Tujuan Penelitian SELEKSI LIMA ISOLAT FUNGI MIKORIZA ARBUSKULAR UNTUK PEMBIBITAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PADA DUA DOSIS PUPUK NPK

arbuskular mycorrhizae VAM. Hifa FMA masuk kedalam sel korteks dari akar serabut. Hifa ini tidak membentuk selubung yang padat, namun membentuk miselium yang tersusun longgar pada permukaan akar, tetapi karena tidak semua genus fungi tergolong dalam VAM memiliki vesicular, maka saat ini VAM disebut sebagai Fungi Mikoriza Arbuskular FMA Harijoko et al., 2006. Suhardi 1989 mengemukakan bahwa FMA adalah salah satu fungi yang dapat bersimbiosis dengan akar tanaman dan melalui hifa eksternal mampu meningkatkan serapan hara immobil dari dalam tanah terutama fosfor sehingga dapat mengurangi gejala defisiensi dan mengurangi penggunaan pupuk NPK. Adanya simbiosis mutualistik memungkinkan fungi memperoleh fotosintat atau senyawa organik terutama gula dari tanaman inang, dan sebaliknya fungi akan membantu penyerapan hara dan air untuk tanaman. Menurut Bonfante dan Biancitto 1995 yang dikutip oleh Gustiawan 2011, fase kontak dan proses infeksi FMA dengan akar tanaman dapat dijelaskan sebagai berikut: Adanya akar tanaman inang, fungi melalui hifanya akan kontak dengan tanaman inang melalui proses simbiotik. Fase kontak dimulai dengan kejadian seperti pertentangan pertumbuhan fungi dengan akar tanaman, pola percabangan akar baru, dan pada akhirnya terbentuk apresorium. Apresorium adalah struktur yang berupa penebalan masa hifa yang kemudian menyempit seperti sudut lancip, dan merupakan struktur terpenting dalam siklus hidup FMA. Hal ini dapat diinterprestasikan sebagi kunci untuk pengenalan interaksi yang berhasil dengan bakal calon tanamn inang. Fase kontak akan diikuti dengan fase simbiotis. Apresorium akan membantu hifa menembus ruang sel epidemis melalui permukaan akar, atau rambut-rambut akar dengan cara mekanis dan enzimatis. Hifa yang telah masuk kelapisan korteks kemudian menyebar di dalam dan diantara sel-sel korteks. Hifa tersebut akan membentuk benang-benang bercabang yang mengelompok yang disebut arbuskular yang berfungsi sebagai jembatan transfer unsur hara antara fungi dan tanaman inang. Pada sistem ini, perakaran yang terinfeksi akan muncul hifa yang terletak diluar akar, yang menyebar disekitar daerah perakaran dan berfungsi sebagai alat pengabsorbsi unsur hara. Hifa eksternal ini dapat membantu memperluas daerah penyerapan hara oleh akar tanaman. Suatu spesies FMA dapat dikatakan efisien penggunaannya apabila memenuhi indikator sebagai berikut: 1 Mampu mengolonisasi akar secara cepat dan ekstensif, 2 mampu bersaing dengan mikroorganisme lain untuk menginfeksi dan mengabsorpsi dan mentransfer nutrisi, 3 mampu membentuk miselium secara ekstensif, 4 mampu mengabsorpsi dan mentransfer nutrisi untuk tanaman, dan 5 mampu meningkatkan keuntungan non-nutrisi kepada tanaman, seperti kestabilan agegat dan stabilitas tanah Novriani dan Madjid, 2009. Mekanisme peningkatan penyerapan unsur hara oleh adanya FMA menurut Suhardi 1989 dapat diterangkan sebagai berikut: a. Hifa eksternal yang berkembang diluar akar akan memperluas daerah penyerapan akar sehingga volume tanah yang dapat dijangkau juga meningkat. b. Kegiatan metabolisme akar yang memiliki FMA akan lebih tinggi, dengan konsumsi oksigen 2-4 kali lebih tinggi dibandingkan dengan akar tanaman tanpa FMA. Dengan demikian, akar yang memiliki FMA dapat memperbesar

Dokumen yang terkait

Respons Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Terhadap Pemberian Kompos Sampah Pasar dan Pupuk NPKMg (15:15:6:4) di Pre Nursery

6 79 69

Respon Morfologi dan Fisiologi Pada Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Terhadap Aplikasi Pupuk Magnesium Dan Nitrogen

3 97 84

Uji Kompatibilitas Mikoriza Vesikular Arbuskular Pada Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guimensis Jacq) di Pembibitan Pada Media Tanam Histosol dan Ultisol

0 26 82

Pengaruh Pemberian Limbah Kalapa sawit (Sludge) dan Pupuk Majemuk NPK Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guinsensis Jacq) di Pembibitan Awal

0 25 95

Respon Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq) Terhadap Pupuk Cair Super Bionik Pada Berbagai Jenis Media Tanam di Pembibitan Utama

0 30 78

Respons Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Pada Konsentrasi dan Interval Pemberian Pupuk Daun Gandasil D Pada Tanah Salin Yang Diameliorasi Dengan Pupuk Kandang

1 28 184

Respon Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Main Nursery Terhadap Komposisi Media Tanam dan Pemberian Pupuk Posfat

6 92 114

Pertumbuhan Mucuna Bracteata L. Dan Kadar Hara Kelapa Sawit (Elais guinensis Jacq.) Dengan Pemberian Pupuk Hayati

3 63 66

RESPON PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TERHADAP PEMBERIAN LIMA ISOLAT FUNGI MIKORIZA ARBUSKULAR DAN DUA TARAF DOSIS PUPUK NPK

1 20 69

PENGARUH INOKULASI FUNGI MIKORIZA ARBUSKULAR DAN DOSIS PUPUK FOSFAT PADA PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) DI PEMBIBITAN

1 11 77