Faktor-Faktor yang Menentukan perkembangan FMA

Pupuk fosfor sangat penting bagi pertumbuhan tanaman, tetapi jumlahnya sedikit didalam tanah karena terfiksasi. Menurut Hakim et al. 1986, unsur fosfor sangat penting dalam proses pembelahan sel dan perkembangan jaringan meristem sehingga akan merangsang pembentukan akar pada tanaman. Pertumbuhan akar yang baik memungkinkan serapan hara oleh tanaman lebih banyak sehingga akan membuat pertumbuhan semakin baik. Kekurangan fosfor berakibat buruk bagi tanaman karena dapat mempengaruhi proses metabolisme penting tanaman khususnya fotosintesis Ashari, 1995. Kalium merupakan unsur ketiga yang terpenting setelah nitrogen dan fosfor. Kalium merupakan pengaktif dari sejumlah besar ion yang penting untuk fotosintesis dan respirasi. Kalium juga mengaktifkan enzim yang diperlukan untuk pembentukan pati dan protein bagi tumbuhan. Kalium mudah disalurkan dari organ dewasa ke organ muda, sehingga gejala yang ditimbulkan akibat kekurangan unsur ini berupa nekrosis pada daun tua. Tanaman yang mengalami gejala kekurangan unsur kalium memiliki batang yang lemah dan akar yang mudah terserang oleh penyakit busuk akar yang menyebabkan tanaman mudah rebah Salisbury dan Ross, 1995. III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan waktu penelitian

Percobaan ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Laboratorium Produksi Perkebunan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, dan Lahan Politeknik Negeri Lampung dari bulan Mei 2013 sampai Februari 2014

3.2 Bahan dan Alat

Bahan - bahan yang digunakan adalah germinated seed kelapa sawit varietas Tenera Simalungun, pasir, tanah, aquades, larutan KOH 10, HCL 1, glycerol, trypan blue, pupuk “Rock phosphate”, Urea, NPK, dan mikoriza yaitu Glomus sp. dan Entrophospora sp. Deskripsi masing-masing FMA dapat dilihat pada Tabel 1. Alat-alat yang digunakan adalah mikroskop stereo dan majemuk, timbangan elektrik, pinset spora, cawan petri, saringan mikro, gelas ukur, cangkul, counter, polibag, cutter, ember, gembor, oven, cover glass, kaca preparat, dan alat tulis . Tabel 1. Deskripsi lima jenis fungi mikoriza arbuskular yang digunakan pada penelitian. Uraian Entrophospora sp. Isolat MV 3 Entrophospora sp. Isolat MV 12 Glomus sp. Isolat MV 4 Glomus sp. Isolat MV 11 Glomus sp. Isolat MV 13 1 Ciri-Ciri Spora Bentuk : setengah lingkaran Ukuran : kecil Warna : kuning emas Bentuk : bulat Ukuran : kecil Warna : kuning kecoklatan Bentuk : bulat Ukuran : kecil-sedang Warna : kuning Bentuk : Bulat Ukuran : kecil - sedang Warna : cream kekuningan Bentuk : Bulat Ukuran : kecil - sedang Warna : cream kecoklatan 2 Reaksi terhadap Melzer Positif Positif Negatif Negatif Negatif 3 Asal Simpang Sribawono, Lampung. Bentar Kersik B, Sumatera Utara Sekampung Udik, Lampung Sekampung Udik, Lampung Notonegoro Jember, Jawa Timur 4 Sporocarp Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada 5 Spora di dalamdi luar akar atau kedua di luar dan di dalam akar Di luar akar Di luar akar Di luar Akar Di luar akar 6 Gambar Reaksi Spora terhadap Melzer

3.3 Metode penelitian

Untuk menjawab pertanyaan dalam rumusan masalah dan untuk menguji hipotesis, rancangan perlakuan yang digunakan adalah rancangan faktorial 6 x 2 dengan 5 ulangan. Faktor pertama adalah jenis mikoriza M yang terdiri dari 6 taraf yaitu m Kontrol, m 1 Entrophospora sp. Isolat MV 3, m 2 Entrophospora sp. Isolat MV 12, m 3 Glomus sp. Isolat MV 4, m 4 Glomus sp. Isolat MV 11, dan m 5 Glomus sp. Isolat MV 13. Faktor kedua adalah dosis pupuk NPK P yang terdiri dari 2 taraf yaitu p 1 100 dari dosis anjuran, p 2 75 dari dosis anjuran. Perlakuan diterapkan pada satuan percobaan dalam rancangan kelompok teracak sempurna RKTS. Kesamaan ragam antar perlakuan diuji dengan Uji Barlett. Kemenambahan data diuji dengan Uji Tukey. Jika asumsi terpenuhi yaitu ragam perlakuan homogen dan data bersifat menambah, maka data dianalisis ragam. Pemisahan nilai tengah diuji dengan Uji Beda Nyata Terkecil BNT dengan peluang melakukan kesalahan ditentukan sebesar 0,05.

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Penyemaian Benih

Benih kelapa sawit berupa benih berkecambah germinated seed disemai pada media pasir steril selama 4 minggu hingga kecambah tumbuh menjadi bibit yang baik. Setelah empat minggu, bibit sudah siap ditransplanting ke pre-nursery.

Dokumen yang terkait

Respons Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Terhadap Pemberian Kompos Sampah Pasar dan Pupuk NPKMg (15:15:6:4) di Pre Nursery

6 79 69

Respon Morfologi dan Fisiologi Pada Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Terhadap Aplikasi Pupuk Magnesium Dan Nitrogen

3 97 84

Uji Kompatibilitas Mikoriza Vesikular Arbuskular Pada Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guimensis Jacq) di Pembibitan Pada Media Tanam Histosol dan Ultisol

0 26 82

Pengaruh Pemberian Limbah Kalapa sawit (Sludge) dan Pupuk Majemuk NPK Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guinsensis Jacq) di Pembibitan Awal

0 25 95

Respon Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq) Terhadap Pupuk Cair Super Bionik Pada Berbagai Jenis Media Tanam di Pembibitan Utama

0 30 78

Respons Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Pada Konsentrasi dan Interval Pemberian Pupuk Daun Gandasil D Pada Tanah Salin Yang Diameliorasi Dengan Pupuk Kandang

1 28 184

Respon Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Main Nursery Terhadap Komposisi Media Tanam dan Pemberian Pupuk Posfat

6 92 114

Pertumbuhan Mucuna Bracteata L. Dan Kadar Hara Kelapa Sawit (Elais guinensis Jacq.) Dengan Pemberian Pupuk Hayati

3 63 66

RESPON PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TERHADAP PEMBERIAN LIMA ISOLAT FUNGI MIKORIZA ARBUSKULAR DAN DUA TARAF DOSIS PUPUK NPK

1 20 69

PENGARUH INOKULASI FUNGI MIKORIZA ARBUSKULAR DAN DOSIS PUPUK FOSFAT PADA PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) DI PEMBIBITAN

1 11 77