memberikan kesaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Sementara itu kepada Nabi mereka
menyatakan bahwa kehidupan mereka di Yastrid selalu dicekam oleh permusuhan antar golongan dan antar suku, khususnya antara suku Khazraj
dan suku Aus. Mereka mengharapkan semoga Allah mempersatukandan merukunkan golongan-golongan dan suku-suku yang selalu bermusuhan itu
melalui Nabi. Mereka berjanji kepada Nabi akan mengajak penduduk Yastrid untuk masuk Islam.
Pada musim haji berikutnya, tahun kedua belas dari awal kenabian, dua belas laki-laki orang penduduk Yastrid menemui Nabi di tempat yang
sama, Aqabah. Mereka selain mengakui kerasulan Nabi serta masuk Islam juga berbaiat atau berjanji tidak akan mempersekutukan Allah, tidak akan
mencuri, tidak akan berbuat zina, tidak akan membohong dan tidak akan menghiyanati Nabi. Baiat ini dikenal dalam sejarah sebagai Baiat Aqabah
Pertama 621 M.
78
Kemudian pada musim haji berikutnya sebanyak tujuh puluh tiga penduduk Yastrid yang sudah memeluk Islam berkunjung ke Mekkah.
Mereka mengundang Nabi utnuk hijrah ke Yastrid dan menyatakan lagi pengakuan mereka bahwa Nabi Muhammad adalah Nabi dan pemimpin
mereka. Nabi menemui tamu-tamunya itu ditempat yang sama dengan dua tahun sebelumnya, Aqabah. Di tempat itu meraka mengucapkan baiat bahwa
mereka tidak akan mempersekutukan Allah dan bahwa mereka akan membela
78
H. Munawir Sjadzali, M.A., Islam dan Tata Negara Jakarta: UI Press, 1993, cet ke-5, h.8-9.
Nabi akan memerangi musuh-musuh yang mereka perangi dan bersahabat dengan sahabat-sahabat mereka. Nabi dan mereka adalah satu. Baiat ini
dikenal dengan Baiat Aqabah Kedua 622. Oleh kebanyakan pemikir politik Islam, dua baiat itu, Baiat Aqabah Pertama dan Baiat Aqabah Kedua,
dianggap sebagai batu pertama dari bangunan negara Islam. Berdasarkan dua baiat itu maka Nabi menganjurkan pengikut-pengikutnya untuk hijrah ke
Yastrid pada akhir tahun itu juga dan beberapa bulan kemudian Nabi sendiri hijrah bergabung dengan mereaka.
79
Perjanjian masyarakat yang terjadi antara Nabi dan komunitas- komunitas penduduk Madinah membawa mereka kepada kehidupan sosial
yang teratur dan terorganisir atau dari “zaman pra negara ke zaman bernegara” di bawah kepemimpinan Nabi Muhammad SAW.
80
79
H. Munawir Sjadzali, M.A., Islam dan Tata Negara Jakarta: UI Press, 1993, cet ke-5, h. 9.
80
J. Suyuthi Pulungan, Prinsip-Prinsip Pemerintahan dalam Piagam Madinah Ditinjau DariPandangan Al-Qur
‟an., Jakarta: PT Raja Grapindo Persada, 1994 Cet ke-1, h. 74.
47
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Teks Piagam Madinah
Gagasan penting Van Dijk, wacana umumnya dibentuk dalam tata aturan umum. Teks tidak hanya didefinisikan mencerminkan suatu pandangan
tertentu, tetapi suatu pandangan yang mempunyai makna. Van Dijk menyebut hal ini sebagai koheren global, yakni bagian-bagian dalam teks kalau
diurutkan merujuk pada suatu titik gagasan umum, dan bagian-bagian itu saling mendukung satu sama lain untuk menggambarkan topik umum
tersebut.
Topik menggambarkan tema dari suatu berita, topik ini akan di dukung oleh subtopik satu dan subtopik lain yang saling mendukung
terbentuknya topik umum. Subtopik ini juga di dukung oleh serangkaian fakta yang ditampilkan yang menunjuk dan menggambarkan subtopik, sehingga
dengan subbagian yang saling mendukung antara satu bagian dengan bagian yang lain, teks secara keseluruhan membentuk teks yang koheren dan utuh.
Piagam Madinah Bahasa Arab:
هنیدملا ةفیحص, shahifatul madinah
juga dikenal dengan sebutan Konstitusi Madinah, ialah sebuah dokumen yang disusun oleh Nabi Muhammad SAW, yang merupakan suatu perjanjian
formal antara dirinya dengan semua suku-suku dan kaum-kaum penting di Yathrib kemudian bernama Madinah pada tahun 622. Dokumen tersebut
disusun sejelas-jelasnya dengan tujuan utama untuk menghentikan
pertentangan sengit antara Bani ‘Aus dan Bani Khazraj di Madinah. Untuk itu
dokumen tersebut menetapkan sejumlah hak-hak dan kewajiban-kewajiban bagi kaum Muslim, kaum Yahudi, dan komunitas-komunitas pagan Madinah;
sehingga membuat mereka menjadi suatu kesatuan komunitas, yang dalam bahasa Arab disebut ummah.
B. Analisis Teks Makna Kerukunan Antarumat Beragama Dalam Piagam
Madinah 1.
Struktur MakroTematik
Elemen tematik menunjuk pada gambaran umum suatu teks
81
. Atau bisa di sebut sebagai inti, ringkasan atau sesuatu yang sama dari suatu teks.
Menggambarkan apa yang ingin diungkapkan, dalam hal ini Piagam Madinah. topik menggambarkan suatu tema umum dalam suatu teks berita
topik ini di dukung oleh satu subtopik lain yang saling mendukung terbentuknya topik umum.
82
4.1 Tabel Struktur Makro
Hal Yang Diamati Temuan data
Tematik Tema atau topik yang di
kedepankan dalam suatu teks dalam Piagam Madinah adalah :
1. Moneteisme
ajaran agama yg mempercayai adanya satu Tuhan atau kepercayaan kepada
satu Tuhan
83
Monoteisme dalam Piagam Madinah
makna konsep tauhid terkandung dalam Mukaddimah, pasal 22, 23, 42, dan
akhir pasal 47.
81
Eriyanto, Analisis Wacana, Yogyakarta :LkiS,2001, Cet. Ke-2, h. 230
82
Eriyanto, Analisis Wacana, Yogyakarta :LkiS,2001, Cet. Ke-2, h. 229
83
http:kbbi.web.idmonoteisme Di Akses pada tanggal 1 Juni pukul 23.02 WIB.
2.
Persatuan dan Kesatuan
3.
Persamaan dan Keadilan
4.
Kebebasan Beragama
5.
Bela negara
6.
Pelestarian Adat yang baik
7.
Supremasi Syariat
8.
Politik damai dan proteksi
Persatuan dan Kesatuan
hal persatuan dan kesatuan, dalam piagam madinah di
tentukan dalam pasal 1, 15, 17, 25, dan 37.
Persamaan dan Keadilan. Pasal 13,
15, 16, 22, 23, 24, 37, dan 40. Piagam Madinah
mengandung konsep
persaman dan keadilan.
Kebebasan Beragama. Secara tersurat,
kebebasan beragama di sebutkan dalam pasal 25 Piagam Madinah.
Bela Negara hal tersebut tersurat dan
tersirat dalam pasal 24, 37, 38, dan 44 Piagam Madinah.
Pelestarian Adat yang Baik pasal 2-10
Piagam Madinah
dengan jelas
menyuebutkan Nama macam-macam kelompok dan adat kebiasaan baik
mereka yang boleh dijalankan terus, yaitu gotong royong dalam pembayaran
Dhiyt pajak dan tebusan tawanan.
Supremasi Syariat dalam Piagam Madinah
disebutkan, penyelesaian
penyelishan di
tetapkan menurut
ketentuan Allah SWT dan keputusan Muhammad Saw.
Politik Damai dan Proteksi Konsep
damai dan proteksi internal terkandung dalam pasal 15,17,36,37,39, 40, 41 dan
47, dan sikap perdamaian secara eksternal ditegaskan pada pasal 45
Piagam Madinah
84
Analisis Data Tabel :
Dari delapan point yang ada dalam Piagam Madinah ada tiga konsep yang saya kerucutkan dengan kerukunan umat beragama saja
yaitu : 1.
Persatuan dan Kesatuan
2.
Persamaan dan Keadilan
3.
Kebebasan Beragama
Pertama. dalam konteks persatuan dan kesatuan suatu bangsa atau umat tidak akan bisa tumbuh jika di dalamnya tidak ada persatuan dan
kesatuan, tapi persatuan dan kesatuan tidak akan terwujud jika umat tersebut tidak bekerja sama dan tidak saling mencintai.
“persatuan dan persaudaraan suatu umat merupakan faktor pondasi dan faktor perekat terbentuknya sebuah negara”
85
84
Ahmad Sukardja, Piagam Madinah dan Undang-Undang Dasar 1945, universitas Indonesia, 1995 h. 78
85
haMukkud Su’ad RukudMu ul-Buthi, Sirat Nabawiyyat. Terjemahan Ainur Rafiq Shaleh Tamhid, buku kedua, robbani Press, Jakarta, 1991, hlm, 15.