis Wacana Teun A. Van Dijk

c. Konteks Sosial Konteks sosial adalah faktor-faktor yang mempengaruhi cerita atau teks yang berasal dari luar. Menurut van Dijk struktur ini melihat bagaimana teks dihubungkan lebih jauh dengan struktur sosial dan pengetahuan yang berkembang dalam publik atas suatu wacana. Konteks sosial berusaha memasukan semua situasi dan hal yang berada di luar teks dan mempengaruhi pemakaian bahasa. Dimensi ketiga dari analisis Van Dijk adalah analisis sosial. Wacana adalah bagaiam dari wacana yang berkembang dalam masyarakat, sehingga untuk meneliti teks perlu dilakukan analisis intertekstual dengan meneliti bagaimana wacana tentang sesuatu di produksi dan di kontruksi dalam masyarakat. 43 Berikut penjabaran elemen-elemen yang terdapat dalam struktur teks wacana Van Dijk. 44 Tabel Elemen-elemen dalam struktur teks wacana Van Dijk Struktur wacana Hal yang diamati Elemen Sruktur makro Tematik Tema atau topik yang dikedepankan dalam suatu teks media dan kita Topik Superstruktur Bagaimana bagian dan urutan media dan kita dikemaskan dalam teks media dan kia utuh Skema 43 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 271. 44 Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Bandung: PT Remaja Rosdakarya Cet. Ke-1, h. 74. Struktur mikro Semantik makna yang ingin ditekankan dalam suatu teks media dan kita, misal dengan memberi detil pada suatu sisi atau membuat eksplisit satu sisi dan mengurangi detil sisi lain Latar, detil, maksud Struktur mikro Sintaksis Bagaimana kalimat bentuk, susunan yang dipilih Bentuk kalimat koheransi, kata ganti Struktur mikro Stilistik Bagaimana pilihan kata yang dipakai dalam teks media dan kita Leksikon Struktur mikro Retoris Bagaimana dengan cara penekanan dilakukan Grafis, metafora, ekspresi

C. Kerukunan Umat Beragama di Indonesia

1. Definisi Kerukunan

Secara etimologis kata kerukunan berasal dari bahasa arab, yaitu “ruknun” yang berarti tiang, dasar, sila. Jamak dari ruknun ialah “arkaan” yang berarti bangunan sederhana yang terdiri atas berbagai unsur. Jadi, kerukunan itu merupakan satu kesatuan yang terdiri atas berbagai unsur yang berlainan dan setiap unsur tersebut saling menguatkan. 45 45 H. Said Agil Husin Al Munawar, Fikih Hubungan Antar Agama, Jakarta: Ciputat Press, 2003, h. 4. Kerukunan juga dapat diartikan sebagai kehidupan bersama yang diwarnai oleh suasana baik dan damai. Hidup rukun berarti tidak bertengkar, melainkan bersatu hati, dan sepakat dalam berfikir, dan bertindak demi mewujudkan kesejahteraan bersama. Di dalam kerukunan semua orang bisa hidup bersama tanpa kecurigaan, dimana tumbuh semangat dan sikap saling menghormati dan kesediaan untuk bekerja sama demi kepentingan bersama. 46 Sementara kaitan sosial, rukun diartikandengan adanya yang satu mendukung keberadaan yang lain. 47 Dengan demikian kerukunan dalam konteks sosial merupakan norma yang sepatutnya diinplementasikan agar terwujudnya masyarakat madani yang saling peduli dan mendukung eksistensi masing-masing elemen masyarakat.

2. Pembinaan Kerukunan Hidup Umat Beragama

Kerukunan antaruma beragama di Indonesia termasuk salah satu masalah yang mendapat perhatian penting dari pemerintah. Masalah kerukuan hidup antarumat beragama mempunyai kaitan yang besar dengan usaha pembangunan. Dengan adanya kerukunan antarumat beragama akan menjamin dan terpelihara stabilitas sosial untuk keberhasilan serta memperlancar pembangunan. Jika kita tidak dapat menjaga kerukunan umat beragama tentu akan terpengaruh pada stabilitas sosial. 48 46 M. Zainuddin Daulay, Mereduksi Eskalasi Konfil Antarumat Beragama di Indonesia, Jakarta: Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan Departemen Agama RI, 2001, h. 67. 47 Hamka Haq, Jaringan Kerja Sama Antarumat Beragama: Dari Wawancara ke Aksi Nyata, Jakarta: Titahandalusia Press, 2002, h. 54. 48 H. Alamsjah Ratu Perwiranegara, Pembinaan Kerukunan Hidup Umat Beragama Jakarta: Departemen Agama RI, 1982, h. 46. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang terdiri atas berbagai suku bangsa, agama dan golongan yang memiliki watak sosial yang berbeda satu dengan yang lainnya. Atas kesadaran dari diri masing-masing untuk hidup berbangsa, bertanah air dan berbahasa satu, masyarakat Indonesia yang beragam suku, agama, ras, dan antar golongan seharusnya melakukan integrasi nasional untuk mewujudkan bangsa Indonesia yang berBhineka Tunggal Ika. 49 Integrasi nasional adalah penyatuan bagian-bagian yang berbeda dari suatu masyarakat menjadi satu keseluruhan yang lebih utuh, atau memadukan masyarakat- masyarakat kecil yang banyak jumlahnya menjadi suatu bangsa. 50 Oleh karena itu masyarakat Indonesia harus memaklumi dengan kemajemukan harus diantisipasi dengan penguatan etika-moral bangsa, dengan mengembangkan semangat kerukunan dan memantapkan tatanan integrasi nasional. 51 Dengan kerukunan, akan terpelihara stabilitas sosial yang akan memperlancar pembangunan. Sebernarnya setiap kerukunan umat beragama khususnya umat Islam pasti memiliki kecintaan terhadap negaranya. Mereka menginginkan negeri ini tetap menjadi negara yang adil dan makmur, aman, tenteram, damai dalam naungan keridhaan Ilahi. Dan toleransi adalah sikap hidup 49 Musbir Ibrahim Meuraxa, “Etika Islam dalam Kebijakan Pambinaan Kerukunan Umat Beragama, vol XI, no. 1 2011, h. 1. 50 Musbir Ibrahim Meuraxa, “Etika Islam dalam Kebijakan Pambinaan Kerukunan Umat Beragama, vol XI, no. 1 2011, h. 2. 51 Musbir Ibrahim Meuraxa, “Etika Islam dalam Kebijakan Pambinaan Kerukunan Umat Beragama, vol XI, no. 1 2011, h. 2. umat Islam yang sebagaimana di contohkan Nabi Muhammad agar tetap hidup rukun. 52 Salah satu usaha pemerintah pada masa lalu adalah merukunkan intern umat beragama, antarumat umat beragama dan umat beragama dengan pemerintah. Dengan dicanangkannya trilogi kerukunan seperti itu hilanglah sesuatu yang selama ini dapat memisahkan anatara orang atau kelompok yang berbeda pendapat. 53

3. Kerukunan Intern Umat Beragama

Kehidupan Intern umat beragama masih sering kali terdapat masalah-masalah yang dapat menimbulkan perpecahan intern umat beragama. Di sini diperlukan pembinaan kerukunan intern umat beragama oleh pemuka agama agar pertentangan yang terjadi tidak menimbulkan perpecahan antara pengikutnya. 54 Segala persoalan yang terjadi hendaknya diselesaikan dengan kekeluargaan dan sikap saling mementingkan toleransi terhadap sesamanya. Kerukunan intern umat beragama, lebih khususnya umat Islam yang telah tumbuh dan berkembang perlu dilestarikan agar Ukhuwah Islamiyah benar-benar menjadi kenyataan, sehingga perbedaan pemahaman agama tidak lagi menjadi pemisah dalam pergaulan di tengah- 52 Musbir Ibrahim Meuraxa, “Etika Islam dalam Kebijakan Pambinaan Kerukunan Umat Beragama, vol XI, no. 1 2011, h. 2. 53 Syamsul Bahri “Peranan Agama dan Adat dalam Melestarikan Kerukunan Umat Beragama , “ vol XI , No. 1 Januari-Juni 2001, h. 41. 54 H. Alamsjah Ratu Perwiranegara, Pembinaan Kerukunan, h. 49.